Anda di halaman 1dari 13

Konsep Dasar Ekonomi Kesehatan

2.1.1 Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam terbatas, sedang keinginan
(wants) manusia tidak terbatas. Demikian juga jumlah dokter, perawat, obat-obatan, tempat tidur
kesehatan meningkat. Karena itu sumber daya kesehatan harus digunakan dengan efisien dan
berkeadilan (equitable).(Murti,2011)
Ekonomi juga dipelajari pada berabgai tingkatan. Kita dapat mempelajari kepututsan rumah tangga
dan perusahaan, atau kita dapat mempelajari interaksi rumah tangga dan perusahaan pada pasar
barang dan jasa tertentu. Kita juga dapat mempelajari operasi perekonomian sebagai suatu
keseluruhan, yang hanyalah merupakan jumlah dari segala kegiatan para pembuatan kepututsan ini
pada semua pasar yang ada. (N.G. Mankiw,2006)

Menurut Lubis (2009) secara garis besar teori ekonomi dapat dibagi
atas dua yaitu:
1. Micro Economics
Merupakan sesuatu yang spesifik dan merupakan sesuatu yang didefinisikan sebagai bagian dari
ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian yang kecil dari seluruh kegiatan perekonomian. Hal
yang dianalisis adalah bagian dan sistem ekonomi seperti: Perilaku konsumen, Supply,
Demand, Elastisitas Supply dan Demand, pasar dan sebagainya.
2. Macro Economics
Merupakan sesuatu yang bersifat Agregat dan merupakan analisis atas seluruh kegiatan
perekonomian. Analisis bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan
oleh unit-unit kecil dalam perekonomian. Menganalisis kajian sektor-sektor kesehatan dan
hubunganya dengan pembangunan ekonomi. Yang termasuk didalamnya antara lain: Fiskal dan
moneter terhadap pembiayaan kesehatan, Kebijakan kesehatan dan lain-lain.
2.1.2 Ilmu Ekonomi
Ilmu Ekonomi menurut Samuelson (1995) adalah ilmu mengenai pilihan yang mempelajari bagaimana
orang memilih sumber daya produksi yang langka/terbatas, untuk memperoduksi berbagai komoditi
dan mendistribusikannya keanggota masyarakat untuk dikomsumsi.
Ilmu ekonomi merupakan ilmu mengenai bagaimana individu atau masyarakat, dengan atau tanpa
uang menggunakan sumberdayayang terbatas dengan berbagai pilihan penggunaannya, untuk
keperluan konsumsi saat ini atau dimasa mendatang. Ilmu ini mengkaji semua biaya dan manfaat dari
perbaikan pola alokasi sumber daya yang ada.
Definisi ini tidak terbatas hanya pada kegiatan yang berkaitan dengan manusia saja, akan tetapi
dapat diterapkan pada semua kegiatan yang menghadapi keterbatasan atau kelangkaan sumber
daya sehingga pilihan harus ditentukan. Oleh karena itu sering dijelaskan bahwa ekonomi adalah
suatu ilmu mengenai keterbatasan atau kelangkaan sumber daya dan penentuan pilihannya. Batasan
tersebut terlihat pada analisis untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumber daya dan
pilihannya. Bidang dari ilmu ekonomi ini disebut dengan Positive economics.
Positive Economics vs Normative Economics
Positive economics merupakan bidang yang berkaitan dengan Apa yang terjadi, atau apa yang
telah terjadi, dan Apa yang akan terjadi. Positive Ekonomi merupakan ilmu ekonomi yang bersifat
deskriptif, mempelajari tentang bagaimana komoditas diproduksi, didisitribusi, dikonsumsi dalam
keterbatasan sumber daya.

Disamping itu ada lagi yang disebut dengan Normative Economics, yaitu bidang ilmu ekonomi yang
lebih banyak membicarakan tentang apa yang seharusnya terjadi, bukan apa yang
terjadi. Normative economics selalu berkaitan dengan norma-norma atau standar yang harus
diterapkan, biasanya ketidaksesuaian mengenai hal-hal normatif akan sulit diatasi dengan
mempergunakan observasi empiris. Normatif ekonomi merupakan ilmu ekonomi yang bersifat
perspektif, mempelajari bagaimana menentukan yang seharusnya. Misalnya hal mengenai adanya
pasar bebas bagi jasa pelayanan kesehatan merupakan hal yang berkaitan dengan Normative
economics, bila berhubungan dengan nilai kebebasan konsumen untuk memilih. Sedangkan Positive
economics bila berkaitan dengan bagaimana perilaku pasar bebas dan bagaimana praktek seharihari.
Walaupun Positive Economics tidak menentukan bagaimana seharusnya sesuatu dilaksanakan, akan
tetapi bidang ini tetap penting bagi pembuatan kebijaksanaan. Misalnya sebagai pedoman dalam
memperkirakan akibat dari berbagai tujuan dan kebijaksanaan yang telah dipilih.
Menurut UU kesehatan tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Menurut Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai penerapan
teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan. Ekonomi kesehatan berhubungan
dengan hal-hal sebagai berikut:
1
Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan
2
Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
3
Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan
4
Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya
5
Dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada individu dan
masyarakat (Mills & Gillson, 1999)
Ilmu ekonomi kesehatan merupakan ilmu-ilmu sosial yang berarti tidak bebas nilai, dan merupakan
salah satu cabang dari ilmu ekonomi seperti halnya cabang lainnya seperti ilmu ekonomi
lingkungan, welfares economics dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan status kesehatan akan terlihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 01. Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan
(sumber: Aditama,2006)
2.2 Ekonomi Kesehatan
Menurut Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai penerapan teori, konsep
dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan. Ekonomi kesehatan berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut :
1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehtan.
2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan.
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.
5.
Dampak upaya pencegahan , pengobatan dan pemulihan kesehatan pada individu dan
masyarakat.
Menurut Kharman (1964) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu merupakan aplikasi ekonomi
dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi kesehatan akan berkonsentrasi pada industri
kesehatan. Ada 4 bidang yang tercakup dalam ekonomi kesehatan yaitu :
1. Peraturan (regulation)
2. Perencanaan (planning)
3. Pemeliharaan kesehatan ( the health maintenance ) atau organisasi
4. Analisis Cost dan benefict
Pembahasan dalam ilmu ekonomi kesehatan mencakup costumer (dalam hal ini pasien / pengguna
pelayanan kesehtan) provider ( yang merupkan profesional investor, yang terdiri dari publik maupun
private), pemerintah ( government).

Ilmu ekonomi kesehatan berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan kegiatan yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan terutama yang menyangkut penggunaan sumber daya yang
terbatas. Dengan diterapkannya ilmu ekonomi dalam bidang kesehtan, maka kegiatan yang akan di
laksanakan harus memenuhi kriteria efisiensi atau apakah kegitan tersebut bersifat Cost Efective. Ada
kalanya menerapkan ilmu ekonomi harus memenuhi kriteria interest-eficient, sedangkan pada
kesehatan adalah interest-individu.
PPEKI (1989), menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu ekonomi dalam
upaya kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Perubahan mendasar terjadi pada sektor kesehatan, ketikan sektor kesehatan
menghadapi kenyataan bahwa sumberdaya yang tersedia (khususnya dana) semakin hari semakin
jauh dari mencukupi. Keterbatasan tersebut mendorong masuknya disiplin ilmu kesehatan dalam
perencanaan, managemen dan evaluasi sektoe kesehatan.
Terdapat banyak definisi ekonomi kesehatan. Salah satunya mendefinsikan ekonomi kesehatan
sebagai ilmu yang mempelajari suplai dan demand sumber daya pelayanan kesehatan dan dampak
sumber daya pelayanan kesehatan terhadap populasi. Tentu saja definisi hanya merepresentasikan
sebagian kecil topik yang dipelajari dalam ekonomi kesehatan. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari,
karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi
ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Sebagai contoh:

1. Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang tersebut karena
menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh penghasilan, atau
bekerja dengan efektif. Kesehatan yang lebih baik memungkinkan seorang untuk
memenuhi hidup yang lebih produktif.
2. Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan ancaman bagi orang
lain.
3. Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang lain. Misalnya, AIDS
4. Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit akan menyebabkan
penurunan pendapatan keluarga, makanan dan perumahan yang buruk bagi keluarga
5. Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga yang sakit akan
kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan
6. Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan produktivitas
Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat
keseluruhan jika membawa kesehatan yang lebih baik. Status kesehatan penduduk yang baik
meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan per kapita, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara (Murti,2011).

2.3 NEED, DEMAND, DAN WANT


Need (kebutuhan) adalah kuantitas barang atau pelayanan yang disecara objektif dipandang terbaik
untuk digunakan memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Need biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi
kualitas pertimbangan dokter tergantung pendidikan, peralatan, dan kompetensi dokter.
Demand (permintaan) adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien.
Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti
pendapatan dan harga obat. Demand berbeda dengan need dan want. Wants (keinginan) adalah
barang atau pelayanaan yang diinginkan pasien karena dianggap terbaik bagi mereka (misalnya, obat
yang bekerja cepat). Wants bisa sama atau berbeda dengan need (kebutuhan).(Murti,2011)

Gambar 02. Need, demand, want (sumber: Murti,2011)


2.4 DEMAND DAN SUPPLY
Demand (permintaan) adalah apa yang diminta orang. Penyediaan (supply) adalah apa yang
disediakan. Salah satu prinsip ekonomi menyatakan, pada pasar sempurna (perfect market),
demanddan supply ditentukan secara independen. Artinya, produsen menentukan supply, konsumen
menentukan demand. Harga barang naik atau turun hingga jumlah yang disuplai sama dengan jumlah
yang diminta, yaitu tercapainya ekuilbrium. Prinsip dasar ekonomi lainnya menyatakan, demand akan
sama dengan supply pada pasar sempurna. Meskipun demand dan supply hkesehatan dan
pelayanan kesehatan tidak mengikuti pasar sempurna, tetapi bebrapa aspek suply da demand tetap
berlaku.
Demand terhadap pelayanan kesehatan dapat dihitung berdasarkan:
1
Bed occupancy
2
Jumlah kunjungan rawat jalan
3
Jumlah tes diagnostik, dan sebagainya.(Murti,2011)

2.2 Efektifitas dan Efisiensi Sistem Kesehatan


2.2.1 Sistem
Sistem adalah suatu keterkaitan di antara elemen-elemen pembentuknya dalam pola tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu (System is interconnected parts or elements in certain pattern of work).
Berdasarkan pengertian ini dapat diinterpretasikan ada dua prinsip dasar suatu sistem, yakni: (1)
elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem; dan (2) interconnection, yaitu saling keterkaitan
antar komponen dalam pola tertentu. Keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang
atau organisasi sekalipun, jika tidak mempunyai saling keterkaitan dalam tata-hubungan tertentu
untuk mencapi tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota suatu sistem.
2.2.2 Sistem Kesehatan
Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orangorang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan
organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk
material
Sistem kesehatan tidak terbatas pada seperangkat institusi yang mengatur, membiayai, atau
memberikan pelayanan, namun juga termasuk kelompok aneka organisasi yang memberikan input
pada pelayanan kesehatan, terutama sumber daya manusia, sumber daya fisik (fasilitas dan alat),
serta pengetahuan/teknologi (WHO SEARO, 2000). Organisasi ini termasuk universitas dan lembaga
pendidikan lain, pusat penelitian, perusahaan kontruksi, serta serangkaian organisasi yang
memproduksi teknologi spesifik seperti produk farmasi, alat dan suku cadang.
WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai seluruh kegiatan yang mana mempunyai maksud
utama untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan. Mengingat maksud tersebut di atas, maka
termasuk dalam hal ini tidak saja pelayanan kesehatan formal, tapi juga tidak formal, seperti halnya
pengobatan tradisional. Selain aktivitas kesehatan masyarakat radisional seperti promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit, peningkatan keamanan lingkungan dan jalan raya , pendidikan yang
berhubungan dengan kesehatan merupakan bagian dari sistem.
Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: Pelayanan kesehatan, pembiayaan
kesehatan, penyediaan sumber daya dan stewardship/ regulator. Fungsi-fungsi tersebut akan
direpresentasikan dalam bentuk subsistem dalam sistem kesehatan, dikembangkan sesuai
kebutuhan. Masing-masing fungsi/subsistem akan dibahas tersendiri. Di bawah ini digambarkan
bagaimana keterkaitan antara fungsi-fungsi tersebut dan juga keterkaitannya dengan tujuan utama
Sistem Kesehatan.
2.2.3 Sistem Kesehatan di Indonesia
Indonesia sebenarnya telah memiliki sistem kesehatan sejak 1982 melalui sistem kesehatan nasional.
Untuk Indonesia batasan tentang Sistem Kesehatan dikenal dengan nama SKN (Sistem Kesehatan

Nasional) yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/Menkes/SK/II/2004


sebagai pengganti SKN tahun 1982 yang sudah tidak relevan akibat perubahan iklim politik di
Indonesia serta diterapkannya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999 (Adisamito,
2010).
Sistem kesehatan di Indonesia berada dalam kebijakan desentralisasi, yang mempunyai berbagai
fungsi, yaitu:
1. Fungsi penyusun kebijakan dan regulator
2. Fungsi pelayanan
3. Fungsi pendanaan
4. Fungsi pengembangan sumber daya manusia
Level negara terdiri dari:
1. Desa
2. Kecamatan
3. Kabupaten
4. Propinsi
5. Negara
Undang-undang No 22 tahun 1999 dan Undang-undang No 32 tahun 2004 mengatur menyatakan
bahwa sektor kesehatan merupakan sektor yang terdesentralisasi. Salah satu fungsi yang
terdesentralisasi adalah fungsi pelayanan, misalnya: rujukan kesehatan - rujukan pemerintah ke
swasta atau swasta ke pemerintah terbagi atas tingkatan:

1. Strata 1: Puskesmas, Praktik tenaga kesehatan, klinik, apotik, laboratorium, toko obat,
optik, dan lain-lain
2. Strata 2: Praktik tenaga kesehatan spesialis, RS tipe C dan B, apotik, laboratorium, toko
obat, optik, balai-balai kesehatan
3. Strata 3: Praktik tenaga kesehatan spesialis konsultan, RS tipe A dan B, apotik,
laboratorium, toko obat, optik, pusat-pusat unggulan nasional
Pelaku pelayanan meliputi:

1. Pelayanan Kesehatan Primer: Dokter Praktek Swasta, Bidan, BP swasta, Puskesmas


2. Pelayanan Kesehatan Sekunder dan Tertier: RS Pemerintah dan RS Swasta
3. Pelayanan Farmasi
4. Pelayanan Laboratorium, dan lain-lain
Fungsi lain adalah fungsi pendanan, yaitu:

1. Pemerintah pusat: Dana APBN untuk Jamkesmas, Jampersal, Subsidi ke RS, dan lain-lain
2. Pemerintah Daerah: APBD, termasuk Jamkesda
3. Masyarakat: Membayar langsung
4. Swasta: Memberikan sumbangan
Alasan pemerintah mendanai pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Tanpa ada dana pemerintah Pelayanan kesehatan merupakan komoditi dagang


2. Hanya masyarakat mampu yang dapat menikmatinya
3. Masyarakat miskin tidak akan mendapat pelayanan

Mekanisme pendanaan pemerintah dapat dilihat dalam gambar berikut:


Fungsi berikutnya adalah Fungsi Sumber Daya Manusia:

1.

Pendidikan tenaga kesehatan: Fakultas Kedokteran, FKM, Fakultas

2. Keperawatan dan lain-lain


3. Pendayagunaan dan pengembangan tenaga
pengembangan, penyebaran tenaga kesehatan, dll

kesehatan:

Proses

rekrutmen,

2.2.4 Karakteristik Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi lainya. Pelayanan kesehatan
atau pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang
bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fissik dan jiwa seorang. Karena sifat
yang sangat heterogen, pelayaanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik
khusus pelayanan kesehatan sebagai berikut (Santerre dan Neun, 2000):

1. Intangibility. Tidak seperti mobil atau makanan, pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh
panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan,
mengecap pelayanan kesehatan.
2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan
(bersama). Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian. Tindakan operatif
yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien.
3. Inventory. Pelayanan kesehataan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat
dibutuhkan oleh pasien nantinya.
4.

Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari dari
seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan antar
pasien, bervariasi.

Jadi pelayanaan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya pelayanan kesehatan diukur
berdasarkan ketersediaaan (jumlah dokter atau tempat tidur rumah sakit per 1,000 penduduk) atau
penggunaan (jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita).(Murti,2011)
2.2.4 Ciri-ciri Sektor Kesehatan
Aplikasi ilmu ekonomi pada sektor kesehatan perlu mendapat perhatian terhadap sifat dan ciri
khususnya sektor kesehatan. Sifat dan ciri khusus tersebut menyebabkan asumsi-asumsi tertentu
dalam ilmu ekonomi tidak berlaku atau tidak seluruhnya berlaku apabila diaplikasikan untuk sektor
kesehatan. (Lubis,2011)
Ciri khusus tersebut antara lain:

1. Kejadian penyakit tidak terduga. Adalah tidak mungkin untuk memprediksi penyakit apa
yang akan menimpa kita dimasa yang akan datang, oleh karena itu adalah tidak mungkin
mengetahui secara pasti pelayanan kesehatan apa yang kita butuhkan dimasa yang akan
datang. Ketidakpastian (uncertainty) ini berarti adalah seseorang akan menghadapi suatu
risiko akan sakit dan oleh karena itu ada juga risiko untuk mengeluarkan biaya untuk
mengobati penyakit tersebut.
2. Consumer
Ignorance. Konsumer
sangat
tergantung
kepada
penyedia (provider) pelayanan kesehatan. Oleh karena pada umumnya consumer tidak
tahu banyak tentang jenis penyakit, jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan yang
dibutuhkannya. Dalam hal ini Providerlah yang menentukan jenis dan volume pelayanan
kesehatan yang perlu dikonsumsi oleh konsumer.
3.

Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak. Makan, pakaian, tempat tinggal dan hidup
sehat adalah elemen kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa diusahakan untuk
dipenuhi, terlepas dari kemampuan seseorang untuk membayarnya. Hal ini menyebabkan
distribusi pelayanan kesehatan sering sekali dilakukan atas dasar kebutuhan (need) dan
bukan atas dasar kemampuan membayar (demand).

4. Ekstemalitas. Terdapat efek eksternal dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Efek


eksternal adalah dampak positif atau negatif yang dialami orang lain sebagai akibat
perbuatan seseorang. Misalnya imunisasi dari penyakit menular akan memberikan
manfaat kepada masyarakat banyak. Oleh karena itu imunisasi tersebut dikatakan
mempunyai social marginal benefit yang jauh lebih besar dari private marginal benefit bagi
individu tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus dapat menjamin bahwa program
imunisasi harus benar-benar dapat terlaksana.
5. Pelayanan kesehatan yang tergolong pencegahan akan mempunyai ekstemalitas yang
besar, sehingga dapat digolongkan sebagai komodity masyarakat, atau public
goods. Oleh karena itu program ini sebaiknya mendapat subsidi atau bahkan disediakan
oleh pemerintah secara gratis. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan yang bersifat
kuratif akan mempunyai ekstemalitas yang rendah dan disering disebut dengan private
good, hendaknya dibayar atau dibiayai sendiri oleh penggunanya atau pihak swasta.
6. Non Profit Motive. Secara ideal memperoleh keuntungan yang maksimal (profit
maximization) bukanlah tujuan utama dalam pelayanan kesehatan. Pendapat yang dianut
adalah Orang tidak layak memeperoleh keuntungan dari penyakit orang lain.
7. Padat Karya. Kecendrungan spesialis dan superspesialis menyebabkan komponen
tenaga dalam pelayanan kesehatan semakin besar. Komponen tersebut bisa mencapai
40%-60% dari keseluruhan biaya.
8. Mixed Outputs. Yang dikonsumsi pasien adalah satu paket pelayanan, yaitu sejumlah
pemeriksaan diagnosis, perawatan, terapi dan nasihat kesehatan. Paket tersebut
bervariasi antara individu dan sangat tergantung kepada jenis penyakit.
9. Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi. Dalam jangka pendek, upaya
kesehatan terlihat sebagai sektor yang sangat konsumtif, tidak memberikan return on
investment secara jelas. Oleh sebab itu sering sekali sektor kesehatan ada pada urutan
bawah dalam skala prioritas pembangunan terutama kalau titik berat pembangunan
adalah pembangunan ekonomi. Akan tetapi orientasi pembangunan pada akhirnya adalah
pembangunan manusia, maka pembangunan sektor kesehatan sesuangguhnya adalah
suatu investasi paling tidak untuk jangka panjang.
10. Restriksi berkompetisi. Terdapat pembatasan praktek berkompetisi. Hal ini menyebabkan
mekanisme pasar dalam pelayanan kaesehatan tidak bisa sempurna seperti mekanisme

pasar untuk komodity lain. Dalam mekanisme pasar, wujud kompetisi adalah kegiatan
pemasaran (promosi, iklan dan sebagainya). Sedangkan dalam sektor kesehatan tidak
pernah terdengar adanya promosi discount atau bonus atau banting harga dalam
pelayanan kesehatan. Walaupun dalam prakteknya hal itu sering juga terjadi dalam
pelayanan kesehatan.
11. Banyak teori dan praktek yang telah dikembangkan dibidang ini, walaupun dalam banyak
hal kerangka ilmu (body of knowledge) nya masih relatif kecil dibandingkan dengan
subdisiplin ekonomi yang lain. (Lubis,2009)

2.2.3 Efisiensi Sistem Kesehatan


Ada beberapa aspek sistem kesehatan yang dapat dilihat efisiensinya yakni sebagai berikut :

1. Efisiensi produktif. Sebuah puskesmas atau RS mencapai efisiensi produktif jika


memproduksi kuantitats output dengan kuantitas input seminimal mungkin, atau
memproduksi semaksmimal mungkin kuaantitas output dengan kuantiats input yang
tersedia (Clewer dan Perkins, 1998). Pada setting Puskesmas, output tersebut msailnya
jumlah pasien yang diobati
2. Efisiensi teknis. Sebuah puskesmas atau RS mencapai efisiensi teknis jika memproduksi
kuantitats output dengan kombinasi biaya seminimal mungkin, atau memproduksi
semaksmimal mungkin kuaantitas output dengan biaya yang tersedia (Clewer dan
Perkins, 1998).
3. Efisiensi alokatif. Efisiensi alokatif terjadi jika, dengan distribusi pendapatan yang ada di
masyarakat, tidak mungkin merealokasikan sumber daya untuk meningkatkan
kesejahteraan seorang (dalam arti kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang)
tanpa menyebabkan kesejahteraan paling tidak seorang lainnya menjadi lebih buruk.
Efisiensi alokatif terjadi jika input maupun output digunakan sebaik mungkin dalam
ekonomi sehingga tidak mungkin lagi diperoleh perbaikan kesjahteraan.

2.3 Keseimbangan Pasar


2.3.1
Keseimbangaan Ekonomi
Keseimbangan ekonomi adalah keadaan di mana kekuatan ekonomi yang seimbang dan tidak
adanya pengaruh eksternal, (keseimbangan) nilai dan variabel ekonomi tidak akan berubah. Ini
adalah titik di mana kuantitas yang diminta dan kuantitas yang ditawarkan sama. Keseimbangan
pasar, misalnya, mengacu pada suatu kondisi dimana harga pasar yang dibentuk melalui kompetisi
seperti bahwa jumlah barang atau jasa yang dicari oleh pembeli adalah sama dengan jumlah barang
atau jasa yang dihasilkan oleh penjual. Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam
keseimbangan (equilibrium) apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut sama dengan
jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan grafik hal ini ditunjukkan dengan kesamaan
D = S, yakni pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran. Pada posisi
keseimbangan pasar ini tercipta harga keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah
keseimbangan (equilibrium quantity).
Keseimbangan Pasar

Gambar 03 Keseimbangan Pasar

Keterangan:
D : jumlah permintaan
S : jumlah penawaran
K : Titik keseimbangan
Po : harga keseimbangan
Qo : jumlah keseimbangan
Harga Keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah keseimbangan suatu komoditi ditentukan oleh
permintaan dan penawaran pasar dari komoditi yang bersangkutan dalam suatu sistem bebas usaha.
Harga keseimbangan adalah tingkat harga dimana jumlah suatu komoditi yang ingin dibeli oleh
konsumen dalam suatu saat tertentu tepat sebanding atau sama dengan jumlah penawaran yang
ingin ditawarkan oleh para produsen. Pada tingkat harga yang lebih tinggi jumlah barang yang diminta
akan lebih sedikit dari pada jumlah yang ditawarkan. Akibatnya terjadi kelebihan (surplus) yang akan
menekan harga ke arah tingkat keseimbangan. Ditingkat harga yang berada dibawah tingkat
keseimbangan, jumlah barang yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan. Maka akibat yang
ditimbulkan yakni kekurangan (shortage) akan mendorong harga naik menuju tingkat keseimbangan.
Jadi harga keseimbangan, sekali dicapai akan cenderung bertahan.
Catatan:

1. Pasar adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran akan sesuatu barang. Pasar
tidak harus banyak pembeli dan ditempat tertentu, tetapi pasar bisa terjadi hanya oleh
satu orang pembeli dan penjual.
2. Seorang pembeli yang memiliki penilaian subyektif tinggi terhadap suatu barang, dia
berani membeli dengan harga tinggi, dalam kurva permintaan terletak dibagian atas.
Sebaliknya seorang pembeli yang memiliki penilaian subyektif rendah terhadap suatu
barang, dia mempunyai permintaan harga yang rendah, dalam kurva permintaan terletak
dibagian bawah.
3. Seluruh titik kurva permintaan konsumen menggambarkan permintaan berbagai
konsumen berdasarkan penilaian subyektif yang terungkap dalam harga permitaannya.
Harga dipengaruhi oleh biaya produksi, pengusaha yang biaya produksi rendah akan
menawarkan harga rendah dan sebaliknya. Seluruh titik kurva penawaran pengusaha
menggambarkan berbagai konsumen harga penawaran berbagai pengusaha yang
besarnnya ditentukan oleh biaya produksi masing-masing.
4. K adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran. Pada situasi tersebut, pembeli
dengan penilaian subyektif lebih rendah, tidak akan membeli barang. Pengusaha yang
biaya produksi lebih mahal tidak akan menawarkan barangnya.
5. Pembeli yang memiliki penilaian subyektif sama dengan harga pasar disebut pembeli
marjinal, bila harga naik diatas harga tersebut dia tidak akan membeli. Penjual yang biaya
produksi sama dengan harga pasar tidak akan menawarkan barangnya jika harganya
dibawah batas tersebut.
6. Permintaan yang didukung dengan daya beli paling sedikit sama dengan harga pasar
disebut sebagai permintaan efektif. Permintaan efektif akan bertambah bila harga naik
dan sebaliknya.
2.3.2 Keadilan (Equity) yang perlu dicapai dalam Ekonomi Kesehatan

Keseimbanagn pasar dalam ekonomi kesehatan lebih kepada keadilan yang harus dicapai. Keadilan
(equity) tidak sama dengan kesamaan (equality). Untuk bisa adil tidak harus semua mendapatkan
porsi yang sama.

1. Horizontal equity. Equal treatment for equaal need/ condition


2. Vertical equity. Unequal treatment for unequal need/ condition, dan Health financing
based on ability to pay.

BAB 3
KESIMPULAN
Ekonomi kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari suplai dan demand sumber daya pelayanan
kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap populasi. Tentu saja definisi
hanya merepresentasikan sebagian kecil topik yang dipelajari dalam ekonomi kesehatan. Ekonomi
kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan
mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan.
Ada beberapa aspek sistem kesehatan yang dapat dilihat efisiensinya yakni efisiensi produktif,
efisiensi teknis, dan efisiensi alokatif. Kemajuan intervensi di bidang pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi penyakit (ilmu kedokteran) tidak akan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat
secara adil (equal) bila tidak dibarengi dengan pengelolaan sistem kesehatan yang tepat, yaitu
dengan memaksimalkan manfaat untuk kepentingan masyarakat banyak. Sistem kesehatan yang
teapt juga akan membuat suatu negara mencapai tujuan normatif sistem kesehatan, yakni
peningkatan efisiensi, mutu, ekuitas, dan kesinambungan pelayanan kesehatan.
Keseimbangan ekonomi adalah keadaan di mana kekuatan ekonomi yang seimbang dan tidak
adanya pengaruh eksternal, (keseimbangan) nilai dan variabel ekonomi tidak akan berubah. Ini
adalah titik di mana kuantitas yang diminta dan kuantitas yang ditawarkan sama. Keseimbangan
pasar, misalnya, mengacu pada suatu kondisi dimana harga pasar yang dibentuk melalui kompetisi
seperti bahwa jumlah barang atau jasa yang dicari oleh pembeli adalah sama dengan jumlah barang
atau jasa yang dihasilkan oleh penjual.

DAFTAR PUSTAKA
Adisamito, Wiku. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta : Rajawali Press.
Effendi, Ferry, & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas:Teori dan Praktik dalam
Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Lubis, Ade Fatma. 2009. Ekonomi Kesehatan. Medan: USU Press
Murti, Bhisma. 2011. Ekonomi Kesehatan. Diakses dari website : www.fk.uns.ac.id pada tanggal 07
April 2014 jam 08.00 WIB
Longenecker, Justin G. 2001. Kewirausahaan : Manajemen usaha kecil. Jakarta : Salemba 4.
Siswanto. 2007. Peran Riset Sistem dan Kebijakan Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan.
Majalah
Kedokteran
Indonesia,
Volume:
57,
Nomor:
3.
Diakses
dari
Website : www.googlescholar.com pada tanggal 14 April 2014.
Trisnantoro,
Laksono.
2011. Memahmi
Sistem
Kesehatan. Diakses
dari
website www.kebjikan.kesehatan.indonesia.org pada tangga; 14 April 2014
Yuwono,
Slamet
Riyadi. Ekonomi
Kesehatan
(Health
Economic)
dan
Kewirausahaan (Entrepreneurship). PPT Dosen IKM KP FK. UNAIR
- See more at: http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2014/08/konsep-dasar-ekonomikesehatan.html#sthash.K1nYXlIc.dpuf

Sistem Ekonomi : Definisi : hubungan atau keterkaitan antara komponen (unsur)


ekonomi dalam kerangka hukum, adat/budaya dan politik yang mengatur
begaimana komponen-komponen tersebut melakukan aktivitasnya menuju citacita atau tujuan tertentu. 1. Sistem Ekonomi Kapitalis Sistem ekonomi yang
mengandalkan laissez faire (kebebasan) dan persaingan. Swasta bebas
melakukan produksi, konsumsi, dan distribusi barang dan jasa Pemilikan
sumber daya dan alat produksi oleh swasta (perorangan/kelompok) Berproduksi
untuk dijual di pasar dengan situasi persaingan dan digerakkan oleh mekanisme
pasar dan kekuatan pasar (demand dan supply) Peran negara sebagai penguasa
sangat kecil Tujuan : mencari laba atau keuntungan setinggi-tingginya
Seringkali disebut sistem ekonomi yang ekstrim kanan. 2. Sistem Ekonomi
Komunis/Terpusat/Terencana Pemilikan sumber daya/alat produksi oleh negara,
sawsta dan masyarakat tidak berhak memilikinya Pengambilan keputusan
tentang apa yang akan diproduksi, berapa banyak, bagaimana, kapan, dimana
dan berapa harganya dilakukan oleh negara Mekanisme pasar diganti dengan
perencanaan terpusat oleh pemerintah pusat, sehingga produksi, distribusi dan
konsumsi diatur oleh negara. Inisiatif dan kreativitas ekonomi masyarakat dan
swasta tidak dikehendaki oleh negara Seringkali disebut sistem ekonomi
ekstrim kiri. 3. Sistem Ekonomi Sosialis Demokrasi/Campuran Perpaduan antara
sistem ekonomi kapitalis dan komunis, yang membedakan adalah derajat
dominasi antara dua sistem tersebut, dan hal tersebut dipengaruhi oleh sistem
nilai dan falsafah bangsa. Pemilikan negara berdampingan dengan kepemilikan
swasta, ettapi dalam hal-hal tertentu negara bisa memonopoli karena
kepentingan rakyat. Mekanisme pasar diimbangi dengan perencanaan dari
negara lewat aturan-aturan untuk memperlancar produksi, distribusi dan
konsumsi. Inisiatif dan kerativitas ekonomi dari swasta/masyarakat
dikembangkan dan negara memberikan motivasim bimbingan dan pengawasan.

Posted: Februari 8, 2009 in Undang-Undang Kesehatan

Sumber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan
sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

1. Tenaga Kesehatan dan Standar Profesi

Jenis tenaga kesehatan menurut Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 :

a. Tenaga medis (dokter,dokter gigi)

b. Tenaga keperawatan (perawat, bidan, perawat gigi)

c. Tenaga kefarmasian (apoteker, analisis farmasi, asisten apoteker)

d. Tenaga kesehatan masyarakat (epidemiologi kesehatan, etomolog kesehatan, mikrobiologi


kesehatan, penyluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian)

e. Tenaga gizi (nutrisionis,dietisien)

f. Tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara)

g. Tenaga keteknisan medis (radiografer, radio terapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analisis
kesehatan, refraksionis optifsien, otorik prostetik, teknisi tranfusi, perekam medis).

2. Sarana kesehatan

Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum,
rumah sakit khusus (RS paru, RS mata, RS kusta, RS jiwa), praktik dokter,praktik dokter gigi,
praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, praktik bidan, toko obat, apotek, pedagang
besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium sekolah dan akademi kesehatan,balai
pelatihan kesehatan dan sarana kesehatan lainnya.

Pedagang besar farmasi adalah sarana pelayanan kesehatan penunjang yang berfungsi
menyalurkan sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada sarana pelayanan kesehatan yang
membutuhkannya.

Pemberian izin penyelenggaraan sarana kesehatan harus memperhatikan :

a. Kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan

b. jumlah dan jenis perbekalan kesehatan

c. mutu pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.

3. Perbekalan Kesehatan

Perbekalan kesehatan yang diperlukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan lainnya (adalah peralatan yang tidak secara langsung
digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan seperti ambulan,tempat tidur).

Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar dapat terpenuhinya kebutuhan sediaan farmasi
dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya yang terjangkau oleh masyarakat. Perbekalan
kesehatan merupakan unsusr penting dalam upaya kesehatan khususnya obat, bahan obat dan
alat kesehatan. Oleh karena itu, jumlahnya harus memadai, mudah didapat, mutunya baik,
harganya terjangkau.

4. Peran serta Masyarakat

Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
beserta sumber dayanya. Penyelenggaraan upaya kesehatan merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat. Masyarakat tidaklah menjadi objek semata, tetapi sekaligus
merupakan subjek penyelenggaraan upaya kesehatan. Masyarakat memperoleh kesempatan
seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber
dayanya mulai dari inventarisasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap penilaian,
sedangkan peran serta dapat berbentuk sumbangan pemikiran, tenaga atau sumber daya lainnya
seperti kelembagaan,sarana serta dana.

Anda mungkin juga menyukai