Anda di halaman 1dari 17

Kompleksitas Kebudayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Brand, Program

Komunikasi Dan Ideologi Konsumen

Dosen Pengampu: Abdul Khairuddin Angkat,SKM,M.Kes

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1:
1. AMALIA DAULAY (P01031221006)
2. CATHRINE ANGELY (P01031221012)
3. RUMONA PUTRI HARAHAP (P01031221042)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM
STUDI SARJANA TERAPAN GIZI 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini selesai tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen kami pada mata kuliah Food Service dangan judul Makalah Kompleksitas
Kebudayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Brand, Program Komunikasi Dan Ideologi
Konsumen.

kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Khairuddin


Angkat,SKM,M.Kes, selaku dosen mata kuliah Studi Food Service yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan. kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dalam
makalah ini dan kami menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan kearah yang lebih baik. Harapan penulis semoga Makalah
ini memberi manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Lubuk Pakam, 27 Maret 2024

Penyusun
.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN..............................................................................................................iv
1.1.Latar Belakang..........................................................................................................iv
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................iv
1.3 Tujuan.......................................................................................................................iv
1.3 .1 Tujuan Umum........................................................................................................v
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................................v
BAB II.................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..................................................................................................................1
2.1 Pengaruh kebudayaan terhadap sikap dan perilaku konsumen..................................1
2.1 Unsur unsur kebudayaan.......................................................................................4
2.2 Budaya dan strategi pemasaran.............................................................................5
2.3 Karakteristik ekonomi konsumen.........................................................................6
2.4 Kelas sosial konsumen..........................................................................................6
2.5 Pengukuran kelas sosial........................................................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebudayaan memiliki peran yang signifikan dalam membentuk perilaku konsumen
dan persepsi terhadap merek. Kompleksitas kebudayaan mencakup beragam faktor seperti
nilai, norma, bahasa, dan simbol-simbol yang dimiliki oleh suatu kelompok sosial
(Hofstede, 1980). Interaksi antara kebudayaan dan merek menjadi penting karena merek
sering kali menjadi simbol yang memperkuat identitas individu atau kelompok dalam suatu
masyarakat (Douglas & Isherwood, 1996). Dalam konteks ini, kebudayaan mempengaruhi
bagaimana suatu merek dipahami dan diterima oleh konsumen, serta memengaruhi
preferensi pembelian mereka.
Program komunikasi juga sangat dipengaruhi oleh kompleksitas kebudayaan. Pesan-
pesan pemasaran harus disesuaikan dengan nilai-nilai dan preferensi budaya yang berbeda-
beda agar dapat efektif mencapai audiens yang ditargetkan (Belk, 2003). Misalnya, strategi
iklan yang sukses di satu budaya mungkin tidak akan efektif di budaya lain karena
perbedaan norma dan nilai yang ada (Solomon, 2018). Oleh karena itu, pemahaman
mendalam tentang kebudayaan menjadi kunci dalam merancang program komunikasi yang
relevan dan persuasif.
Selain itu, kompleksitas kebudayaan juga memengaruhi ideologi konsumen, yaitu
pandangan atau pemahaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok terhadap konsumsi
dan barang-barang yang dikonsumsi (Firat & Venkatesh, 1995). Kebudayaan membentuk
preferensi konsumen, menentukan apa yang dianggap penting atau diinginkan dalam suatu
produk atau merek, serta memengaruhi perilaku konsumen dalam mengonsumsi barang dan
jasa (Holt, 1995). Dengan demikian, ideologi konsumen tidak bisa dipisahkan dari konteks
budaya di mana individu atau kelompok tersebut berada.
Terkait dengan merek, kebudayaan memainkan peran penting dalam membentuk
identitas merek dan citra merek di mata konsumen (Schultz & Kitchen, 2019). Merek yang
berhasil sering kali mampu memanfaatkan elemen-elemen budaya untuk mengaitkan diri
dengan nilai-nilai yang dianggap penting oleh konsumen target mereka (Keller, 1993).
Melalui pemahaman mendalam tentang kebudayaan lokal, merek dapat membangun
koneksi yang lebih kuat dengan konsumen dan memperkuat kesetiaan merek (Aaker, 1997).
Dengan demikian, kompleksitas kebudayaan memainkan peran penting dalam
berbagai aspek pemasaran, mulai dari pembentukan merek hingga pembuatan program
komunikasi dan ideologi konsumen (Arnould & Thompson, 2005). Pemahaman yang
mendalam tentang kebudayaan dan responsif terhadap keragaman budaya menjadi kunci
bagi perusahaan dalam menciptakan strategi pemasaran yang sukses di era globalisasi ini
(Dholakia & Firat, 2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengaruh kebudayaan terhadap sikap dan perilaku konsumen
2. Apa aja Unsur-unsur budaya
3. Apa Budaya dan strategi pemasaran
4. Apa aja karakteristik ekonomi konsumen
5. Apa aja Kelas sosial konsumen
6. Bagaimana Pengukuran kelas social

iv
1.3 Tujuan
1.3 .1 Tujuan Umum
Tujuan Kompleksitas Kebudayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Brand, Program Komunikasi
Dan Ideologi Konsumen
1.3.2 Tujuan Khusus

1.Mengetahui Apa Pengaruh kebudayaan terhadap sikap dan perilaku konsumen


2.Mengetahui Apa aja Unsur-unsur budaya
3.Mengetahui Apa Budaya dan strategi pemasaran
4.Mengetahui Apa karakteristik ekonomi konsumen
5.Mengetahui Apa aja Kelas sosial konsumen
6.Mengetahui Bagaimana Pengukuran kelas social

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh kebudayaan terhadap sikap dan perilaku konsumen

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang


kompleks,yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi
tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia,sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang dicipakan oleh manusia


sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-
lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi sangat
besar. Dengan kebudayaan yang telah tertanam dalam dir seseorang dapat berpengaruh
dalam melihat suatu masalah,seperti dalam proses pembelian dan konsumsi. Budaya
merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh
seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan
terdiri dari sub-budaya - sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan
sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi
empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Begitu
banyak kebudayaan-kebudayaan yang terlahir di Indonesia,hal ini dapat terlihat dari
masyarakat Indonesia yang beragam,dan dari kebudayaan-kebudyayaan itu lah yang
membuat kegiatan pembelian dan konsumsi masyarakat Indonesia semakin meningkat. Saya
akan menjelaskan beberapa contoh kebudayaan yang ada di Indonesia yang mempengaruhi
pembelian dan konsumsi masyarakat Indonesia.

Beras merupakan makanan pokok masayarakat Indonesia, ini sudah menjadi


kebiasaan atau bisa disebut kebudayaan yang tapa sadar telah mengakar dalam diri
masyarakat Indonesia shingga tercipta lah kalimat "belum makan nasi berarti belum
makan",sehingga pembelian beras sangat tinggi di Indonesia bahkan ada produsen yang
mengimpor beras untuk mendapat kuliatas yang bagus dibandingkan kualitas beras di
Indonesia guna menarik minat para konsumen Budaya hari raya merupakan hal yang selalu
terjadi setiap tahunnya. Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki 5 agama dalam
satu negara,sat hari raya besar yang berasal dari 5 agama berlangsung akan sangat
mempengaruhi konsumsi masyarakat. Seperti hari raya Idul fitri atau lebaran, budaya yang
telah tertanam dalam masyrakat Indonesia sejak dulu adalah menyediakan ketupat dan opor
ayam,kedua makanan in merupakan makanan yang dianggap wajib dalam memeriahkan idul
Fitri. Dengan budaya yang seperti ini pembelan dan Konsumsi avam dan beras akan sangat
meningkat sehingga sangat menguntungkan bagi para pedagang begitu pula sat natal tiba
1
pembelian pernak-pernik natal akan meningkat tajam.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen
untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi :

A. Faktor Budaya.
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen.
Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan ole budaya, subbudaya dan kelas
social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku
yang dipelajari ole seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya - sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan
identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat
dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok
ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar
seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen. Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama
dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai
nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor
tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, kekayaan dan variable lain.

B. Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari.


Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan
memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam
memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat
mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis
shingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya
kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, "ya karena memang sudah
seharusya seperti itu'. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan
pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan
masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu
baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan
muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya
yang berbeda.Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatya menggosok gigi dua
kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik
bila dibandingkan engan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gig
dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat dir mereka sendiri dan bereaksi terhadap
lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap
individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.

C. Pengaruh Budaya Dapat Memuaskan Kebutuhan.


Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya
dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan
masalah dengan menyediakan metode "Coba dan buktikan" dalam memuaskan kebutuhan
fisiologis, personal dan sosial. Misalya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan
dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tap waktu
seseorang pada waktu makan.

D. Pengaruh Budaya Yang Berupa Tradisi.


Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-
langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-
2
ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lair hingga mati. Hal ini
bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi in untuk para pemasar adalah
fakta bahwa tradisi cenderung mash berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya.
Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-
tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan
acara tersebut.

E. Budaya Dan Konsumsi


Produk mempunyai fungi, bentuk dan arti. Ketika konsumen membeli suatu produk
mereka berharap produk tersebut menjalankan fungi sesuai harapannya, dan konsumen terus
membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun, bukan hanya
fungsi yang menentukan keberhasilan produk. Produk juga harus memenuhi harapan
tentang norma, misalnya persyaratan nutrisi dalam makanan, crispy (renyah) untuk
makanan yang digoreng, makanan harus panas untuk 'steak hot plate' atau dingin untuk •
agar-agar pencuci mulut' .Seringkali produk juga didukung dengan bentuk tertentu untuk
menekankan simbol fungsi seperti " kristal biru' pada detergen untuk pakaian menjadi lebih
putih. Produk juga memberi simbol makna dalam masyarakat misal " bayam" diasosiasikan
dengan kekuatan dalam film Popeye atau makanan juga dapat disimbolkan sebagai
hubungan keluarga yang erat sehingga resep turn temurun keluarga menjadi andalan dalam
memasak, misal iklan Sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat
untuk menjadi ikon dalam ibadat agama.Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari,
karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial
mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-
temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua, guru dan teman-
teman di lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak
produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji
seperti Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bag
wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan,
misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang
yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada
budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan
orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima
semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi ole nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang
dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak
dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masala kesehatan akan
membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Nilai member arah pengembangan norma, proses yang dijalani dalam mempelajari
nilai dan normamdisebut "sosialisasi atau enkulturasi”. Enkulturasi menyebabkan budaya
masyarakat tertentu akan bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya,
bila masyarakat cenderung sulit menerima hal-hal baru dalam masyarakat dengan
mempertahankan budaya lama disebut Accultiration Budaya pada gilirannya akan
mempengaruhi pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk,
promosi ,distribusi dan penetapan harga. Untuk mengembangkan strategi yang efektif
pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami bagaimana
mereka mempengaruhi konsumen. Sebagaimana strategi dalam penciptaan ragam produk,
segmentasi pasar dan promos yang dapat disesuaikan dengan budaya masyarakat. Beberapa
perubahan pemasaran ya dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti
1. Tekanan pada kualitas.
2. Peranan wanita yang berubah.
3
3. Perubahan kehidupan keluarga.
4. Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan.
5. Waktu senggang yang meningkat.
6. Pembelian secara impulsif.
7. Hasrat akan kenyamanan.

2.1 Unsur unsur kebudayaan

Kebudayaan bagaikan sebuah mozaik raksasa, tersusun dari berbagai elemen yang saling
terkait erat, membentuk identitas unik bagi setiap kelompok masyarakat. Dalam memahami
kompleksitas budaya, para ahli antropologi merumuskan 7 unsur kebudayaan universal yang
menjadi fondasi bagi peradaban manusia di seluruh dunia. Tujuh unsur ini bagaikan benang merah
yang menghubungkan berbagai komunitas, mewarnai cara hidup, pemikiran, dan interaksi mereka.

1. Sistem Religi dan Kepercayaan:

Di jantung setiap kebudayaan, terdapat sistem religi dan kepercayaan yang menuntun manusia
dalam memahami dunia dan tempatnya di dalamnya. Kepercayaan pada kekuatan gaib, dewa-dewa,
atau Tuhan, memandu manusia dalam menjalani ritual, moralitas, dan nilai-nilai yang dianut. Unsur
ini termanifestasi dalam berbagai bentuk, mulai dari ritual keagamaan, doa, hingga simbol-simbol
suci yang dihormati.

2. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan:


Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam kelompok-kelompok dengan struktur dan
aturan yang terdefinisi. Unsur ini meliputi sistem kekerabatan, stratifikasi sosial, kepemimpinan, dan
organisasi politik. Bagaimana masyarakat mengatur hubungan antar individu, kelompok, dan
pemimpinnya menjadi kunci dalam memahami dinamika sosial dan stabilitas suatu komunitas.

3. Sistem Pengetahuan:

Sejak awal peradaban, manusia terus mengembangkan pengetahuan tentang alam semesta,
lingkungannya, dan dirinya sendiri. Unsur ini mencakup pengetahuan tentang flora dan fauna,
astronomi, pengobatan, teknologi, dan berbagai bentuk pengetahuan praktis lainnya. Sistem
pengetahuan ditransmisikan melalui tradisi lisan, tulisan, dan pendidikan, menjadi fondasi bagi
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
4. Bahasa:

Bahasa merupakan alat komunikasi yang memungkinkan manusia untuk saling bertukar
informasi, ide, dan perasaan. Unsur ini bukan sekadar kumpulan kata, tetapi juga mencakup sistem
tata bahasa, dialek, dan leksikon yang unik bagi setiap budaya. Bahasa menjadi pemersatu
komunitas, penjaga tradisi, dan jendela untuk memahami cara berpikir dan memandang dunia.

5. Kesenian
Kesenian merupakan ekspresi jiwa manusia yang termanifestasi dalam berbagai bentuk,
seperti musik, tari, seni visual, dan sastra. Unsur ini mencerminkan nilai estetika, kepercayaan, dan
sejarah suatu budaya. Kesenian bukan hanya hiburan, tetapi juga media untuk menyampaikan pesan,
kritik sosial, dan refleksi tentang realitas kehidupan.

6. Sistem Mata Pencaharian Hidup:

Manusia perlu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berbagai cara. Unsur ini meliputi
sistem pertanian, peternakan, perdagangan, dan industri. Cara manusia mendapatkan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal mencerminkan adaptasi mereka terhadap lingkungan dan kondisi sosial
ekonomi.

4
7. Sistem Teknologi dan Peralatan:

Teknologi dan peralatan merupakan hasil cipta manusia untuk memudahkan aktivitas dan
meningkatkan kualitas hidup. Unsur ini mencakup peralatan sederhana seperti pisau dan cangkul,
hingga teknologi canggih seperti komputer dan robot. Perkembangan teknologi dan peralatan
menjadi tolak ukur kemajuan peradaban dan membuka peluang baru bagi kehidupan manusia.

Tujuh unsur budaya ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan berinteraksi satu sama
lain. Sistem religi dan kepercayaan dapat memengaruhi sistem sosial dan moralitas. Pengetahuan
dan teknologi mendorong perkembangan seni dan budaya. Bahasa menjadi alat untuk transmisi
pengetahuan dan nilai-nilai budaya. Mata pencaharian hidup dan teknologi membentuk struktur
sosial dan ekonomi.

Memahami interaksi dan dinamika antar unsur budaya membantu kita melihat bagaimana
budaya berkembang dan berubah. Globalisasi, migrasi, dan kemajuan teknologi membawa pengaruh
baru, mendorong percampuran budaya dan memunculkan fenomena budaya baru. Di sisi lain,
budaya lokal tetap eksis dan beradaptasi, menciptakan keragaman budaya yang kaya dan penuh
warna.

2.2 Budaya dan strategi pemasaran

Budaya pemasaran mengacu pada nilai-nilai, keyakinan, norma, dan sikap yang dianut oleh
sebuah organisasi terkait pemasaran. Ini mencakup bagaimana perusahaan memandang pelanggan,
bagaimana mereka memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta bagaimana mereka
berinteraksi dan berkomunikasi dengan pelanggan mereka. Beberapa elemen penting dari budaya
pemasaran termasuk orientasi pelanggan, inovasi, responsibilitas sosial, dan fokus pada kepuasan
pelanggan.

Strategi pemasaran adalah rencana yang dirancang untuk mencapai tujuan pemasaran suatu
perusahaan. Ini mencakup langkah-langkah konkret yang diambil untuk mempromosikan produk
atau layanan, menjangkau target pasar, dan mencapai pertumbuhan bisnis. Strategi pemasaran dapat
mencakup berbagai elemen, termasuk segmentasi pasar, diferensiasi produk, penentuan harga,
promosi, dan distribusi.

Dalam praktiknya, budaya pemasaran dan strategi pemasaran saling terkait. Budaya
pemasaran yang kuat dapat membentuk dasar bagi strategi pemasaran yang efektif, sementara
strategi pemasaran yang baik dapat memperkuat dan memperkuat budaya pemasaran perusahaan.
Bersama-sama, keduanya membantu perusahaan membangun hubungan yang kuat dengan
pelanggan, memperkuat merek, dan mencapai kesuksesan jangka panjang dalam pasar yang
kompetitif.
Hubungan budaya dan strategi pemasaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan perusahaan. Budaya dapat memengaruhi perilaku konsumen dan mempengaruhi
bagaimana perusahaan memasarkan produk atau layanan mereka di pasar internasional
1. Perusahaan harus memahami nilai-nilai dan norma-norma budaya konsumen di pasar
mereka dan memastikan bahwa strategi pemasaran mereka mencerminkan nilai-nilai dan
preferensi lokal
2. Strategi pemasaran dengan cakupan yang luas, seperti iklan dan promosi, juga dapat
berpengaruh pada konsumen berdasarkan budaya mereka. Misalnya, Starbucks
memperlakukan konsumen di Amerika Serikat dan Indonesia berbeda-beda, sesuai
dengan kebudayaan mereka
3. Pengaruh budaya juga dapat terlihat dalam aspek lain, seperti dalam pemilihan produk
dan harga, serta dalam proses pembelian dan penggunaan produk
5
Untuk mengoptimalkan implementasi strategi pemasaran, perusahaan harus memahami keterkaitan
antara budaya organisasi dan strategi pemasaran, serta bagaimana penerapan strategi pemasaran
dapat memperkuat atau mengubah budaya organisasi

6
2.3 Karakteristik ekonomi konsumen
Karakteristik ekonomi konsumen adalah faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
konsumsi dan keputusan pembelian individu. Ini meliputi berbagai aspek seperti
pendapatan, pembelanjaan, kepuasan, kemampuan belanja, keluarga, pendidikan, dan usia.
Mari kita jelaskan lebih lanjut tentang beberapa karakteristik ini:
1. Pendapatan: Pendapatan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
kemampuan konsumen untuk membeli barang dan jasa. Konsumen dengan
pendapatan tinggi cenderung lebih mampu untuk membeli produk yang lebih mahal
atau berkualitas lebih tinggi.
2. Pembelanjaan: Tingkat pembelanjaan konsumen mencerminkan seberapa sering dan
seberapa banyak mereka membeli barang dan jasa. Konsumen yang cenderung
memiliki tingkat pembelanjaan yang tinggi mungkin lebih terbuka untuk membeli
produk yang lebih mahal atau mewah.
3. Kepuasan: Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk atau layanan tertentu dapat
mempengaruhi keputusan pembelian mereka di masa depan. Konsumen yang puas
dengan pengalaman sebelumnya cenderung lebih mungkin untuk membeli produk
yang sama kembali.
4. Kemampuan belanja: Kemampuan belanja mengacu pada kemampuan finansial
seseorang untuk membeli barang dan jasa. Konsumen dengan kemampuan belanja
yang tinggi memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam memilih produk yang mereka
inginkan.
5. Keluarga: Jumlah anggota keluarga dan tanggung jawab mereka juga memainkan
peran penting dalam keputusan pembelian. Konsumen dengan keluarga yang lebih
besar mungkin membutuhkan lebih banyak barang dan jasa, sehingga mereka lebih
mungkin untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar.
6. Pendidikan: Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pemahaman mereka
tentang produk dan jasa yang ditawarkan, serta kemampuan mereka untuk membuat
keputusan pembelian yang informan dan rasional.
7. Usia: Tahap kehidupan seseorang juga dapat memengaruhi preferensi dan kebutuhan
mereka terhadap produk dan jasa. Misalnya, konsumen muda mungkin lebih tertarik
pada produk teknologi terbaru, sementara konsumen lanjut usia mungkin lebih fokus
pada kesehatan dan kenyamanan.
Pengaruh karakteristik ekonomi konsumen terhadap perilaku konsumsi dan keputusan
pembelian dapat berbeda-beda tergantung pada jenis produk atau jasa yang ditawarkan,
serta faktor lingkungan ekonomi dan budaya yang memengaruhi konsumen tersebut. Oleh
karena itu, pemahaman yang mendalam tentang karakteristik ekonomi konsumen sangat
penting bagi perusahaan dalam merancang strategi pemasaran yang efektif.

2.4 Kelas sosial konsumen


Kotler merumuskan kelas sosial sebagai pengelompokan masyarakat yang mempunyai minat,
nilai-nilai serta perilaku yang serupa, dan dikelompokkan secara berjenjang. Jadi, kita dapat
memahami bahwa kelas sosial tidak hanya dibagi berdasarkan tingkat pendapatan akan tetapi dapat
dikelompokkan berdasarkan kombinasi mulai dari tingkat pendidikan, pemilihan tempat rekreasi,
nilai-nilai yang dianut sampai dengan kekayaan yang dianut.
7
1. Pengertian kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang terbuka untuk para individu yang memiliki tingkat
sosial yang serupa. Dalam kelas sosial terjadi pembedaan masyarakat kedalam kelas-kelas secara
bertingkat, ada kelas yang tinggi, ada yang rendah. Kelas sosial (social class) merupakan pembagian
masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang di mana anggotanya berbagi nilai, minat dan
perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan hanya oleh faktor seperti pendapatan, tetapi diukur
sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lain. Pemasar
tertarik pada kelas sosial karena orang di dalam kelas sosial tertentu cenderung memperlihatkan
perilaku pembelian yang sama.
Salah satu gambaran klasik tentang kelas sosial di Amerika Serikat mendefinisikan tujuh tingkat
dari bawah keatas sebagai berikut:
a. Atas-atas (upper-upper) terdapat kurang dari 1% merupakan golongan elit sosial yang hidup
dari kekayaan warisan.
b. Atas-bawah (lower-upper) orang yang mempunyai penghasilan yang besar karena
kemampuan luar biasa dalam profesi atau bisnisnya.
c. Menengah-atas (upper-middle) tidak memiliki status keluarga ataupun kekayaan yang luar
biasa mereka memperhatikan karir.
d. Menengah (middle) terdapat 32% mereka membeli produk yang popular untuk mengikuti
kecenderungan.
e. Kelas pekerja terdapat 38% mereka yang melopori gaya hidup kelas pekerja tanpa
memperhatikan penghasilan.
f. Bawah-atas (upper-lower) mereka mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhkan
keterampilan dan digaji sangat rendah.
g. Bawah-bawah (lower-lower) terdapat 6% mereka tidak berusaha mencari kerja yang tetap
dan untuk menghidupi dirinya sebagian besar bergantung pada bantuan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelas Sosial


Bentuk konkrit pelapisan kelas sosial masyarakat ada berbagai macam. Namun, ada juga para
ahli yang meninjau bentuk pelapisan masyarakat hanya berdasar pada salah satu aspek saja misalnya
aspek ekonomi, atau aspek politik saja, tetapi sementara itu ada pula yang melihatnya melalui
berbagai ukuran secara komprehensif.Selanjutnya itu ada yang membagi pelapisan masyarakat ke
dalam jumlah yang lebih sederhana (misalnya membagi hanya menjadi dua bagian).
Sementara itu ada pula yang membagi tiga lapisan atau lebih. Ada yang membagi pelapisan
masyarakat seperti berikut ini:
a. Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class)
b. Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelas menengah (middle
class), dan kelas bawah (lower class).
c. Sementara itu ada pula sering kita dengar : kelas atas (upper class), kelas menengah (middle
class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class).

Pada umumnya golongan yang menduduki kelas bawah jumlah orangnya lebih banyak
daripada kelas menengah, demikian seterusnya semakin tinggi golongannya semakin sedikit jumlah
orangnya. Menurut J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto dalam bukunya Sosiologi Teks Pengantar
dan Terapan menjelaskan bahwa bentuk konkret lapisan-lapisan dalam masyarakat ada bermacam-
macam. Namun pada prinsipnya bentuk-bentuk tersebut dapat diklarifikasikan ke dalam tiga macam
kelas, yaitu:
a. Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomi.
b. Kelas yang didasarkan pada faktor politis.
c. Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu yang ada dalam masyarakat.

a. Ukuran kekayaan (kebendaan)


dapat dijadikan suatu ukuran; barangsiapa yang mempunyai kekayaan paling banyak, termasuk ke
dalam lapisan sosial teratas. Kenyataan tersebut, misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang
bersangkutan, berupa mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian serta bahan pakaian
yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal, dan sebagainya.
b. Ukuran kekuasaan
8
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati
lapisan sosial teratas.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang
paling disegani dan dihormati, mendapatkan atau menduduki lapisan teratas. Ukuran semacam ini
banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua
atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.Pengaruh
dari adanya kelas soisal terhadap perilaku konsumen begitu tampak dari pembelian akan kebutuhan
sehari-hari, bagaimana seseorang dalam membeli akan barang kebutuhan sehari-hari yang primer
ataupun hanya sebagai penghias dalam kelas sosial begitu berbeda. Untuk kelas sosial yang lebih
tinggi akan membeli barang kebutuhan yang bermerek terkenal, ditempat yang khusus dan memiliki
harga yang cukup mahal.
Sedangkan untuk kelas sosial dari status yang lebih rendah akan membeli barang kebutuhan yang
sesuai dengan kemampuannya dan ditempat yang biasa saja. Pengusaha berusaha untuk memenuhi
kebutuhan konsumennya dengan menggunakan berbagai strategi seperti dengan cara meningkatkan
kualitas produk, membuat produk tampak lebih menarik dan lain-lain. Jika kita bandingkan
masyarakat yang masih sederhana dan yang sudah maju akan tampak bahwa ada perbedaan antara
keduanya terutama dalam faktor kelas sosial.Produk yang biasanya dibeli konsumen biasanya erat
hubungannya dengan penghasilan yang dimiliki rumah tangga tersebut. Di sini produsen dapat
menentukan, apakah ingin memasarkan produk untuk kalangan berpenghasilan tinggi, menengah,
atau bawah.Sedangkan yang kelas bawah dapat dibedakan, kelas bawah-bawah dan kelas bawah-
atas.
2.5 Pengukuran kelas sosial

Kelas sosial seseorang terukur dari bagaimana orang lain menilai dan menghormati kelas sosial yang
dimilikinya. Pengukuran kelas sosial juga dapat dilakukan melalui beberapa kriteria ukuran sebagi
berikut :
a. Ukuran Subjektif
Dimana seseorang diminta untuk menetukan sendiri posisi kelas sosialnya.
b. Ukuran Reputasi
Kelas sosial ditentukan oleh orang lain yang dari luar lingkungannya, biasanya dinilai dari seberapa
besar orang lain mengenal namanya.
c. Ukuran Objektif
Kelas sosial di tentukan berdasarkan atas variabel sosio-ekonomi seperti pekerjaan, besarnya
pendapatan, dan pendidikan.

Berdasarkan Status Ekonomi.


a. Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan:
 Golongan Sangat Kaya
 Golongan Kaya
 Golongan Miskin
Aristoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut seperti piramida:
Ket :
 Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari
pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
 Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat.
Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
 Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan
rakyat biasa.

b. Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:


 Golongan kapitalis atau borjuis : Adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
 Golongan menengah : Terdiri dari para pegawai pemerintah.
9
 Golongan proletar : Adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk
didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam
kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian, dalam
kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis dan
golongan proletar.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa kompleksitas kebudayaan
memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku konsumen, strategi pemasaran,
dan pengembangan merek. Kebudayaan tidak hanya memengaruhi preferensi
pembelian individu, tetapi juga membentuk identitas merek dan citra merek di
mata konsumen. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang kebudayaan
menjadi kunci dalam merancang strategi pemasaran yang relevan dan persuasif,
serta membangun koneksi yang kuat dengan konsumen.

Selain itu, unsur-unsur kebudayaan seperti sistem religi dan kepercayaan,


sistem pengetahuan, bahasa, serta kesenian, merupakan fondasi dari setiap
komunitas masyarakat. Memahami interaksi antara unsur-unsur kebudayaan ini
membantu perusahaan dalam merancang produk dan strategi pemasaran yang
sesuai dengan nilai-nilai dan preferensi lokal konsumen. Hal ini penting untuk
membangun hubungan yang kokoh dengan konsumen dan memperkuat posisi
merek di pasar.

Terakhir, karakteristik ekonomi konsumen, seperti pendapatan,


pembelanjaan, kepuasan, kemampuan belanja, keluarga, pendidikan, dan usia, juga
memainkan peran penting dalam membentuk perilaku konsumsi. Perusahaan perlu
memperhatikan faktor-faktor ini dalam merancang strategi pemasaran yang efektif
dan relevan. Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang kebudayaan,
bersama dengan pengetahuan tentang karakteristik ekonomi konsumen, menjadi
landasan yang kuat dalam menciptakan strategi pemasaran yang sukses di era
globalisasi ini.
3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran dari dosen pembimbing dan para pembaca agar dalam penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gunanto, E., & Gusti, Y. K. (2017). Pengaruh Lintas Budaya Pada Pemasaran
Internasional Dengan Pendekatan Perilaku Konsumen. Jurnal Riset Manajemen Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Program Magister Manajemen, 1(2), 168–
176. https://doi.org/10.32477/jrm.v1i2.28
Islam, U., Sumatera, N., Medan, U., Lubis, A. A., Islam, U., Sumatera, N., Medan, U.,
Viantika, D. S., Islam, U., Sumatera, N., Medan, U., Hasibuan, E. A., Islam, U.,
Sumatera, N., Medan, U., Tarigan, A. P., Islam, U., Sumatera, N., Medan, U., ...
Medan, U. (2023). PENGARUH FAKTOR BUDAYA TERHADAP BISNIS. 2(1),
24–36.
Jumingan. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Perencanaan Strategik
dan Kinerja Finansial pada Bank Perkreditan Rakyat Di Jawa Tengah. Faktor Yang
Mempengaruhi Perenanaan, 15(faktor-faktor yang mempengaruhi), 23–48.
Mawar, B., & Aslami, N. (2021). Strategi Pemasaran Bisnis Internasional Pada UMKM
Pasar Petisah Di Masa COVID 19. Ekonomi Bisnis Manajemen Dan Akuntansi
(EBMA), 2(2), 6.
Pontoh, N., Frendy A. O. Pelleng, & Danny D. S. Mukuan. (2021). Jurnal administrasi
bisnis. Analisis Daya Saing Ekspor Cengkeh Indonesia Di Pasar Internasional
Crusita, 1(1), 25–31.
Prasetia, A. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persaingan Dan Pertumbuhan
Pasar: Budaya, Sosial, Personal (Suatu Literature Review). Jurnal Ilmu Manajemen
Terapan, 2(4), 442–462. https://doi.org/10.31933/jimt.v2i4.457
Sholikhah, V. (2021). Manajemen Strategi Ekonomi Agribisnis Dalam Konteks Ilmu
Ekonomi Mikro. LAN TABUR : Jurnal Ekonomi Syariah, 2(2), 113–129.
https://doi.org/10.53515/lantabur.2021.2.2.113-129
Suhendra, S., & Pratama, A. I. (2022). Strategi Memperoleh Agent dalam Perdagangan
International. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 22(3), 2175.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i3.2365
Wijaya, M. (2019). Peran Budaya Organisasi dalam Mengoptimalkan Efektifitas dan
Efisiensi Strategi Organisasi. Media Informatika, 18(2), 67–74.
https://doi.org/10.37595/mediainfo.v18i2.26
Yeni, F., Gusnadi Erwin, & Hapzi Ali. (2019). Analisis Strategi Pemasaran Dalam
Menghadapi Persaingan Bisnis Pada Pt.Federal Internasional Finance (Fif) Group Di
Kecamatan Ipuh, Kabupaten Mukomuko. Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, 1(1),
38–54. https://doi.org/10.31933/jimt.v1i1.34

12

Anda mungkin juga menyukai