Dosen Pengajar:
Novia Handayani, SKM, MA, M.Kes.
Disusun oleh:
1. Afanin Karin Z./ 25000119140324
2. Gemah Ayu Nazhira/ 25000119140244
3. Muhammad Naufal/ 25000119140368
4. Vina Grace Jesika/ 25000119140382
5. Didan Dwiky Darmawan/ 25000119140354
6. Sellyna Andiani/ 25000119130118
Kelas: E (2019)
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Pengertian Nilai......................................................................................4
2.2 Pengertian Budaya..................................................................................4
2.3 Nilai Budaya...........................................................................................5
2.4 Norma Sosial..........................................................................................5
2.4.1 Pengertian Norma.........................................................................5
2.4.2 Jenis-jenis Norma.........................................................................6
2.4.3 Unsur-unsur Pembentuk Norma...................................................8
2.5 Pengaruh Nilai Budaya dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat..........................................................................................10
2.6 Pranata Sosial ......................................................................................11
2.6.1 Pengertian Pranata Sosial...........................................................11
2.6.2 Kelas-kelas dalam Pranata Sosial...............................................11
2.6.3 Fungsi Pranata Sosial.................................................................12
2.6.4 Unsur-unsur yang Terkandung dalam Konsep Paranata Sosial. 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................14
3.1 Kesimpulan .........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................15
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
4. Apa yang dimaksud dengan pranata sosial?
5. Bagaimana perilaku kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan nilai
budaya dan norma sosial?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Pengertian Budaya
Pengertian kebudayaan dapat ditinjau secara umum dan menurut beberapa
ahli. Secara umum, kata ‘kebudayaan’ berasal dari kata Sansekerta buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Dengan demikian, kebudayaan
berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kata budaya di sini merupakan
suatu singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama. Menurut
Koentjaraningkrat, kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia
yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi
pekertinya. Selain itu kebudayaan menurut Kroeber dan C. Kluckhohn dalam
bukunya yang berjudul Culture, A Critical Review of Concepts and Definitions
adalah menifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya
(Noorkasiani, Heryati, dan Rita Ismail, 2009).
5
berperilaku, agar kepentingan bersama dalam kesatuan sosial dapat terjamin
(Rifai, 2008).
Ada tiga elemen yang termuat dalam setiap norma, yakni nilai (value),
penghargaan (rewards), dan sanksi (punishment). Nilai pada dasarnya bersifat
abstrak tentang ide-ide yang relative disukai, disenangi, dan dicapai oleh
masyarakat. Oleh karena itu, nilai memuat ide-ide yang penting bagi dan oleh
masyarakat. Sedangkan reward dan punishment atau Sanction relatif konkrit
karena langsung menentukan perilaku manusia (Rose, et al., 1982).
Normal berkaitan erat dengan sanksi. Sanksi adalah hukuman yang akan
diterima apabila norma tidak dilakukan. Tanpa sanksi, norma tidak akan berjalan.
Norma merupakan patokan perilaku dalam kelompok masyarakat tertentu, yang
disebut juga peraturan sosial yang menyangkut perilaku-perilaku yang pantas
dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Norma berisi perintah maupun
larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk
mengatur setiap perilaku manusia dalam mesyarakat guna mencapai kedamaian.
Pada umumnya, norma itu tidak tertulis (lisan) dan merupakan hasil dari
kesepakatan masyarakat. Norma sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan
perubahan sosial, sehingga norma sosial dapat mengalami perubahan (Cahyo,
dkk., 2020).
6
Dalam agama Kristen diwajibkan untuk menjalankan sepuluh
perintah Allah.
Dalam agama Hindu, terdapat kepercayaan terhadap reinkarnasi,
yaitu adanya kelahiran kembali bagi manusia yang telah meninggal
sesuai dengan karmanya atau sesuai dengan kehidupannya di masa
lalu.
2. Norma kesusilaan
Norma kesusilaan didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia.
Norma ini bersifat universal, yaitu setiap orang di dunia ini
memilikinya, hanya bentuk dan perwujudannya saja yang berbeda.
Sanksi yang diterima dari pelanggaran norma ini adalah ditolak atau
dikucilkan oleh masyarakat.
Contoh: pemerkosaan, pembunuhan, dan pengkhianatan.
3. Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah
laku yang berlaku di masyarakat, seperti cara berpakaian cara bersikap
dan berperilaku dalam pergaulan, dan berbicara. Norma ini bersifat
relatif, yaitu penerapanya berbeda di berbagai tempat, lingkungan, dan
waktu. Misalnya, menentukan kategori pantas dalam berpakaian antara
tempat yang satu dengan yang lainnya terkadang berbeda. Sanksi dari
norma ini adalah perasaan bersalah atau tidak enak hati terhadap diri
sendiri dan orang lain.
Contoh:
Tidak memakai perhiasan mencolok saat suasana berkabung.
Mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan pertolongan atau
bantuan.
Meminta maaf saat berbuat kesalahan atau membuat orang lain
kesal.
4. Norma hukum
Norma hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara).
Sanksi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Sanksi ini
7
dilaksanakan oleh suatu lembaga yang memiliki kedaulatan, yaitu
negara. Norma hukum memiliki ciri- diakui oleh masyarakat sebagai
ketentuan yang sah dan terdapat penegak hukum sebagi pihak
berwenang untuk memberikan sanksi. Sanksi dari norma hukum adalah,
penjara, denda, sampai hukuman mati.
Contoh:
Mencuri, membunuh, dan menipu.
Tidak membayar pajak
8
mores dapat menimbulkan bencana. Mores didasari pada hubungan
sebab dan akibat yang murni dari sebuah tindakan seperti, pembunuhan,
bullying, freesex, perseturuan adat, incest, dan lain sebagainya. Bentuk
dari sanksi yang diberikan jika melanggar biasanya seperti dikucilkan
dari pergaulan, bahkan hingga pengusiran dari sebuah kelompok
masyarakat.
3. Lembaga sosial (Social Institution)
Lembaga sosial atau social institution adalah hubungan sosial yang
terorganisir, yang mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umum tertentu
guna memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tertentu. Terdapat lima
lembaga sosial dasar di masyrakat, yaitu:
a. Kehidupan keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyrakat, tetapi memiliki
peran penting dalam memberi sosialisasi tentanng norma-norma
sosial.
b. Lembaga agama
Keyakinan atau kepercayaan seseorang atau masyarakat dalam
memilih kebabasan beragama merupakan keyakinan hakiki setiap
individu. Semua agama selalu mengajarkan aturan-aturan kebaikan
hidup dan interaksi antara manusia ke manusia dan antara manusia
dengan Tuhannya. Ajaran dalam agama juga mempunyai hubungan
timbal balik dengan norma-norma sosial di masyarakat.
c. Lembaga pemerintahan
Pemerintahan termasuk lembaga formal yang mengatur kehidupan
bernegara serta bermasyarakat. Pemerintah lebih fokus terkait pada
perlindungan terhadapa hak sosial dan menegakkan kewajiban
sosial masyarakat.
d. Lembaga Pendidikan
Pendidikan memberikan standarisasi informasi yang menjadi
pegangan hidup masyarakat dalam menjalanakan norma.
e. Organisasi ekonomi
9
Kegiatan ekonomi dapat mendukung sumber dana untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam menjalankan norma kehidupan.
Kegiatan ekonomi dapat memnuhi kebutuhannya dengan pekerjaan
dan usaha yang sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
4. Hukum adat istiadat (custom law)
Hukum merupakan perangkat norma yang berfungsi atau
digunakan sebagai penegak norma di masyarakat. Adat istiadat adalah
tata kelakuan yang berupa aturan-aturan yang mempunyai sanski lebih
keras. Pelanggaran akan dikenai sanksi hukuman, baik formal maupun
informal. Seperti pelaku pemerkosaan, selain mendapatkan hukuman
KUHP, juga akan mendapatkan hukuman dari masyrakat berupa
cemooh atau dikucilkan.
5. Nilai (value)
Nilai adalah gagasan mengenai apakah sebuah pengalaman hidup
itu berarti atau tidak. Norma dan nilai tidak bisa dipisahkan. Nilai lebih
mengarah kepada perilaku/pertimbangan orang, sehingga antara satu
orang dengan orang lain akan berbeda.
10
20,5% ditolong oleh dukun. Hal tersebut menunjukkan masyarakat di desa masih
hal-hal mistis dibandingkan dengan pertolongan dari tenaga kesehatan (Widodo,
dkk., 2017). Untuk mengatasi hal tersebut, tenaga kesehatan dapat melakukan
pendekatan ke dukun melalui petinggi desa atau orang yang dihormati di desa
tersebut. Pendekatan ini dilakukan sekaligus untuk memberi tahu cara-cara
persalinan yang benar, cara menstrerilkan alat, dan hal-hal apa saja yang dapat
membuat proses bersalin menjadi aman.
Selain itu terdapat mitos-mitos yang masih berkembang di suatu daerah,
seperti ibu yang sudah mendekati hari kelahiran tidak diperbolehkan untuk berada
di rumah karena dapat menghilangkan kesaktian dari suaminya. Untuk mengatasi
hal tersebut, tenaga kesehatan dapat mengambil keuntungan dengan memberitahu
sang suami agar sang ibu dapat melahirkan di puskesmas atau rumah sakit saja
agar proses bersalin menjadi lebih aman dan tetap menghargai kepercayaan akan
mitos tersebut.
Dengan perkembangan zaman, terdapat ilmu yang mempelajari tentang
pengobatan dengan kebudayaan, salah satunya adalah Ethnomedicine.
Ethnomedicine merupakan cabang dari ethnobotani atau antropologi kesehatan
yang mernpelajari pengobatan tradisional, tidak hanya yang berhubungan dengan
sumber-sumber tertulis (contohnya pengobatan tradisional cina, Ayurveda) tetapi
juga pengetahuan dan praktik yang secara oral diturunkan selama beberapa abad.
Dalam ilmu pengetahuan, Etnomedicine pada umumnya ditandai dengan
pendekatan antropologi yang kuat atau pendekatan biomedikal yang kuat,
terutama dalam program penemuan obat (Isniati, 2013).
11
pranata sosial yang sebagai immaterial seperti nilai dan norma, dan (2) pranata
sosial sebagai materiel seperti adanya wadah atau lembaga (institusi). Namun,
keduanya dapat dipahami sebagai wujud yang utuh dan kompleks atau meteriel
entities (Bahri, 2005).
12
Kelas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan mengatur keimbangan
kekuasaan dalam masyarakat, pemerintahan, demokrasi, partai,
kehakiman, ketentaraan, dan lain-lain.
8. Somatic institution
Kelas ini berfungsi untuk memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan
hidup, seperti perawatan atau pemeliharaan kecantikan, kesehatan,
kedokteran, dan lainnya.
13
oleh kebiasaan atau nilai budaya yang ada di masyarakat, yang dimana dalam
dunia kesehatan ada beberapa perilaku tersebut dipandang kurang benar.
Contohnya seperti pada desa Tanjung Limau di Kalimantan Timur beberapa ibu
hamil masih mempercayai adanya budaya tidak boleh memakan cumi-cumi
karena jikalau makan cumi-cumi yang ditakutkan dapat menyebabkan plasenta
atau tembuni lengket. Selain itu di desa Tanjung Limau selain memakan cumi-
cumi beberapa buah juga dipercaya menjadi pantangan untuk dimakan ibu hamil
seperti jeruk nipis. Jeruk nipis disebutkan dapat menyebabkan kesulitan dalam
persalinan, nanas muda dan durian dianggap dapat menyebabkan keguguran.
Diamana padahal buah-buahan itu baik untuk dikonsumsi ibu hamil. Selain
pantangan makanan ada juga pantangan perilaku, seperti pantangan perilaku
tersebut terutama terkait dengan kepercayaan bahwa perilaku ibu selama
kehamian akan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesempurnaan bayi yang
sedang dikandung. Seorang wanita hamil tidak boleh melilitkan handuk di leher
karena akan mengakibatkan bayi lahir dengan terlilit plasenta. Dari beberapa
contoh yang sudah disampaikan bisa disimpilkan bahwa nilai budaya masih
berperan besar dalam kehidupan masyarkat.
14
segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit, tetapi
lebih memilih pasrah.
3. Sikap ethnosentris, sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang
bahwa budaya kelompok adalah yang paling baik, jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat merasa bangga
terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya, dan selalu
beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju, sehingga merasa
superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang.
Tetapi dari sisi lain, semua anggota dari budaya lainnya menganggap
bahwa yang dilakukan secara alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena
itu, sebagai petugas kesehatan harus menghindari sikap yang menganggap
bahwa petugas adalah orang yang paling pandai, paling mengetahui
tentang masalah kesehatan, karena pendidikan petugas lebih tinggi dari
pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut-sertakan
masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal ini
memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan, tetapi
masyarakat dimana mereka bertempat tinggal lebih mengetahui keadaan di
masyarakatnya sendiri. Contoh lainnya seorang perawat atau dokter
menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa
dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.
4. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya, sikap perasaan bangga atas
perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan konsep
kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Contoh,
dalam upaya perbaikan gizi, di suatu daerah pedesaan tertentu, menolak
untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan
vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat
beranggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan
mereka menolaknya karena status mereka tidak mau dan tidak
dapat disetarakan dengan kambing.
5. Pengaruh norma, norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi
perilaku masyarakat di bidang kesehatan, karena norma yang mereka
miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik. Contoh, upaya
15
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang
memberikan pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna pelayanan.
6. Pengaruh nilai, nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan dan perilaku individu masyarakat, kerena apa
tidak melakukan nilai maka dianggap tidak berperilaku “pamali” atau
“saru “. Nilai yang ada di masyarakat tidak semua mendukung perilaku
sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehatan. Nilai yang merugikan kesehatan misalnya arti dari memiliki
anak yang banyak akan membawa rejeki sendiri sehingga tidak perlu lagi
takut dengan anak banyak. Nilai yang mendukung kesehatan, tokoh
masyarakat setiap tutur katanya harus wajib ditaati oleh kelompok
masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai untuk membantu
sebagai key person dalam program kesehatan.
7. Pengaruh unsur budaya, yang dipelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi terhadap perilaku kesehatan. Kebiasaan yang ditanamkan sejak
kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia
dewasa. Misalnya saja, anak harus mulai diajari sikat gigi, buang air besar
di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan dan berpakaian
yang baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak
tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah ketika
dewasa.
8. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan, tidak
ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan
selalu dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua,
ketiga dan seterusnya. apabila seorang pendidik kesehatan ingin
melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus
dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat atau berpengaruh
terhadap perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang
akan terjadi dengan perubahan tersebut, apabila ia tahu budaya masyarakat
16
setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan, maka
ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi
outcome dari perubahan yang telah direncanakan. Artinya seorang petugas
kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan harus
mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan
bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih
sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah hanya
petugas kesehatan yang benar.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai budaya merupakan
konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga
masyarakat, mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting
dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah
dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat. Terdapat empat norma
yang berada di masyarakat, yaitu norma hukum, norma kesusilaan, norma agama,
dan norma kesopanan. Keempat norma tersebut memiliki fungsi yang hampir
sama, tetapi memiliki sanksi masing-masing.
Nilai budaya dan norma sosial tidak dapat dipisahkan, karena nilai norma
harus dijalankan agar hidup bermasyarakat menjadi tertib. Dalam hal kesehatan
pun tidak bisa dijauhkan dengan nilai kebudayaan yang masih melekat pada
tradisi suatu masyarakat, karena suatu kebudayaan bisa saja menjadi suatu
kebiasaan yang terus menerus dilakukan dan sulit diubah. Selanjutnya pranata
sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat pada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dalam masyarakat.
18
DAFTAR PUSTAKA
19