Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336028941

Konsep Biaya pada Pelayanan Kesehatan

Article · September 2019

CITATION READS

1 584

1 author:

Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
24 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

P-Care National Health Security (JKN) Evaluation View project

Kajian Antrian Pelayanan Pendaftaran Pasien BPJS Kesehatan RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 View project

All content following this page was uploaded by Ade Heryana on 25 September 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 1

Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan


Oleh: Ade Heryana, S.St, M.KM

PENDAHULUAN
Apakah biaya? Dan bagaimana biaya bisa timbul? Sebagai gambaran untuk
menjawab pertanyaan tersebut, sebuah berita di situs online Tribunsinjai.com 8
Oktober 2017 menampilkan headline berita “Tak Punya Biaya, Paramedis RSUD
Sinjai Patungan Bantu Biaya Bayi Nurliana, Menderita Penyakit Ini”. Dalam artikel
disebutkan bayi Nurliana menderita penyakit Atresia Asofagus. Penyakit ini
menyebabkan makanan tidak bisa masuk melalui mulut, sehingga harus diinfus.
Orang tua bayi berasal dari keluarga tidak mampu, terdaftar sebagai anggota BPJS
Mandiri, dan menunggak pembayaran iuran. Paramedis RSUD Sinjai Sulwesi
Selatan membantu pasien untuk membayar iuran yang tertunggak. Seharusnya
bayi dirujuk ke RSU di Makassar, namun orang tua menolak karena biaya
perawatan dan transportasi yang tidak mampu ditanggungnya.
Berita di atas bukan saja menyentuh sisi kemanusiaan, namun juga menunjukkan
tingginya biaya perawatan. Pada bab ini penulis tidak akan mengulas kedua sisi
tersebut. Penulis mengajak pembaca untuk memperhatikan sifat atau perilaku
dari biaya, serta alasan kenapa muncul biaya. Pada artikel berita di atas, orang
tua bayi (termasuk paramedis yang membantu) telah mengorbankan sejumlah
sumberdaya. Untuk apa sumberdaya tersebut dikorbankan? Pada kasus ini,
menyelamatkan nyawa bayi adalah tujuan utamanya. Sumberdaya yang
dikorbankan dapat berbentuk biaya (finansial), tenaga, dan waktu.

DEFINISI BIAYA
Maka dengan demikian apakah biaya itu? Biaya adalah pengorbanan sejumlah
sumberdaya (Lanen, Anderson, & Maher, 2011). Secara lengkap definisi biaya
adalah sejumlah sumberdaya yang dikorbankan (atau dikeluarkan) untuk
mencapai tujuan tertentu, dan biasanya dihitung secara finansial. Dalam
kasus sesuai berita di atas terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan biaya,
yaitu:
1. Terdapat sumber yang dikorbankan secara finansial, yaitu orangtua bayi
telah mengeluarkan biaya pengobatan serta paramedis RSUD Binjai
menyisihkan uang untuk membantu bayi
2. Tujuan dari upaya tersebut agar bayi sembuh dari penyakitnya
Dalam lingkup organisasi, sebenarnya terdapat perbedaan antara biaya (cost)
dengan pengeluaran (expenses). Biaya dan Pengeluaran sama-sama mengorbankan
sejumlah sumberdaya, namun biaya tidak terkait dengan pendapatan (revenue),
sedangkan pengeluaran terkait dengan pendapatan. Misalnya: sebuah klinik
rawat jalan membeli satu box sarung tangan (gloves) seharga Rp 120.000 isi 100
buah untuk tindakan medis. Ketika membeli sarung tangan, terjadi
pengorbanan/pengeluaran sejumlah sumberdaya finansial sebesar Rp 120.000,-
per box atau Rp 1.200 per buah, yang disebut dengan biaya pembelian bahan
habis pakai. Klinik tersebut pada bulan April melayani tindakan medis 50 pasien,
dan satu pasien membutuhkan satu sarung tangan. Tarif tindakan per pasien
adalah Rp 100.000,-. Dari contoh tersebut, pada bulan April terjadi catatan
pengeluaran dan pendapatan sebagai berikut:

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 2

- Pengeluaran bahan habis pakai sebesar 50 buah sarung tangan x Rp


1.200,- = Rp 60.000,- (material expenses)
- Pendapatan tindakan pasien = 50 pasien x Rp 100.000 = Rp 5.000.000,-
(medical revenue)
Untuk menjelaskan perbedaan ini, digambarkankan contoh laporan rugi/laba yang
mendeskripsikan sumber pemasukan dan pengeluaran pada sebuah apotik (lihat
gambar 1).
Berdasarkan gambar 1, laporan rugi laba terdiri dari empat komponen utama yaitu
pendapatan, biaya atas pendapatan, pengeluaran operasional dan pendapatan
lain. Masing-masing komponen terdiri dari akun-akun yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pendapatan
Komponen ini terdiri dari akun pendapatan usaha yaitu pendapatan
perusahaan yang sesuai dengan karakteristik utama pelayanannya. Pada
contoh ini, apotik memiliki empat pendapatan usaha yaitu:
a. Pendapatan tender obat yaitu pendapatan yang diperoleh secara tidak
rutin melalui proyek pengadaan obat
b. Pendapatan layanan resep yaitu pendapatan yang diperoleh secara rutin
dalam bentuk pelayanan penjualan obat dengan menggunakan resep
c. Pendapatan penjualan obat bebas yaitu pendapatan apotik yang
diperoleh dari penjualan obat-obat OTC (over the counter) atau obat
bebas tanpa resep doket (termasuk alat kesehatan)
d. Pendapatan atas barang masuk yaitu pendapatan yang diperoleh sebagai
selisih harga obat/barang yang dipesan dengan yang diterima biasanya
dalam bentuk potongan harga atau bonus natura
Keempat komponen pendapatan ini bila dijumlah menjadi total pendapatan
usaha. Pada contoh di gambar nilai total pendapatan usaha sebesar Rp.
91.974.000,-
2. Biaya atas pendapatan
Biaya atas pendapatan merupakan pengeluaran sumberdaya finansial yang
digunakan untuk menghasilkan pelayanan sehingga diperoleh pendapatan
usaha. Biaya atas pendapatan terbagi dua yaitu biaya pelayanan/produksi
dan biaya usaha lain.

Biaya pelayanan atau produksi ada yang menyebutnya dengan biaya pokok
pelayanan. Pada contoh laporan ini, biaya pelayanan terdiri dari dua akun
yaitu:
a. Biaya tenaga kerja langsung (Biaya 1) yaitu biaya gaji/honor petugas
yang sifat pekerjaannya berhubungan langsung pelanggan atau pasien,
seperti Asisten Apoteker, Kasir, Kurir dan lain-lain
b. Biaya material langsung (biaya 3) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh material (dalam hal ini obat dan alkes)
Biaya usaha lain merupakan biaya yang terkait langsung dengan pelayanan
namun di luar biaya tenaga kerja dan biaya material, misalnya:
a. Biaya kerusakan barang akibat pengiriman. Pada contoh ini, biaya
kerusakan disebabkan oleh pengiriman obat ke pasien/pelanggan
b. Beban sewa yaitu biaya yang digunakan untuk membayar penyewaan
asset/alat yang tidak dimiliki apotik, misalnya sewa ruko, sewa
kendaraan manajemen, sewa motor marketing dan lain-lain

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 3

LAPORAN LABA/RUGI APOTIK "X" TAHUN 2018

Pendapatan
Pendapatan Usaha
Pendapatan tender obat 40.000.000,00 [a]
Pendapatan layanan resep 18.750.000,00 [b]
Penjualan obat bebas 28.470.000,00 [c]
Pendapatan atas barang masuk 4.754.000,00 [d]
Total pendapatan usaha 91.974.000,00 [e] = [a+b+c+d]

Total pendapatan 91.974.000,00 [f] = [e]

Biaya atas pendapatan


Biaya pelayanan/produksi
Biaya 1 27.040.000,00 [g]
Biaya 3 11.525.000,00 [h]
Total biaya pelayanan/produksi 38.565.000,00 [i] = [g+h]

Biaya usaha lain


Kerusakan akibat pengiriman barang 2.400.000,00 [j]
Beban sewa 10.000.000,00 [k]
Total biaya usaha lain 12.400.000,00 [l] = [j] + [k]
Total biaya atas pendapatan 50.965.000,00 [m] = [i] + [l]

Laba/Rugi Kotor 41.009.000,00 [n] = [f] - [m]

Pengeluaran operasional
Biaya operasional
Gaji direksi dan kayawan 14.000.000,00 [o]
Listrik, Air, Telepon 3.000.000,00 [p]
Promosi dan Iklan 1.000.000,00 [q]
Administrasi kantor 1.050.000,00 [r]
Total biaya operasional 19.050.000,00 [s] = [o+p+q+r]

Biaya non operasional


Penyusutan mesin dan peralatan 208.333,33 [t]
Penyusutan kendaraan 3.052.083,34 [u]
Total Biaya Non Operasional 3.260.416,67 [v] = [t+u]

Total pengeluaran operasional 22.310.416,67 [w] = [s] + [v]

Laba/Rugi Operasional 18.698.583,33 [x] = [n] - [w]

Pendapatan lain
Pendapatan luar usaha
Laba/Rugi selisih kurs 500.000,00 [y]
Hasil sewa 10.000.000,00 [z]
Total pendapatan luar usaha 10.500.000,00 [aa] = [y+z]
Total pendapatan lain 10.500.000,00 [ab] = [aa]

Laba/Rugi Bersih 29.198.583,33 [ac] = [x] + [ab]

Gambar 1. Contoh Laporan Rugi/Laba Apotik

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 4

Selisih antara pendapatan dengan biaya atas pendapatan disebut dengan


Laba/Bersih Kotor. Pada contoh di gambar 1 nlai labar bersih/kotor adalah
sebesar Rp. 41.009.000,-
3. Pengeluaran operasional
Pengeluaran operasional atau sejumlah uang yang dibebankan untuk
membiayai operasional yang tidak berhubungan langsung dengan
pelayanan kepada pasien. Pengeluaran operasional terdari dari dua yaitu (1)
biaya operasional; dan (2) biaya non-operasional.
Biaya operasional dalam contoh laporan gambar 1 terdiri dari gaji direksi
dan staff, biaya listri-air-telepon, biaya promosi dan iklan, dam biaya
administrasi kantor. Sedangkan contoh biaya non-operasiona adalah biaya
penyusutan mesin/alat dan penyusutan kendaraan.
Selisih antara biaya operasional dengan laba/rugi kotor disebut dengan
laba/rugi operasional. Pada contoh gambar 1 laba/rugi operasional sebesar
Rp. 18.698.583,33
4. Pendapatan lain
Pendapatan lain adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan di luar
usaha utamanya atau disebut dengan pendapatan di luar usaha. Contoh
pada laporan rugi/laba apotik ini adalah laba/rugi akibat menyimpan uang
asing sehingga diperoleh selisih kurs terhadap rupiah, hasil dari usaha
menyewakan alat/asset misalnya menyewakan etalase di ruang tunggu
apotik untuk perusahaan farmasi.
Bila total pendapata lain ini dijumlahkan dengan laba/rugi operasional
maka dihasilkan laba/rugi bersih. Pada contoh gambar 1 nilai laba/rugi
operasional adalah sebesar 29.698.583,33.
Dalam buku ajar ini penulis tidak membedakan terminologi biaya dengan
pengeluaran untuk memudahkan pengertian mahasiswa dalam penerapan metode
akuntansi biaya. Selain itu fokus studi dalam Akuntansi Biaya adalah Cost (biaya)
bukan Expenses (Lanen et al., 2011). Selanjutnya penulis menggunakan
terminologi “biaya” saja.

KLASIFIKASI BIAYA
Bila menggunakan pendekatan system, sebuah unit pelayanan kesehatan
melakukan transformasi sumberdaya (input) menjadi jasa/produk (output),
sebagaimana ditampilkan pada gambar 2 berikut.
Berdasarkan gambar 2 tersebut, biaya yang timbul pada pelayanan kesehatan
bermacam-macam dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Biaya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam proses
pelayanan yaitu (1) outlay cost; dan (2) opportunity cost
b. Biaya yang berkaitan dengan penggunaan/pembelian sumberdaya secara
langsung dan tidak langsung: (1) direct cost; dan (2) indirect cost
c. Biaya yang berkaitan dengan proses transformasi input menjadi output
yaitu (1) prime cost dan (2) conversion cost
d. Biaya yang berkaitan dengan jumlah output/jasa yang dihasilkan: (1)
variable cost; dan (2) fixed cost
e. Biaya yang berkaitan dengan realisasi dari kegiatan berdasarkan bukti
transaksi yang dilakukan: (1) actual cost; dan (2) budget cost

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 5

Outlay Cost
Opportunity Cost

Input (Sumberdaya man, Proses (Transformasi) Ouput (Jasa pemeriksaan


material, machine, money pasien, tindakan,
method) pelayanan resep, dll)

•Direct Cost •Prime cost •Variable cost


•Indirect Cost •Conversion cost •Fixed cost

Actual Cost
Budget Cost

Gambar 2. Sistem Model Pelayanan Kesehatan

Outlay cost vs Opportunity cost


Dalam kegiatan pelayanan kesehatan, manajemen sering dihadapkan pada
pilihan-pilihan atau alternative kegiatan proses. Misalnya direksi laboratorium
klinik memilih antara membuka cabang di kota A atau di kota B. Setiap keputusan
yang diambil pimpinan/manajemen menimbulkan konsekuensi biaya. Ketika
menerima salah satu keputusan maka timbul yang disebut dengan outlay cost, dan
ketika menolak salah satu keputusan akan timbul yang disebut dengan
opportunity cost.
Outlay cost adalah sejumlah biaya yang telah, sedang dan akan dikeluarkan sesuai
dengan akternatif kegaiatan yang diputuskan. Misalnya pada mahasiswa, maka
yang termasuk outlay cost adalah biaya pendaftaran, biaya buku, biaya kost, biaya
magang pada semester akhir dan sebagainya. Sementara bentuk nyata opportunity
cost pada dasarnya bukanlah biaya, namun sebenarnya adalah sejumlah
“pendapatan yang hilang” akibat memilih salah satu alternatif keputusan.
Misalnya seorang mahasiswa tingkat akhir diterima bekerja di sebuah perusahaan
dengan gaji tetap Rp 6.000.000 per bulan. Namun mahasiswa tersebut tetap
memilih untuk menyelesaikan studinya dan memutuskan untuk tidak menerima
pekerjaan tersebut. Dalam hal ini timbul opportunity cost sebesar Rp 6.000.000,-
pada mahasiswa akibat memutuskan menolak tawaran pekerjaan.
Contoh biaya opportunity dalam pelayanan kesehatan antara lain:
1. Sebuah apotik memutuskan apakah akan menggunakan sistem informasi
terbaru atau tetap menerapkan proses pencatatan secara manual. Jika
menerapkan sistem informasi baru ada kemungkinan apotik akan
mengalami peningkatan penjualan rata-rata sebesar 10% dari rata-rata
pendapatan per bulan saat ini yaituRp 100.000.000,-. Pada kasus ini jika
apotik tetap menggunakan pencatatan manual maka akan terjadi

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 6

kehilangan pendapatan sebesar 10% x Rp 100.000.000 atau Rp


10.000.000,- Dengan demikian akan terjadi opportunity cost yang besarnya
adalah Rp 10.000.000,-
2. Manajemen laboratorium klinik akan memutuskan salah satu lokasi
pembukaan cabang baru, antara kota A atau B. Jika manajemen memilih
kota A maka ada potensi pendapatan sebesar Rp 150.000.000 per bulan.
Sedangkan jika memilih kota B potensi pendapatan sebesar Rp 250.000.000
per bulan dengan risiko kerugian lebih tinggi dibanding kota A. Setelah
melakukan kajian, manajemen memutuskan memilih kota A. Berapa
opportunity cost yang diderita manajemen laboratorium klinik?

Direct cost vs Indirect cost


Misalnya pada contoh sebelumnya tentang laboratorium klinik, manajemen
memilih pembukaan cabang di kota A maka akan terjadi kegiatan memperoleh
sumberdaya serta menggunakan sumberdaya untuk menghasilkan jasa. Kegiatan
memperoleh sumberdaya misalnya membeli peralatan, merekrut karyawan,
meminjam di bank, mencari konsultan, dan membeli mesin. Sedangkan kegiatan
menggunakan sumberdaya meliputi biaya gaji karyawan, biaya penggunaan bahan
habis pakai, biaya membayar konsultan, biaya penyusutan mesin, dan biaya
bunga bank.
Biaya memperoleh/menggunakan sumberdaya yang berkaitan langsung dengan
jasa yang dihasilkan disebut direct cost atau biaya langsung, dan secara tidak
langsung berhubungan dengan jasa yang dihasilkan yaitu indirect cost atau biaya
tidak langsung. Misalnya biaya gaji radiographer pada unit radiologi adalah biaya
langsung, sedangkan biaya penyusutan alat radiologi adalah biaya tidak langsung.
Biaya langsung terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
a. Biaya material langsung (direct material cost). Dalam konteks pelayanan
biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan material atau
peralatan yang berhubungan langsung dalam pelayanan. Pada pelayanan
kesehatan contohnya adalah biaya bahan habis pakai, biaya leaflet promkes
yang diberikan per pasien saat acara sosialisasi kesehatan, dan lain-lain.
b. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost). Dalam konteks pelayanan
biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendanai jasa tenaga kerja
yang terlibat langsung dalam pelayanan. Contohnya pada pelayanan
kesehatan adalah honor dokter rawat jalan, gaji analis kesehatan, gaji
promotor kesehatan, dan lain-lain.
Biaya tidak langsung atau sering disebut dengan biaya overhead terbagi menjadi:
a. Biaya material tidak langsung atau indirect material cost. Dalam pelayanan
kesehatan, biaya ini merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan untuk
mendapatkan atau menggunakan material; (peralatan dan perlengkapan)
yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan. Misalnya biaya
pemeliharaan AC di unit farmasi, biaya pembelian Alat Tulis Kantor di unit
rawat jalan, dan lain-lain
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung atau indirect labor cost. Biaya ini
merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan
menggunakan tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam pelayanan
kesehatan. Misalnya gaji manajer klinik, gaji kepala cabang laboratorium
klinik, biaya perekrutan tenaga marketing, dan lain-lain.
c. Disamping itu terdapat biaya yang secara tidak langsung berkaitan dengan
pelayanan namun tidak dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis biaya di
Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:
Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 7

atas yaitu biaya penyusutan alat, biaya penyusutan gedung, biaya asuransi,
biaya pajak bumi dan bangunan, listrik, dan lain-lain. Biaya ini disebut
dengan Biaya lain-lain tidak langsung.

Prime cost vs Conversion Cost


Sesuai contoh sebelumnya, ketika laboratorium klinik menjalankan kegiatan
terjadi proses konversi sumberdaya menjadi produk/jasa. Misalnya material
reagen kimia dan sampel darah diproses dalam mesin analitik menjadi informasi
hasil pemeriksaan laboratorium. Pada proses ini terjadi dua jenis biaya yaitu
1. Prime cost atau biaya primer yang pada dasarnya adalah biaya untuk
mendapatkan/memperoleh sumberdaya seperti rekrutmen karyawan,
pembelian bahan habis pakai, biaya administrasi pinjaman bank, biaya
pembelian mesin, dan lain-lain.
2. Conversion cost yaitu biaya untuk mentransformasi sumberdaya menjadi
output sehingga pada dasarnya biaya ini adalah biaya penggunaan
sumberdaya. Misalnya pada proses pendaftaran pasien terjadi biaya
konversi sumberdaya antara lain biaya gaji petugas admission, biaya ATK,
biaya penyusutan sistem informasi laboratorium, dan lain-lain

Variable cost vs Fixed cost


Pada contoh laboratorium klinik, diketahui bahwa layanan kesehatan ini
menghasilkan jasa pemeriksaan yang sangat bervariasi. Salah satu yang jasa yang
paling banyak permintaannya adalah pemeriksaan darah rutin. Misalnya dalam
laporan penjualan bulan Desember 2018 diketahui berhasil melayani 100 pasien
atau sebanyak 100 jasa pemeriksaan darah rutin. Dalam menghasilkan jasa
pemeriksaan darah rutin tersebut akan timbul dua jenis biaya yaitu:
a. Biaya yang jumlahnya proporsional dengan jasa yang dihasilkan atau ketika
laboratorium klinik mengalami peningkatan permintaan sebesar 10% maka
biayanya juga mengalami peningkatan sebesar 10%, yang disebut dengan
variable cost atau biaya variabel. Misalnya biaya pembelian reagen kimia
pemeriksaan darah rutin adalah Rp 15.000 untuk satu kali analisa. Jika
satu pasien mendapatkan satu kali analisa darah rutin, maka dengan
jumlah 100 pasien dibutuhkan biaya reagen kimia sebesar 100 x Rp 15.000
= Rp 1.500.000,- Harga pembelian reagen kimia sebesar Rp 15.000,- ini
disebut dengan unit variable cost atau biaya variabel per unit. Sedangkan
biaya total sebesar Rp 1.500.000 disebut dengan total variable cost.
b. Biaya yang jumlah tetap meskipun terjadi peningkatan jumlah jasa atau
pasien, yang disebut dengan fixed cost atau biaya tetap. Misalnya untuk
untuk melayani pemeriksaan darah rutin akan timbul biaya penyusutan
mesin analitik yang besarnya per bulan adalah Rp. 3.000.000,- Ketika
mesin analitik ini menjalankan 10 pengujian darah rutin untuk 10 pasien,
biaya penyusutan yang muncul adalah Rp 3.000.000. Ketika melayani 100
pasien, biayanya tetap Rp 3.000.000. Sebagaimana biaya variabel, dalam
biaya tetap juga ada total fixed cost yaitu sebesar Rp 3.000.000 dan unit
fixed cost yaitu total fixed cost dibagi dengan jumlah pasien/unit yang
terjadi. Jika jumlah pasien 100 orang maka unit fixed cost adalah Rp
3.000.000 dibagi 100 yaitu Rp 30.000 per pasien.
Tabel 1 berikut menjelaskan perbedaan antara biaya variabel dan biaya tetap ini
secara matematis.

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 8

Tabel 1. Simulasi Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Pemeriksaan Darah
Rutin oleh Laboratorium Klinik

Jumlah Biaya Biaya Biaya tetap Biaya tetap Biaya


Pasien variabel variabel total per unit Total
per unit total
1 15.000 15.000 3.000.000 3.000.000 3.015.000
10 15.000 150.000 3.000.000 300.000 3.150.000
20 15.000 300.000 3.000.000 150.000 3.300.000
50 15.000 750.000 3.000.000 60.000 3.750.000
80 15.000 1.200.000 3.000.000 37.500 4.200.000
100 15.000 1.500.000 3.000.000 30.000 4.500.000
150 15.000 2.250.000 3.000.000 20.000 6.250.000
200 15.000 3.000.000 3.000.000 15.000 6.000.000

Dari tabel 1 terlihat bahwa jika jumlah pasien meningkat, maka biaya variabel
total akan semakin bertambah dan peningkatannya proporsional dengan jumlah
pasien. Sedangkan biaya tetap total tidak mengalami perubahan meskipun terjadi
peningkatan jumlah pasien.

Actual Cost vs Budget Cost


Menurut gambar 2 akhirnya biaya diklasifikasikan berdasarkan (1) actual cost atau
realisasi biaya; dan (2) budget cost atau perkiraan biaya. Setiap periode tertentu
(bulanan atau tahunan) laboratorium klinik melakukan pencatatan terhadap biaya
yang dikeluarkan berdasarkan bukti-bukti transaksi yang ada misalnya kwitansi,
bon kontan, faktur, tagihan pembayaran dan lain-lain.
Bila biaya dapat ditelusuri berdasarkan bukti-bukti transaksi yang ada atau bukti-
buktinya sudah ada maka disebut dengan actual cost. Namun demikian terdapat
biaya yang belum ada bukti-bukti transaksi sehingga harus diprediksi dengan
indicator tertentu. Biaya ini disebut dengan budget cost. Misalnya bagian SDM
harus membuat laporan biaya gaji karyawan pada bulan depan meskipun biaya ini
belum dibayarkan. Artinya belum ada tanda terima pembayaran gaji atau bukti
transfer gaji kepada masing-masing karyawan sehingga biaya ini termasuk dalam
budget cost atau perkiraan biaya.
Demikian pula misalnya ketika harus dihitung biaya listrik dan dilaporkan pada
tanggal 25 setiap bulan, sementara tagihan biaya listrik baru ada tanggal 1 bulan
berikutnya maka biaya yang dilaporkan pada tanggal 25 tersebut adalah biaya
perkiraan terhadap pemakaian listrik. Dalam hal ini perusahaan harus memiliki
ukuran untuk menghitung perkiraan biaya yang disebut dengan cost driver.

ALOKASI BIAYA
Biaya tidak langsung yang terjadi umumnya dihasilkan atau ditimbulkan dari
kegiatan yang dilakukan oleh beberapa departemen. Misalnya biaya listrik pada
laboratorium klinik sebesar Rp 10.000.000 per bulan. Biaya ini timbul karena
pemakaian listrik yang dikonsumsi oleh departemen yang ada di laboratorium
klinik seperti departemen pelayanan, departemen teknis, departemen administrasi,
dan departemen pemasaran. Misalnya komposisi biaya tersebut adalah sesuai
dengan gambar 3 berikut.
Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:
Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 9

Biaya listrik
departemen
pelayanan Rp
1.000.000

Biaya listrik
departemen teknis Rp
7.000.000
Biaya listrik Rp Cost Object
Cost Pool 10.000.000 per bulan
Biaya listrik
departemen
administrasi Rp
1.500.000

Biaya listrik
departemen
pemasaran Rp
500.000

Cost Allocation

Gambar 3. Contoh Komposisi Biaya Listrik per Bulan pada Laboratorium


Klinik
Berdasarkan gambar 3, biaya listrik pada laboratorium klinik sebagian besar
ditimbulkan oleh departemen teknis, sedangkan departemen pemasaran adalah
unit yang menghasilkan biaya listrik terkecil. Pembagian biaya listrik ini kepada
departemen-departemen atau unit yang dihasilkan disebut dengan Alokasi Biaya
(cost allocation). Sedangkan proses pengumpulan biaya listrik masing-masing
departemen menghasilkan total biaya listrik yang disebut cost pool. Biaya listrik
pada masing-masing departemen disebut dengan cost object.
Namun dalam praktiknya alokasi biaya listrik tidaklah sesuai dengan gambar 3 di
atas artinya bagian keuangan tidak secara langsung dapat mengetahui beban
listrik pada masing-masing departemen melainkan secara kumulatif untuk
seluruh departemen. Maka dalam praktiknya dibutuhkan dasar untuk
perhitungan alokasi biaya yang disebut dengan cost driver. Misalnya dalam contoh
kasus ini cost driver-nya adalan pemakaian listrik dalam kilowatt per jam yang
diperoleh berdasarkan pemakaian rata-rata per bulan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penetapan cost driver ini dapat ditinjau dalam periode tertentu
(triwulan, semester atau tahunan).
Dengan demikian pada prinsipnya alokasi biaya dilakukan secara normatif
menggunakan aturan yang bersifat adil yaitu bersifat proporsional. Misalnya
bagian keuangan menerima tagihan listrik pada bulan ini sebesar Rp 10.000.000,
maka alokasi biaya kepada departemen lain berdasarkan cost driver yang
ditetapkan (lihat tabel 2 berikut).
Selain alokasi biaya tidak langsung seperti contoh kasus di atas, pengalokasian
biaya juga terjadi terhadap biaya tidak langsung yang dibebankan kepada
departemen pendukung kepada departemen pelayanan. Misalnya biaya rekrutmen
karyawan yang timbul di departemen SDM dialokasikan kepada departemen

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 10

pelayanan. Metode perhitungan ini akan dijelaskan secara lengkap pada bab
tentang Alokasi Biaya.
Tabel 2. Contoh Simulasi Alokasi Biaya Listrik berdasarkan Cost Driver yang
Dibebankan
Departemen Cost Driver Pemakaian Biaya Listrik yang dialokasikan
listrik per
departemen
/bulan
Pelayanan Kilowatt/bulan 10 kilowatt Rp 10.000.000 x (10/100 kilowatt) =
Rp 1.000.000
Teknis Kilowatt/bulan 70 kilowatt Rp 10.000.000 x (70/100 kilowatt) =
Rp 7.000.000
Administrasi Kilowatt/bulan 15 kilowatt Rp 10.000.000 x (15/100 kilowatt) =
Rp 1.500.000
Pemasaran Kilowatt/bulan 5 kilowatt Rp 10.000.000 x (5/100 kilowatt) =
Rp 500.000
Total 100 kilowatt
Catatan: Realisasi biaya listrik per bulan adalah Rp 10.000.000,-

SOAL
1. Apakah perbedaan antara biaya memperoleh sumberdaya dengan biaya
menggunakan sumberdaya? Berikan contohnya pada pelayanan kesehatan.
2. Apakah perbedaan antara outlay cost dengan opportunity cost ? Berikan
contohnya pada pelayanan kesehatan.
3. Apakah perbedaan antara direct cost dengan indirect cost ? Berikan
contohnya pada pelayanan kesehatan.
4. Apakah perbedaan antara prime cost dengan conversion cost ? Berikan
contohnya pada pelayanan kesehatan.
5. Apakah perbedaan antara variable cost dengan fixed ? Berikan contohnya
pada pelayanan kesehatan.
6. Mengapa biaya tidak langsung harus dialokasikan?

LATIHAN KASUS
1. Sebuah klinik dokter 24 jam memiliki informasi biaya dengan akun transaksi
sebagai berikut:
a. Total biaya usaha lain Rp 13.500.000,-
b. Laba/rugi operasional Rp. 67.000.000,-
c. Biaya tenaga kerja langsung Rp 40.000.000,-
d. Laba/Rugi kotor Rp 101.500.000,-
e. Biaya listri, air, telepon Rp. 3.000.000,-
f. Pendapatan penjualan obat bebas Rp 15.000.000,-
g. Biaya material Rp. 35.000.000,-
h. Biaya sewa ruko Rp 12.000.000,-
i. Total biaya atas pendapatan Rp 88.500.000,-
j. Gaji direksi dan karyawan Rp. 25.000.000,-
k. Biaya administrasi dan kantor Rp. 1.200.000,-
l. Total biaya operasional Rp. 30.200.000,-
m. Hasil sewa alat USG Rp. 10.000.000,-
n. Total pendapatan lain Rp. 10.500.000,-
o. Laba/rugi bersih Rp. 77.500.000,-
p. Pendapatan proyek medical check up Rp. 100.000.000,-
Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:
Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 11

q. Pendapatan konsultasi dokter Rp. 75.000.000,-


r. Total pendapatan usaha Rp. 190.000.000,-
s. Total pendapatan Rp 190.000.000,-
t. Total biaya pelayanan Rp. 75.000.000,-
u. Biaya akibat pembatalan pasien Rp 1.500.000,-
v. Biaya promosi dan iklan Rp 1.000.000,-
w. Biaya penyusutan mesin dan peralatan Rp. 300.000,-
x. Biaya non oeprasional Rp 4.300.000,-
y. Total pengeluaran operasional Rp. 34.500.000,-
z. Laba/rugi selisih kurs Rp 500.000,-
aa. Total pengeluaran usaha Rp 10.500.000,-
bb. Biaya penyusutan kendaraan Rp 4.000.000,-
Tugas: berdasarkan contoh laporan rugi.laba pada gambar 1, susunlah
laporan berdasarkan informasi tersebut.

2. Laboratorium klinik memiliki daftar akun pengeluaran sebagai berikut:


a. Biaya rekrutmen analis kesehatan
b. Biaya pemakaian bahan habis pakai
c. Biaya pembelian masker
d. Biaya bunga bank
e. Biaya administrasi/provisi pinjaman bank
f. Pendapatan yang hilang akibat tidak membuka cabang baru
g. Biaya pemilihan konsultan akreditasi
h. Biaya pembelian AC
i. Biaya pembelian blood lancet
j. Pendapatan yang hilang akibat menolak pasien MCU
k. Biaya gaji analis kesehatan
l. Biaya pengelolahan limbah
m. Biaya pemeliharaan AC
n. Biaya penyusutan mesin
o. Pendapatan yang hilang akibat tidak memiliki alat USG
p. Biaya jasa konsultan akreditasi
q. Pendapatan yang hilang akibat tidak mengganti system informasi
Tugas: Berdasarkan informasi di atas, kelompokkan akun-akun tersebut ke
dalam:
- Outlay cost atau opportunity cost
- Direct cost atau indirect cost
- Prime cost atau conversion cost
- Variable cost atau fixed cost
- Actual cost atau budget cost

3. Unit Kesling puskesmas akan mengadakan sosialisasi tentang program PSN


untuk pemberantasan nyamuk aedes aegypti di RW 05. Untuk kegiatan ini
dibutuhkan biaya sosialisasi yang besarnya diperkirakan Rp 200.000 per
orang (termasuk transport dan makan siang). Selama kegiatan diperkirakan
akan timbul biaya tetap (bensin, sewa aula) sebesar Rp 1.500.000,-.

Tugas: sesuai dengan tabel 2 buatlah simulasi perhitungan biaya variabel dan
biaya tetap, jika peserta yang datang berjumlah 10, 20, 40,80, 100, 150, dan
200.

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 12

4. Sebuah perusahaan pusat distributor obat melakukan perhitungan alokasi


biaya ekspedisi bulan Maret 2019 sebesar Rp 5.000.000,- yang dibebankan
kepada kantor cabang Jakarta, Bandung, dan Semarang. Perhitungan alokasi
menggunakan tarif jumlah kilogram paket kiriman obat ke pelanggan. Adapun
selama bulan Maret 2019 kantor cabang Jakarta mengirim 500 kg obat, kantor
cabang Bandung mengirim 300 kg obat, dan kantor cabang Semarang
mengirim 200 kg obat. Berapa alokasi biaya ekspedisi yang dibebankan kepada
tiap kantor cabang?

5. Pada sebuah penelitian tentang biaya yang muncul pada pasien rawat inap
yang bukan peserta BPJS Kesehatan akibat penyakit Demam Berdarah
Dengue, diperoleh komponen biaya sebagai berikut:
A. Biaya yang muncul saat masuk IGD
a. Biaya bensin dari rumah ke RS
b. Biaya pembelian obat
c. Biaya pendaftaran pasien
d. Biaya laboratorium (periksa Darah Rutin dan NS-1)
e. Biaya pulsa telepon
f. Biaya beli majalah/Koran
g. Biaya konsultasi dokter
h. Biaya makan dan minum
B. Biaya yang muncul saat perawatan
a. Biaya pembelian obat dan alkes tambahan
b. Biaya laboratorium
c. Biaya makan dan minum
d. Biaya bensin
e. Biaya pemeriksaan rontgen
f. Biaya pembelian kebutuhan sehari-hari selamat rawat inap
g. Biaya konsultasi dokter spesialis PD
h. Cuti dipotong akibat dirawat
i. Biaya konsultasi dokter jaga
j. Biaya pembelian pulsa
k. Biaya parkir
l. Biaya kamar rawat inap
C. Biaya yang muncul saat kontrol
a. Biaya parkir
b. Biaya transportasi
c. Biaya makan dan minum
d. Biaya pendaftaran
e. Biaya pembelian obat
f. Biaya konsultasi dokter
g. Biaya pembelian Koran/majalah
h. Cuti dipotong akibat control dokter

Tugas: Berdasarkan informasi di atas, kelompokkan akun-akun tersebut ke


dalam:
- Outlay cost atau opportunity cost
- Direct cost atau indirect cost (cost driver: pelayanan penanganan DBD)
- Variabel cost atau Fixed cost (cost driver: jumlah hari pemeriksaan)

6. Tabel berikut adalah biaya yang dikeluarkan pasien akibat melakukan


pengobatan TB kategori 1 di sebuah rumah sakit swasta. Tulislah jenis biaya
yang sesuai kolom yang kosong:

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi
Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan 13

Outlay atau Direct atau Variabel atau


Opportuniy Indirect cost Fixed cost
cost (Cost driver: (Cost driver:
pelayanan hari
TB) pemeriksaan)
Biaya konsultasi dokter spesialis
Biaya sputum BTA
Biaya pembelian OAT
Biaya pembelian kursi roda
Biaya transportasi
Biaya makan/minum
Biaya pulsa
Fee perawat homecare per hari
Biaya periksa Darah Rutin
Biaya fotokopi berkas
Biaya pendaftaran pasien
Biaya parkir

7. Direktorat Jendral Farmasi dan Alkes melakukan sosialisasi kepada seluruh


instalasi farmasi rumah sakit dan apotik mandiri di Jakarta mengenai tata
kelola obat vaksin dan sera yang benar. Sosialisasi akan dihadiri 50 instalasi
farmasi dan 150 apotik atau total 200 pelayanan kesehatan. Biaya sosialiasi
per pelayanan kesehatan diperkirakan adalah Rp 300.000,- sedangkan biaya
tetap diperkirakan Rp 10.000.000,- Hitunglah perkiraan total biaya variabel,
total biaya tetap dan total biaya pelaksanaan, jika diperkirakan pelayanan
kesehatan yang datang adalah:
a. Instalasi farmasi = 40, Apotik = 140
b. Sesuai dengan rencana undangan
c. Instalasi farmasi = 60, Apotik = 150
d. Instalasi farmasi = 50, Apotik = 180
e. Instalasi farmasi = 70, Apotik = 200

REFERENSI

Lanen, W. N., Anderson, S. W., & Maher, M. W. (2011). Fundamentals of Cost


Accounting (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Artikel ini tidak dipublikasikan. Untuk sitasi ketik:


Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dokumen Pribadi

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai