Disusun Oleh:
Kelompok 1
Universitas Indonesia
2021
1. Persamaan dan Perbedaan Teori Advokasi Berdasarkan Sharma dan Teori Model A
(A) Teori Model A atau JHU (John Hopkins University)/ CCP (Center for
Communication Programs)
1. Definisi
2. Tahap Advokasi
a. Analisis
- Langkah awal untuk advokasi yg efektif
- Adanya ketersediaan informasi yg akurat dan pemahaman
mendalam mengenai permasalahan yg ada
- Pemahaman seputar masyarakat yg terlibat;kebijakan serta
keberadaannya; organisasi-organisasi dan jalur-jalur pembuat
keputusan.
b. Strategi
- Tahapan strategi dibangun berdasarkan tahapan analisis yang
mengarahkan, merencanakan dan memfokuskan upaya pada tujuan
khusus, serta menetapkan pada jalur yang jelas dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
- Bentuk kelompok kerja untuk mengembangkan strategi dan
rencana kegiatan.
- Identifikasi kelompok sasaran utama dan sekunder (kelompok pro,
tidak memihak dan saingan/lawan)
- Kembangkan tujuan yang SMART (Spesific, Measurable,
Appropriate, Realistic, Timebound)
- Posisikan isu-isu yang ditawarkan kepada pengambil keputusan
sbg sesuatu yang unik dan menguntungkan
- Ikuti model perubahan kebijakan yang sesuai
- Identifikasi sumberdaya (membangun kemitraan)
- Persiapkan rencana kegiatan dan anggarannya
- Kombinasikan jalur komunikasi yang ada
- Kembangkan indikator antara dan indikator akhir untuk memonitor
proses dan evaluasi dampak
- Tentukan nama yang menarik, mudah dimengerti untuk mobilisasi
dukungan
c. Mobilisasi
- Pembentukan koalisi memperkuat advokasi
- Peristiwa, kegiatan, pesan harus sesuai dengan tujuan, kelompok
sasaran, kemitraan dan sumber-sumber yang ada
- Dampak positif bagi pembuat kebijakan; partisipasi penuh dari
anggota koalisi dan memperkecil reaksi oposisi
- Kembangkan rencana kerja yang sesuai
- Delegasikan tanggung jawab kepada anggota koalisi untuk
memonitor setiap peristiwa
- Buat jaringan kerja
- Organisasikan pelatihan dan praktek advokasi
- Idenifikasi, uji dan gabungkan semua data yg mendukung
- Tunjukkan hubungan kepentingan yang diinginkan dengan minat
pembuat kebijakan
- Sajikan info yang singkat dan mudah diingat
- Tentukan secara jelas aksi yang akan diadakan dan pentingnya
rekomendasi tsb
- Rencanakan dan organisir liputan media
d. Aksi
- Mempertahankan kekompakan kegiatan aksi dan semua mitra
- Pengulangan pesan dan penggunaan alat bantu yang kredibel dapat
mempertahankan perhatian terhadap isu yang ada
- Bersikap fleksibel terhadap oposisi
- Laksanakan kegiatan sesuai jadwal
- Jangan takut terhadap kontroversi
e. Evaluasi
- Usaha advokasi harus dievaluasi secara seksama
- Perlu ada monitor secara rutin dan obyektif terhadap apa yang
telah dilakukan dan apa yang masih dikerjakan
- Tentukan indikator (indikator perantara dan proses)
- Evaluasi peserta
- Pendokumentasian perubahan yang terjadi berasaskan SMART
- Identifikasi faktor kunci
- Dokumentasi perubahan yang tidak direncanakan
- Sosialisasikan hasil yang telah dicapai
f. Kesinambungan
- Evaluasi situasi yang dihasilkan
- Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan jika
perubahan yang diinginkan terjadi
- Tinjau kembali strategi & kegiatan yang ada jika perubahan
kebijakan yang diinginkan tidak terjadi
1. Definisi
2. Proses Advokasi
Pendapat Kelompok
Advokasi pada dasarnya adalah suatu tindakan yang digunakan untuk mengubah
kebijakan, posisi atau program dari berbagai instansi maupun lembaga di tingkat lokal, provinsi,
nasional, dan internasional. Proses advokasi memasukan, mencari, menemukan suatu masalah
kedalam agenda/forum/rapat untuk mencarikan solusi bagi masyarakat.
Teori 6 Lingkaran atau the six circles theory of effective advocacy merupakan
teori advokasi yang memiliki tujuan untuk menciptakan koordinasi yang baik dengan
upaya advokasi legislatif yang dapat berhasil dengan menggunakan strategi advokasi ini.
2003 - The Art of Legislative Lawyering and the Six Circles Theory of Advocacy
1) Koordinator
Koordinator atau ahli strategi merupakan orang yang memiliki visi dan
misi. Biasanya, koordinator memiliki visi kreatif tentang bagaimana melanjutkan
permainan legislatif, dan juga memiliki bakat, ketekunan, koneksi, keterampilan
interpersonal, dan kreativitas untuk mengimplementasikan visi itu selangkah demi
selangkah. Selain itu, koordinator memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
dan menyebarkan pengaruh yang tinggi ke orang lain, bahkan hal tersebut tidak
disadari. Koordinator juga berperan mengkoordinasikan dan menyebarkan lima
lingkaran lainnya (pelobi, pengacara legislatif, peneliti kebijakan, ahli strategi
penjangkauan, dan direktur komunikasi) untuk menghasilkan yang terbaik.
Koordinator juga harus memiliki bakat, dan kegigihan. Selain itu, harus memiliki
jaringan dan skill interpersonal yang baik, serta kreatif untuk menerapkan strategi
tahap demi tahap dengan kesabaran yang luar biasa.
2) Manager Lobi
3) Pengacara legislasi
4) Peneliti kebijakan
5) Koordinator lapangan
6) Koordinator komunikasi
Teori 6 lingkaran atau the six circles theory of advocacy memiliki beberapa
kelebihan atau keunggulan, yaitu :
● Adanya pembagian peran yang jelas dan spesifik, yang dibutuhkan dalam strategi
advokasi
● Advokasi ini sangat cocok dalam iklim politik. Walaupun di iklim politik tidak
harus berasal dari jajaran pengacara maupun yang berasal dari dunia hukum
● Advokasi ini berdasarkan pengalaman yang nyata dan keefektifannya sangat baik
● Advokasi ini sangat cocok diaplikasikan di Indonesia, dikarenakan Indonesia
beriklim demokratis. Selain itu, iklim demokrasi di Indonesia yang sangat
menjunjung Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga tidak terdapat paksaan serta
diberi kebebasan bagi masyarakatnya.
Teori ini dibangun dalam konteks situasi dimana iklim politik cukup siap untuk
perjuangan legislasi. Tujuannya dibangunnya teori ini adalah advokasi menjadi efektif.
Setiap posisi yang diemban diatas haruslah diletakkan dalam struktur yang demokratis.
Teori ini dirumuskan berdasarkan pengalamannya sebagai pengacara legislasi untuk
mendorong The Americans with Disabilities Act (ADA) atau Undang-Undang
Penyandang Disabilitas. Teori 6 lingkaran ini juga memiliki kelemahan, yaitu :
● Teori ini cenderung cocok digunakan hanya di bidang hukum dan politik.
● Tidak ada peran yang menjaga sustainabilitas/ pemantau keberlanjutan advokasi
yang telah dilakukan.
● Teori ini dibangun untuk iklim politik yang cukup siap untuk perjuangan legislasi.
Sebaliknya ketika iklim politik belum ada untuk suatu masalah dan seseorang
menginginkan tindakan legislatif federal, pertama-tama orang tersebut harus
melakukan kampanye yang akan mengubah pola pandang sedemikian rupa.
Sehingga pengesahan undang-undang di masa depan mungkin terjadi.
3. Rumusan Isu Masalah Advokasi Terkait Topik Kesehatan yang Memenuhi Kriteria
SMART
● Maraknya Pengguna Rokok pada Remaja Usia 12-24 Tahun di Jakarta Barat
● Kriteria SMART
a. Specific: Sasaran pada masalah ini adalah remaja usia 12-24 tahun di Jakarta
Barat
b. Measurable: Pada pertengahan tahun 2022 diharapkan terjadi penurunan
pengguna rokok sebesar 5% pada remaja usia 12-24 tahun di Jakarta Barat
c. Attainable: Mengusulkan kebijakan untuk menaikkan harga rokok, sehingga
remaja tidak dengan mudah membeli rokok sebab belum memiliki pendapatan
sendiri
d. Relevant: Sejalan dan memiliki relevansi dengan target SDGs nomor 3A, yaitu
pengendalian tembakau di semua negara dengan penurunan sepertiga kematian
dini akibat penyakit tidak menular pada 2030, dimana konsumsi rokok menjadi
faktor risiko utama kematian dini dan disabilitas nomor dua pada kaum laki-laki
dan delapan pada perempuan
e. Time-based: Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini yaitu
delapan bulan, hingga pertengahan tahun 2022
REFERENSI
Feldblum, C. (2003) ‘The Art of Legislative Lawyering and the Six Circles Theory of
Advocacy’, McGeorge Law Review, 34(12–147), pp. 785–850.
Pratomo, H., 2015. Advokasi: Konsep, Teknik, dan Aplikasi di Bidang Kesehatan di Indonesia.
1st ed. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
BPS Provinsi DKI Jakarta (2017) Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2017. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (2020) Persentase Merokok Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun Menurut
Provinsi. Available at:
https://www.bps.go.id/indicator/30/1435/1/persentase-merokok-pada-penduduk-umur-15-
tahun-menurut-provinsi.html (Accessed: 4 September 2021).
Kementerian Kesehatan RI (2019) HTTS 2019: Jangan Biarkan Rokok Merenggut Napas Kita.
Available at:
https://www.kemkes.go.id/article/view/19071100001/htts-2019-jangan-biarkan-rokok-me
renggut-napas-kita.html (Accessed: 4 September 2021).
WHO (2020) Pernyataan: Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2020. Available at:
https://www.who.int/indonesia/news/detail/30-05-2020-pernyataan-hari-tanpa-tembakau-
sedunia-2020 (Accessed: 4 September 2021).
Pengertian Merokok dan Akibatnya (2017) Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Available at:
https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-MEROKOK-DAN-AKIB
ATNYA.html (Accessed: 4 September 2021).
Kementerian Kesehatan RI (2018) Hasil Utama Riskesdas 2018. Available at:
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-20
18_1274.pdf (Accessed: 4 September 2021).
Rokok Hambat Capaian SDGs 2030 (2018) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Available
at: https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/rokok-hambat-capaian-sdgs-2030
(Accessed: 4 September 2021).
John Hopkins University, 2008. Model A for Advocacy. (JHU)
Sharma, Situ R (Tanpa tahun), An Introduction to Advocacy. Training Guide. Support for
Analysis and Research in Africa (SARA), Health and Human Resources Analysis in
Africa (HHRAA), USAID, Africa Bureau, Office of Sustainable Development.