Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

DOSEN PENGAMPU
Dian Wahyuni, SE, MM

Disusun Oleh
Kelompok III

1. Putri Ayu Anjani (20030284)


2. Kristina (20030189)
3. Aluna Nur Adinda (20030140)
4. Silvia Waruwu (20030277)
5. Inda Yanda Yani Sibuea (20030334)
6. Liveri Aditia Syahputra (20030152)

Manajemen Keuangan ( VI-B)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ASAHAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa
pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Wahyuni, SE, MM selaku dosen
pengampu mata kuliah Perekonomian Indonesia yang senantiasa membimbing
kami dalam menyelesaikan tugas makalah.

Makalah yang berjudul “Kependudukan dan Ketenagakerjaan” ini disusun


untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Perekonomian Indonesia.
Adapun makalah ini berisi mengenai “Kependudukan, Pengangguran, dan
Ketenagakerjaan”.

Bila mana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini,
izinkan kami menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada
sempurna dan masih memiliki banyak kelemahan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan
menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.

Kisaran, 26 Februari 2022

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................. 4
1.3 TUJUAN...................... .................................................................... 4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi, Ruang Lingkup, dan Konsep Kependudukan ............... 5
2.1.1 Definisi Kependudukan ................................................ 5
2.1.2 Ruang Lingkup Kependudukan .................................. 5
2.1.3 Konsep Kependudukan ................................................ 8
2.2 Definisi, Ruang Lingkup, Dampak dan Cara Mengatasi
Pengangguran .............. …..… .............................................................. 10
2.2.1 Definisi Pengangguran .................................................. 10
2.2.2 Ruang Lingkup Pengangguran .................................... 10
2.2.3 Dampak Pengangguran ................................................ 11
2.2.4 Cara Mengatasi Pengangguran ................................... 13
2.3 Definisi, Konsep, dan Ruang Lingkup Ketenagakerjaan ............ 14
2.3.1 Definisi Ketenagakerjaan ............................................. 14
2.3.2 Konsep Ketenagakerjaan ............................................. 14
2.3.3 Ruang Lingkup Ketenagakerjaan ............................... 14

BAB III
PENUTUP
3.1 .KESIMPULAN ............................................................................... 16
3.2 .SARAN ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk memiliki peran penting dalam perekonomian. Penduduk berfungsi


ganda dalam perekonomian karena berada pada sisi penawaran dan sisi permintaan. Di
sisi permintaan penduduk adalah konsumen, dan sumber permintaan akan barang dan
jasa. Di sisi penawaran penduduk adalah produsen jika ia adalah pengusaha, atau
pedagang, atau tenaga kerja jika ia bekerja dalam konteks pembangunan. Pandangan
terhadap penduduk dipecah menjadi 2 yaitu sebagai penghambat pembangunan apabila
dalam jumlah terlalu banyak, dan juga sebagai pemicu pembangunan karena merupakan
sumber penawaran tenaga kerja yang dibutuhkan dalam ketenagakerjaan untuk
menggerakkan dan mengoperasikan kegiatan produksi.
Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, ketenagakerjaan adalah
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja. Dalam pembangunan nasional tenaga kerja adalah faktor dinamika yang paling
berperan penting karena mempunyai andil yang besar dalam menentukan pertumbuhan
perekonomian Indonesia dengan kedudukannya baik sebagai tenaga kerja produktif
maupun sebagai konsumen. Salah satu hal yang dapat menyebabkan terhambatnya
pembangunan nasioanal adalah ketidakseimbangan penyebaran tenaga kerja yang tidak
proporsional secara sektoral maupun regional. Faktor tenaga kerja juga merupakan sarana
produksi yang paling berperan penting dalam proses produksi dibandingkan dengan
sarana produksi lainnya seperti bahan mentah, air, tanah dan lain-lain. Hal ini dikarenakan
tenaga kerja atau manusialah yang akan menggerakkan dan mengoperasikan semua saran
produksi dalam proses produksi yang kemudian menghasilkan barang yang akan
mempengaruhi besarnya pendapatan domestik regional bruto (PDRB) di suatu wilayah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi,ruang lingkup, dan konsep kependudukan?


2. Apa definisi, ruang lingkup, dampak dan cara mengatasi pengangguran?
3. Apa definisi, konsep dan ruang lingkup ketenagakerjaan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi, ruang lingkup, konsep kependudukan?


2. Mengetahui definisi, ruang lingkup, dampak dan cara mengatasi pengangguran?
3. Mengetahui definisi, konsep dan ruang lingkup ketenagakerjaan?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Definisi, Konsep, dan Ruang Lingkup Kependudukan


2.1.1 Defenisi Kependudukan
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas
dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk
mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan
perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan
pembangunan berkelanjutan. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik
dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat
sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan
kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya,
berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.
Studi kependudukan (population studies) adalah studi yang luas, karena di dalam
memahami struktur dan proses kependudukan di suatu daerah, faktor-faktor non demografis
ikut dilibatkan, misalnya dalam memahami trend fertilitas di suatu daerah tidak hanya cukup
diketahui trend pasangan usia subur, tetapi juga faktor sosial budaya yang ada di daerah
tersebut. Pada masyarakat patrinial di yakini tiap keluarga mendambakan anak laki- laki,
maka besarnya jumlah anak yang diinginkan tergantung pada sudah ada tidaknya anak laki-
laki pada keluarga tersebut.

2.1.2 Ruang Lingkup Kependudukan


Dalam sejarah perkembangan demografi timbul masalah mengenai pembagian
cabang ilmu ini. Menurut Methorst dan Skirk (1937), masalah penduduk dapat dibedakan
menjadi masalah kuantitatif (demografi) dan masalah kualitatif yang membahas penduduk
dari segi genetis dan biologis. Gagasan ini tidak mendapat dukungan. Jadi, walaupun
demografi menggunakan banyak hitungan (kuantitatif), tapi juga dapat bersifat kualitatif.
Sedangkan, ilmu hayat (biologi) itu sendiri pun tidak lepas dari usaha-usaha kuantitatif.
Hal demikian memberikan kesan kepada orang awam bahwa demografi hanyalah
penyusunan statistik penduduk, padahal tidak sepenuhnya demikian. Ini memang bisa
dimengerti oleh karena pelopor-pelopor ilmu demografi, seperti Suszmilch, Guillard dan
Wolfe, menganggap demografi sebagai semacam “Tata buku Bio-sosial” atau “Bio-social
book keeping”. Jadi memang angka-angka itu penting, tetapi angka-angka tersebut harus
dinyatakan hubungan-hubungannya, setelah itu baru bisa dinamakan ilmu demografi.
Pada tahun 1937 di Paris selama kongres kependudukan berlangsung, Adolphe
Laundry telah membuktikan secara matematika adanya hubungan antara unsur-unsur
5
demografi, seperti kelahiran, kematian, jenis kelamin, umur, dan sebagainya. Ia
menyarankan penggunaan istilah Pure Demography untuk cabang ilmu demografi yang
bersifat analitik-matematika dan berbeda dari ilmu demografi yang bersifat deskriptif.
Karya ini lantas mendapat sambutan positif dari berbagai pihak.
Pure demography (demografi murni) atau juga disebut demografi formal
menghasilkan teknik-teknik untuk mengitung data kependudukan. Dengan teknik-teknik
tersebut, kita dapat memperoleh perkiraan penduduk di masa yang akan datang maupun
masa lampau. Teknik-teknik ini sering kelihatan menakjubkan dan mempunyai kegunaan
besar, tetapi teknik-teknik tersebut jarang menyajikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
sosial tentang “mengapa” bentuk atau proses peristiwa kependudukan terjadi.
Untuk menjawab pertanyaan “mengapa” tersebut, kita memerlukan ilmu lain yang
biasa disebut dengan Sociological Demography, Population Studies, Demographic
Sociology atau Studi Kependudukan. Ilmu ini merupakan penghubung antara penduduk
dan sistem sosial, dengan harapan dapat memecahkan pertanyaan dasar bagaimana kita
memberi pengertian kepada orang awam melalui proses analisis kependudukan. Jadi dapat
dikatakan pula bahwa Demografi Murni dan Studi Kependudukan saling melengkapi di
mana Studi Kependudukan menjadi dasar teori dari analisis yang dilakukan dengan
menggunakan Demografi Murni dan Demografi Murni memperkuat teori yang ada dalam
Studi Kependudukan secara ilmiah melalui proses kuantitatif (statistik & matematik).
a) Kuantitatif dan Kualitatif
Dalam metode penelitian kuantitatif, masalah yang diteliti lebih umum memiliki
wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks. Penelitian kuantitatif lebih sistematis,
terencana, terstruktur, jelas dari awal hingga akhir penelitian. Sedangkan dalam metode
penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen pokok. Oleh karena hal itu, peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas agar dapat melakukan wawancara secara
langsung terhadap responden, menganalisis, dan mengkontruksikan obyek yang diteliti
agar lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai.
1) Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila
diserta dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya.
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2012: 7).
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
2) Kualitatif

6
Metode penelitian kualitatif merupakan metode baru karena popularitasnya
belum lama, metode ini juga dinamakan post-positivistik karena berlandaskan pada
filsafat post positifisme, serta sebagai metode artistic karena proses penelitian lebih
bersifat seni (kurang terpola), dan disebut metode interpretive karena data hasil
penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di
lapangan.
Metode penelitian kualitatif sering di sebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya di lakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting),
disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk peneltitian bidang antropologi budaya.
Beberapa metodologi seperti Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan metode
kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.
b) Aspek-Aspek Analisis Demografi
Demografi mencakup beberapa aspek diantaranya sebagai berikut.
1) Populasi Penduduk
Pada dasarnya demografi merupakan studi tentang populasi penduduk.
Mempelajari populasi penduduk berarti akan berurusan dengan aspek kuantitas
atau jumlah penduduk. Setiap negara memiliki kebijakan tersendiri mengenai
perhitungan jumlah penduduk. Di Indonesia perhitungan jumlah penduduk
dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Data jumlah penduduk ini nantinya akan
dianalisa oleh pemerintah untuk menentukan arah kebijakan kependudukan di masa
depan.
2) Pengelompokan Penduduk
Pengelompokan penduduk merupakan upaya pemilahan/komposisi penduduk
berdasarkan variabel-variabel tertentu misalkan usia, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, kasta dan lainnya.
3) Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk pada dasarnya berkaitan dengan aspek geografi atau
wilayah tempat bermukimnya suatu penduduk. Perhitungan distribusi penduduk
mencakup kepadatan penduduk dan persentase penduduk per wilayah. Faktor yang
mempengaruhi distribusi populasi penduduk antara lain keadaan geografis,
ekonomi, sosial dan politik. Mengapa sekarang banyak terjadi urbanisasi? Mengapa
penduduk banyak bermukim di daerah dataran rendah? Hal tersebut dapat terjadi
karena berbagai faktor. Berbicara distribusi penduduk berarti akan berkaitan pula
dengan pola pemukiman penduduk tersebut.
4) Kelahiran
Salah satu aspek penting dari demografi adalah kelahiran. Beberapa hal yang
berkaitan dengan kelahiran antara lain angka kelahiran, kontrasepsi, angka
perkawinan dan angka harapan hidup bayi. Tingkat kelahiran yang sangat tinggi
tanpa diimbangi dengan peningkatan taraf ekonomi akan berdampak pada
kesejahteraan penduduk itu sendiri.

7
5) Kematian
Kematian dapat diukur dengan angka kematian kasar dan angka kematian bayi.
Kematian penduduk dapat terjadi karena berbagai faktor seperti penyakit,
kecelakaan, perang atau pembunuhan. Angka kematian di wilayah negara maju dan
berkembang dapat berbeda karena berbagai faktor.
6) Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dalam arti melewati batas teritorial
wilayah. Migrasi dapat bersifat internal maupun eksternal. Ahli demografi dapat
menganalisa penyebaran migrasi penduduk, rata-rata usia migrasi hingga faktor
pendukungnya. Migrasi dapat terjadi salah satunya akibat dorongan ekonomi.
7) Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu bagian dari kependudukan karena pada
dasarnya manusia memiliki profesi tertentu dalam menjalankan kehidupannya. Ahli
demografi dapat menganalisa tingkat partisipasi kerja penduduk, angka
pengangguran sampai tingkat rata-rata pendapatan penduduk. Dengan memantau
perkembangan kaum pekerja maka akan diketahui perkembangan suatu negara.
8) Kelembagaan Penduduk
Kelembagaan penduduk berkaitan dengan keluarga dan pernikahan. Studi
tentang kelembagaan penduduk meliputi status pernikahan, rata-rata usia
pernikahan per area dan faktor perceraian.
9) Kebijakan Penduduk
Kebijakan kependudukan sangat erat dengan peran pemerintah sebagai
pemangku kebijakan. Pertumbuhan penduduk yang cepat di negara berkembang
seperti Indonesia akan memicu lahirnya kebijakan-kebijakan seperti pembatasan
kelahiran, batasan umur perkawinan dan pemerataan penduduk per wilayah.
Kebijakan kependudukan akan berbeda tiap negara karena masalah penduduk yang
dialami negara-negara relatif berbeda sehingga memerlukan penanganan yang
berbeda.

2.1.3 Konsep Kependudukan


Ilmu yang berkutat pada permasalahan kependudukan kerap disebut dengan
demografi. Demografi berasal dari bahasa latin “demos” yang berarti penduduk, dan
“grafein” yang berarti menulis. Sehingga secara harfiah demografi dapat diartikan sebagai
tulisan tentang kependudukan. Sebagai ilmu, demografi mempelajari tentang natalitas atau
fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian) dan migrasi (perpindahan penduduk).
Penduduk sendiri merupakan sekumpulan manusia yang hidup dalam suatu wilayah
negara tertentu, dengan berbagai kondisi mereka dan kian berkembang.
Manusia sebagai insan individu dan sosial berkarakter dinamis. Peningkatan
pelayanan publik selayaknya bertumpu pada kondisi kehidupan individu dan masyarakat.
Sebagaimana prinsip pertama pembangunan berkelanjutan “Manusia (penduduk)
merupakan pusat perhatian pembangunan berkelanjutan, dan dikehendaki agar memiliki
kehidupan yang sehat dan produktif dalam keserasian dengan alam. Salah satu cara untuk
mencapai sasaran itu adalah melalui kebijakan kependudukan”.

8
Di Indonesia sendiri karakteristik yang menonjol dari masalah kependudukan
adalah: (1) jumlah penduduk yang besar; (2) pertambahan penduduk yang tinggi; (3)
persebaran yang tidak merata; (4) komposisi penduduk yang muda.
Permasalahan yang muncul pada konsep pembangunan berkelanjutan akibat
permasalahan kependudukan tersebut antara lain: (1) hasil pembangunan habis termakan
penduduk yang besar; (2) pembangunan tidak maksimal karena persebaran yang tidak
merata dengan penduduk yang rendah; (3) penyediaan lapangan kerja dan penduduk yang
besar.
Kebijaksanaan kependudukan di Indonesia dilaksanakan dalam beberapa kebijakan
seperti pengendalian pertumbuhan penduduk, penurunan tingkat kelahiran, penurunan
tingkat kematian, dan peningkatan mutu penduduk, serta persebaran dan mobilitas
penduduk.
Pengendalian pertumbuhan penduduk dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
dikemukakan bahwa kebijaksanaan kependudukan diarahkan pada pengembangan
penduduk sebagai sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa
yang efektif dan bermutu dalam rangka mewujudkan mutu kehidupan masyarakat yang
senantiasa meningkat. Sehubungan dengan itu perlu menyebarkan penduduk, di samping
pendidikan, kesehatan, pertumbuhan ekonomi, pembangunan daerah, dan penciptaan
lapangan kerja. Jelaslah bahwa salah satu unsur pokok kebijaksanaan kependudukan
sebagai upaya pengembangan sumber daya adalah upaya pengendalian pertumbuhan
penduduk. Oleh karena itu pengendalian pertumbuhan penduduk akan ditingkatkan dan
diintensifkan dalam Repelita V. Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama akan
dilaksanakan melalui penurunan tingkat kelahiran dan penurunan tingkat kematian.
Penurunan tingkat kelahiran terutama akan diusahakan secara langsung melalui
pemantapan pelaksanaan program keluarga berencana yang diarahkan pada keikutsertaan
seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada. Kebijaksanaan penurunan tingkat
kelahiran perlu pula dibarengi dengan kebijaksanaan yang diarahkan kepada usaha
meningkatkan umur persalinan pertama dan dengan upaya meningkatkan kesadaran
penduduk akan kegunaan dan keuntungan mempunyai anak sedikit. Kebijaksanaan ini
selanjutnya akan mendorong pelembagaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) akan mempercepat penurunan tingkat kelahiran. Sesuai dengan
amanat GBHN usaha langsung untuk menurunkan tingkat kelahiran adalah melalui
kebijaksanaan pelaksanaan keluarga berencana. Dengan makin banyaknya peserta
keluarga berencana, maka akan dapat diusahakan secara lebih efektif penurunan tingkat
kematian dan peningkatan peranan wanita dalam pembangunan yang akhirnya akan
menurunkan tingkat kelahiran.
Penurunan tingkat kematian dalam Repelita V secara nasioanal tingkat kematian
diharapkan dapat diturunkan dari 58 per 1.000 kelahiran pada akhir Repelita IV menjadi
sekitar 50 per 1.000 kelahiran pada akhir Repelita V. Sasaran penurunan tingkat kematian
bayi ini akan dibarengi dengan penurunan tingkat kematian kasar dari 7,9 per 1.000
penduduk pada tahun 1993. Sementara itu, angka harapan hidup pada waktu lahir
diharapkan meningkat dari 63 tahun pada tahun 1988 menjadi sekitar 65 tahun pada tahun
1993. Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran di atas, dalam Repelita V dilaksanakan
usaha-usaha peningkatan pelayanan. Hal tersebut dilakukan dengan mengusahakan agar

9
pelayanan kesehatan tidak saja dekat, tetapi juga terjangkau rakyat banyak. Dalam
hubungan ini maka jumlah Puskesmas dan fungsinya terus ditingkatkan dan
dikembangkan sehingga menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Sementara itu untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat dilakukan
juga Pelayanan Terpadu yang memberikan pelayanan kesejahteraan ibu dan anak seperti
dalam mengatasi masalah-masalah gizi, diare, imunisasi, dan keluarga berencana. Di
samping itu untuk meningkatkan produktivitas kerja, sekaligus sebagai usaha untuk
mencapai sasaran pembangunan kependudukan, dilakukan pula upaya peningkatan
kesehatan kerja.
Peningkatan mutu penduduk dalam bentuk peningkatan status gizi berperan penting
dalam pencapaian sasaran-sasaran kependudukan. Kebijaksanaan di bidang pangan dan
gizi secara umum ditujukan bagi peningkatan upaya penyediaan pangan dan
penganekaragaman pola konsumsi pangan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan gizi
penduduk yang semakin bermutu secara merata. Selain di bidang gizi, bidang pendidikan
juga berperan penting dalam usaha mencapai sasaran-sasaran kependudukan terutama
melalui perubahan sikap dan perilaku terhadap suatu tatanan kehidupan yang baru.
Kesadaran dan kemampuan yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan cara hidup
sehat, pengendalian kelahiran, peningkatannya melalui pendidikan. Sejalan dengan ini
maka usaha-usaha di bidang pendidikan terus dilaksanakan.

2.2 Definisi, Ruang Lingkup, Dampak, dan Cara Mengatasi Pengangguran

2.2.1 Definisi Pengangguran


pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan namun belum dapat memperolehnya
(sadono sukirno, 1978).
Menurut Payman J. Simanjuntak, pengangguran adalah orang yang tidak bekerja
berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh
pekerjaan.

Di Negara- Negara berkembang, termasuk Indonesia, pengangguran tidak mendapat


tunjangan pengangguran, sehingga amat sedikit orang yang mau menganggur, kecuali ada orang
(keluarga) yang bersedia menanggung biaya hidupnya. Sebagai penduduk bersedia bekerja dengan
jam kerja panjang dan pendapatan rendah. Jadi, masalah pengangguran bukanlah pengangguran
terbuka tetapi adalah setengah pengangguran. Oleh karena itu, dalam menafsirkan angka
pengangguran terbuka (pencari kerja) dari hasil sensus maupun survai kita perlu berhati-hati dan
menyadari sepenuhnya definisi penangguran itu hanya mencerminkan pengangguran terbuka
(pencari kerja).

2.2.2 Ruang Lingkup Pengangguran

a. Turunnya Output dan pengeluaran total.

Jika output dan pengeluaran total menurun, maka permintaan terhadap tenaga kerja

10
sangat rendah. Ini artinya sama dengan terjadi peningkatan pengangguran. Hal ini
terjadi ketika kemampuan ekonomi suatu negara lebih rendah dari kemampuan yang
seharusnya dicapai. Ketika siklus perekonomian sedang menurun, maka para pencari
pekerjaan dipaksa untuk menganggur kerena terlalu banyaknya tenaga kerja yang ingin
bekerja, namun pekerjaan itu tidak tersedia. Pengangguran yang disebabkan oleh
turunnya output dan pengeluaran total ini disebut dengan pengangguran cyclical.

b. Tidak sebandingnya penawaran dengan perimintaan pekerja.

Ketidaksebandingan dapat terjadi karena permintaan terhadap satu jenis tenaga kerja
meningkat, sedangkan permintaan untuk jenis lainnya menurun, sementara penawaran
tidak cukup mampu menyesuaikannya. Para pekerja tidak dipekerjakan bukan karena
sedang mencari perkerjaan yang paling cocok dengan keahlian mereka, namun pada
tingkat upah berlaku, penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya. Ketika terjadi
perubahan struktur agraris ke struktur industri, maka permintaan tenaga kerja tidak serta
merta dapat dipenuhi oleh penawaran tenaga kerja. Pengangguran yang disebabkan oleh
tidak sebandingnya penawaran dengan permintaan pekerja disebut pengangguran
struktural.

c. Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Mencari Pekerjaan.


Para pekerja memiliki preferensi serta kemampuan yang berbeda, dan
pekerjaan memiliki karakteristik yang berberda. Mencari pekerjaan yang tepat
membutuhkan waktu dan usaha. Hal ini cenderung mengurangi tingkat perolehan
kerja. Pekerjaan yang berbeda membutuhkan keahlian yang berbeda dan memberikan
upah yang juga berbeda. Para penganggur mungkin tidak menerima atau menolak
pekerjaan ini. Dan mencari pekerjaan lainnya yang lebih cocok dengan keahlian dan
upahnya. Ketika sebagian pekerja ingin berpindah atau bergeser atau mencari
pekerjaan yang lebih baik dengan meninggalkan pekerjaan lamanya, maka pekerja ini
untuk sementara menganggur. Para pekerja ini mencoba mencari pekerjaan dengan
upah dan keahlian yang lebih cocok. . Para pekerja ini menganggur sambil mencari
pekerjaan, dan dengan sukarela meluangkan waktu untuk mencari perkerjaan yang
cocok. Pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan seseorang untuk
mencari dan mendapatkan pekerjaan disebut pengangguran friksional.

d. Perubahan Teknologi.
Teknologi selalu berkembang dan ini membutuhkan tenaga kerja yang mampu
menyesuaikan perkembangan teknologinya. Sebagian perkerjaan memang digantikan
oleh mesin yang membutuhkan operator lebih sedikit. Sehingga jumlah tenaga kerja
untuk suatu pekerjaan yang dapat digantikan oleh mesin tersebut menjadi berkurang.
Teknologi telah mampu membuat Mesin yang dapat menggantikan sebagian pekerjaan
manusia. Dengan kata lain, Perkembangan teknologi telah mengurangi kesempatan
para pancari kerja yang tidak mampu mengadaptasi perkembangan ilmu dan
teknologinya.
2.2.3 Dampak Pengangguran
11
Terbatasnya lapangan kerja yang ada. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan lulusan yang
banyak sekali tiap tahunnya sayangnya tidak diimbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan
yang disediakan. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya pengangguran.· Teknologi yang
semakin modern. Di era globalisasi ini, teknologi sudah sulit dijauhkan dalam kehidupan
sehari-hari kita. Kehadirannya begitu penting. Suatu pekerjaan akan lebih cepat selesai, akurat,
dan efisien dengan menggunakan teknologi. Biaya yang dikeluarkan pun sedikit lebih
menguntungkan dibandingkan dengan menyerap tenaga kerja yang banyak namun tidak
efisien dalam waktu pengerjaan.

Dampak Pengangguran antara lain, yaitu:


Tentunya permasalahan ini akan membawa dampak yang buruk bagi kestabilan
perekonomian Negara. Dan dampak-dampak negatif lainnya diantaranya:
1. Timbulnya kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa
memperoleh penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan perharinya dibawah Rp 7.500
perharinya (berdasarkan standar Indonesia) sementar berdasarkan standar kemiskinan
PBB yaitu pendapatan perharinya di bawah $2 (sekitar Rp 17.400 apabila $1=Rp 8.700).
2. Makin beragamnya tindak pidana kriminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup.
Namun seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan
criminal seperti mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh
demi mendapat sesuap nasi.
3. Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan
sebagainya. Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para
pengamen atau pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena
mereka tak segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi
uang.
4. Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya
demonstrasi dan perebutan kekuasaan.
5. Terganggunyakondisipsikisseseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah
ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat
kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar. seperti mencuri,
mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh
demi mendapat sesuap nasi.
6. Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan
sebagainya. Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para
pengamen atau pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena
mereka tak segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi
uang.
7. Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya
demonstrasi dan perebutan kekuasaan.
8. Terganggunya kondisi psikis seseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah
12
ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat
kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar. seperti mencuri,
mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh
demi mendapat sesuap nasi.
9. Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan
sebagainya. Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para
pengamen atau pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena
mereka tak segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi
uang.
10. Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya
demonstrasi dan perebutan kekuasaan.
11. Terganggunyakondisipsikisseseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah
ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat
kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar.

2.2.4 Cara Mengatasi Pengangguran

Secara umum cara mengatasi pengangguran adalah dengan meningkatkan investasi,


meningkatkan kualitas SDM, transfer teknologi dan penemuan teknologi baru, pembenahan
perangkat hukum dalam bidang ketenagakerjaan, dan lainlain. Terdapat beberapa cara
mengatasi pengangguran yang dapat dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh pihak
swasta, yaitu sebagai berikut:
1. Pengembangan sektor informal seperti home industry.
2. Pengembangan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja
di sektor agraris dan sektor informal lainya di wilayah tertentu.
3. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri
padat karya di wilayah yang banyak mengalami pengangguran.
4. Peningkatan investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi untuk
mendirikan usaha-usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja.
5. Pembukaan proyek-proyek umum. Hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah seperti
pembangunan jalan raya, jembatan, dan lain-lain.
6. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga seseorang tidak
harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan para pencari kerja,
melainkan ia sendiri mengembangkan usaha sendiri yang menjadikannya bisa
memperoleh pekerjaan dan pendapatan sendiri.
7. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitasnya
melalui berwirausaha mandiri.
8. Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada peningkatan
kecakapan hidup, seperti SMK.
9. Pengembangan program kerjama dengan luar negeri dalam pemanfaatan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI)
13
10. Pengembangan sektor informal seperti home industry.
11. Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja
di sektor agraris dan sektor informal lainya diwilayah tertentu.
12. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri
padat karya di wilayah yang banyak mengalami pengangguran.
13. Peningkatan investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi melalui
pendirian usaha-usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja.
14. Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah seperti
pembangunan jalan raya, jembatan dan lain-lain.
15. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga seseorang tidak
harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan para pencari kerja,
melainkan ia sendiri mengembangkan usaha sendiri yang menjadikannya bisa
memperoleh pekerjaan dan pendapatan sendiri.

2.3Definisi, konsep, Ruang Lingkup Ketenagakerjaan

2.3.1 Defenisi Ketenagakerjaan


Ketenaga Kerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja sebelum,
selama, dan sesudah masa kerja. Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo
(1987) mengenai arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja,
termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka
yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.
2.3.2 Konsep Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara
lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus,
2007:2).
Sedangkan angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti patani yang
sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Disamping
itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedag mencari pekerjaan/mengharapkan
dapat pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal disebut pengangguran.
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga
tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak melakukan suatu
kegiatan yang dapat dimasukkan kedalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau
mencari pekerjaan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu
kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut, yaitu
membandingkan angkatan kerja dengan tenaga kerja.
2.3.3 Ruang Lingkup Ketenagakerjaan
14
Ruang lingkup dari ketenagakerjaan itu sendiri adalah pra kerja, masa dalam hubungan
kerja, masa purna kerja (post-employment).Cakupan dari ketenagakerjaan terbilang luas,
jangkauan hukum ketenagakerjaan lebih luas bila dibandingkan dengan hukum perdata.
Hukum tenaga kerja sangat tergantung pada hukum positif masing- masing negara, oleh
sebab itu tidak mengherankan kalau definisi hukum ketenagakerjaan yang dikemukakan oleh
para ahli hukum juga berlainan, juga yang menyangkut keluasannya.
Hukum merupakan sekumpulan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pihak yang berwenang,
dengan tujuan mengatur kehidupan bermasyarakat dan terdapat sanksi. Ketenagakerjaan
adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja. Dengan demikian, yang dimaksud dengan hukum ketenagakerjaan
adalah seluruh peraturan-peraturan yang dibuat oleh pihak yang berwenang, mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja.

15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kependudukan merupakan hal ihwal yang berkaitan dengan: jumlah, struktur,
umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian,
persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut
ketaqwaan, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam perencanaan
pembangunan, data kependudukan memegang peran yang penting.
Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi.
Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih penting daripada sarana
produksi produksi yang lain seperti bahan-bahan mentah, bumi dan air
serta lain sebagainya.
Penganggur merupakan bagian dari angkatan kerja yang sekarang tidak
bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep pengangguran amat sulit
diterapkan di Indonesia. Pengangguran adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan
pekerjaan namun belum dapat memperolehnya. pengangguran adalah
orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama
sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap pembaca atau
mahasiswa dapat mengerti dan memahami materi mengenai
Kependudukan dan Ketenagakerjaan.
Semoga makalah ini dapat diterima dan dimengerti serta berguna
bagi pembaca atau mahasiswa. Penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Ayudha Prayoga (Ed), 2007. Dasar-dasar Demografi. Jakarta. LP3ES.

David Lucas, dkk. 1995. Pengantar Kependudukan.Yogyakarta. Gadjahmada


University Press
Faturochman, dkk (Ed). 2004. Dinamika Kependudukan dan Kebijakan. Yogyakarta.
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan. UGM.
Ida bagus Mantra, 2007. Demografi Umum. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Payaman Simanjuntak. 1980. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta
Rozy Munir, 1986, Teori-teori Kependudukan. Jakarta. Bumi
Aksara.
Said Rusli, 1982. Pengantar Ilmu kependudukan. Jakarta. LP3ES.
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
Undang-Undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Anda mungkin juga menyukai