MAKALAH
KEBISINGAN
KELAS K3
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEBISINGAN” tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Higiene Industri”.
Dengan perasaan yang sangat lega, kami mengucapkan Alhamdulillah
karena kami telah menyelasaikan tugas kami. Pada kesempatan ini juga kami ingin
menyampaikan rasa terima kasih kami yang tak terhingga kepada dosen
pembimbing mata kuliah Higiene industri.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang
akan datang lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
1.4 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kebisingan ................................................... 4
2.2 Tinjauan Umum Tentang Industri ............................................................ 6
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 8
3.1 Aspek-aspek Gangguan Kebisingan ......................................................... 8
3.2 Jenis-jenis Kebisingan .............................................................................. 8
3.3 Sumber Kebisingan ................................................................................ 10
3.4 Pengukuran kebisingan ........................................................................... 10
3.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan ............................................................ 11
3.6 Dampak Paparan Kebisingan Bagi Tubuh ............................................. 13
3.7 Program Pengendalian kebisingan ......................................................... 16
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
4.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan .............................................................. 13
Tabel 2 Jenis dari akibat kebisingan ..................................................................... 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kebisingan di tempat kerja. Berdasarkan hal ini, maka NIHL merupakan salah satu
masalah yang harus mendapatkan perhatian khusus.
Secara umum karyawan masih rendah dalam penggunaan alat pelindung diri
yang disediakan perusahaan. Di samping itu rendahnya pemahaman terhadap
budaya kesehatan dan keselamatan kerja oleh karyawan juga dapat mendorong
masalah yang semakin besar. Melamed et al., (1996) mengemukakan bahwa factor
ketidaknyamanan dan gangguan komunikasi merupakan alasan karyawan tidak
menggunakan pelindung pendengaran. Walaupun penggunaan alat pelindung diri
telah diketahui secara teoritis dapat mengurangi dan menekan munculnya potensi
risiko, namun beberapa alasan masih sangat sulit untuk diterapkan (Morata et al.,
2001). Studi yang dilakukan oleh Pratini, (2008) menyatakan bahwa di beberapa
Negara Asia Tenggara memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pentingnya
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan pekerjaan. Faktor
kebisingan di lingkungan tempat kerja dapat menyebabkan munculnya potensi
risiko lainnya seperti gangguan stress, percepatan denyut nadi, peningkatan tekanan
darah, kestabilan emosional, gangguan komunikasi dan penurunan motivasi kerja
(Kunto, 2008). Kebisingan berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan
operator yang bekerja di dalam lingkungan pabrik. Gangguan yang tidak dicegah
maupun diatasi bisa menimbulkan kecelakaan, baik pada pekerja maupun orang di
sekitarnya. Upaya pengendalian kebisingan meliputi identifikasi masalah
kebisingan di pabrik dan menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh
karyawan, sehingga makalah ini bertujuan untuk melakukan suatu pengendalian
potensi bahaya kebisingan ditempat kerja agar tenaga kerja dapat bekerja dengan
sehat dan selamat.
2
4. Berapa nilai ambang batas kebisingan?
5. Apa saja dampak paparan kebisingan bagi tubuh pekerja?
6. Apa saja program pengendalian kebisingan?
1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
kebisingan ditempat kerja (industri) dan untuk memenuhi tugas matakuliah
higiene industri.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui aspek-aspek yang menyebabkan gangguan kebisingan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kebisingan
3. Untuk mengetahui dari mana saja sumber kebesingan
4. Untuk mengetahui nilai ambang batas kebisingan
5. Untuk mengatahui dampak paparan kebisingan bagi tubuh pekerja
6. Untuk mengetahui program pengendalian kebisingan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gabriel (1996) bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang
merupakan aktivitas alam dan buatan manusia.
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan pendengaran seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan dan stres.
Jenis pekerjaan yang melibatkan paparan terhadap kebisingan antara lain
pertambangan, pembuatan terowongan, mesin berat, penggalian (pengeboman,
peledakan), mesin tekstil, dan uji coba mesin jet. Bising dapat didefinisikan sebagai
bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan.
Suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi pekerja akan dapat terganggu.
Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak
timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian
(Anizar,2009).
Bising merupakan suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound). Tetapi
di defenisi ini sangat subyektif. Defenisi lain tentang kebisingan antara lain :
1. Denis dan Spooner, bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang
tidak teratur dan periodic.
2. Hirrs dan Ward, bising adalah suara yang komplek yang mempunyai sedikit
atau bahkan tidak periodik, bentuk gelombang yang tidak dapat diikuti atau di
produsir dalam waktu tertentu.
3. Spooner, bising adalah suaira yang tidak mengandung kualitas music.
4. Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang tidak acak dan
tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
5. Burn, littler, dan Wald, bising adalah suara yang dikehendaki kehadirannya oleh
yang mendengar dan menganggu.
6. Menurut Permenkes RI NO : 718/MENKES/PER/XI/1987 tentang kebisingan
yang berhubungan dengan kesehatan, BAB I pasal 1 (a) : kebisingan adalah
5
terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga menganggu dan atau
membahayakan kesehatan.
6
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan
bangun dan perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai
suatu sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
2) Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state,
narow band noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai pada gergaji
sirkuler, katup gas dan lain-lain.
3) Kebisingan terputus-putus (intermitent). Kebisingan jenis ini dapat ditemukan
pada lalulintas darat, suara kapal terbang dan lain-lain.
4) Kebisingan implusif (impact or impulsive noise). Jenis kebisingan seperti ini
dapat ditemukan misalnya pda pukulan mesin konstruksi, tembakan senapan,
atau suara ledakan.
5) Kebisingan impulsif berulang. Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya
pada bagian penempaan besi diperusahaan besi.
9
3.3 Sumber Kebisingan
Menurut Dirjen PPM dan PL DEPKES & KESSOR RI. Tahun 2000, sumber
kebisingan dibedakan menjadi :
1. Bising industry
Industry besar termasuk di dalamnya pabrik, bengkel dan sejenisnya.Bising
industry dapat dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat disekitar industry.
2. Bising rumah tangga
Umumnya disebabkan oleh alat-alat rumah tangga dan tidak terlalu tinggi
tingkat kebisingannya.
3. Bising spesifik.
Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya
pemasangan tiang panjang tol atau bangunan.
Bila sumber kebisingan dilihat dari sifatnya dibagi menjadi dua yaitu
(Wisnu,1996):
1. Sumber kebisingan statis : pabrik, mesin, tape, dan lainnya.
2. Sumber kebisingan dinamis : mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan lainnya.
Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang
dikeluarkannya ada dua yaitu (Men. KLH 1989):
1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contoh
sumber bising dari mesin-mesin industry/mesin yang tak bergerak.
2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, misalnya kebisingan yang
ditimbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak dijalan.
10
untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana,
misalnya kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan,
misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah
mikrofon alat pengukur yang digunakan.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam
mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang
kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat
gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.
Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan,
warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas di bawah 85 dBA, warna oranye
untuk tingkat kebisingan yang tinggi di atas90dBA ,warna kuning untuk kebisingan
dengan intensitas antara 85–90 dBA. Untuk Mengukur Kebisingan Pabrik atau
Tempat Usaha untuk Memberikan Bimbingan tentang Peraturan-peraturan atau
Langkah-langkah Penanggulangan
11
2. General purpose sound level meter
3. Survey sound level meter
4. Special purpose sound level meter
Hal-hal yang pelu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah
sebagai berikut :
1) Sebelum pengukuran dilaksanakan battery harus diperiksa untuk mengetahui
apakah masih berfungsi atau tidak
2) Agar peralatan SLM yang akan digunakan benar-benar tepat , maka terlebih
dahulu harus dicek dengan menggunakan kalibrator, yaitu dengan meletakkan/
memasang alat tersebut diatas microphone dari SLM, kemudian dengan tombol
pada alat tersebut dikeluarkan nada murni (pure tone) dengan intensitas tertentu,
maka jarum penunjuk/display SLM tersebut harus menunjukkan sesua dengan
intensitas suara dari kalibrator tersebut
3) Meletakkan sejauh mungkin SLM sepanjang tangan (paling dekat 0,5 meter
dari tubuh pengukur) bila perlu gunakan tripot untuk meletakkannya. Hal ini
dilakukan karena selain operator dapat merintangi suara yang dating dari salah
satu arah operator terseut juga dapat memantulkan suara sehingga menyebabkan
kesalahan pengukuran.
4) Pengukuran di luar gedung/lingkungan harus dilakukan pada ketinggian 1,2-1,5
meter diatas tanah dan bila mungkin tidak kurang dari 3,5 meter dari semua
permukaan yang dapat memantulkan suara. Sebaliknya digunakan WindsScreen
(terbuat dari karet busa berpori) yang dipasang pada microphone untuk
mengurangi turbelensi aliran udara disekitar duafragma microphone.
5) Bila ingin diketahui dengan tepat sumber suara yang sedang di ukur dapat
digunakan suatu headphone yang dihubungkan dengan output dari SLM.
6) Hindarkan pengukuran terlalu dekat dengan sumber bunyi, karena hasil
pengukuran akan menunjukkan perbedaan yang bermakna pada posisi SLM
yang berubah-ubah
7) SLM ini dapat digunakan pada suasana kelembapan sampai dengan 90%
dengan suhu antara 10-50 derajat Celsius
12
Tabel 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan
TIPE URAIAN
Akibat- Kehilangan Perubahan nilai ambang batas akibat kebisingan,
akibat pendengaran perubahan amabang batas permanen akibat
badaniah kebisingan.
13
Akibat Rasa tidak nyaman atau stress meningkat,
gangguan tekanan darah meningkat,sakit kepala,bunyi
fisiologis dering
Akibat- Gangguan Kejengkelan, bingung
akibat emosional
psikologis Gangguan Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi
gaya
14
kaki, serta dapat menyebabkan pucat, gangguan sensoris dan denyut
jantung, risiko serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi
dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat
merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan
menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidurdan sesak
nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan
dan keseimbangan elektrolit.
d. Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat dari suatu proses produksi
demikian hebatnya, sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar
kegiatan tersebut dihentikan.
2. Pengaruh kebisingan intensitas rendah (dibawah NAB) Secara fisiologis
intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tidak menyebabkan kerusakan
pendengaran, namun demikian kehadirannya sering dapat menurunkan
performasi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan
lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat
menyebabkan antara lain:
a. Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur. Seperti
halnya dampak dari bising intensitas tinggi, bising intensitas rendah juga
dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga yang akan
menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur, dan sesak
nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem
pencernaan,dan keseimbangan elektrolit.
b. Gangguan reaksi psikomotorik
15
c. Kehilangan konsentrasi. Gangguan konsentrasi antara lawan bicara.
Biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran
yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
d. Gangguan komunikasi. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan
berteriak. Gangguan ini mengakibatkan terganggunya pekerja, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau
tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
e. Penurunan performasi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada
kehilangan efisiensidanproduktivitas.
16
Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang
dari objek kerja. Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan
menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai penerima,
contohnya : pemasangan barier, enclosure sumber kebisingan dan tehnik
pengendalian aktif (active noise control) menggunakan prinsip dasar dimana
gelombang kebisingan yang menjalar dalam media penghantar dikonselasi
dengan gelombang suara identik tetapi mempunyai perbedaan fase pada
gelombang kebisingan tersebut dengan menggunakan peralatan control.
5. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu sistem
kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya.
Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerja dan
memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian secara
administratif ini. Metode ini meliputi pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kelelahandankejenuhan.
6. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian yang
digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara, ketika suatu sistem
pengendalian yang permanen belum dapat di implementasikan. APD (Alat
Pelindung Diri) merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian
risiko tempat kerja. Antara lain dapat dengan menggunakan alat proteksi
pendengaran berupa ear plug dan ear muff. Ear plug dapat terbuat dari kapas,
spon, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk satu kali pakai.
Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak (molded
rubber/ plastic) dapat digunakan berulang kali. Alat ini dapat mengurangi suara
sampai 20 dB(A). Sedangkan untuk ear muff terdiri dari dua buah tutup telinga
dan sebuah headband. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara hingga 30 dB
(A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras
atau percikan bahan kimia.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. ada beberapa aspek yang perlu di perhatikan dalam menentukan kebisingan
yaitu volume, kemampuan meramalkan (predictability) dan kontrol
(pengendalian).
2. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan oleh Suma’mur antara lain
:kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise), kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi sempit
(steady state, narow band noise), kebisingan terputus-putus (intermitent),
kebisingan impulsive (impact or impulsive noise),dan kebisingan impulsive
berulang.
3. Menurut Dirjen PPM dan PL, DEPKES dan KESSOS RI Tahun 2000,
sumber kebisingan dibedakan menjadi 3 yakni bising industri, bising rumah
tangga dan bising spesifik.
4. Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sound Level Meter
5. Nilai ambang batas untuk kebisingan tidak bleh melewati 140 dBA
6. Kebisingan mengakibatkan ketulian progresif, selain itu kebisingan di atas
80 dB dapat menyebabkan kegelisahan, tidak enak badan, kejenuhan
mendengar, sakit lambung, dan masalah peredaran darah. Kebisingan yang
berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan
seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan luka perut dan juga
apabila bekerja di tempat yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi
maka pekerja dapat mengalami tuli permanen.
7. kebisingan secara umum ada dua berdasarkan tinggi rendahnya intensitas
kebisingan dan lamanya waktu pemaparan,yaitu pengaruh kebisingan
intensitas tinggi ( diatas NAB) misalnya terjadi kerusakan pada indera
18
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yakni :
1. Meningkatkan upaya pengendalian kebisingan di tempat kerja sangat perlu
dilakukan dan apabila cara-cara pengendalian idak efektif maka digunakan
penggunaan alat pelindung diri.
2. Sebaiknya periksaan telinga yag berpotensi tuli disebebkan oleh kebisingan
dilakukan sedini mungikin mengingat sering terpapar menyebabkan
ketulian.
19
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi Bambang., Rimanto D. 2015. Analisis Kebisingan Terhadap Karyawan Di
Lingkungan Kerja Pada Beberapa Jenis Perusahaan. Jurnal Teknologi. Vol 7
(1). 21-27.
Pratiwi, Arum D. Buku Ajar Higiene Industri. FKM UHO
Ramdan, Iwan M. 2013. Higiene Industri. Sleman: Penerbit Bimotry.
Subaris, Heru., Haryono. 2011. Hygiene Lingkungan Kerja. Bantul: Media
Cendikia Press, Jogjakarta.
20