Anda di halaman 1dari 6

1

hBAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar belakang

Berbagai masalah dan tantangan lainnya dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, antara lain yaitu angka kematian bayi dan Angka kematian ibu juga masih

tinggi di Indonesia, masalah penyakit menular dan masalah kekurangan gizi yang belum

bisa diatasi dengan baik, dan terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular,

Masalah kesehatan akibat bencana yang selalu mengakibatkan korban, baik korban

meninggal, sakit dan cedera; timbulnya pengungsi yang dapat pula mengakibatkan

masalah kesehatan seperti wabah penyakit dan balita kurang gizi, disparitas sarana

pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan bagi keluarga

miskin yang masih perlu terus ditingkatkan.

Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi dibandingkan

balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta dan balita di seluruh

dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria,

campak dll. Ironisnya, 54% dan kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi

(WHO 2002). Kekurangan gizi pada balita ini meliputi kurang energi dan protein serta

kekurangan zat gizi seperti vitainin A, zat besi, iodium dan zinc. Seperti halnya AKI,

angka kematian balita di Indonesia juga tertinggi di ASEAN (BAPPENAS, 2004).

Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan

berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Anak yang menderita

kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan
2

rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF, 1998). Prevalensi gizi kurang pada

balita dan tahun ke tahun mengalami penurunan yang cukup berarti. Pada tahun 1989,

prevalensi balita bergizi kurang (Skor Z Berat Badan menurut Umur) mencapai 37,5%.

Pada tahun-tahun berikutnya prevalensi kurang gizi balita terus mengalami penurunan

sehingga pada tahun 2000 prevalensi kurang gizi balita menjadi 24,7%. Akan tetapi

mulai tahun 2000 setelah Indonesia mengalami krisis multi dimensi, prevalensi gizi

kurang mengalami kenaikan lagi berturut-turut menjadi 26,1%, 27,3% dan 27,5% pada

tahun 2001,2002 dan 2003 (Depkes, 2004).

Masalah kurang gizi lain yang dihadapi anak usia balita adalah kekurangan zat

gizi mikro seperti vitainin A, zat besi, iodium dan sebagainya. Lebih dan 50% anak

balita mengalami defisiensi vitainin A subklinis yang ditandai dengan serum retinol <20

mcg/dL (Hadi et. al., 2000), dan satu diantara dua (48.1%) dari mereka menderita

anemia kurang zat besi (SKRT, 2001). Seperti telah diketahui bahwa anak-anak yang

kurang vitainin A meskipun pada derajat sedang mempunyai risiko tinggi untuk

mengalami gangguan pertumbuhan(Hadi et. al., 2000).

Menurut Menkes, pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara

berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat dan status

gizi masyarakat secara bermakna. Salah satu diantaranya penurunan Prevalensi gizi

kurang pada balita dari 25,8% pada tahun 2004 menjadi 18,4% pada tahun 2007

(Riskesdas, 2007). Namun ia mengakui, sampai saat ini masalah kekurangan gizi bayi di

bawah lima tahun (Balita) di Indonesia belum bisa diatasi dengan baik. (Menkes dalam
3

sambutan pembukaan Kongres Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia

(ADINKES) 2009 di Banjarmasin).

Dalam teori Blum dijelaskan pula bahwa, status kesehatan dipengaruhi oleh

empat faktor yaitu; lingkungan (45%), perilaku (30%), pelayanan kesehatan (20%) dan

faktor keturunan (5%). Berbagai penjelasan di atas sudah jelas menggambarkan

pentingnya pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu pelayanan kesehatan yang utama diantarnya adalah upaya perbaikan

gizi masyarakat: yaitu posyandu, yang sejarah awal berdirinya merupakan amanat dari

UUD 1945 dan dinamakan Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PMKD)

dikenalakn pertama kali di banjarnegara. Dalam pelaksanaanya berbai bentuk kegitan

seperti perbaikan gizi yang dilakukan melalui karang balita (Pedoman umum

pengelolaan posyandu:DEPKES). Selain itu, Kegiatan ini meliputi penyuluhan,

pemberian nasehat pada masyarakat ataupun kader atau volunter di desa/RW tersebut.

Tindak lanjut dari penyuluhan ini biasanya diterapkan para kader kesehatan di desa atau

RW setempat dalam kegiatan Posyandu, misalnya saja dengan pemberian makanan

tambahan pada masyarakat yang menimbang anaknya ke posyandu serta transfer ilmu

dari kader kesehatan pada masyarakat setempat. Dengan demikian, harapan dari adanya

penyuluhan sekaligus pemberian makanan yang memenuhi gizi ini dapat menjadi awal

dari tindakan masing-masing keluarga untuk menggalakkan peningkatan gizi kesehatan.

Berdsarakan hasil pencatatan laporan bulanan januari dan februari cakupan

liputan penimbangan baliata di posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas

ciputat tumur, terdapat peningkatan jumlah balita yang menderita gizi buruk dengan
4

indikator BB/U yaitu 74 balita pada bulan februari 2010. (laporan bulanan seksi gizi

puskesmas ciputat timur)

Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melihat gambaran pelaksanaan

posyandu dalam perbaikan gizi balita di wilayah kerja puskesmas ciputat timur sebagai

upaya perbaikan maslah gizi di masyarakat khususnya di wilayah ciputat timur.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan posyandu dalam perbaikan gizi balita di wilayah

kerja puskesmas ciputat timur pada tahun 2010

1.2.2. Tujuan khusus

1) Diketahuinya profil puskesmas Ciputat timur

2) Diketahuinya gambaran pelaksanaan posyandu dalam perbaikan gizi di wilayah

kerja puskesmas ciputat timur bulan maret tahun 2010.

3) Diketahuinya gambaran pelaksanaan penimbanagan BB dan pengukuran TB

balita

4) Diketahuinya gambaran pelaksanaan penyuluhan gizi

5) Diketahuinya gambaran pelaksanaan PMT – MP ASI

6) Diketahuinya gambaran pelaksanaan Imunisasi dan pemberian Vitamin

7) Diketahuinya gambaran sistem pencatatan dan pelaporan posyandu


5

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Mahasiswa

1. Untuk menambah pengalaman dan wawasaan mahasiswa mengenai

pelaksanaan posyandu dan pelayanan klinik gizi di puskesmas ciputat timur

2. Untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah didapat selama kuliah dan

membandingkannya dengan kenyataan yang ada di lapangan.

3. Untuk mengembangkan kompetensi diri dan adaptasi di dunia kerja serta

Mendapatkan keterampilan praktis tentang pelaksanaan posyandu dan

pelayanan gizi di puskesmas ciputat timur.

1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Dapat terlaksananya salah satu upaya mengimplementasikan Tri Darma

Perguruan Tinggi yaitu : Akademik, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat.

2. Laporan magang dapat menjadi salah satu audit internal kualitas

pembelajaran. Dan mendapatkan masukan yang berguna untuk

menyempurnakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.

3. Dapat membuka suatu jaringan kerja sama yang berkelanjuan dengan

puskesmas ciputat timur dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan

kesepadanan antara subtansi akademik dengan kompetensi sumber daya

manusia yang kompetitif yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan.


6

1.3.3. Bagi Institusi (Puskesmas)

1. Sebagai bahan masukan/informasi untuk peningkatan gizi masyarakat dan

pelaksanaan posyandu dan pelayanan gizi di puskesmas.

2. Memahami peran Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam bidang gizi

masyarakat khususnya gizi di puskesmas

3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan manfaat antara

institusi tempat magang dengan program studi kesehatan masyarakat FKIK

UIN Syarif Hidayatullah.

1.4. Ruang Lingkup

Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh mahasiswa peminatan gizi program

studi kesehatan masayarakat pada bulan maret 2010. Dilakukan dengan observasi,

diskusi, studi literature dan pengambilan data sekunder pada pasien rawat inap mengenai

“Gambaran pelaksanaan posyandu dalam perbaikan gizi balita di wilayah kerja

puskesmas ciputat timur Tahun 2010”. Observasi dilakukan denagn mengamati

langsung pelaksanaan klinik gizi dan turut serta dalam proses kerja di puskesmas

ciputat timur serta mencatat hal-hal yang dianggap penting di unit tempat magang.

Diskusi meliputi wawancara dengan pembimbing lapangan, pembimbing akademis

fakultas, staf dan pegawai yang ada di puskesmas ciputat timur. Studi kepustakaan akan

menggali informasi melalui penelusuran buku dan literatur guna memperoleh konsep

teoritis yang terkait dengan pelaksanaan posyandu dan gizi balita di puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai