Nama Kelompok 2 :
Rahmat Hidayat (2261201039)
Chairul Hakim (2261201024)
Dosen Pengampu :
Dr. ARIZAL N. SE., MM
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah yang mengenai "Budaya dan Sub Budaya Konsumen" dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya oleh pihak yang berkepentingan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.2 Tujuan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................6
3.1 Kesimpulan......................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana budaya dan
subbudaya konsumen berinteraksi dengan kelas sosial konsumen. Kelas sosial
memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk preferensi dan perilaku
konsumen. Perbedaan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan sosial
dapat menciptakan variasi dalam pola konsumsi antara kelompok-kelompok kelas
sosial. Pemahaman yang mendalam tentang bagaimana budaya, subbudaya, dan
kelas sosial saling terkait dalam konteks konsumsi dapat memberikan wawasan
yang berharga bagi praktisi pemasaran dan peneliti untuk merancang strategi yang
lebih efektif dalam menjangkau konsumen.
Dalam konteks ini, makalah ini bertujuan untuk menggali hubungan antara budaya,
subbudaya konsumen, dan kelas sosial konsumen. Makalah ini akan membahas
konsep-konsep tersebut secara mendalam, melihat bagaimana budaya dan
subbudaya konsumen berkembang di dalam kelas sosial konsumen, serta
bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku konsumen. Selain itu, makalah
ini juga akan membahas implikasi dari hubungan ini dalam konteks pemasaran,
dengan menyoroti pentingnya memahami keragaman budaya dan subbudaya
konsumen dalam merancang strategi pemasaran yang relevan dan efektif.
1.2 Tujuan
Budaya secara luas merupakan makna yang dimiliki bersama oleh sebagian besar
masyarakat dalam suatu kelompok sosial (Peter dan Olson, 2000). Sedangkan
menurut Mangkunegara (2005), budaya dapat didefinisikan sebagai hasil kreatifitas
manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk
perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Budaya berbeda dengan karakteristik biologis manusia yang tidak bisa diubah.
Budaya dapat dipelajari melalui berbagai medium, mulai dari pembelajaran formal,
pembelajaran informal dan pembelajaran teknis. Pembelajaran formal dilakukan
dengan cara dimana orang-orang dewasa atau saudara yang lebih tua, mengajarkan
kepada yang lebih muda tentang bagaimana cara berperilaku yang baik.
Pembelajaran informal terjadi ketika seseorang belajar dengan meniru perilaku
orang lain. Pembelajaran teknis dilakanakan dalam lingkungan pendidikan, dimana
para guru mengajar kepada murid tentang apa yang harus dilakukan,bagaimana
cara melakukan dan mengapa harus dilakukan.
Budaya dalam perspektif yang lain dapat dipandang sebagai sebuah proses. Proses
budaya (cultural process), menjelaskan bagaimana makna dan budaya ini
dipindahkan atau ditransfer diantara tempat-tempat tersebut oleh apa yang
dilakukan organisasi (bisnis, pemerintah, agama, pendidikan) dan oleh masing-
masing individu di masyrakat. Menurut Peter dan Olson (2000), terdapat dua cara
untuk mentransfer makna dalam masyarakat yang berorientasi konsumsi.
Diantaranya:
Dari sisi pemasaran, yang terpenting dalam pemahaman makna budaya adalah
bagaimana memindahkan makna budaya ke dalam produk untuk mempengaruhi
perilaku konsumen.
Peter dan Olson (2000), membagi subbudaya etnis menjadi subbudaya hitam,
subbudaya Hispanik dan subbudaya Asia
walaupun jumlahnya kurang dari 3 persen dari total populasi pada tahun 1990, orang
asia-amerika adalah kelompok etnis yang paling cepat berkembang di amerika
serikat. Populasi masyarakat dengan nenek moyang amerika meningkat 80 persen
pada tahun 1980an (sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya imigrasi),
meningkatnya dari 3,8 juta pada tahun 1980 menjadi sekitar 7 juta di tahun 1989.
Orang asia-amerika terkonsentrasi di beberapa bagian tertentu amerika saja,
dimana mereka memiliki pengaruh yang penting pada budaya keseluruhanya. Orang
Asia Amerika adalah pasar yang utama karena mereka pada umumnya lebih
makmur ketimbang kelompok etnis ras lainnya.
2.2 Kelas Social Konsumen
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang terbuka untuk para individu yang
memiliki tingkat sosial yang serupa. Dalam kelas sosial terjadi pembedaan
masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat, ada kelas yang tinggi, ada yang
rendah. Kelas sosial (social class) merupakan pembagian masyarakat yang relatif
permanen dan berjenjang di mana anggotanya berbagi nilai, minat dan perilaku yang
sama. Kelas sosial tidak ditentukan hanya oleh faktor seperti pendapatan, tetapi
diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan
variabel lain. Pemasar tertarik pada kelas sosial karena orang di dalam kelas sosial
tertentu cenderung memperlihatkan perilaku pembelian yang sama. Kelas sosial
memperlihatkan selera produk dan merek yang berada di bidang seperti pakaian,
perabot, aktivitas bersantai dan mobil.
Menurut Elly M. Setiadi dan usman Kolip dalam bukunya Pengantar Sosiologi
Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya menjelaskan bahwa kelas sosial adalah gejala yang serba hadir di
setiap kehidupan sosial, artinya dalam setiap kehidupan sosial selalu ada pola-pola
penggolongan manusia dalam kelompok dengan berbagai kriteria yang melekat
pada diri masing-masing anggota kelompok tersebut. Kelas-kelas sosial akan selalu
muncul secara ilmiah, sehingga dalam kenyataannya munculnya kelas sosial telah
menjadi bagian dari hukum alam.22 Salah satu gambaran klasik tentang kelas sosial
di Amerika Serikat mendefinisikan tujuh tingkat dari bawah keatas sebagai berikut:
Bentuk konkrit pelapisan kelas sosial masyarakat ada berbagai macam. Namun, ada
juga para ahli yang meninjau bentuk pelapisan masyarakat hanya berdasar pada
salah satu aspek saja misalnya aspek ekonomi, atau aspek politik saja, tetapi
sementara itu ada pula yang melihatnya melalui berbagai ukuran secara
komprehensif.
Selanjutnya itu ada yang membagi pelapisan masyarakat ke dalam jumlah yang
lebih sederhana (misalnya membagi hanya menjadi dua bagian). Sementara itu ada
pula yang membagi tiga lapisan atau lebih. Ada yang membagi pelapisan
masyarakat seperti berikut ini:
a) Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class)
b) Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelas
menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class).
c) Sementara itu ada pula sering kita dengar : kelas atas (upper class), kelas
menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan
kelas bawah (lower class).
Pada umumnya golongan yang menduduki kelas bawah jumlah orangnya lebih
banyak daripada kelas menengah, demikian seterusnya semakin tinggi golongannya
semakin sedikit jumlah orangnya. Menurut J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto
dalam bukunya Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan menjelaskan bahwa bentuk
konkret lapisan-lapisan dalam masyarakat ada bermacam-macam. Namun pada
prinsipnya bentuk-bentuk tersebut dapat diklarifikasikan ke dalam tiga macam kelas,
yaitu:
Menurut Abu Ahmadi ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan
kelas sosial, yaitu:
a) Ukuran kekayaan
Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu ukuran; barangsiapa
yang mempunyai kekayaan paling banyak, termasuk ke dalam lapisan sosial
teratas. Kenyataan tersebut, misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang
bersangkutan, berupa mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian
serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-
barang mahal, dan sebagainya.
b) Ukuran kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar, menempati lapisan sosial teratas.
c) Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapatkan atau
menduduki lapisan teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua
atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat.
Keputusan pembelian menurut Schiffman Kanuk adalah pemilihan dari dua atau
lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat
membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses
dimana seseorang sudah melalui beberapa tahap pemikiran dan alternatif pilihan
untuk benar-benar membeli produk.
2.3.3 Motif-Motif Pembelian (Buying Motives)
a) Primary buying motive, yaitu motif untuk membeli yang sebenarnya misalnya,
kalau orang mau makan ia akan mencari nasi.
c) Patronage buying motive, ini adalah selective buying motive yang ditujukan
kepada tempat atau toko tertentu. Pemilihan ini bisa timbul karena layanan
memuaskan, tempatnya dekat, cukup persediaan barang, ada halaman
parker, orang-orang besar suka berbelanja ke situ.
1) Usia dan tahap daur hidup adalah tahap-tahap yang akan dilalui oleh setiap
orang ketika tumbuh dewasa.
2) Pekerjaan adalah seseorang yang melakukan kegiatan kemudian dibayar
mempengaruhinya dalam melakukan pembelian.
3) Situasi ekonomi adalah pilihan produk sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi seseorang. Situasi ekonomi meliputi pendapatan yang bisa
dibelanjakan (tingkat pendapatan, stabilitas, dan pola waktunya), tabungan
dan kekayaan (termasuk persentase yang likuit), utang, kemampuan untuk
meminjam dan sikap terhadap belanja versus menabung.
4) Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang sesuai dengan aktivitas yang
dilakukan, minat, dan opininya.
5) Kepribadian dan konsep diri adalah karakteristik yang unik yang konsisten
pada diri seseorang kemudian membentuk citra dari pribadi tersebut.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah disebutkan, kesimpulan dari
penelitian atau kajian tentang budaya dan subbudaya konsumen dalam kelas sosial
konsumen dapat mencakup beberapa poin penting:
Pemilihan Metode: Pilih metode penelitian yang sesuai dengan tujuan Anda, apakah
itu studi kualitatif untuk memahami secara mendalam nilai-nilai dan norma-norma
budaya, atau studi kuantitatif untuk mengidentifikasi pola-pola konsumsi dalam
subbudaya tertentu.
Sumber Data: Gunakan sumber data yang beragam dan representatif untuk
memperoleh pemahaman yang holistik tentang budaya dan subbudaya konsumen.
Ini bisa meliputi data survei, wawancara, observasi, dan analisis konten media
sosial.
Analisis Mendalam: Lakukan analisis yang mendalam terhadap data yang Anda
kumpulkan untuk mengidentifikasi pola-pola yang signifikan dalam budaya dan
subbudaya konsumen. Gunakan pendekatan analisis yang sesuai dengan metode
penelitian Anda.
Implikasi Praktis: Diskusikan implikasi temuan Anda secara praktis bagi praktisi
pemasaran. Berikan rekomendasi yang konkret dan relevan untuk membantu
mereka dalam merencanakan strategi pemasaran yang lebih efektif.