Anda di halaman 1dari 11

POKOK-POKOK KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

DAN DOMAIN KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

1. RIKO ADI SUNARYO 175130065P


2. ARABY MANDALA 175130044P
3. ANRIANTIKA 175130010P
4. APRILIA SUPRATMAN 175130061P
5. NINA JULITA 175130029P
6. SETRIE ENDAH PRATIWI 175130072P
7. RAHMANITA SAKWATI 175130037P
8. DEWI NOVITA 175130055P

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT KONVERSI


STIKES MITRA LAMPUNG TAHUN 2017
1
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem dan kebijakan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan kesehatan. Intinya
system dan kebijakan kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk
mempromosikan, mengembalikan dan memelihara kesehatan. Sistem dan kebijakan kesehatan
memberi manfaat kepada mayarakat dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya
menilai dan berfokus pada “tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu
didistribusikan.
Sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai negara. Sejumlah pendapat
menyatakan bahwa sektor kesehatan sama seperti spons – menyerap banyak sumber daya nasional
untuk membiayai banyak tenaga kesehatan. Pendapat yang lain mengemukakan bahwa sektor
kesehatan seperti pembangkit perekonomian, melalui inovasi dan investasi dibidang technologi bio‐
medis atau produksi dan penjualan obat‐obatan, atau dengan menjamin adanya populasi yang sehat
yang produktif secara ekonomi. Sebagian warga masyarakat mengunjungi fasilitas kesehatan sebagai
pasien atau pelanggan, dengan memanfaatkan rumah sakit, klinik atau apotik; atau sebagai profesi
kesehatan – perawat, dokter, tenaga pendukung kesehatan, apoteker, atau manajer. Karena
pengambilan keputusan kesehatan berkaitan dengan hal kematian dan keselamatan, kesehatan
diletakkan dalam kedudukan yang lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang lainnya.
Kesehatan juga dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada kaitannya dengan layanan
kesehatan : kemiskinan mempengaruhi kesehatan masyarakat, sama halnya dengan polusi, air kotor
atau sanitasi yang buruk. Kebijakan ekonomi, seperti pajak merokok, atau alkohol dapat pula
mempengaruhi perilaku masyarakat. Penyebab mutakhir meningkatnya obesitas ditengah masyarakat
mencakup kesediaan makanan cepat saji yang murah namun tinggi kalori, penjualan soft drinks
disekolah, juga menurunnya kebiasaan berolah raga.
Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan itu sendiri menjadi sedemikian
pentingnya sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan masalah kesehatan utama yang terjadi saat
ini meningkatnya obesitas, wabah HIV/AIDS, meningkatnya resistensi obat, sekaligus memahami
bagaimana perekonomian dan kebijakan lain berdampak pada kesehatan. Kebijakan kesehatan
memberi arahan dalam pemilihan teknologi kesehatan yang akan dikembangkan dan digunakan,
mengelola dan membiayai layanan kesehatan, atau jenis obat yang dapat dibeli bebas. Untuk
memahami hal tersebut, perlu mengartikan apa yang dimaksud dengan kebijakan kesehatan.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program
dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode
sebelumnya.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan

2
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu
dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas
pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta
(6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan
pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan
strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan
pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3)
sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit
serta kendali mutu dan kendali biaya.

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas kelompok tentang Kebijakan Kesehatan
Nasional. Selain itu juga, agar para pembaca sekalian dapat menambah pengetahuan dalam lingkup
Dasar Kebijakan Kesehatan Nasional khususnya mengenai Pokok Kebijakan Kesehatan, serta Domain
kebijakan kesehatan nasional untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat.

3
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
BAB II

KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

2.1 Kebijakan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Kebijakan

Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas Dye menyebutkan
kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever
government chooses to do or not to do). Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu
kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objective) atau kehendak (purpose) (Abidin, 2002).

Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa :

a. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah.

b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah
(Abidin, 2002).

Menurut Dunn proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan yaitu sebagai berikut :

a. Penyusunan agenda (agenda seting), yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat perhatian
dari pemerintah.

b. Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni suatu proses perumusan pilihan-pilihan atau alternatif
pemecahan masalah oleh pemerintah.

c. Penentuan kebijakan (policy adoption), yakni suatu proses dimana pemerintah menetapkan alternatif
kebijakan apakah sesuai dengan kriteria yang harus dipenuhi, menentukan siapa pelaksana kebijakan
tersebut, dan bagaimana proses atau strategi pelaksanaan kebijakan tersebut.

d. Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu suatu proses untuk melaksanakan kebijakan
supaya mencapai hasil, pada tahap ini perlu adanya dukungan sumberdaya dan penyusunan organisasi
pelaksana kebijakan.

e. Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni suatu proses untuk memonitor dan menilai hasil atau kinerja
kebijakan (Subarsono, 2005).

2.1.2.Pengertian Kebijakan Kesehatan

Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang kesehatan sehingga kebijakan kesehatan
merupakan bagian dari kebijakan publik. Dari penjelasan tersebut maka diuraikanlah tentang pengertian
kebijakan kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau
mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang
optimal pada seluruh rakyatnya (AKK USU, 2010).

4
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku pembangunan
kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah (Depkes RI, 2009).

Kebijakan Kesehatan di Indonesia dalam hal mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, pemerintah
memiliki susunan tersendiri untuk mencapai tujuan tersebut yang terdiri atas visi, misi, strategi dan program
kesehatan. Masing-masing memiliki peran untuk mewujudkan Indonesia yang sehat.

Dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan, terdaapat indikator yang digunakan untuk menentukan apakah
kebijakan yang telah dijalankan berhasil atau tidak, diantaranya : Indikator komprehensif, Indikator spesifik,
Indikator lingkungan fisik.

Dasar-dasar Kebijakan Kesehatan dalam mencapai pembangunan kesehatan meliputi empat dasar
pemikiran untuk mencapainya, yaitu : Dasar 1 yakni Kemanusiaan, dasar 2 yakni Pemberdayaan dan
Kemandirian, dasar 3 yakni Memberikan Pelayanan Kesehatan secara adil dan merata, dasar 4 yakni
Pengutamaan dan Manfaat.

2.2 Pokok-Pokok Kebijakan Kesehatan Nasional

Landasan kebijakan dalam pembangunan kesehatan nasional adalah:

1) Landasan idiil yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2) Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:

a) Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.

b) Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang.

c) Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.

d) Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

e) Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,

5
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.

3) Landasan Operasional meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan
ketentuan peraturan perundangundangan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan
pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengacu pada dasar:

a. Perikemanusiaan

Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan, dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Tenaga kesehatan harus berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu menerapkan prinsip
perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta memiliki kepedulian sosial
terhadap lingkungan sekitar.

b. Pemberdayaan dan kemandirian

Setiap orang dan masyarakat bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah berperan,
berkewajiban, dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat, dan lingkungannya.

Pembangunan kesehatan harus mampu meningkatkan dan mendorong peran aktif masyarakat.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan
kekuatan sendiri, kepribadian bangsa, semangat solidaritas sosial, gotong royong, dan penguatan
kesehatan sebagai ketahanan nasional.

c. Adil dan merata

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang suku, agama, golongan, dan status sosial
ekonominya.

Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan kembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

d. Pengutamaan dan manfaat.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan umum daripada


kepentingan perorangan atau golongan. Upaya kesehatan yang bermutu diselenggarakan dengan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan
pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

6
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berlandaskan pada dasar kemitraan atau sinergisme yang
dinamis dan tata penyelenggaraan yang baik, sehingga secara berhasil guna dan bertahap dapat memberi
manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, beserta lingkungannya.

Pembangunan kesehatan diarahkan agar memberikan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara
lain: ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat miskin.

Perlu diupayakan pembangunan kesehatan secara terintegrasi antara pusat dan daerah dengan
mengedepankan nilai-nilai pembangunan kesehatan, yaitu: berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan
tepat, kerja sama tim, integritas yang tinggi, dan transparansi serta akuntabilitas.

2.3 Domain Kebijakan Kesehatan Nasional

Pendekatan pengelolaan kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya di masa depan adalah kombinasi
dari pendekatan sistem, kontingensi, dan sinergi yang dinamis. Mengacu pada perkembangan komponen
pengelolaan kesehatan dewasa ini serta pendekatan pengelolaan kesehatan tersebut di atas, maka
subsistem SKN dikelompokkan sebagai berikut:

a) Upaya kesehatan;

Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia sebagai ketahanan
nasional. Upaya kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk TNI dan POLRI), pemerintah
daerah provinsi/kabupaten/kota, dan/atau masyarakat/swasta melalui upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan, di fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas kesehatan.

b) Penelitian dan pengembangan kesehatan;

Untuk mendapatkan dan mengisi kekosongan data kesehatan dasar dan/atau data kesehatan yang
berbasis bukti perlu diselenggarakan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan dengan
menghimpun seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan terbagi atas penelitian dan pengembangan
biomedis dan teknologi dasar kesehatan, teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, teknologi
intervensi kesehatan masyarakat, dan humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, Penelitian dan pengembangan kesehatan dikoordinasikan oleh Pemerintah.

c) Pembiayaan kesehatan;

Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta,
organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.

7
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang
vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
kesehatan.

Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang publik (public good) yang menjadi
tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat
privat, kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab
pemerintah.

Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan


dengan mekanisme asuransi sosial yang pada waktunya diharapkan akan mencapai universal health
coverage sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

d) Sumber daya manusia kesehatan;

Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam
jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan
pembangunan kesehatan.

Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga kesehatan, sesuai dengan keahlian dan
kualifikasi yang dimiliki terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga
keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya, diantaranya termasuk peneliti kesehatan.

SKN memberikan fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan guna menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
kesehatan. Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan meliputi perencanaan
kebutuhan dan program sumber daya manusia yang diperlukan, pengadaan yang meliputi pendidikan
tenaga kesehatan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan, pendayagunaan sumber daya manusia
kesehatan, termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan pembinaan serta pengawasan mutu sumber
daya manusia kesehatan.

e) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;

Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian
melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.

8
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
f) Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;

Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi
kesehatan.

Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan
manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, regulasi, sinkronisasi,
dan harmonisasi berbagai subsistem SKN agar efektif, efisien, dan transparansi dalam penyelenggaraan
SKN tersebut.

Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi pengadaan data, informasi, dan
teknologi komunikasi untuk penyelenggaraan upaya kesehatan, pengembangan sumber daya manusia,
dan kegiatan lainnya, yang kegiatannya dapat dikelompokkan, antara lain:

a. pengelolaan sistem informasi;

b. pelaksanaan sistem informasi;

c. dukungan sumber daya; dan

d. pengembangan dan peningkatan sistem informasi kesehatan.

g) Pemberdayaan masyarakat.

SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat.
Masyarakat termasuk swasta bukan semata-mata sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan
juga sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya
pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan
mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan.

Dalam pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat meliputi pula upaya peningkatan lingkungan
sehat oleh masyarakat sendiri dan upaya peningkatan kepedulian sosial dan lingkungan sekitar.

Upaya pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat akan berhasil pada hakekatnya apabila
kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi. Pemberdayaan masyarakat dan upaya kesehatan pada
hakekatnya merupakan fokus dari pembangunan kesehatan.

9
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
Domain kebijakan kesehatan nasional sebagaimana diuraikan di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:

10
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin, 2003. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Anderson, James E., 1979. Publik Policy Making. New York: Holt Rinehartand Winston

Arnold J. Meltsner, 1976. Policy Analysist in the Bureaucracy. California: University of California Press

Bardach, Eugene, 2005. Practical Guide for Policy Analysis: Eightfold Paths toward Problem Solving, CQ
Press, NY

Bessant, Judith, Rob Watts, Tony Dalton dan Paul Smith, 2006. Talking Policy: How Social Policy in Made,
Crows Nest: Allen and Unwin

Dachi, Rahmat Alyakin, 2009. Manajemen Pelayanan Kesehatan, Bandung: AIPI

Donald S. van Meter and Carl E. van Horn, 1975. The Policy Implementation Process, Administration &
Soiaty Journal.

Edward III, George C (edited), 1984. Public Policy Implementing. Jai Press Inc, London-England.

Grindle, Merilee S., 1980. Politics and Policy Implementation in The Third World. Baltimore: John Hopkins
university Press

Goggin, Malcolm L,1990. Implementation, Theory and Practice: Toward a Third Generation, Scott,
Foresmann and Company, USA.

Goodin, Robert E. dan Hans Dieter Klingeman, 1996. A New Handbook of Political Science, vol.2, Oxford
University Press

Hill, Michael and Peter Hupe, 2002. Implementing Public Policy: Governance in Theory and Practice.
London: Sage Publication

Hogwood, Brian W. dan Lewis E. Gunn, 1989. Policy Analysis for the Real World, Oxford University Press

Howlett, Michael dan Ramesh, M. 1995. Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsystem,
Oxford University Press

Jeffrey L. Pressman & Aaron Wildavsky, 1984. Implementation. California: Unversity of California Press

Kementerian Kesehatan RI, 2009. Sistim Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Modul Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2016. Medan : Universitas Sari Mutiara

11
Kebijakan Kesehatan Nasional ( Kelompok 8 )

Anda mungkin juga menyukai