Anda di halaman 1dari 11

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN

Di Ajukan untuk untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus


Dosen Pengampu: Rini Susanti, S.Si.T.,M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Herlina Sri Komala D 152211031


Cinta Nashita 152211032
Yance Kristiana Lodo 152211033
Hairunisa 152211034
Mardianita Aulia Icwanti 152211035
Anggraini Khoirum N 152211036
Indah Ainaya Alfatihah 152211037
Andini Setyo Utami 152211038
Nabila Nurlaila Fatonah 152211039
Ana Sulisnani 152211040
Diana Rosanti 152211041
Vera Septiani 152211004

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN REGULAR TRANSFER
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas segala
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca mengenai “KEKURANGAN ENERGI PROTEIN”.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini penulis akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki banyak kurang. Oleh karena itu penulis
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 15 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Kekurangan Energi Protein

B. Etiologi Kekurangan Energi Protein

C. Epidemiologi Kekurangan Energi Protein

D. Klasifikasi Kekurangan Energi Protein

E. Fungsi dan Peran energi Protein Bagi Tubuh

BAB III PEMBAHASAN


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
KEP (Kekurangan Energi dan Protein) atau Protein Energy Malnutrition merupakan salah
satu gangguan gizi yang penting bagi banyak negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan. KEP terdapat terutama pada anak-anak di bawah lima
tahun (balita). Dari berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa KEP merupakan salah satu
bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual, serta
menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian
terutama pada kelompok rentan biologis.
Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makro nutrien ke
defisiensi mikro nutrien, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30
%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP. Berbagai
upaya untuk menanggulangi kejadian KEP antara lain pemberdayaan keluarga, perbaikan
lingkungan, menjaga ketersediaan pangan, perbaikan pola konsumsi dan pengembangan pola
asuh, melakukan KIE, melakukan penjaringan dan pelacakan kasus KEP, memberikan PMT
penyuluhan, pendampingan petugas kesehatan, mengoptimalkan Poli Gizi di Puskesmas, dan
revitalisasi Posyandu.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, namun tetap saja kasus KEP bermunculan di setiap
tahunnya. Hal ini disebabkan kompleksnya penyebab KEP itu sendiri. Mengingat pentingnya
pengetahuan akan KEP tersebut, maka kami menyusun makalah berjudul “Kekurangan Energi
Protein” ini yang didalamnya memaparkan hal-hal yang berhubungan dengan KEP itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah yang terkait dengan makalah ini:
1. Bagaimana pengertian kekurangan energi protein?
2. Bagaimana etiologi kekurangan energi protein?
3. Bagaimana epidemiologi kekurangan energi protein?
4. Bagaimana klasifikasi kekurangan energi protein?
5. Bagaimana fungsi dan peran energi dan protein bagi tubuh?

C. Tujuan Penulisan
Berikut tujuan penulisan dari makalah ini:
1. Mengetahui pengertian kekurangan energi protein
2. Mengetahui etiologi kekurangan energi protein
3. Mengetahui epidemiologi kekurangan energi protein
4. Mengetahui klasifikasi kekurangan energi protein
5. Mengetahui fungsi dan peran energi dan protein bagi tubuh
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekurangan Energi Protein

Kekurangan Energi Protein(KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh
gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenui angka kecukupan gizi (Depkes RI, 1999).

Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan
gizi (Pudjiani, 2000).

Sedangkan menurut Depkes RI (1999) Kurang Energi Protein (KEP) adalah masalah gizi
kurang akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung energi dan protein serta karena
gangguan kesehatan. KEP sendiri lebih sering dijumpai pada anak prasekolah (Soekirman,
2000). Sedangkan menurut Jellife (1966) dala Supariasa I.D.Nyoman (2002) dikatakan bahwa
KEP merupakan istilah umum yang meliputi malnutrition, yaitu gizi kurang dan gizi buruk
termasuk marasmus dan kwashiorkor.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kekurangan Energi Protein adalah keadaan kurang gizi
yang dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu konsumsi energi dan protein kurang dan gangguan
kesehatan.

B. Etiologi Kekurangan Energi Protein

Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai
gejala-gejala. Sedangkan penyebab tidak langsung KEP sangat banyak, sehingga penyakit ini
sering disebut juga dengan kausa multifaktorial. Salah satu penyebabnya adalah keterkaitan
dengan waktu pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan setelah disapih (Khumaedi,
1989).

Selain itu KEP merupakan penyakit lingkungan, karena adanya beberapa faktor yang
bersama-sama berinteraksi menjadi penyebab timbulnya penyakit ini, antara lain yaitu faktor
diet, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi, 4 kemiskinan dan lain-lain. Peran diet menurut
konsep klasik terdiri dari dua konsep: Pertama, yaitu diet yang mengandung cukup energi, tetapi
kurang protein akan menyebabkan marasmus. Peran faktor sosial, seperti pantangan untuk
menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun temurun dapat mempengaruhi
terjadinya KEP. Ada pantangan yang berdasarkan agama, tetapi ada juga pantangan yang
berdasarkan tradisi yang sudah turun temurun, tetapi kalau pantangan tersebut berdasarkan pada
agama, maka akan sulit untuk diatasi. Jika pantangan berdasarkan pada kebiasaan atau tradisi,
maka dengan pendidikan gizi yang baik dan dilakukan dengan terus-menerus hal ini akan dapat
diatasi (Pudjiadi, 2000 dalam Suyadi, 2009)

Jellife (1998), menyatakan bahwa keadaan gizi seseorang merupakan hasil interaksi dari
semua aspek lingkungan termasuk fisik, biologik, dan faktor kebudayaan. Secara garis besar,
faktor-faktir yang menentukan keadaan gizi masyarakat, khususnya anak-anak adalah tingkat
pendidikan orang tua, keadaan ekonomi, tersedianya cukup makanan serta aspek-aspek
kesehatan. Tiap-tiap faktor tersebut dapat berpengaruh pada keadaan gizi masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

KEP pada dasarnya sangat ditentukan oleh 2 faktor. Faktor-faktor yang secara langsung
dapat mempengaruhi terjadinya KEP pada balita adalah makanan dan ada atau tidaknya penyakit
infeksi. Kedua faktor ini dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh
seorang anak, antara lain ditentukan oleh beberapa faktor penyebab tidak langsung, yaitu:

a. Zat-zat gizi yang terkandung di dalam makanan


b. Daya beli keluarga, meliputi penghasilan, harga bahan makanan dan pengeluaran keluarga
untuk kebutuhan lain selain makanan
c. Kepercayaan ibu tentang makanan serta Kesehatan
d. Ada atau tidaknya pemeliharaan kesehatan termasuk kebersihan dan Fenomena sosial dan
keadaan lingkungan (Levinson, 1979 dalam Lismartina, 2000).

Kekurangan Energi Protein dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada dua penyebab terjadinya
KEP, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung antara lain
ketidakcukupan konsumsi makanan, dan penyakit infeksi. Sedangkan, penyebab tidak langsung
antara lain adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan, kondisi sosial ekonomi yang
rendah, ketersediaan pangan 5 ditingkat keluarga yang tidak mencukupi, besarnya anggota
keluarga, pola konsumsi keluarga yang kurang baik, pola distribusi pangan yang tidak merata,
serta fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau (Suyadi, 2009).

Masalah KEP dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor penentu baik secara
langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kemiskinan, yang
menyebabkan terbatasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan sehingga
mengakibatkan kemampuan untuk memperoleh pangan menjadi sangat rendah, penyakit infeksi
yang berkaitan erat dengan kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal; kurangnya perhatian ibu
terhadap balita karena bekerja akses yang sulit terhadap sumber pelayanan kesehatan; dan
kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat makanan bagi kesehatan anak, hal ini dikarenakan
pendidikan ibu yang rendah. Menurut UNICEF (1998) pokok masalah timbulnya kurang gizi di
masyarakat adalah kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga, kurangnya pemanfaatan
sumber daya masyarakat, pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan. Sedangkan
yang menjadi akarnya masalah adalah krisis ekonomi, politik dan sosial.

C. Epidemiologi Kekurangan Energi Protein

Hampir separuh dari semua kematian pada anak di bawah 5 tahun disebabkan oleh
kekurangan gizi. Kekurangan gizi menempatkan anak-anak pada kondisi berisiko lebih besar
meninggal akibat infeksi umum, meningkatkan frekuensi dan keparahan infeksi tersebut, dan
memberikan kontribusi untuk pemulihan tertunda. Selain itu, interaksi antara gizi dan infeksi
dapat membuat siklus yang berpotensi mematikan, memperburuk penyakit dan memperburuk
status gizi (UNICEF, 2015). Gizi buruk pada 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak juga
dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, yang menyebabkan kemampuan kognitif
terganggu. Berikut peta persebaran mengenai anak dibawah 5 tahun yang mengalami hambatan
pertumbuhan atau stunting (tubuh pendek).

Pada tahun 2013, 99 juta anak berumur dibawah 5 tahun di dunia mengalami kekurangan
gizi. Antara tahun 1990 dan 2013 , gizi kurang pada balita diseluruh dunia mengalami penurunan
dari 25% menjadi 15%. Jika penurunan ini terus berlanjut maka sasaran MDG 1 gizi kurang
berkurang 50% dari tahun 1990 tidak akan terpenuhi

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) dari Kementrian Kesehatan tahun 2018 melaporkan
prevalensi KEP di Indonesia berdasarkan pengukuran berat badan terhadap usia sebesar 17,7%
dengan presentase kategori gizi kurang (underweight) sebesar 13,0% dan kategori gizi buruk
sebesar 3,9%. Sedangkan target dari RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) tahun 2019 adalah 17 persen.

D. Klasifikasi Kekurangan Energi Protein

Penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat beratnya KEP. Tingkat
KEP I dan KEP II disebut tingkat KEP ringan dan sedang dan KEP III disebut KEP berat. KEP
berat ini terdiri dari marasmus, kwashiorkor dan gabungan keduanya. Maksud utama
penggolongan ini adalah untuk keperluan perawatan dan pengobatan. Untuk menentukan
klasifikasi diperlukan batasanbatasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan ini di setiap
negara relatif berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut,
berdasarkan hasil penelitian empiris dan keadaan klinis. Klasifikasi KEP menurut Direktorat
Bina Gizi Masyarakat Depkes RI Tahun 1999 dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu
KEP I(ringan), KEP II (sedang) dan KEP III (berat). Baku rujukan yang digunakan adalah
WHONCHS, dengan indeks berat badan menurut umur.
E. Fungsi dan Peran Energi dan Protein bagi Tubuh
Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesehatan penduduk adalah tingkat
kecukupan gizi, yang lazim disajikan dalam energu dan protein (BPS, 2002). Energi dan protein
mempunyai fungsi yang sangat luas dan penting dalam tubuh. Asupan energi yang seimbang
sangat diperlukan pada berbagai tahap tumbuh kembang manusia, khususnya balita (Pudjiadi,
2000). Jika terjadi kekurangan konsumsi energi dalam waktu yang cukup lama maka akan
berakibat pada terjadinya KEP (Sudiarti & Utari, 2007 dalam Suyadi, 2009).
Kegunaan utama protein bagi tubuh adalah sebagai zat pembangun tubuh. Selain itu
protein juga digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh bila energi yang berasal dari
karbohidrat atau lemak tidak mencukupi (Muchtadi, 1989). Pada anak-anak yang sedang dalam
masa pertumbuhan, pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran sehingga kebutuhan tubuh
akan protein akan lebih besar daripada dengan orang dewasa (Pudjiadi, 2000)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Definisi dari kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang dapat disebabkan
oleh dua faktor, yaitu konsumsi energi dan protein kurang dan gangguan kesehatan.
2. Etiologi KEP pada dasarnya sangat ditentukan oleh 2 faktor. Faktorfaktor yang secara
langsung dapat mempengaruhi terjadinya KEP pada balita adalah makanan dan ada atau
tidaknya penyakit infeksi.
3. Epidemiologi KEP di Indonesia, kecenderungan prevalensi status gizi anak balita menurut
ketiga indeks BB/U, TB/U dan BB/TB terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang
meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun 0,8 persen dari
tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik 1,2 persen dari tahun 2007
4. Klasifikasi KEP menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI Tahun 1999 dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu KEP I(ringan), KEP II (sedang) dan KEP III
(berat).
5. Energi dan protein mempunyai fungsi yang sangat luas dan penting dalam tubuh. Asupan
energi yang seimbang sangat diperlukan pada berbagai tahap tumbuh kembang manusia,
khususnya balita.

B. Saran

1. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami
kekurangan energi protein.
2. Perlu diadakan kajian, penulisan, dan penelitian lebih lanjut mengenai kekurangan energi
protein.
DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2002. Statistik Kesejahteraan Rakyat Sumatera Utara, Hasil Susenas 2002. Medan: Badan Pusat
Statistik

Depkes RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia. Sehat 2010. Jakarta

Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas

Lismartina. 2000. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya KEP pada Anak Balita di
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Skripsi FKM-UI. Jakarta.

Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

Soekirman. 2000. Besar dan karakteristik masalah gizi Di Indonesia. Jakarta : Akademi Gizi.

Supariasa, IDN. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suyadi, Edwin Saputra. 2009. Kejadian KEP. Jakarta: FKM UI

UNICEF. 2015. Undernutrition contributes to half of all deaths in children under 5 and is widespread
in Asia and Africa

UNICEF. 1998. The State on the World Children. Oxford Univ. Press.

Anda mungkin juga menyukai