Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

DASAR DEMOGRAFI PERENCANAAN KESEHATAN

Mata Kuliah : Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan

Dosen : Tri Okta Ratna Ningtyas SKM, M.Kes

Disusun Oleh : 07 KSMP 003

KELOMPOK 3

1. FARIDA NAFI’AH (161040500090)


2. MEGA MAULID A (161040500098)
3. NURUL AZSKIA (161040500101)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) KHARISMA


PERSADA

TANGERANG SELATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas selesainya

makalah yang berjudul “DASAR DEMOGRAFI PERENCANAAN

KESEHATAN”. Atas dukungan moral dan materil yang di berikan dalam

penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Tri

Okta Ratna Ningtyas SKM, M.kes selaku dosen Perencanaan dan Evaluasi Program

Kesehatan yang telah memberikan ide serta memotivasi untuk dapat menyelesaikan

makalah ini.

Dan harapan kami makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan amatlah di butuhkan untuk

penyempurnaan makalah ini.

Tangerang Selatan, 8 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 3

1.1. Latar Belakang........................................................................ 3

1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 6

1.3. Tujuan ..................................................................................... 6

1.4. Manfaat .................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 7

2.1. Definis Demografi ................................................................ 10

2.2. Pertimbangan Demografi Umum ....... ................................... 12

2.3. Sumber- sumber dan kesalahan data Kependudukan …. ....... 14

2.4. Data Kependudukan Khusus dalam Perencanaan Kesehatan……18

BAB III PENUTUP ................................................................................. 25

3.1.Kesimpulan ................................................................... …. 25

3.2.Saran .................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pesatnya pertumbuhan penduduk dengan persebaran yang tidak merata,

ditambah lagi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi di kota besar, membuat

sebagian besar penduduk terdorong melakukan mobilitas ke kota yang lebih besar

tersebut. Di kota tujuan tersebut terdapat kesempatan kerja yang lebih besar

dengan jenis pekerjaan yang beragam, adanya berbagai fasilitas, dan dari segi

ekonomi mereka yang melakukan mobilitas tersebut mengharap suatu kehidupan

layak dengan pendapatan yang lebih besar dari pada di daerah asal. Studi yang

dilakukan Asep Djadja Saefullah (1992) di Jawa Barat juga mengungkapkan

bahwa lebih dari 90 persen responden menyatakan bahwa kehidupan ekonomi

rumah tangga mereka menjadi lebih baik setelah bekerja di luar daerah asal.

Pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan menunjukkan perkembangan

yang sangat pesat. Sedangkan perkembangan ekonomi di daerah perdesaan adalah

cukup lambat. Sehingga terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar

perkotaan dan pedesaan. Proses migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh

semakin kurang menariknya kehidupan di pedesaan, kawasan pedesaan yang

kegiatan ekonomi utamanya adalah pertanian sudah kehilangan daya saing secara

drastis.

Perilaku mobilitas penduduk ini pun menjadi semakin tinggi karena di

tempat asalnya terjadi penyempitan lapangan pekerjaan, salah satunya akibat dari

menyempitnya lahan pertanian karena dipakai untuk areal pemukiman, sector

3
manufaktur, jasa, dan kebiasaan orang tua untuk membagi tanah mereka sebagai

warisan pada keturunan- keturunannya. Semakin tinggi kesadaran pendidikan

membuat generasi muda merasa kehidupan di daerah asal makin tidak menarik.

Mereka pun memilih untuk bergerak ke kota yang lebih maju untuk mengenyam

pendidikan dengan kualitas yang lebih baik dengan fasilitas yang lebih lengkap

(Didit Purnomo, 2004). Pada akhirnya mereka berharap akan mendapat pekerjaan

sesuai bidang yang diinginkan, tentunya untuk mendapat penghasilan yang lebih

besar dibanding dari daerah asal.

Semakin tinggi perbedaan pertumbuhan alamiah (kelahiran melebihi

kematian) penduduk di daerah asal dan daerah tujuan, berkorelasi positif terhadap

angka migrasi neto keluar dari daerah asalnya. Proses mobilitas ke kota besar di

Indonesia diperkiraan lebih banyak disebabkan dengan makin rendahnya

pertumbuhan alamiah penduduk di kota-kota besar, relatif lambannya perubahan

status dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan, juga relatif kuatnya

kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan yang “urban bias”, sehingga

memperbesar daya tarik kota besar bagi penduduk yang tinggal di daerah yang

kurang maju misalnya daerah-daerah pedesaan (Prijono Tjiptoherijanto, 2000).

Kondisi sosial-ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk

memenuhi kebutuhan seseorang, menyebabkan orang tersebut ingin pergi ke

daerah lain. Tiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda, dengan demikian

penilaian terhadap daerah asal dari masing-masing individu tersebut menjadi

berbeda-beda. Kondisi inilah yang menyebabkan adanya proses pengambilan

4
keputusan untuk pindah (mobilitas) dari masing-masing individu yang berbeda

pula (Mantra, 1992).

Mantra (1992) menjelaskan bahwa motivasi utama orang melakukan

perpindahan dari daerahnya (perdesaan) ke perkotaan adalah motif ekonomi.

Motif ini berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antardaerah. Kondisi

yang paling dirasakan menjadi pertimbangan rasional, dimana individu

melakukan mobilitas ke kota besar adalah adanya harapan untuk memperoleh

pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh

di tempat asalnya. Motivasi tersebut sejalan dengan model migrasi Todaro (1998)

yang melandaskan pada asumsi bahwa mobilitas penduduk pada dasarnya

merupakan suatu fenomena ekonomi karena terdapat perbedaan penghasilan

aktual antara daerah asal dan tujuan.

Faktor pendorong terjadinya migrasi antara lain adalah makin

berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti daya dukung lingkungan,

menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal, adanya tekanan-tekanan seperti

politik, agama dan suku sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal,

alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan serta bencana alam. Sedangkan

faktor penarik migrasi antara lain adalah harapan akan memperoleh kesempatan

untuk memperbaiki taraf hidup, kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang

lebih baik, keadaan lingkungan yang menyenangkan, serta terdapatnya aktivitas-

aktivitas di kota besar yang menarik orang untuk bermukim di kota besar

(Prayitno, 2006). Secara umum, motif terbesar seseorang untuk melakukan

5
migrasi dari desa ke kota adalah motif ekonomi untuk memperoleh kehidupan dan

penghasilan yang lebih baik (Manning dan Effendi, 1985).

1.2.Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud Demografi?

2. Apa saja kesalahan data kependudukan?

3. Bagaimana data kependudukan Khusus dalam perencanaan kesehatan

1.3.Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat memahami Pengertian Demografi

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui kesalahan data kependudukan


3. Agar mahasiswa dapat mengetahui data kependudukan Khusus dalam
perencanaan kesehatan
1.4.Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menerapkannya ketika mereka terjun langsung

dalam sistem pelayanan masyarakat.

2. Bagi Akademi

Dijadikan tolak ukur dan penilaian sejauh mana mahasiswa dapat

menerapkan teori yang didapatkan.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat mengetahui tentang perannya sebagai indikator yang baik.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Demografi

Secara etimology, Demografi berasal bahasa Latien, yaitu kata

‘demograhie’ yang terdiri dari dua kata “demos” dan “raphien”. Demos berarti

penduduk dan graphien berarti catatan atau bahasan tentang sesuatu. Maka

secara etimology makna demografi adalah catatan atau bahasan mengenai

penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Pengertian demografi

secara umum adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran

wilayah, dan komposisi penduduk. Perubahan dan sebab perubahan itu yang

biasanya timbul karena kelahiran, perpindahan penduduk, dan mobilitas sosial.

Adapun pengertian demografi Menurut Para Ahli:

a Menurut Johan Susczmilch (1762), demografi adalah ilmu yang

mempelajari hukum Ilahi dalam perubahan-perubahan pada umat

manusia yang tampak dari kelahiran, kematian dan

pertumbuhannya.

b Menurut Achille Guillard, demografi adalah ilmu yang

mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang

dapat diukur.

c Menurut George W. Barclay, demografi adalah ilmu yang

memberikan gambaran menarik dari penduduk yang

7
digambarkan secara statistika. Demografi mempelajari tingkah

laku keseluruhan dan bukan tingkah laku perorangan.

d Menurut Phillip M. Hauser dan Dudley Duncan, demografi

adalah ilmu yang mempelajari tentang jumlah, persebaran

teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahan

dan sebab-sebab perubahan tersebut.

e Menurut V. Glass, demografi adalah ilmu yang secara umum

terbatas untuk mempelajari penduduk yang dipengaruhi oleh

proses demografis, yaitu : fertilitas, mortalitas dan migrasi.

f Menurut Donald J. Boague (1973), demografi adalah ilmu yang

mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar,

komposisi dan distribusi penduduk serta perubahan-

perubahannya

Demografi dan kependudukan sama-sama mempelajari penduduk

sebagai suatu kumpulan (agregates atau collection), bukan mempelajari

penduduk sebagai individu. Dengan demikian yang dimaksud dengan

penduduk adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah,

seperti yang termaktub dalam Undang-undang RI No. 10 tahun 1992 yaitu

penduduk adalah orang dalam matranya sebagai diri pribadi, anggota keluarga,

anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat

tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.

Kependudukan sebagai studi, memberikan informasi yang lebih

komperhensif mengenai sebab-akibat dan solusi pemecahan masalah dari

8
munculnya fenomena demografi, oleh karena itu studi kependudukan

membutuhkan disiplin ilmu lain seperti: sosiologi, psikologi, sosial-ekonomi,

ekonomi, geografi. Studi kependudukan sebagai studi antar bidang

memungkinkan dapat berperan memecahkan persoalan pembangunan yang

menyangkut penduduk sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembangunan.

Berdasarkan pengertian demografi, ada tujuan tertentu, diantaranya,

mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk

dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, menjelaskan pertumbuhan

masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan

dengan data yang tersedia, mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk

dalam suatu daerah tertentu, mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk

dimasa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

Selain , demografi memiliki variabel utama yang paling berpengaruh terhadap

perubahan komposisi penduduk seperti umur, jumlah, sebaran dan jenis

kelamin. Variabel tersebut adalah:

a Kelahiran (fertilitas atau natalitas)

b Kematian (death/mortalitas)

c Migrasi (perpindahan)

Demografi dalam ekonomi disebut juga gaya hidup. Gaya hidup adalah

bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang

ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir

dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani

9
siklus kehidupan. Pengertian demografi ini menujukan adanya konsep gaya

hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan

bagaimana seseorang hidup.

2.2. Pertimbangan Demografi Umum

Masalah kependudukan sangat mempengaruhi kesejahteraan dan

perkem bangan suatu daerah dan negara. Pada tahun 1973 di Paris selama

kongres masalah kependudukan dilangsungkan, Aldhope Laundrey telah

membuktikan adanya hubungan antara unsur-unsur demografi secara

kelahiran, kematian, jenis kelamin, umur dan sebagainya. Ia menyarankan

penggunaan istilah “PURE DEMOGRAPHY” untuk cabang ilmu demografi

yang bersifat deskriptif.

Pure Demography (demografi umum) atau juga disebut demografi

formal menghasilkan teknik-teknik untuk menghitung inikator demografi data

kependudukan. Tehnik tentang perhitungan fertilitas, mortalitas, dan migrasi

penduduk. Dengan teknik tersebut dapat diperoleh perkiraan keadaan

penduduk dimasa depan atau masa lampau.

1. Fertilitas
Kemampuan riil seorang wanita untuk mengalami masa kesuburan

Faktor : dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non demografi.

Faktor demografi diantaranya: struktur umur, status, perkawinan, umur

kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan„ dan proporsi yang kawin.

Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk,

tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi.

10
Beberapa ukuran fertilitas yang digunakan adalah :

(a) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)


(b) Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)
(c) Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate)
a. Angka
Kelahiran Kasar
CBR CBR =Bk
P
B = Banyaknya kelahiran pada
tahun tertentu P = Jumlah
penduduk pada pertengahan
tahun K = 1000
Di Indonesia pada tahun 1979 tercata 35 kelahiran per 1000
penduduk. Angka kelahiran yang tertinggi di dunia adalah negara
Kenya yaitu 100 per 1000 penduduk, sedangkan yang terendah
adalah Republik Federasi Jerman yaitu 10 per 1000 penduduk.

b. Angka Kelahiran Menurut


Umur (ASFR) ASFR = Bx . k
Pfx

X = Umur wanita dalam kelomok


umur 5 tahunan Bx = Jumlah
kelahiran dari wanita kelompok umur
x Pfx = Jumlah wanita pada umur
c. Angka Fertilitas Total (TFR)
4549

TFR
ASF
x1519

11
Pada umumnya Angka Fertilitas Total di Negara-negara sedang berkembang
tinggi sekali yaitu 5 atau lebih, sedang di Negara maju hanya sekitar 2 atau di
bawahnya. Untuk Indonesia TFR adalah 5 per wanita pada tahun 1971.

2. Mortalitas

UN dan WHO membuat definisi mati sebagai berikut : mati adalah keadaan
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang dapat tejadi
setiap saat setelah kelahiran hidup. Angka kematian sederhana antara lain :
1. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)
2. Angka Kematian Menurut Umur (ASDR)
Tinggi rendahnya angka kematian dipengaruhi oleh berbagai factor misalnya
struktur umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status sosial ekonomi, keadaan
lingkungan dan sebagainya.
a. Angka Kematian Kasar (CDR)

D
CDR  xk
P
D = Jumlah Kematian
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = konstante (1000)
Angka kematian kasar di Jakarta pada tahun 1972 adalah 18 per 1000 penduduk.
Sedangkan untuk Indonesia pada tahun1978 tercatat 14 per 1000

b. Angka Kematian Menurut Umur (ASDR)


Angka ini menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu
per 1000 penduduk dalam kelompok umur yang sama.

ASDRx  Dx xk
Px

12
Dx = Jumlah kematian
dalam kelompok x (
X= 0,14.15,19 dst)
Px = Jumlah penduduk kelompok x k = 1000

 Faktor yang menambah Angka Kematian :


 Perang
 Penyakit
 Kriminalitas
 Bunuh diri
 Bencana alam
 Faktor yang menghambat Kematian :
 Perdamaian
 Kemajuan bidang kesehatan.kedokteran
 Imunisasi
 Kebersihan
 Makanan bergizi

3. Natalitas
 Faktor-faktor tingginya Natalitas pd suatu Negara :
 Kepercayaan dan agama
 Tingkat pendidikan
 Kondisi ekonomi
 Kebijakan pemerintah
 Adat istiadat dalam masyarakat
 Struktur penduduk
 Kesehatan
 Faktor yang menambah jumlah kelahiran / pro natalitas :
 Nikah usia muda
 Pergaulan bebas
 Derasnya arus informasi
 Lemahnya iman
13
 Kurangnya kesadaran ber-KB
 Faktor yang menghambat jumlah kelahiran / anti natalitas :
 Menunda nikah
 Pantang nikah
 Penyakit
 KB
4. Morbiditas
kondisi seseorang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan
yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari yaitu tidak dapat
melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan
kegiatan lainnya secara normal sebagaimana biasanya.
Faktor yang mempengaruhi
 Faktor determinan seperti factor social, ekonomi, dan
budaya.
2.3. Sumber-Sumber dan Kesalahan Data Kependudukan

sumber data kependudukan berasal dari tiga sumber utama yaitu sensus,

registrasi dan sumber survai. Ketiga data ini dibandingkan satu dengan lainnya

dan akan dilihat kelebihan dan kekurangan masing-masing sumber

datatersebut. Selanjutnya akan dibahas faktor-faktor apa yang dapat

mempengaruhikeberhasilan pengumpulan data dalam arti, data yang

dikumpulkan mempunyaikesalahan sekecil mungkin.

Dengan mengetahui sumber data beserta segala persoalan pada

pengumpulan data, termasuk bagaimana cara menilai tingkat ketelitian data,

makapemakaian data secara kualitas dapat diketahui dengan baik.

Pertimbangan ini penting untuk melakukan analisis ilmiah, dan berguna bagi

pembuat kebijakan atau keputusan pemerintah juga pihak lain yang dalam

lingkup kerjanya berhubungan dengan masalah kependudukan. Data

14
kependudukan tersedia dalam bentuk catatan asli (seperti laporansensus,

survai, catatan di kantor pemerintah yang diolah dan diterbitkan sebagaisumber

data resmi. Oleh karena itu, dikenal dengan sumber primer dan sumber

sekunder.

Sumber primer adalah semua catatan asli yang dijadikan sebagaisumber

data, seperti tabel penduduk yang diterbitkan oleh Biro Pusat

Statistik.Sedangkan untuk sumber sekunder adalah data yang telah diolah dan

disajikandengan baik dalam bentuk buku teks, laporan penelitian, karya tulis,

terbitan periodik dan buku tahunan.Dalam proses pengumulan data penduduk

dapat dikelapompokan ke dalam tiga kelompok besar : (1) Sensus; (2) Survai /

sampel; (3) Registrasi. Disamping Disampingitu ada pula sumber lain yang

tidak dapat dimasukan pada sumber data di atas karena bertujuan untuk

kepentingan yang berbeda, misal catatan anak sekolah, catatan pemilik

kendaraan di kantor polisi, catatan jumlah pemilih di KPU danlain-lain.

a. Sensus Penduduk :
 Definisi : Sensus penduduk adalah keseluruhan proses
pengumpulan (collecting), menghimpun dan menyusun
(Compiling) dan menerbitkan data demografi, ekonomi
sosial yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu di
suatu negara atau suatu wilayah tertentu.
 Pelaksanaan : Secara periodik, dan akhirnya
dianggap selesia apabila keterangan yang dikumpulkan telah
diterbitkan. Selama 10th
 Tindakan Ptgs : Aktif
 Karakteristik :

15
 Meliputi semua orang : Semua orang atau penduduk
yang tinggal dalam wilayah yang dicacah haruslah
tercakup
 Dalam waktu tertentu : Harus dilaksanakan pada saat
yang telah ditentukan secara serentak
 Meliputi suatu wilayah tertentu : Ruang lingkup
sensus harus meliputi batas wilayah tertentu
 Jenis Pencatatan Penduduk yang dicacah :
 Sensus penduduk De Jure :
Pada metode De Jure, pencatatan penduduk
dilakukan oleh petugas hanya untuk penduduk yang
secara resmi tercatat dan tinggal sebagai penduduk di
daerah tersebut pada saat dilakukannya sensus,
sehingga dapat dibedakan antara penduduk asli yang
menetap dan penduduk yang hanya tinggal untuk
sementara waktu atau yang belum terdaftar sebagai
penduduk setempat. Dengan menggunakan sensus de
jure, penduduk yang belum secara resmi tercatat
sebagai penduduk di daerah tersebut tidak disertakan
dalam penghitungan.
Secara umum pengertian Sensus de jure adalah
pelaksanaan penghitungan penduduk yang kepada
seluruh orang yang betul-betul tercatat berdomisili di
suatu daerah, seringnya menurut Kartu Tanda
Penduduk (KTP).
 Sensus penduduk De Facto :
Sensus De Facto. Pada metode De Facto,
pencatatan dilakukan oleh petugas pada setiap orang
yang ada di daerah tersebut pada saat sensus
diadakan. Metode sensus ini tidak membedakan

16
antara penduduk asli yang menetap ataupun
penduduk yang hanya tinggal sementara waktu.
Secara Umum Sensus De Facto adalah
penghitungan/pencacahan terhadap setiap penduduk
yang berada di suatu wilayah ketika sensus
dilaksanakan. Artinya setiap orang yang berada di
tempat sensus diadakan ikut tercatat, meskipun
mereka bukan bukan penduduk yang berdomisili di
daerah yang sedang dilakukan sensus. Misalnya
kamu bertamu ke rumah teman dan di situ sedang
dilakukan sensus, maka kamu juga ikut terhitung.
 Syarat Sensus :
 Suatu sensus nasional diselengggarakan oleh
Pemerintah dibantu oleh Pemerintah
setempat/otonom.
 Sensus harus meliputi daerah yang tertentu.
 Sensus harus mencangkupi segenap individu tanpa
ada yang dilupakan atau dihitung dua kali.
 Jumlah yang dicacah harus bertalian dengan satu
waktu yang tertentu dan sedapat mungkin bersamaan
untuk seluruh wilayah.
 Keterangan-keterangan harus didapatkan dari
penanyaan langsung, bukan dari daftar-daftar
(register desa dan sebagainya).
 Pengolahan, dan penyusunan dan penyiaran hasil
pencacahan merupakan bagian-bagian yang tidak
terpisahkan dari pekerjaan Sensus.
 Kelebihan dan Kekurangan Sensus :
(a) Kelebihan : Dianggap paling akurat, lengkap
cakupannya, terbebas dari pengaruh kesalahan

17
sampel (sampling error), dapat digunakan sebagai
dasar perencanaan
(b) Kelemahan : Biaya sangat mahal, sering terjadi
content error, kesalahan dalam pencacahan dan
jawaban responden, kemungkinan tidak semua
tercacah.
b. Survei :
 Desinisi : Pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif
 Tipe survei :
a) Singgle round survey (survei bertaraf tunggal) :
Petugas mengajukan beberapa pertanyaan mengenai
kejadian atau peristiwa demografi yang dialami
seseorang di masa lalu dalam periode tertentu
b) Multi round survey (survei bertaraf ganda) : Petugas
melakukan kunjungan rumah berulang kali dengan
interval waktu tertentu. Misalnya petugas survei
mengunjungi penduduk setiap 2 tahun sekali. Namun
dalam survei memiliki kelemahan, yaitu :
 Petugas dan responden bisa sama-sama bosan
hingga timbul error data.
 Kualitas kerja petugas tidak selalu konstan
setiap waktu.
 Kualitas kerja antar petugas bisa berbeda,
karena petugas tidak selalu sama (mungkin
ada pergantian petugas antar waktu).
c) Kombinasi metode Singgle round survey dan Multi
round survey atau kombinasi salah satu metode dan
registrasi.
 Kelebihan dan Kekurangan Survei :
(a) Kelebihan : Biaya lebih murah dibanding sensus,
kualitas data mungkin lebih baik daripada sensus,

18
dapat digunakan untuk menguji ketelitian sensus dan
registrasi.
(b) Kelemahan : data yang dihasilkan tidak akan
representatif bila terjadi kesalahan dalam
pengambilan sampel.
c. Registrasi :
 Definisi : Kumpulan keterangan mengenai segala peristiwa
sejak lahir sampai mati yang mengubah status sipil
seseorang. Peristiwa yang dicatat yaitu peristiwa vital
(kelahiran, kematian, pindah, perkawinan, perceraian). Hasil
dari registrasi disebut statistik vital.
 Kelahiran : Akta Kelahiran
 Kematian : Akta Kematian
 Perkawinan : Akta Nikah
 Perceraian : Akta Perceraian
 Adopsi : Akta Asuh Anak
 Migrasi : Surat Domisili
d. Kesalahan Data Kependudukan

a. 1. Kesalahan dalam sensus :


d) Kesalahan pencacahan : Kesalahan dalam melakukan

pendataan, dimana tidak seluruh warga tercatat, atau ada

sebagian warga yang tercatat 2 kali.

e) Kesalahan isi pelaporan : Kesalahan dalam pelaporan dari

responden, dan ketidak jujuran responden.

f) Kesalahan ketepatan laporan : Ketidak tepatan petugas

ketika menginput data hasil sensus.

b. Kesalahan dalam Survei :

 Salah populasi :

19
Salah populasi terjadi ketika peneliti memilih populasi

yang tidak pantas untuk memberikan data. Hal ini terjadi

karena asumsi yang melandasi peneliti dalam merancang

statistik meleset dari fakta

 Salah sampling :

Kesalahan sampling paling umum terjadi dalam

survei. Sampling error pada dasarnya adalah sejauhmana

penerapan asumsi teknik jisampling tidak sesuai dengan

fakta sesungguhnya dalam populasi yang diinginkan.

Salah sampling terjadi ketika metode probabilitas

yang digunakan tidak mewakili populasi karena sumber

homogenitas. Sayangnya beberapa unsur salah sampling

tidak dapat dihindari sehingga harus diberi catatan

khusus.

Peneliti harus sadar atas tingkat ketidakpastian

sebuah sampel, bahkan pemahaman dasar atau

setidaknya kesadaran tentang referensi "margin of error"

ketika melaporkan hasil analisis survei.

 Salah pengukuran :

Kesalahan pengukuran sangat sering dijumpai.

Kesalahan pengukuran adalah sejauhmana penerapan

asumsi statistik dalam mengumpulkan data tidak sesuai

dan sistem skala yang tidak sempurna.

20
Dengan demikian kesalahan pengukuran muncul

oleh proses pengukuran itu sendiri yang menyebabkan

kesenjangan antara informasi yang dihasilkan dan

informasi yang diinginkan oleh peneliti.

 Non Respons :
Kesalahan non-response adalah bias kesimpulan yang
dihasilkan dari cakupan suplai data dan kesenjangan
relevansi terkait waktu atau momen yang berubah
Data Kependudukan Khusus dalam Perencanaan Kesehatan

a. Karakteristik Responden : menguraikan atau memberikan


gambaran mengenai identitas responden
Contoh : Usia, Jenis kelamin, Nama, Agama
b. Data Kepadatan Penduduk : kumoulan informasi kuali tatif
maupun kuanti tatif
c. Data Jumlah Penduduk : perbandingan jumlah penduduk dengan
luas wilayahnya
d. Angka Kematian : bilangan yang menunjukkan jumlah kematian
dari tiap seribu penduduk dalam waktu satu tahun
e. Angka Kesakitan : Morbiditas (Angka Kesakitan) Morbiditas
adalah angka kesakitan (insidensi dan prevalensi) dari suatu
penyakit yang terjadi pada populaso dalam kurun waktu tertentu.
f. Angka Kelahiran : bilangan yang menunjukkan jumlah bayi
yang lahir hidup dari setiap seribu penduduk dalam satu tahun.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demografi dan kependudukan sama-sama mempelajari penduduk

sebagai suatu kumpulan (agregates atau collection), bukan mempelajari penduduk

sebagai individu. Dengan demikian yang dimaksud dengan penduduk adalah

sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah, seperti yang

termaktub dalam Undang-undang RI No. 10 tahun 1992 yaitu penduduk adalah

orang dalam matranya sebagai diri pribadi, anggota keluarga, anggota

masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu

tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dengan persebaran yang tidak merata,

ditambah lagi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi di kota besar, membuat

sebagian besar penduduk terdorong melakukan mobilitas ke kota yang lebih besar

tersebut. Di kota tujuan tersebut terdapat kesempatan kerja yang lebih besar

dengan jenis pekerjaan yang beragam, adanya berbagai fasilitas, dan dari segi

ekonomi mereka yang melakukan mobilitas tersebut mengharap suatu kehidupan

layak dengan pendapatan yang lebih besar dari pada di daerah asal. Studi yang

dilakukan Asep Djadja Saefullah (1992) di Jawa Barat juga mengungkapkan

bahwa lebih dari 90 persen responden menyatakan bahwa kehidupan ekonomi

rumah tangga mereka menjadi lebih baik setelah bekerja di luar daerah asal.

22
Dengan demikian diharapkan masalah-masalah kependudukan yang

berkaitan dengan kesehatan dapat teratasi dengan berjalanya program-program

kesehatan.

3.2 Saran

Dengan diketahuinya konsep demografi dalam perencanaan kesehatan

dihararapkan dapat menunjang program-program kesehatan yang khususnya

berkaitan dengan masalah kependudukan, sehingga masalah-masalaj

kependudukan yang ada di Indonesia dapat teratasi khusunya di bidang

kesehatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Seno. 2004. Efektifitas Asuhan Antenatal. Jakarta: Buletin Perinasia.

Arisman, M.B. 2002. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:

EGC.

Bobak, Lowdermill. Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:

EGC.

Cunningham, Mac Donald, Gant. 2005. William Obstetri, Edisi 22. Jakarta: EGC.

Dunkley, Jacqueline. 2000. Health Promotion in Midwifery Practice: A Resource

for Health Proffesional, London: Bailliere Tindall

Dorland, Newman W.A. 1994. Illustrated Medical Dictionary. Jakarta: EGC.

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Obstetri Fisiologi Bandung: FK

Unpad.

Farrer, Hellen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Fraser, Diana M., M.A. Cooper. 2003. Myles Textbook for Midwives. Ed. 14.
Edinburg: Churchil Livingstone.

Hanifa, Prawirohardjo. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

Henderson, C., Jones K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

JNPK-KR (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Klinik-


Kesehatan Reproduksi, Perkumpulan Pelatihan Obstetri Ginekologi
Indonesia UNPK-KR/POGI), HPIEGO Corporation, Jakarta

Johnson, Ruth, dan Taylor W. Kebidanan. Penerjemah: Suharyati Samba. Editor:


Sari Kurniasih, Monica Ester. Jakarta: EGC 2004. Buku Ajar Praktik

Kusmiyati, Yuni, et all. 2009. Perawatan Ibu Hamil Asuhan Ibu Hamil.
Yogyakarta: Fitramaya.

Manuaba, Ida Bagus Gde. Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan. 1999. Memahami
Kesehatan

24
Manuaba, I.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Gynekologi
dan KB. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetric Fisiologi Obstetric Patologi.


Jakarta: EGC

Pilliteri, Adele. 2002. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak Jakarta: EGC.

Purwodianto, A., Sampurna Budi. 2000. Kedaruratan Medik Jakarta:


Bina Rupa Aksara.

Salmah, et al. 2006. Asuhan Ante Natal. Jakarta: EGC.

Sofyan, Mustika, et al. 2004. Bidan Menyongsong Masa Depan Cetakan III.
Jakarta: PP IBI

Suryani, E., Zein A.Z. 2006. Psikologi Ibu dan Anak Yogyakarta: Fitramaya.

Syahlan, J.H. 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Sumber Daya


Kesehatan.

25

Anda mungkin juga menyukai