Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

BUDAYA DAN SUB BUDAYA KONSUMEN


KELAS SOCIAL KONSUMEN

Nama Kelompok 2 :
Rahmat Hidayat (2261201039)
Chairul Hakim (2261201024)

Kelas: Manajemen 4B1


Mata Kuliah: Perilaku Konsumen

Dosen Pengampu :
Dr. ARIZAL N. SE., MM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah yang mengenai "Budaya dan Sub Budaya Konsumen" dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya oleh pihak yang berkepentingan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................5

1.2 Tujuan............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................6

2.1 Pengertian Budaya dan Sub Budaya Konsumen..............................................6

2.1.1 Proses Budaya............................................................................................6

2.1.2 Menganalisis Sub Budaya...........................................................................7

2.1.3 Sub Budaya Etnis....................................................................................... 7

2.1.4 Sub Budaya Hispanik..................................................................................8

2.1.5 Sub Budaya Asia........................................................................................ 8

2.2 Kelas Social Konsumen.....................................................................................9

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelas Sosial.....................................10

2.3. Keputusan Pembelian.................................................................................... 11

2.3.1 Definisi Perilaku Konsumen......................................................................11

2.3.2 Pengertian Keputusan Pembelian.............................................................11

2.3.3 Motif-Motif Pembelian (Buying Motives)....................................................12

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian.......................12

BAB III PENUTUP.....................................................................................................14

3.1 Kesimpulan......................................................................................................15

3.2 Saran............................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi dan kompleksitas hubungan sosial, budaya konsumen


menjadi faktor penting dalam memahami perilaku konsumen. Budaya konsumen
tidak hanya mencakup nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol yang
dipertahankan dalam masyarakat, tetapi juga subbudaya konsumen yang
berkembang di dalamnya. Subbudaya konsumen mencerminkan kelompok-
kelompok yang memiliki preferensi, nilai-nilai, dan praktik konsumsi yang serupa,
seringkali terbentuk berdasarkan kesamaan latar belakang sosial, ekonomi, atau
demografis.

Salah satu aspek yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana budaya dan
subbudaya konsumen berinteraksi dengan kelas sosial konsumen. Kelas sosial
memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk preferensi dan perilaku
konsumen. Perbedaan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan sosial
dapat menciptakan variasi dalam pola konsumsi antara kelompok-kelompok kelas
sosial. Pemahaman yang mendalam tentang bagaimana budaya, subbudaya, dan
kelas sosial saling terkait dalam konteks konsumsi dapat memberikan wawasan
yang berharga bagi praktisi pemasaran dan peneliti untuk merancang strategi yang
lebih efektif dalam menjangkau konsumen.

Dalam konteks ini, makalah ini bertujuan untuk menggali hubungan antara budaya,
subbudaya konsumen, dan kelas sosial konsumen. Makalah ini akan membahas
konsep-konsep tersebut secara mendalam, melihat bagaimana budaya dan
subbudaya konsumen berkembang di dalam kelas sosial konsumen, serta
bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku konsumen. Selain itu, makalah
ini juga akan membahas implikasi dari hubungan ini dalam konteks pemasaran,
dengan menyoroti pentingnya memahami keragaman budaya dan subbudaya
konsumen dalam merancang strategi pemasaran yang relevan dan efektif.

Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang


lebih komprehensif tentang peran budaya, subbudaya, dan kelas sosial konsumen
dalam membentuk perilaku konsumen, serta memberikan panduan praktis bagi
praktisi pemasaran dalam merancang strategi yang lebih efektif dalam menghadapi
keragaman konsumen.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana budaya konsumen memengaruhi preferensi pembelian dalam


kelompok sosial tertentu?
2. Apa peran subbudaya dalam membentuk perilaku konsumen dan bagaimana
subbudaya ini berinteraksi dengan budaya umum?
3. Bagaimana perbedaan dalam budaya dan subbudaya konsumen
memengaruhi strategi pemasaran produk atau layanan tertentu?
4. Apa pengaruh media sosial terhadap pembentukan subbudaya konsumen
baru dan bagaimana hal ini memengaruhi perilaku konsumen?
5. Bagaimana budaya organisasi memengaruhi persepsi konsumen terhadap
merek atau produk tertentu dalam kelompok sosial mereka?
6. Apa dampak globalisasi terhadap perubahan budaya konsumen dan
subbudaya di berbagai kelompok sosial?

1.2 Tujuan

1. Memahami lebih dalam tentang bagaimana budaya dan subbudaya


konsumen berinteraksi dan memengaruhi perilaku konsumen di berbagai
kelompok sosial.
2. Mengidentifikasi pola-pola pembelian atau preferensi konsumen dalam
subbudaya tertentu untuk membantu perencanaan strategi pemasaran yang
lebih efektif.
3. Menilai pengaruh media sosial dan teknologi digital terhadap perubahan
budaya dan subbudaya konsumen serta implikasinya bagi praktik pemasaran.
4. Menganalisis bagaimana budaya organisasi memengaruhi persepsi
konsumen terhadap merek atau produk, sehingga dapat meningkatkan
strategi branding.
5. Mempelajari dampak globalisasi terhadap perubahan budaya konsumen dan
subbudaya di berbagai kelompok sosial untuk mengantisipasi tren pasar
global yang sedang berkembang.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budaya dan Sub Budaya Konsumen

Budaya secara luas merupakan makna yang dimiliki bersama oleh sebagian besar
masyarakat dalam suatu kelompok sosial (Peter dan Olson, 2000). Sedangkan
menurut Mangkunegara (2005), budaya dapat didefinisikan sebagai hasil kreatifitas
manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk
perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Selanjutnya menurut Supranto (2007), budaya adalah keseluruhan yang kompleks


meliputi pengetahuan, kepercayaan, senin, hukum, moral, kebiasaan, dan setiap
kemampuan yang diperoleh setiap orang sebagai anggota masyarakat. Schiffman
dan Kanuk (2007), mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan kepercayaan, nilai-
nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu mengarahkan perilaku
konsumen para anggota masyarakat tertentu.

Budaya dalam kehidupan sehari-hari pengaruhnya tidak kelihatan, karena berjalan


secara otomatis dan alamiah. Kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang terkadang
tidak dapat dipahami dan ditelusuri, karena kebiasaan itu terjadi dalam kondisi apa
adanya dengan kata lain secara tidak sadar, budaya telah mebentuk perilaku kita.
Selain itu budaya lahir karena untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam sebuah
masyarakat. Budaya memberikan aturan, arahan dan pedoman kepada mansia
dalam mengatasi setiap persoalan yang dihadapi. Dalam konteks yang lebih mikro,
budaya juga mengajarkan kepada kita bagaimana cara berpakaian yang sesuai
dalam keadaan tertentu, bagaimana cara berkomunikasi dengan berbagai strata
sosial serta bagaimana cara makan yang pantas dalam sebuah pesta atau acara
tertentu.

Budaya berbeda dengan karakteristik biologis manusia yang tidak bisa diubah.
Budaya dapat dipelajari melalui berbagai medium, mulai dari pembelajaran formal,
pembelajaran informal dan pembelajaran teknis. Pembelajaran formal dilakukan
dengan cara dimana orang-orang dewasa atau saudara yang lebih tua, mengajarkan
kepada yang lebih muda tentang bagaimana cara berperilaku yang baik.
Pembelajaran informal terjadi ketika seseorang belajar dengan meniru perilaku
orang lain. Pembelajaran teknis dilakanakan dalam lingkungan pendidikan, dimana
para guru mengajar kepada murid tentang apa yang harus dilakukan,bagaimana
cara melakukan dan mengapa harus dilakukan.

2.1.1 Proses Budaya

Budaya dalam perspektif yang lain dapat dipandang sebagai sebuah proses. Proses
budaya (cultural process), menjelaskan bagaimana makna dan budaya ini
dipindahkan atau ditransfer diantara tempat-tempat tersebut oleh apa yang
dilakukan organisasi (bisnis, pemerintah, agama, pendidikan) dan oleh masing-
masing individu di masyrakat. Menurut Peter dan Olson (2000), terdapat dua cara
untuk mentransfer makna dalam masyarakat yang berorientasi konsumsi.
Diantaranya:

1) Strategi pemasaran didisain untuk menggerakkan makna budaya dari


lingkungan budaya ke dalam produk dan jasa agar produk atau jasa tersebut
menarik bagi konsumen.
2) Konsumen secara aktif mencari makna budaya yang ada dalam produk untuk
membentuk identitas pribadi atau konsep pribadi seperti yang diinginkan.

Dari sisi pemasaran, yang terpenting dalam pemahaman makna budaya adalah
bagaimana memindahkan makna budaya ke dalam produk untuk mempengaruhi
perilaku konsumen.

2.1.2 Menganalisis Sub Budaya

Analisis subbudaya sering dilakukan dalam beberapa tahap.

Pertama, sebuah subbudaya yang luas diidentifikasi berdasarkan pada beberapa


karakteristik demografis. Selanjutnya, ditentukan oleh tujuan dari pemasaran.
Kelompok budaya yang cukup luas, selanjutnya dapat disegmentasi lebih lanjut ke
dalam subbudaya yang disasarkan pada karakteristik demografis lainnya, seperti
tingkat pendapatan, skturktur usia, tempat tinggal dan sebagainya. Jika diperlukan,
proses segmentasi tersebut dapat terus dilanjutkan, sehingga tercipta subbudaya
yang lebih kecil sehingga didefinisikan dengan cara yang lebih akurat Analisis
subbudaya dapat mengikuti pendekatan yang sama seperti analisis budaya yang
telah dibahas sebelumnya. Biasanya, para pemasar menguji kandungan suatu
subbudaya dengan menjelaskan makna budaya yang dimiliki bersama oleh anggota
subbudaya tersebut (khususnya nilai dan gaya hidup mereka).

Pembahasan tentang proses budaya yang melaluinya makna budaya dipindahkan


dari dunia eksternal subbudaya ke produk dan jasa dan kepada masyarakat dalam
subbudaya jauh lebih jarang dilakukan oleh para pemasar.

Dalam menganalisis suatu sub-budaya, pemasar berupaya mengidentifikasi


karakteristik khas, makna, dan kecenderungan perilaku yang dimiliki oleh anggota
kelompok tersebut. Oleh karena sebagian besar subbudaya bentuknya beragam,
maka tugas dari para pemasar adalah menentukan tingkat analisis mana yang tepat
bagi suatu permasalahan atau seberapa tegas perbedaan yang diharapkan,
kemudian mengembangkan strategi pemasaran untuk tingkatan tersebut.

2.1.3 Sub Budaya Etnis

Peter dan Olson (2000), membagi subbudaya etnis menjadi subbudaya hitam,
subbudaya Hispanik dan subbudaya Asia

• Subbudaya hitam atau Afrika-Amerika adalah kelompok minoritas terbesar di


Amerika Serikat, dengan jumlah sekitar 31 juta orang yang tergabung dalam 7 juta
keluarga (sekitar 13 persen dari total populasi), membentuk sebuah pasar yang
besarnya sekitar 170 milyar pertahun. Saat ini semakin banyak pemasar yang
menyasar orang hitam amerika dengan strategi pemasaran dan produk khusus.
Misalnya, tyco, hasbro, dan mattel adalah boneka etnis yang secara pemasaran
didisain dengan benar bagi pasar orang hitam (10 persen anak-anak di bawah usia
10 tahun adalah orang hitam).

2.1.4 Sub Budaya Hispanik

Subbudaya hispanik, adalah mereka yang nenek moyangnya berbahasa spanyol


dari negara seperti meksiko (sejauh ini adalah kelompok terbesar di amerika
serikat), puerto rico, kuba, dan berbagai negara di Amerika Tengah dan Selatan
lainnya. Jika digabungkan menjadi satu subbudaya hispanik, masyarakat ini
membentuk pasar dengan daya beli mencapai lebih dari 70 milyar dolar. Orang
hispanik tidak tersebar secara merata di amerika serikat, dengan sebagian besar
tinggal di perbatasan negara bagian Texas, California, Arizona, dan New Mexico
(masing-masing negara bagian memiliki populasi hispanik melebihi 500.000 orang).
Enam kota berpenduduk hispanik paling banyak adalah New York (sebagian besar
berasal dari Puerto Rico dan Dominica); Miami (orang Kuba); Los Angeles, Houston,
dan San Antonio (Mexico); serta Chicago (canpuran semuanya). Dalam wilayah ini
subbudaya haspanik memiliki efek yang cukup besar pada budaya keseluruhan.

2.1.5 Sub Budaya Asia

walaupun jumlahnya kurang dari 3 persen dari total populasi pada tahun 1990, orang
asia-amerika adalah kelompok etnis yang paling cepat berkembang di amerika
serikat. Populasi masyarakat dengan nenek moyang amerika meningkat 80 persen
pada tahun 1980an (sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya imigrasi),
meningkatnya dari 3,8 juta pada tahun 1980 menjadi sekitar 7 juta di tahun 1989.
Orang asia-amerika terkonsentrasi di beberapa bagian tertentu amerika saja,
dimana mereka memiliki pengaruh yang penting pada budaya keseluruhanya. Orang
Asia Amerika adalah pasar yang utama karena mereka pada umumnya lebih
makmur ketimbang kelompok etnis ras lainnya.
2.2 Kelas Social Konsumen

Kotler merumuskan kelas sosial sebagai pengelompokan masyarakat yang


mempunyai minat, nilai-nilai serta perilaku yang serupa, dan dikelompokkan secara
berjenjang. Jadi, kita dapat memahami bahwa kelas sosial tidak hanya dibagi
berdasarkan tingkat pendapatan akan tetapi dapat dikelompokkan berdasarkan
kombinasi mulai dari tingkat pendidikan, pemilihan tempat rekreasi, nilai-nilai yang
dianut sampai dengan kekayaan yang dianut.

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang terbuka untuk para individu yang
memiliki tingkat sosial yang serupa. Dalam kelas sosial terjadi pembedaan
masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat, ada kelas yang tinggi, ada yang
rendah. Kelas sosial (social class) merupakan pembagian masyarakat yang relatif
permanen dan berjenjang di mana anggotanya berbagi nilai, minat dan perilaku yang
sama. Kelas sosial tidak ditentukan hanya oleh faktor seperti pendapatan, tetapi
diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan
variabel lain. Pemasar tertarik pada kelas sosial karena orang di dalam kelas sosial
tertentu cenderung memperlihatkan perilaku pembelian yang sama. Kelas sosial
memperlihatkan selera produk dan merek yang berada di bidang seperti pakaian,
perabot, aktivitas bersantai dan mobil.

Menurut Elly M. Setiadi dan usman Kolip dalam bukunya Pengantar Sosiologi
Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya menjelaskan bahwa kelas sosial adalah gejala yang serba hadir di
setiap kehidupan sosial, artinya dalam setiap kehidupan sosial selalu ada pola-pola
penggolongan manusia dalam kelompok dengan berbagai kriteria yang melekat
pada diri masing-masing anggota kelompok tersebut. Kelas-kelas sosial akan selalu
muncul secara ilmiah, sehingga dalam kenyataannya munculnya kelas sosial telah
menjadi bagian dari hukum alam.22 Salah satu gambaran klasik tentang kelas sosial
di Amerika Serikat mendefinisikan tujuh tingkat dari bawah keatas sebagai berikut:

1. Atas-atas (upper-upper) terdapat kurang dari 1% merupakan golongan elit


sosial yang hidup dari kekayaan warisan.
2. Atas-bawah (lower-upper) orang yang mempunyai penghasilan yang besar
karena kemampuan luar biasa dalam profesi atau bisnisnya.
3. Menengah-atas (upper-middle) tidak memiliki status keluarga ataupun
kekayaan yang luar biasa mereka memperhatikan karir.
4. Menengah (middle) terdapat 32% mereka membeli produk yang popular
untuk mengikuti kecenderungan.
5. Kelas pekerja terdapat 38% mereka yang melopori gaya hidup kelas pekerja
tanpa memperhatikan penghasilan.
6. Bawah-atas (upper-lower) mereka mengerjakan pekerjaan yang tidak
membutuhkan keterampilan dan digaji sangat rendah.
7. Bawah-bawah (lower-lower) terdapat 6% mereka tidak berusaha mencari
kerja yang tetap dan untuk menghidupi dirinya sebagian besar bergantung
pada bantuan.
2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelas Sosial

Bentuk konkrit pelapisan kelas sosial masyarakat ada berbagai macam. Namun, ada
juga para ahli yang meninjau bentuk pelapisan masyarakat hanya berdasar pada
salah satu aspek saja misalnya aspek ekonomi, atau aspek politik saja, tetapi
sementara itu ada pula yang melihatnya melalui berbagai ukuran secara
komprehensif.

Selanjutnya itu ada yang membagi pelapisan masyarakat ke dalam jumlah yang
lebih sederhana (misalnya membagi hanya menjadi dua bagian). Sementara itu ada
pula yang membagi tiga lapisan atau lebih. Ada yang membagi pelapisan
masyarakat seperti berikut ini:

a) Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class)
b) Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelas
menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class).
c) Sementara itu ada pula sering kita dengar : kelas atas (upper class), kelas
menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan
kelas bawah (lower class).

Pada umumnya golongan yang menduduki kelas bawah jumlah orangnya lebih
banyak daripada kelas menengah, demikian seterusnya semakin tinggi golongannya
semakin sedikit jumlah orangnya. Menurut J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto
dalam bukunya Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan menjelaskan bahwa bentuk
konkret lapisan-lapisan dalam masyarakat ada bermacam-macam. Namun pada
prinsipnya bentuk-bentuk tersebut dapat diklarifikasikan ke dalam tiga macam kelas,
yaitu:

a) Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomi.


b) Kelas yang didasarkan pada faktor politis.
c) Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu yang ada dalam
masyarakat.

Menurut Abu Ahmadi ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan
kelas sosial, yaitu:

a) Ukuran kekayaan
Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu ukuran; barangsiapa
yang mempunyai kekayaan paling banyak, termasuk ke dalam lapisan sosial
teratas. Kenyataan tersebut, misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang
bersangkutan, berupa mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian
serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-
barang mahal, dan sebagainya.

b) Ukuran kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar, menempati lapisan sosial teratas.
c) Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapatkan atau
menduduki lapisan teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua
atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat.

d) Ukuran ilmu pengetahuan


Ukuran ilmu pengetahuan dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Ukuran ini kadang-kadang menyebabkan menjadi negatif,
karena ternyata bahwa bukan ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan
tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam
usaha untuk mendapatkan gelar tersebut walaupun secara tidak halal.

2.3. Keputusan Pembelian

2.3.1 Definisi Perilaku Konsumen

Menurut Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “perilaku


yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka”. Kotler dan Amstrong mengartikan perilaku
konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah
tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal.

2.3.2 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Swastha dan Irawan keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen


tentang keinginan dan kebutuhan akan suatu produk dengan menilai dari sumber-
sumber yang ada dengan menetapkan tujuan pembelian serta mengidentifikasi
alternatif sehingga pengambil keputusan untuk membeli yang disertai dengan
perilaku setelah melakukan pembelian.

Keputusan pembelian menurut Schiffman Kanuk adalah pemilihan dari dua atau
lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat
membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses
dimana seseorang sudah melalui beberapa tahap pemikiran dan alternatif pilihan
untuk benar-benar membeli produk.
2.3.3 Motif-Motif Pembelian (Buying Motives)

Para pembeli memiliki motif-motif pembelian yang mendorong mereka untuk


melakukan pembelian. Mengenai buying motives ada 3 macam :

a) Primary buying motive, yaitu motif untuk membeli yang sebenarnya misalnya,
kalau orang mau makan ia akan mencari nasi.

b) Selective buying motive, yaitu pemilihan terhadap barang, ini berdasarkan


ratio misalnya, apakah ada keuntungan bila membeli karcis. Seperti seorang
ingin pergi ke Jakarta cukup dengan membeli karcis kereta api kelas
ekonomi, tidak perlu kelas eksekutif. Berdasarkan waktu misalnya membeli
makanan dalam kaleng yang mudah dibuka, agar lebih cepat. Berdasarkan
emosi, seperti membeli sesuatu karena meniru orang lain. Jadi selective
dapat berbentuk Rational Buying Motive, emotional buying motive atau
impluse (dorongan seketika).

c) Patronage buying motive, ini adalah selective buying motive yang ditujukan
kepada tempat atau toko tertentu. Pemilihan ini bisa timbul karena layanan
memuaskan, tempatnya dekat, cukup persediaan barang, ada halaman
parker, orang-orang besar suka berbelanja ke situ.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Kotler perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor,


diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor Kebudayaan, meliputi:

1) Kebudayaan adalah determinan paling fundamental dari keinginan dan


perilaku konsumen.
2) Sub budaya adalah kelompok masyarakat yang berbagi sistem nilai
berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum. Sub budaya terdiri
dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.
3) Kelas sosial adalah pembagian yang relatif permanen dan memiliki jenjang
dalam masyarakat yang mana anggotanya terdapat nilai, minatdan perilaku
yang sama.

b. Faktor Sosial, meliputi:

1) Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh


langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
2) Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat dan ia telah menjadi obyek penelitian yang luas.
3) Peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan
oleh seseorang, masing-masing peran menghasilkan status.
c. Faktor Pribadi, meliputi:

1) Usia dan tahap daur hidup adalah tahap-tahap yang akan dilalui oleh setiap
orang ketika tumbuh dewasa.
2) Pekerjaan adalah seseorang yang melakukan kegiatan kemudian dibayar
mempengaruhinya dalam melakukan pembelian.
3) Situasi ekonomi adalah pilihan produk sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi seseorang. Situasi ekonomi meliputi pendapatan yang bisa
dibelanjakan (tingkat pendapatan, stabilitas, dan pola waktunya), tabungan
dan kekayaan (termasuk persentase yang likuit), utang, kemampuan untuk
meminjam dan sikap terhadap belanja versus menabung.
4) Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang sesuai dengan aktivitas yang
dilakukan, minat, dan opininya.
5) Kepribadian dan konsep diri adalah karakteristik yang unik yang konsisten
pada diri seseorang kemudian membentuk citra dari pribadi tersebut.

d. Faktor Psikologi, meliputi:

1) Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan tindakan atas dasar


kebutuhan.
2) Persepsi adalah proses yang digunakan oleh konsumen untuk memilih,
mengorganisasi dan menginterpresikan masukanmasukan informasi guna
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
3) Sikap dan kepercayaan adalah pemikiran deskriptif yang dipercayai
seesorang sehingga memunculkan sikap senang maupun tidak terhadap
sesuatu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah disebutkan, kesimpulan dari
penelitian atau kajian tentang budaya dan subbudaya konsumen dalam kelas sosial
konsumen dapat mencakup beberapa poin penting:

 Budaya dan subbudaya konsumen memiliki peran yang signifikan dalam


membentuk perilaku konsumen di berbagai kelompok sosial. Preferensi
pembelian, nilai-nilai, dan norma-norma dalam budaya konsumen dapat
mempengaruhi keputusan konsumen.
 Subbudaya konsumen dapat membentuk kelompok-kelompok dengan
preferensi dan karakteristik konsumsi yang serupa, yang dapat menjadi target
strategi pemasaran yang lebih terarah dan efektif.
 Media sosial dan teknologi digital memiliki peran penting dalam membentuk
subbudaya konsumen baru dan mempercepat perubahan budaya konsumen,
yang perlu diperhatikan dalam strategi pemasaran.
 Budaya organisasi juga dapat memengaruhi persepsi konsumen terhadap
merek atau produk, sehingga penting untuk memperhatikan budaya
perusahaan dalam pengembangan strategi branding.
 Dampak globalisasi terhadap budaya konsumen dan subbudaya
menunjukkan pentingnya untuk mengikuti dan memahami tren pasar global
dalam merencanakan strategi pemasaran yang sukses.
3.2 Saran

Berikut adalah beberapa saran yang dapat Anda pertimbangkan dalam


mengembangkan penelitian atau kajian tentang budaya dan subbudaya konsumen
dalam kelas sosial konsumen:

Klarifikasi Konsep: Pastikan untuk secara jelas mendefinisikan dan membedakan


antara budaya dan subbudaya konsumen dalam konteks penelitian Anda agar tidak
terjadi kebingungan dalam interpretasi data dan hasil.

Pemilihan Metode: Pilih metode penelitian yang sesuai dengan tujuan Anda, apakah
itu studi kualitatif untuk memahami secara mendalam nilai-nilai dan norma-norma
budaya, atau studi kuantitatif untuk mengidentifikasi pola-pola konsumsi dalam
subbudaya tertentu.

Sumber Data: Gunakan sumber data yang beragam dan representatif untuk
memperoleh pemahaman yang holistik tentang budaya dan subbudaya konsumen.
Ini bisa meliputi data survei, wawancara, observasi, dan analisis konten media
sosial.

Analisis Mendalam: Lakukan analisis yang mendalam terhadap data yang Anda
kumpulkan untuk mengidentifikasi pola-pola yang signifikan dalam budaya dan
subbudaya konsumen. Gunakan pendekatan analisis yang sesuai dengan metode
penelitian Anda.

Implikasi Praktis: Diskusikan implikasi temuan Anda secara praktis bagi praktisi
pemasaran. Berikan rekomendasi yang konkret dan relevan untuk membantu
mereka dalam merencanakan strategi pemasaran yang lebih efektif.

Keterbukaan Terhadap Perubahan: Budaya dan subbudaya konsumen dapat


berubah seiring waktu, terutama dengan adanya perkembangan teknologi dan
globalisasi. Oleh karena itu, tetaplah terbuka terhadap perubahan dan pergeseran
dalam budaya konsumen untuk dapat merespons dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai