Anda di halaman 1dari 24

HALAMAN JUDUL

MAKALAH

KEBISINGAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah higiene industri

KELAS K3

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. Asna (J1A1 17 020)


2. Ilham Ibnu Ahmadi (J1A1 17 056)
3. Nasruddin (J1A1 17 088)
4. Rahma Yani (J1A1 17 113)
5. Farahdilla Rahma Suryani R. (J1A1 17 206)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEBISINGAN” tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Higiene Industri”.
Dengan perasaan yang sangat lega, kami mengucapkan Alhamdulillah
karena kami telah menyelasaikan tugas kami. Pada kesempatan ini juga kami ingin
menyampaikan rasa terima kasih kami yang tak terhingga kepada dosen
pembimbing mata kuliah Higiene industri.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang
akan datang lebih baik lagi.

Kendari, Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
1.4 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kebisingan ................................................... 4
2.2 Tinjauan Umum Tentang Industri ............................................................ 6
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 8
3.1 Aspek-aspek Gangguan Kebisingan ......................................................... 8
3.2 Jenis-jenis Kebisingan .............................................................................. 8
3.3 Sumber Kebisingan ................................................................................ 10
3.4 Pengukuran kebisingan ........................................................................... 10
3.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan ............................................................ 11
3.6 Dampak Paparan Kebisingan Bagi Tubuh ............................................. 13
3.7 Program Pengendalian kebisingan ......................................................... 16
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
4.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan .............................................................. 13
Tabel 2 Jenis dari akibat kebisingan ..................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan dampak
yang signifikan terhadap optimalisasi proses produksi. Akan tetapi, pemanfaatan
teknologi ini juga memberikan dampak yang lain terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Kondisi lingkungan tempat bekerja harus mampu memberikan
jaminan keamanan dan kesehatan bagi seluruh karyawannya (Mohammadi, 2014).
Tarwaka, (2008) mengemukakan bahwa potensi munculnya bahaya atau timbulnya
penyakit akibat kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan karyawan sering muncul
dari tempat bekerja. Salah satu gangguan terhadap kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh potensi bahaya fisik adalah kebisingan dengan intensitas tinggi.
Dampak dari paparan kebisingan pada pendengaran pekerja telah menjadi topik
perdebatan pada beberapa tahun terakhir (Alton B, Ernest, 2002; Jansen, 1992).
Tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas dapat mendorong
timbulnya gangguan pendengaran dan risiko kerusakan pada telinga baik bersifat
sementara maupun permanan setelah terpapar dalam periode waktu tertentu tanpa
penggunaan alat proteksi yang memadai. Potensi risiko ini mendorong pemerintah
di berbagai negara membuat suatu regulasi yang membatasi eksposur suara pekerja
industry (EPA, 1974). Sebagai contoh, peraturan mengenai kebisingan paparan
kerja pada industry harus kurang dari 90 dBA dengan rata-rata waktu 8 jam (OSHA,
1988). Lebih lanjut, pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan No. 1405
tahun 2002 telah memberikan persyaratan kesehatan lingkungan kerja yan
menyatakan bahwa tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA. Menurut
laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa prevalensi kehilangan
atau kerusakan pendengaran di Indonesia mencapai sekitar 4.2% (WHO, 2007).
Negara-negara di seluruh dunia menyatakan bahwa Noise Induced Hearing Loss
(NIHL) merupakan jenis penyakit yang sangat berpotensi berdampak risiko
kehilangan pendengaran. Lebih lanjut dalam laporan WHO tersebut juga
dinyatakan bahwa sekitar 16.% orang dewasa mengalami ketulian akibat

1
kebisingan di tempat kerja. Berdasarkan hal ini, maka NIHL merupakan salah satu
masalah yang harus mendapatkan perhatian khusus.
Secara umum karyawan masih rendah dalam penggunaan alat pelindung diri
yang disediakan perusahaan. Di samping itu rendahnya pemahaman terhadap
budaya kesehatan dan keselamatan kerja oleh karyawan juga dapat mendorong
masalah yang semakin besar. Melamed et al., (1996) mengemukakan bahwa factor
ketidaknyamanan dan gangguan komunikasi merupakan alasan karyawan tidak
menggunakan pelindung pendengaran. Walaupun penggunaan alat pelindung diri
telah diketahui secara teoritis dapat mengurangi dan menekan munculnya potensi
risiko, namun beberapa alasan masih sangat sulit untuk diterapkan (Morata et al.,
2001). Studi yang dilakukan oleh Pratini, (2008) menyatakan bahwa di beberapa
Negara Asia Tenggara memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pentingnya
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan pekerjaan. Faktor
kebisingan di lingkungan tempat kerja dapat menyebabkan munculnya potensi
risiko lainnya seperti gangguan stress, percepatan denyut nadi, peningkatan tekanan
darah, kestabilan emosional, gangguan komunikasi dan penurunan motivasi kerja
(Kunto, 2008). Kebisingan berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan
operator yang bekerja di dalam lingkungan pabrik. Gangguan yang tidak dicegah
maupun diatasi bisa menimbulkan kecelakaan, baik pada pekerja maupun orang di
sekitarnya. Upaya pengendalian kebisingan meliputi identifikasi masalah
kebisingan di pabrik dan menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh
karyawan, sehingga makalah ini bertujuan untuk melakukan suatu pengendalian
potensi bahaya kebisingan ditempat kerja agar tenaga kerja dapat bekerja dengan
sehat dan selamat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini antara lain :
1. Apa saja aspek-aspek gangguan kebisingan?
2. Apa saja jenis-jenis kebisingan?
3. Apa saja sumber kebisingan?

2
4. Berapa nilai ambang batas kebisingan?
5. Apa saja dampak paparan kebisingan bagi tubuh pekerja?
6. Apa saja program pengendalian kebisingan?

1.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup yang diangkat pada pembahasan makalah ini ialah
kebisingan ditempat kerja (industri).

1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
kebisingan ditempat kerja (industri) dan untuk memenuhi tugas matakuliah
higiene industri.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui aspek-aspek yang menyebabkan gangguan kebisingan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kebisingan
3. Untuk mengetahui dari mana saja sumber kebesingan
4. Untuk mengetahui nilai ambang batas kebisingan
5. Untuk mengatahui dampak paparan kebisingan bagi tubuh pekerja
6. Untuk mengetahui program pengendalian kebisingan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kebisingan


Kebisingan (noise) adalah suara yang tidak dikehendaki. Menurut Wall
(1979), kebisingan adalah suara yang mengganggu. Sedangkan menurut Kep.Men-
48/MEN.LH/11//1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa,
dan sistem alam.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48. tahun 1996, tentang
Baku Mutu Tingkat Kebisingan, bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat
kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB),
sedangkan baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Sementara itu menurut Suma’mur (1999), bunyi atau suara didengar sebagai
rangsangan pada sel saraf pendengaran dalam telinga oleh gelombang longitudinal
yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut
merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau
suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul diluar
kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian
dinyatakan sebagai kebisingan.
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh pendengaran manusia,
kebisingan adalah suara yang mempunyai multi frekuensi dan multi amplitudo dan
biasanya terjadi pada frekuensi tinggi. Sifat kebisingan terdiri dari berbagai macam,
antara lain konstan, fluktuasi, kontinue, intermiten, impulsif, random dan impact
noise. Menurut Siswanto (2002), kebisingan adalah terjadinya bunyi yang keras
sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Sedangkan menurut

4
Gabriel (1996) bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang
merupakan aktivitas alam dan buatan manusia.
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan pendengaran seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan dan stres.
Jenis pekerjaan yang melibatkan paparan terhadap kebisingan antara lain
pertambangan, pembuatan terowongan, mesin berat, penggalian (pengeboman,
peledakan), mesin tekstil, dan uji coba mesin jet. Bising dapat didefinisikan sebagai
bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan.
Suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi pekerja akan dapat terganggu.
Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak
timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian
(Anizar,2009).
Bising merupakan suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound). Tetapi
di defenisi ini sangat subyektif. Defenisi lain tentang kebisingan antara lain :
1. Denis dan Spooner, bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang
tidak teratur dan periodic.
2. Hirrs dan Ward, bising adalah suara yang komplek yang mempunyai sedikit
atau bahkan tidak periodik, bentuk gelombang yang tidak dapat diikuti atau di
produsir dalam waktu tertentu.
3. Spooner, bising adalah suaira yang tidak mengandung kualitas music.
4. Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang tidak acak dan
tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
5. Burn, littler, dan Wald, bising adalah suara yang dikehendaki kehadirannya oleh
yang mendengar dan menganggu.
6. Menurut Permenkes RI NO : 718/MENKES/PER/XI/1987 tentang kebisingan
yang berhubungan dengan kesehatan, BAB I pasal 1 (a) : kebisingan adalah

5
terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga menganggu dan atau
membahayakan kesehatan.

Bising dalam kesehatan kerja diartikan sebagai suara yang dapat


menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spectrum pendengaran),
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang
tidak di kehendaki dan dapat menganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menimbulkan ketulian.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Industri


Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh
atau tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu
semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka
mencapai kesejahteraan.
Definisi Industri menurut Sukirno (1995) adalah perusahaan yang
menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan itu
antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik pembuatan rokok.
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi
kegunaannya.
Dalam pengertian yang sempit, industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan
penduduk. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk
meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan
sumber daya alam secara optimal. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang

6
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan
bangun dan perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai
suatu sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Aspek-aspek Gangguan Kebisingan


Menurut teori Kryter (1970), serta Glass dan Singer (dalam Sinungan, 2003)
yang dikutip oleh Asmarani (2006) ada beberapa aspek yang perlu di perhatikan
dalam menentukan kebisingan, yaitu :
1. Volume : Volume suara yang berbeda akan mempengaruhi manusia. Volume
suara diatas 90 dB bukan saja akan menimbulkan gangguan psikologis akan
tetapi apabila diulang-ulang secara periodic setiap harinya antara 8 jam atau
lebih akan menimbulkan dampak fisiologis berupa gangguan pada syaraf
pendengaran. Kelebihan pendengaran akan menimbulkan gangguan terhadap
kemampuan komunikasi verbal.
2. Kemampuan meramalkan (predictability): Suatu kebisingan yang kejadiannya
tidak diprediksi (tidak diperkirakan) akan menimbulkan gangguan yang lebih
besar daripada kebisingan yang sebelumnya sudah diprediksi (diperkirakan)
sebagai kebisingan yang akan terjadi secara tetap. Kebisingan yang biasa
didengar oleh seseorang mungkin saja bukan merupakan gangguan.
3. Kontrol (pengendalian): Faktor pengendalian hubungannya dengan factor
perkiraan. Tidak adanya kendali pada kebisingan akan menimbulkan reaksi
learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari) artinya, orang tidak
menjadi berdaya dan membiarkan saja bising itu walaupun stresnya bertambah
besar.

3.2 Jenis-jenis Kebisingan


Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan menurut Suma’mur (1999)
adalah sebagai berikut :
1) Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide
band noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai misalnya pada mesin-
mesin produksi, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain

8
2) Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state,
narow band noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai pada gergaji
sirkuler, katup gas dan lain-lain.
3) Kebisingan terputus-putus (intermitent). Kebisingan jenis ini dapat ditemukan
pada lalulintas darat, suara kapal terbang dan lain-lain.
4) Kebisingan implusif (impact or impulsive noise). Jenis kebisingan seperti ini
dapat ditemukan misalnya pda pukulan mesin konstruksi, tembakan senapan,
atau suara ledakan.
5) Kebisingan impulsif berulang. Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya
pada bagian penempaan besi diperusahaan besi.

Bunyi dibagi menjadi tiga kategori yaitu bising pendengaran (audiable


noise) disebabkan frekuensi bunyi antara 31,5-8000 Hz, bising yang berhubungan
dengan kesehatan (occupatinal health) yang disebabkan bunyi mesin ditempat kerja
dan bising impulsive adalah bising yang terjadi akibat bunyi menyentak misalnya
pukulan palu, meriam, tembakan bedil dan lain-lain. Gabriel juga membagi
kebisingan berdasarkan berdasarkan waktu terjadinya yaitu bising kontinue dengan
spektrum lua, bunyi kontine dengan spektrum sempit, bising terputus-putus, bising
sehari penuh, bising setengah hari, bising terus menerus dan bising sesaat.
Bising berdasarkan skala intensitasnya dibagi menjadi sangat tenang,
tenang, sedang, kuat, sangat hiruk dan menulikan.berdasarkan pengaruhnya
terhadap manusia, bising dibagi atas :
1) Bising yang mengganggu (irriating noise). Intensitas tidak tidak terlalu keras
misalnya mendengkur
2) Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan pekerja, karena teriakan isyarat atau tanda bahaya
tenggelam dari bising sumber lain.
3) Bising yang merusak (damaging/injurious noise), adalah bunyi yang melampaui
NAB. Bunyi jenis ini akan merusak/ menurunkan fungsi pendengaran.

9
3.3 Sumber Kebisingan
Menurut Dirjen PPM dan PL DEPKES & KESSOR RI. Tahun 2000, sumber
kebisingan dibedakan menjadi :
1. Bising industry
Industry besar termasuk di dalamnya pabrik, bengkel dan sejenisnya.Bising
industry dapat dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat disekitar industry.
2. Bising rumah tangga
Umumnya disebabkan oleh alat-alat rumah tangga dan tidak terlalu tinggi
tingkat kebisingannya.
3. Bising spesifik.
Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya
pemasangan tiang panjang tol atau bangunan.
Bila sumber kebisingan dilihat dari sifatnya dibagi menjadi dua yaitu
(Wisnu,1996):
1. Sumber kebisingan statis : pabrik, mesin, tape, dan lainnya.
2. Sumber kebisingan dinamis : mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan lainnya.
Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang
dikeluarkannya ada dua yaitu (Men. KLH 1989):
1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contoh
sumber bising dari mesin-mesin industry/mesin yang tak bergerak.
2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, misalnya kebisingan yang
ditimbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak dijalan.

3.4 Pengukuran kebisingan


Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sound Level Meter. Sebelumnya, intensitas bunyi adalah jumlah
energi bunyi yang menembus tegak lurus bidang per detik. Metode pengukuran
akibat kebisingan dilokasi kerja, yaitu:
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas
hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan

10
untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana,
misalnya kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan,
misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah
mikrofon alat pengukur yang digunakan.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam
mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang
kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat
gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.
Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan,
warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas di bawah 85 dBA, warna oranye
untuk tingkat kebisingan yang tinggi di atas90dBA ,warna kuning untuk kebisingan
dengan intensitas antara 85–90 dBA. Untuk Mengukur Kebisingan Pabrik atau
Tempat Usaha untuk Memberikan Bimbingan tentang Peraturan-peraturan atau
Langkah-langkah Penanggulangan

3.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan


Pengukuran kebisingan bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran
pada suatu saat dengan standar atau nilai ambang batas (NAB) yang telah
ditetapkan.
Pengukuran yang ditujukan hanya sekedar untuk mengendalikan terhadap
lingkungan kerja dilaksanakan ditempat diman pekerja menghabiskan waktu
kerjanya serta dilaksanakan pada waktu pagi, siang, dan sore hari.
Pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui efek kebisingan terhadap
pendengaran perlu dilaksanakan secara intensif selama jam kerja. Bila pekerja
selalu berpindah tempat maka disamping dilaksanakannya pengukuran tingkat
suara juga diacatat waktu selama pekerja berada ditempat tempat tersebut agar
dapat diketahui apakah pekerja sudah terpajan melalui NAB.
Alat yang digunakan untuk pengukuran intensitas kebisingan adalah sound
level meter (SLM) yang mempunyai beberapa jenis antara lain :
1. Precision sound level meter

11
2. General purpose sound level meter
3. Survey sound level meter
4. Special purpose sound level meter
Hal-hal yang pelu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah
sebagai berikut :
1) Sebelum pengukuran dilaksanakan battery harus diperiksa untuk mengetahui
apakah masih berfungsi atau tidak
2) Agar peralatan SLM yang akan digunakan benar-benar tepat , maka terlebih
dahulu harus dicek dengan menggunakan kalibrator, yaitu dengan meletakkan/
memasang alat tersebut diatas microphone dari SLM, kemudian dengan tombol
pada alat tersebut dikeluarkan nada murni (pure tone) dengan intensitas tertentu,
maka jarum penunjuk/display SLM tersebut harus menunjukkan sesua dengan
intensitas suara dari kalibrator tersebut
3) Meletakkan sejauh mungkin SLM sepanjang tangan (paling dekat 0,5 meter
dari tubuh pengukur) bila perlu gunakan tripot untuk meletakkannya. Hal ini
dilakukan karena selain operator dapat merintangi suara yang dating dari salah
satu arah operator terseut juga dapat memantulkan suara sehingga menyebabkan
kesalahan pengukuran.
4) Pengukuran di luar gedung/lingkungan harus dilakukan pada ketinggian 1,2-1,5
meter diatas tanah dan bila mungkin tidak kurang dari 3,5 meter dari semua
permukaan yang dapat memantulkan suara. Sebaliknya digunakan WindsScreen
(terbuat dari karet busa berpori) yang dipasang pada microphone untuk
mengurangi turbelensi aliran udara disekitar duafragma microphone.
5) Bila ingin diketahui dengan tepat sumber suara yang sedang di ukur dapat
digunakan suatu headphone yang dihubungkan dengan output dari SLM.
6) Hindarkan pengukuran terlalu dekat dengan sumber bunyi, karena hasil
pengukuran akan menunjukkan perbedaan yang bermakna pada posisi SLM
yang berubah-ubah
7) SLM ini dapat digunakan pada suasana kelembapan sampai dengan 90%
dengan suhu antara 10-50 derajat Celsius

12
Tabel 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan

3.6 Dampak Paparan Kebisingan Bagi Tubuh


Apabila suatu suara mengganggu orang yang sedang membaca atau
mendengarkan musik, maka suara itu adalah kebisingan bagi orang itu meskipun
orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut. Meskipun pengaruh
suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, ada kasus-
kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena
tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A atau
karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut.

Tabel 2 Jenis dari akibat kebisingan

TIPE URAIAN
Akibat- Kehilangan Perubahan nilai ambang batas akibat kebisingan,
akibat pendengaran perubahan amabang batas permanen akibat
badaniah kebisingan.

13
Akibat Rasa tidak nyaman atau stress meningkat,
gangguan tekanan darah meningkat,sakit kepala,bunyi
fisiologis dering
Akibat- Gangguan Kejengkelan, bingung
akibat emosional
psikologis Gangguan Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi
gaya

Kebisingan mengakibatkan kerusakan pada indra-indra pendengaran, hal ini


dapat berbentukketulian progresif. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran
adalah sementara dan dapat pulih lagi dengan cepat sesudah berhenti bekerja di
tempat bising. Jika bekerja terus menerus di tempat dengan tingkat kebisingan
tinggi secara terus menerus maka berakibat kehilangan daya dengar yang menetap
dan tidak pulih lagi. Kebisingan di atas 80 dB dapat menyebabkan kegelisahan,
tidak enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung, dan masalah peredaran
darah. Kebisingan yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-
masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan luka perut.
Pengaruh kebisingan yang merusak pada efisiensi kerja dan produksi telah
dibuktikan secara statistic dalam beberapa bidang industri.
Sanders dan Mc Cormick (1987) dan Pulat (1992), menyatakan bahwa
pengaruh pemaparan kebisingan secara umum ada dua berdasarkan tinggi
rendahnya intensitas kebisingandanlamanya waktu pemaparan,yaitu:
1. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (diatas NAB)
a. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi terjadinya kerusakan pada indera
pendengaran yang dapat menurunkan pendengaran baik yang bersifat
sementara maupun permanen atau ketulian.
b. Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya
terputus-putus dansumbernya tidak diketahui.
c. Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama tangan dan

14
kaki, serta dapat menyebabkan pucat, gangguan sensoris dan denyut
jantung, risiko serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi
dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat
merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan
menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidurdan sesak
nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan
dan keseimbangan elektrolit.
d. Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat dari suatu proses produksi
demikian hebatnya, sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar
kegiatan tersebut dihentikan.
2. Pengaruh kebisingan intensitas rendah (dibawah NAB) Secara fisiologis
intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tidak menyebabkan kerusakan
pendengaran, namun demikian kehadirannya sering dapat menurunkan
performasi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan
lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat
menyebabkan antara lain:
a. Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur. Seperti
halnya dampak dari bising intensitas tinggi, bising intensitas rendah juga
dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga yang akan
menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur, dan sesak
nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem
pencernaan,dan keseimbangan elektrolit.
b. Gangguan reaksi psikomotorik

15
c. Kehilangan konsentrasi. Gangguan konsentrasi antara lawan bicara.
Biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran
yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
d. Gangguan komunikasi. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan
berteriak. Gangguan ini mengakibatkan terganggunya pekerja, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau
tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
e. Penurunan performasi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada
kehilangan efisiensidanproduktivitas.

3.7 Program Pengendalian kebisingan


Secara konseptual teknik pengendalian kebisingan yang sesuai dengan
hirarki pengendalian risiko menurut Tarwaka (2008) adalah:
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan
harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat
dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan
dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima
oleh ketentuan, peraturan dan standart baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai
Ambang Batas (NAB).
2. Subtitusi
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahanbahan dan
peralatan yang berbahaya dengan bahan-bahan danperalatan yang kurang
berbahaya atauyang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas
yang masih bias ditoleransi atau dapat diterima.
3. Engenering Control
Pengendalian dan rekayasa tehnik termasuk merubah struktur objek kerja
untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian
pengaman pada mesin.
4. Isolasi

16
Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang
dari objek kerja. Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan
menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai penerima,
contohnya : pemasangan barier, enclosure sumber kebisingan dan tehnik
pengendalian aktif (active noise control) menggunakan prinsip dasar dimana
gelombang kebisingan yang menjalar dalam media penghantar dikonselasi
dengan gelombang suara identik tetapi mempunyai perbedaan fase pada
gelombang kebisingan tersebut dengan menggunakan peralatan control.
5. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu sistem
kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya.
Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerja dan
memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian secara
administratif ini. Metode ini meliputi pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kelelahandankejenuhan.
6. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian yang
digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara, ketika suatu sistem
pengendalian yang permanen belum dapat di implementasikan. APD (Alat
Pelindung Diri) merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian
risiko tempat kerja. Antara lain dapat dengan menggunakan alat proteksi
pendengaran berupa ear plug dan ear muff. Ear plug dapat terbuat dari kapas,
spon, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk satu kali pakai.
Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak (molded
rubber/ plastic) dapat digunakan berulang kali. Alat ini dapat mengurangi suara
sampai 20 dB(A). Sedangkan untuk ear muff terdiri dari dua buah tutup telinga
dan sebuah headband. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara hingga 30 dB
(A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras
atau percikan bahan kimia.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. ada beberapa aspek yang perlu di perhatikan dalam menentukan kebisingan
yaitu volume, kemampuan meramalkan (predictability) dan kontrol
(pengendalian).
2. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan oleh Suma’mur antara lain
:kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise), kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi sempit
(steady state, narow band noise), kebisingan terputus-putus (intermitent),
kebisingan impulsive (impact or impulsive noise),dan kebisingan impulsive
berulang.
3. Menurut Dirjen PPM dan PL, DEPKES dan KESSOS RI Tahun 2000,
sumber kebisingan dibedakan menjadi 3 yakni bising industri, bising rumah
tangga dan bising spesifik.
4. Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sound Level Meter
5. Nilai ambang batas untuk kebisingan tidak bleh melewati 140 dBA
6. Kebisingan mengakibatkan ketulian progresif, selain itu kebisingan di atas
80 dB dapat menyebabkan kegelisahan, tidak enak badan, kejenuhan
mendengar, sakit lambung, dan masalah peredaran darah. Kebisingan yang
berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan
seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan luka perut dan juga
apabila bekerja di tempat yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi
maka pekerja dapat mengalami tuli permanen.
7. kebisingan secara umum ada dua berdasarkan tinggi rendahnya intensitas
kebisingan dan lamanya waktu pemaparan,yaitu pengaruh kebisingan
intensitas tinggi ( diatas NAB) misalnya terjadi kerusakan pada indera

18
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yakni :
1. Meningkatkan upaya pengendalian kebisingan di tempat kerja sangat perlu
dilakukan dan apabila cara-cara pengendalian idak efektif maka digunakan
penggunaan alat pelindung diri.
2. Sebaiknya periksaan telinga yag berpotensi tuli disebebkan oleh kebisingan
dilakukan sedini mungikin mengingat sering terpapar menyebabkan
ketulian.

19
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi Bambang., Rimanto D. 2015. Analisis Kebisingan Terhadap Karyawan Di
Lingkungan Kerja Pada Beberapa Jenis Perusahaan. Jurnal Teknologi. Vol 7
(1). 21-27.
Pratiwi, Arum D. Buku Ajar Higiene Industri. FKM UHO
Ramdan, Iwan M. 2013. Higiene Industri. Sleman: Penerbit Bimotry.
Subaris, Heru., Haryono. 2011. Hygiene Lingkungan Kerja. Bantul: Media
Cendikia Press, Jogjakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai