Anda di halaman 1dari 13

i

Budaya Konsumen

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Sosiologi Budaya

Dosen Pengampu:

Dr. Dwi Setianingsih, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Muhammad Bagas Bukhori (10010321019)


2. Delia Eka Safitri (10040321088)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami Panjatkan Kepada Allah Swt Yang Telah Memberikan Rahmatnya
Sehingga Kami Bisa Menyelesaikan Tugas Makalah Yang Berjudul “Budaya Konsumen”
Makalah Ini Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Sosiologi Budaya

Makalah ini telah kami selesaikan secara maksimal sehingga makalah ini bisa selesai
dengan lancar. Untuk itu, kami berterima kasih kepada Dr. Dwi Setianingsih, M.Pd.I yang
telah membimbing kami.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan serta penulisan makalah ini, karenanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
juga bermanfaat bagi penyusun pada khususnya.

Surabaya, 4 September 2023

Penyusun

ii
DATAR ISI

BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
A. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 5
B. Manfaat ..................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 6
A. Budaya Konsumen .................................................................................................................... 6
B. Sejarah perkembangan Budaya Konsumen ............................................................................... 8
C. Teori Budaya Konsumen (Consumer Culture Theory) .............................................................. 9
D. Gaya Hidup Dalam Budaya Konsumen..................................................................................... 9
BAB III ............................................................................................................................................... 11
PENUTUP .......................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat pada zaman sekarang adalah masyarakat yang sangat konsumtif.
Masyarakat yang terus menerus berkonsumsi. Namun konsumsi yang dilakukan bukan
lagi hanya sekedar kegiatan yang berasal dari produksi. Konsumsi tidak lagi sekedar
kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan fungsional manusia. Konsumsi
telah menjadi budaya, budaya konsumsi. Sistem masyarakat pun telah berubah, dan yang
ada kini adalah masyarakat konsumen, yang mana kebijakan dan aturan-aturan sosial
masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebijakan pasar.
Fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat konsumen, juga
sangat diwarnai dengan kegempitaan kegiatan konsumsi. Bagi masyarakat konsumen,
saat ini hampir tidak ada ruang dan waktu tersisa untuk menghindari diri dari serbuan
berbagai informasi yang berurusan dengan kegiatan konsumsi. Di rumah, di kantor atau
di kampus, kita tak henti-henti disodori berbagai informasi yang menstimulasi konsumsi
melalui iklan di tv, media masa, koran maupun majalah-majalah. Di jalan, selain terus
melewati pertokoan dan pusat perbelanjaan, kita juga terus dihadapkan dengan
pemandangan attraktif dari promosi media luar ruang yang menghiasi jalan-jalan dan
berbagai sudut strategis kota.
Fenomena masyarakat konsumsi tersebut, yang telah melanda sebagian besar
wilayah didunia, saat ini juga sudah terjadi pada masyarakat Indonesia, utamanya pada
masyarakat perkotaan. fenomena yang menonjol dalam masyarakat Indonesia saat ini,
yang menyertai kemajuan ekonomi adalah berkembangnya budaya konsumsi yang
ditandai dengan berkembangnya gaya hidup. Berbagai gaya hidup yang terlahir dari
kegiatan konsumsi semakin beragam pada masyarakat perkotaan Indonesia, terutama
dikota-kota besar. Nge-mall, clubbing, fitness, nge-wine, hang out di cafe adalah
beberapa contoh gaya hidup yang nampak menonjol saat ini. Semua aktifitas tersebut
adalah perwujudan dari hingar bingar konsumsi.
Berkembangnya gaya hidup masyarakat perkotaan tersebut, satu sisi bisa menjadi
pertanda positif meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat kota. Yang mana
peningkatan kegiatan konsumsi dipandang sebagai efek dari naiknya penghasilan dan
taraf hidup masyarakat. Namun disisi lain, fenomena tersebut juga bisa dikatakan sebagai
pertanda kemunduran rasionalitas masyarakat, yang mana konsumsi dianggap sebagai

4
penyakit yang menggerogoti jiwa dan pikiran masyarakat. Konsumsi menjadi orientasi
hidup bagi sebagian masyarakat, sehingga setiap aktifitas yang dilakukannya didasari
karena kebutuhan berkonsumsi. Oleh karena itu, banyak pihak yang menyalahkan
rasionalitas konsumsi sebagai faktor yang menyebabkan hilangnya kritisme masyarakat
terhadap berbagai hal yang vital bagi kehidupan, kebijakan pemerintah maupun
fenomena hidup lainnya.
Banyak hal yang bisa dibahas mengenai konsumsi. Meskipun demikian, ada
beberapa fakta yang tetap tak terbantahkan, yaitu bahwa: Pertama, kita selalu terikat
dengan kegiatan konsumsi. Kedua, secara fisik kita hanya bisa bertahan melalui
konsumsi. Ketiga, dalam semua hal, kita semua adalah konsumen.
Meskipun memang konsumsi adalah aktifitas kita yang tak terelakkan, namun ada
beberapa perkembangan luar biasa yang harus kita waspadai berkenaan dengan aktifitas
tersebut. Terutama tentang terbentuknya suatu bentuk kehidupan sosial baru yang
menjadikan konsumsi sebagai pusatnya, sehingga kemudian justru muncul banyak
masalah yang semakin nyata dan meresahkan bagi kita semua. Perkembangan yang luar
biasa ini menekankan pembedaan antara keperluan-keperluan untuk bertahan hidup bagi
manusia dan perkembangan suatu ideologi yang berdasar pada konsumerisme.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan budaya konsumen?
2. Apa yang dimaksud dengan teori budaya konsumen?

B. Manfaat
1. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan budaya konsumen.
2. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan teori budaya konsumsi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Budaya Konsumen

Budaya konsumen merupakan istilah yang menyangkut tidak hanya perilaku


konsumsi, tetapi adanya suatu proses reorganisasi bentuk dan isi produksi simbolik di
dalamnya. Perilaku di sini bukan sebatas perilaku konsumen dalam artian pasif. Namun,
merupakan bentuk konsumsi produktif, yang menjanjikan kehidupan pribadi yang indah
dan memuaskan, menemukan kepribadian melalui perubahan diri dan gaya hidup.
Budaya konsumen menekankan adanya suatu tempat di mana kesan memainkan peranan
utama. Saat ini dapat dilihat bahwa banyak makna baru yang terkait dengan komoditi
material melalui peragaan, pesan, iklan, industri gambar serta berbagai jenis media
massa. Dalam pembentukannya, kesan terus menerus diproses ulang dan makna barang
serta pengalaman terus didefinisikan kembali1.
Budaya konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan
oleh seorang konsumen. Adapun budaya konsumen menggunakan image, tanda-tanda,
dan benda-benda, simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi, keinginan, dan fantasi
yang menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal
menyenangkan diri sendiri bukan orang lain; secara narsistik. Dalam budaya konsumen
terdapat tiga macam perspektif, yaitu2:
1. Pandangan bahwa konsumen dipremiskan dengan ekspansi produk komoditas
kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-besaran budaya dalam bentuk barang-
barang konsumen dan tempat-tempat belanja dan konsumsi.
2. Pandangan bahwa masyarakat mempunyai cara-cara yang berbeda dalam
menggunakan benda-benda untuk menciptakan ikatan-ikatan atau perbedaan
masyarakat.
3. Adanya masalah kesenangan emosional untuk konsumsi, mimpi-mimpi dan
keinginan yang ditampakan dalam bentuk budaya konsumsi dan tempat-tempat
konsumsi tertentu yang secara beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah
langsung serta kesenangan estetis.
Dalam mode-mode konsumsi terdapat logika konsumsi, yaitu cara yang
terstruktur secara sosial di mana benda-benda digunakan untuk membatasi hubungan
1
Muhammad Firmansyah, PERILAKU KONSUMEN, 2018, 234.
2
Ida Rosida, “Tubuh Perempuan dalam Budaya Konsumen: Antara Kesenangan Diri, Status Sosial, dan Nilai
Patriarki,” Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya 20, no. 1 (2018): 92.

6
sosial. Dalam logika konsumsi ini, benda konsumsi sebagai komunikator yang mampu
menunjukkan identitas atau status sosial ketika konsumen mampu membelinya atau
memilikinya.
Dalam masyarakat modern saat ini konsumsi telah menjadi suatu kebutuhan vital
yang tidak hanya berguna secara instrumental atau sekedar mengambil atau
menghabiskan nilai fungsional dari suatu komoditi. Saat ini pengertian konsumsi sendiri
telah mengalami perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Baron Isherwood
bahwa konsumsi telah merepresentasikan perolehan, penggunaan dan pertukaran. Saat
ini, kebanyakan individu mengkonsumsi bukan hanya memakai atau menghabiskan nilai
fungsional suatu barang, tetapi ketika seseorang mengkonsumsi suatu barang ia juga
mengkomunikasikan secara laten berapa penghasilannya, atau tergolong status sosial
mana komoditi yang ia konsumsi atau ia termasuk high class atau bukan.
Jadi kegiatan konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam
kelas sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain. Fenomena
konsumsi dimana individu mengkonsumsi sesuatu komoditi secara ekspresif disebut
dengan budaya konsumen3.
Budaya konsumen sebagai bagian dari kajian sosiologis tidak berdiri secara
sendirinya. Budaya konsumen merupakan hasil kontruksi dari kapitalis, sehingga saat ini
berbelanja telah menjadi kegiatan rekreasi atau pengisi waktu luang ataupun hanya
sekedar shooping. Salah satu instrumen kapitalis dalam upaya penyebaran budaya
konsumen adalah melalui komoditifikasi dan spasialization. Komoditifikasi adalah usaha
kaum kapitalis dalam rangka mengubah segala sesuatu menjadi komoditi. Dikarenakan
proses ini saat ini berbagai produk telah tersebar, dan proses ini ditunjang pula dengan
proses spasialisasi atau usaha-usaha menghilangkan batas-batas demografis guna
menghilangkan hambatan ruang dan waktu melalui penciptaan teknologi mutakhir. Saat
ini kita lebih mengenal proses ini sebagai globalisasi.

Menurut Cellia Lurry, penyebab perkembangan budaya konsumen adalah:


1. Berbagai jenis barang (komoditas) tersedia di pasar
2. Pasar menempati posisi penting untuk mendapatkan komoditas
3. Kegiatan berbelanja berubah menjadi kegiatan mengisi waktu luang
4. Terciptanya beberapa inovasi dalam kegiatan berbelanja

3
Jayadi Suparman(2022)“Konsep Dasar Sosiologi Budaya Definisi dan Teori". PUSTAKA EGALITER, yogyakarta.,
73.

7
5. Berkembangnya model pembelian secara kredit
6. Terjadinya manipulasi ruang dan waktu melalui media periklanan.
Pengaruh budaya terhadap perilaku konsumen, dapat dilihat dari produk dan jasa
memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya karena produk
mampu membawa pesan makna budaya. Di mana makna budaya tersebut nantinya akan
dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen.
Makna budaya atau makna simbolik yang telah melekat kepada produk akan dipindahkan
kepada konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran
(exchange), pemakaian (grooming ritual), pembuangan (divestment ritual).
Perkembangan televisi global sebagai bangunan bisnis utama telah menempatkan
budaya konsumen, iklan berbasis visual, di barisan depan aktivitasnya. Media massa
menduduki posisi sentral dalam produksi dan reproduksi budaya promosi yang terfokus
pada pemakaian citra visual untuk menciptakan merk dengan nilai tambah atau tanda
komoditas.

B. Sejarah perkembangan Budaya Konsumen

Budaya konsumen dilatarbelakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang


diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul dengan liberalisme. Budaya konsumen
yang merupakan jantung dari kapitalisme adalah sebuah budaya yang di dalamnya
terdapat bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang
kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan, show, media) sebagai
kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme.
Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi pada awal abad
ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisi-kondisi material dari proses produksi.
Menurutnya, kesadaran manusia ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas
ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antarmanusia dengan
kesadaran, kebudayaan, dan politik dikatakan dikonstruksikan oleh relasi ekonomi4.
Kapitalisme yang dikemukakan oleh Marx adalah suatu cara produksi yang
dipremiskan oleh kepemilikan pribadi sarana produksi. Kapitalisme bertujuan untuk
meraih keuntungan sebesar-besarnya, terutama dengan mengeksploitasi pekerja.
Realisasi nilai surplus dalam bentuk uang diperoleh dengan menjual produk sebagai
komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual di pasar. Sedangkan

4
Surayya Nurist, “Posmodernisme dan budaya konsumen,” Posmodernisme dan Budaya Konsumen, 2010, 5.

8
komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme di mana objek,
kualitas, dan tanda berubah menjadi komoditas.

C. Teori Budaya Konsumen (Consumer Culture Theory)

Teori budaya konsumen (CCT) merupakan studi ilmu tentang pilihan dan
perilaku konsumsi dari sudut pandan sosial dan budaya, yang bertentangan dengan
psikologis dan ekonomi. Teori budaya konsumen (CCT) mengacu pada sekumpulan
perspektif teoritis yang membahas hubungan dinamis antara perilaku konsumen, pasar
serta makna budaya. Teori budaya konsumen, Consumer Culture Theory (CCT) adalah
pendekatan bidang interdisipliner yang terdiri dari pendekatan makro, interpretatif, dan
kritis untuk perspektif perilaku konsumen. CCT dapat mensistemasikan jenis kinerja dan
hubungan perusahaan dan konsumen dengan penggunaan sumber daya Operant
konsumen5
Budaya konsumen dipandang sebagai “tatanan sosial dimana hubungan antara
sumber daya sosial dan budaya yang hidup, antara sumber daya simbolis dan cara hidup
yang bermakna dan material tempat mereka bergantung, dimediasi melalui pasar”. Dan
konsumen sebagai bagian dari saling berhubungan sistem produk gambar yang
diproduksi secara komersial yang mereka gunakan untuk membangun identitas mereka
dan mengarahkan hubungan mereka dengan orang lain6.

D. Gaya Hidup Dalam Budaya Konsumen

Perkembangan budaya konsumen telah mempengaruhi cara-cara masyarakat


mengekspresikan estetika dan gaya hidup. Dalam masyarakat konsumen, terjadi
perubahan mendasar berkaitan dengan cara-cara orang mengekspresikan diri dalam gaya
hidupnya. David Chaney mengemukakan bahwa gaya hidup telah menjadi ciri dalam
dunia modern, sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk
menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain7.
Definisi lifestyle gaya hidup saat ini menjadi semakin kabur. Namun dalam
kaitannya dengan budaya konsumen, istilah tersebut dikonotasikan dengan individualitas,
ekspresi diri serta kesadaran diri yang stylistik. Tubuh, busana, gaya pembicaraan,
5
Program Studi Branding, Universitas Prasetiya Mulya, Jakarta dkk., “Consumer Culture Theory: Hubungan
Timbal Balik antar Social Operant Resources dan Operand Resources dalam Studi Empiris McDonald’s
Indonesia,” Kajian Branding Indonesia 2, no. 1 (13 Januari 2020): 136, https://doi.org/10.21632/kbi.2.1.132-
161.
6
Wayan Weda Asmara Dewi dkk., Teori Perilaku Konsumen (Universitas Brawijaya Press, 2022), 23.
7
Nora Anisa Br Sinulingga, Hengki Tamando Sihotang, dan M. Kom, Perilaku Konsumen: Strategi Dan Teori
(Iocs Publisher, 2023), 43.

9
aktifitas rekreasi, dsb adalah beberapa indikator dari individualitas selera konsumen.
Chaney memberikan definisi gaya hidup sebagai pola-pola tindakan yang membedakan
antara satu orang dengan orang lain.. gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial
sehari-hari dunia modern. Gaya hidup adalah seperangkat praktek dan sikap yang masuk
akal dalam konteks waktu.
Gaya hidup adalah salah satu bentuk budaya konsumen. Karena memang, gaya
hidup seseorang hanya dilihat dari apa-apa yang dikonsumsinya, baik konsumsi barang
atau jasa. Secara literal, konsumsi berarti pemakaian komoditas untuk memuaskan
kebutuhan dan hasrat. Konsumsi tidak hanya mencakup kegiatan membeli sejumlah
barang (materi), dari televisi hingga mobil, tetapi juga mengkonsumsi jasa, seperti pergi
ke tempat hiburan dan berbagai pengalaman sosial.
Secara tradisional, konsumsi merupakan proses materi yang berakar pada
kebutuhan biologis manusia. Namun konsumsi juga dianggap sebagai proses ideal yang
berakar dalam simbol-simbol, tanda-tanda dan kode-kode yang berhubungan dengan
nilai moral. Herbert Marcuse mengemukakan bahwa: Kita dapat membedakan kebutuhan
yang benar (true) dan yang semu (false). Semu adalah segala yang dipakasakan pada
individu oleh kepentingan-kepentingan sosial tertentu dalam penindasannya: kebutuhan
yang melanggengkan kerja, agrisivitas, penderitaan dan ketidakadilan.. kebanyakan
kebutuhan yang ada untuk membantu orang bersantai, bersenang-senang, menyukai dan
membenci apa yang disukai dan dibenci orang lain, masuk dalam kategori kebutuhan
semu.8
Dalam masyarakat konsumen, orang-orang mengenali dirinya dalam komoditi
mereka. Gaya hidup juga dihubungkan dengan status kelas sosial ekonomi. Hal tersebut
karena pola-pola konsumsi dalam gaya hidup seseorang melibatkan dimensi simbolik,
tidak hanya berkenaan dengan kebutuhan hidup yang mendasar secara biologis.
Simbolisasi dalam konsumsi masyarakat modern saat ini mengkonstruksi identitasnya,
sehingga gaya hidup bisa mencitrakan keberadaan seseorang pada suatu status sosial
tertentu. Konstruksi identitas diri melalui konsumsi banyak dilakukan oleh masyarakat
perkotaan.9.

8
Melly Ridaryanthi, “Bentuk Budaya Populer Dan Konstruksi Perilaku Konsumen Studi Terhadap Remaja,”
Jurnal visi komunikasi 13, no. 01 (2014): 95.
9
Mubaddilah Rafa’al, “Identitas gaya hidup dan budaya konsumen dalam mengkonsumsi brand the executive,”
Jurnal Komunikasi Profesional 1, no. 1 (2017): 51.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam masyarakat modern saat ini konsumsi telah menjadi suatu kebutuhan vital
yang tidak hanya berguna secara instrumental atau sekedar mengambil atau
menghabiskan nilai fungsional dari suatu komoditi. Saat ini pengertian konsumsi sendiri
telah mengalami perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Baron Isherwood
bahwa konsumsi telah merepresentasikan perolehan, penggunaan dan pertukaran. Saat
ini, kebanyakan individu mengkonsumsi bukan hanya memakai atau menghabiskan nilai
fungsional suatu barang, tetapi ketika seseorang mengkonsumsi suatu barang ia juga
mengkomunikasikan secara laten berapa penghasilannya, atau tergolong status sosial
mana komoditi yang ia konsumsi atau ia termasuk high class atau bukan
Perkembangan budaya konsumen telah mempengaruhi cara-cara masyarakat
mengekspresikan estetika dan gaya hidup. Dalam masyarakat konsumen, terjadi
perubahan mendasar berkaitan dengan cara-cara orang mengekspresikan diri dalam gaya
hidupnya. Gaya hidup juga dihubungkan dengan status kelas sosial ekonomi. Hal
tersebut karena pola-pola konsumsi dalam gaya hidup seseorang melibatkan dimensi
simbolik, tidak hanya berkenaan dengan kebutuhan hidup yang mendasar secara biologis.
Simbolisasi dalam konsumsi masyarakat modern saat ini mengkonstruksi identitasnya,
sehingga gaya hidup bisa mencitrakan keberadaan seseorang pada suatu status sosial
tertentu. Konstruksi identitas diri melalui konsumsi banyak dilakukan oleh masyarakat
perkotaan

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa saran kami, sebagai Mahasiswa harus memiliki


prinsip dan pendirian agak tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang
konsumtif, jika merasa kalau pergaulan tersebut hanya membuat kita menjadi kearah
yang lebih buruk, ada baiknya keluar dari pergaulan tersebut. Cari pergaulan atau teman-

11
teman yang bisa membawa kearah yang lebih baik, karena pergaulan yang buruk
merusak kebiasaan yang baik.
Jangan sibuk mengejar gaya hidup hanya untuk mendapat pengakuan atau disebut
„populer‟, karena menjadi „populer„ bukanlah suatu kepastian untuk sukses di masa
depan. Mulailah belajar untuk mengelola keuangan saat menjadi mahasiswa, karena akan
terbiasa dikemudian hari saat sudah mulai bekerja dan memiliki penghasilan sendiri.
Karena seberapapun besar nominal uang, kalau kita tidak menggunakannya dengan bijak
pasti tidak akan terasa cukup.
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, kami akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran
mengenai pembahasan makalah di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Wayan Weda Asmara, Nufian Febriani, Nia Ashton Destrity, Dian Tamitiadini, Azizun
Kurnia Illahi, Wifka Rahma Syauki, Fitria Avicenna, Diyah Ayu Amalia Avina, dan
Bambang Dwi Prasetyo. Teori Perilaku Konsumen. Universitas Brawijaya Press,
2022.

Firmansyah, Muhammad. PERILAKU KONSUMEN, 2018.

Jayadi Suparman(2022)“Konsep Dasar Sosiologi Budaya Definisi dan Teori". PUSTAKA


EGALITER, yogyakarta.

Nurist, Surayya. “Posmodernisme dan budaya konsumen.” Posmodernisme dan Budaya


Konsumen, 2010.

Program Studi Branding, Universitas Prasetiya Mulya, Jakarta, Ricky Reksoprawiro,


Gabriella Scarlett, Program Studi Branding, Universitas Prasetiya Mulya, Jakarta,
Alexander Joseph Ibnu Wibowo, Program Studi Branding, Universitas Prasetiya
Mulya, Jakarta, Novi Amelia, dan Program Studi Branding, Universitas Prasetiya
Mulya, Jakarta. “Consumer Culture Theory: Hubungan Timbal Balik antar Social
Operant Resources dan Operand Resources dalam Studi Empiris McDonald‟s
Indonesia.” Kajian Branding Indonesia 2, no. 1 (13 Januari 2020): 132–61.
https://doi.org/10.21632/kbi.2.1.132-161.

Rafa‟al, Mubaddilah. “Identitas gaya hidup dan budaya konsumen dalam mengkonsumsi
brand the executive.” Jurnal Komunikasi Profesional 1, no. 1 (2017).

Ridaryanthi, Melly. “Bentuk Budaya Populer Dan Konstruksi Perilaku Konsumen Studi
Terhadap Remaja.” Jurnal visi komunikasi 13, no. 01 (2014): 87–104.

Rosida, Ida. “Tubuh Perempuan dalam Budaya Konsumen: Antara Kesenangan Diri, Status
Sosial, dan Nilai Patriarki.” Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya 20, no. 1
(2018): 85–101.

Sinulingga, Nora Anisa Br, Hengki Tamando Sihotang, dan M. Kom. Perilaku Konsumen:
Strategi Dan Teori. Iocs Publisher, 2023.

13

Anda mungkin juga menyukai