Anda di halaman 1dari 17

RENDAHNYA CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II DELILAH

1. ANDI HERIYAH, A.Md.Keb 7. EKA SETIA. A, A.Md.Keb


2. MIFTAHUL JANNAH, A.Md.Keb 8. WARTINI, A.Md.Keb
3. SRI ISMINDARI, A.Md.Keb 9. KELIANI BULONG, A.Md.Keb
4. SUPRAPTI, A.Md.Keb 10. SITTI FATIMAH, A.Md.Keb
5. RIWIN ELIYAWATI, A.Md.Keb 11. UMI SETYONINGSIH, A.Md.Keb
6. ARIE TRIANI, A.Md.Keb

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN


ANGKATAN III
2019
1
Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011)
adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali
obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif
pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap
diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun.
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi,
bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan
tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat , seperti pisang,
bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan
obat (Prasetyono, 2009).
Berdasarkan hasil laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013,
cakupan pemberian asi eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3 % dan
dikalimantan timur sendiri sebesar 58,9 %.
Target 80% cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih
sangat jauh dari kenyataan. Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi
terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes, 2007). Manfaat
pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium
Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan
meningkatkan kesehatan Ibu. WHO (2009) menyatakan sekitar 15% dari
total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang
disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak eksklusif. Berbagai masalah
gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan
sebelum bayi berusia 6 bulan (Ariani ,2008).
Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga, dan negara.
2

Manfaat pemberian ASI antara lain, mencegah perdarahan pasca


Page

persalinan, mengurangi 3 risiko terjadinya anemia, mengurangi risiko


kanker ovarium dan payudara, memperkuat ikatan batin seorang ibu
dengan bayi yang dilahirkan,sebagai salah satu metode KB badan
sementara. Manfaat ASI bagi keluarga antara lain, mudah pemberiannya
seperti tidak perlu mencuci botol dan mensterilkan sebelum digunakan,
menghemat biaya, bayi sehat dan jarang sakit sehingga menghemat
pengeluaran keluarga. Manfaat ASI bagi Negara antara lain, menurunkan
angka kesakitan dan kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah
sakit, mengurangi devisa untuk membeli susu formula, meningkatkan
kualitas generasi penerus bangsa (Astutik, 2014 ).
Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan. Penelitian februhartanty (2008) menyatakan bahwa
kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin
penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak
difasilitasi melalui IMD. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan
dan pengalaman ibu sangat penting dalam menentukan pemberian ASI
eksklusif pada bayinya.
Hal ini sesuai dengan teori Though and Feelingyang dikemukakan
oleh WHO (2007), dalam Notoatmdjo(2010) bahwa yang menyebabkan
seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena empat alasan pokok,yaitu
pemikiran dan perasaan yang terdiri dari pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayan, orang penting sebagai referensi, sumber-sumber daya dan
budaya.
Angka pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih tergolong
rendah. Hal tersebut dikutip dari CNN Indonesia, oleh Nila Farid Moeloek
menteri kesehatan , pada puncak peringatan Pekan ASI sedunia pada bulan
Agustus 2018. Pada peringatan kali ini, Organisasi Kesehatan Dunia(
WHO ) mengambil tema “Breast feeding : Foundation of Life” sebagai
bentuk keprihatinan atas rendahnya angka pembrian ASI Eksklusif pada
bayi.
Rata-rata pemberian ASI Eksklusif di dunia baru berkisar 38%.
3

Jika dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka angka
Page
tersebut masih jauh dari target. Indonesia menduduki peringkat ke 3
terbawah dari 51 negara di dunia yang mengikuti penilaian status
kebijakan dan program pemberian makan bayi dan anak ( IBFAN,2013 ).
Meskipun 96% perempuan Indonesia menyusui anak mereka namun hanya
42% dari bayi yang berusia dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI
Ekslusif. Hal ini menunjukkan, pemberian ASI sebagai makanan pertama
bayi masih kurang.
Hasil Riskesdes 2018 Indonesia, pada data Proporsi pola
Pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan, untuk pemberian ASI Eksklusif
masih jauh dari sasaran yang diharapkan. Di Indonesia hanya mencapai
37,3%, sedangkan di Kalimantan Timur sendiri sekitar 32%.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-
faktor ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di wilayah Propinsi
Kalimantan Timur tahun 2018
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui Pengertian ASI Eksklusif
b. Mengetahui Manfaat ASI Eksklusif
c. Mengetahui Fisiologi Pengeluaran ASI
d. Mengetahui Komposisi ASI
e. Mengetahui Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan ASI
Eksklusif
4
Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ASI Eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta
tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).
Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan
memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan
minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi
mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta
anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan
(Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi
bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan
air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda.
Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf
(Yahya, 2007).

B. Manfaat ASI eksklusif


1. Bagi Bayi
a. ASI sebagai nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh
bayi, mengembangkan kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan
5

kasih sayang (Roesli, 2000).


Page
b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Dengan diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan
immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh ) dari ibunya
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan
menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan
memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai
usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari
ibu menurun yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum
mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin
pada bayi. Selain itu, ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi
lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga
aktif. Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan
mobiditas (angka terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh
lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
ASI (Budiasih, 2008).
2. Bagi Ibu
a. Aspek kesehatan Ibu
Dapat mengurangi pendarahan post partum, mempercepat involusi
uterus dan mengurangi insidens karsinoma payudara.
b. Aspekpsikologis
Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan perasaan
dipelukan.
c. Aspek keluarga berencana
Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan
kehamilan. Perlu diketahui bahwa frekuensi menyusui yang sering
baru mempunyai efek keluarga berencana.
3. Bagi keluarga
a. Hemat karena tidak perlu menyediakan dan untuk membeli susu
formula
b. Bayi jarang sakit, bisa menghemat biaya pengobatan
c. Mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
6
Page
4. Bagi Bangsa dan Negara
a. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Karena nilai gizi yang optimal dan adanya factor protektif pada
ASI, maka anak jarang sakit dan kematian anak yang minum ASI
lebih rendah
b. Mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan Ibu dan anak.
Rumah sakit tidak perlu membeli susu formula, botol dot, bahan
bakar untuk mensterilkan botol, dll. Di samping itu dengan rawat
gabung akan menurunkan insiden infeksi nusokomial, sehingga
selain perawatan Ibu dan anak lebih pendek, juga menghemat
pembelian antibiotika, cairan infus, dll.
c. Mengurangi subsidi biaya perawatan anak sakit.
Telah terbukti bahwa bayi yang minum susu botol lebih sering
sakit diare, penyakit infeksi saluran pernafasan dan malnutrisi
daripada yang minum ASI.
d. Mengurangi devisa Negara untuk membeli susu formula.
e. Meningkatkan kualitas generasi penerus.
Karena anak yang mendapatkan ASI tumbuh kembang secara
optimal, dengan demikian kualitas generasi penerus terjamin.

C. Fisiologi Pengeluaran ASI


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks
antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian
mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi
mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan
pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama
kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya
payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus
dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada
7

payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang


Page
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen,
dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih,
kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum
tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon
prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan
normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar
prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen
(Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan
lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi
hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan
produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan
disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui,
prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi,
operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan.
Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada
keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses
pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi
yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan reflex”letdown/pelepasan ASI”
ini yaitu pada saat ibu : melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium
bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang
menghambat reflex”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti : keadaan
bingung/psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti/merasakan
8

nyeri. Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi


Page
sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu
mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka
bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan
seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin
baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-
hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik
untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).

D. Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu
bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun
berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan
saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI.
Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang
mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat, protein,
lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat
utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar
laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang
ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak
terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi
(7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar
karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein
ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat
dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein
whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih
banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.
Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu
formula yang mengandung protein dalam jumlah yang tinggi (80%) (Badriul,
9

2008).
Page
Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap yaitu
taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak
karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan
otak yang sedang berkembang. ASI juga mengandung lemak, kadar lemak
dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya (Husaini,
2001).
Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi
secara otomatis. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada
dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak
kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai
jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso
Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk
meilinasi bayi (Hubertin, 2004).
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral,
vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air.
Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin
C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap
kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam
ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu
dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif


Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat
bervariasi. Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut (Danuatmaja,
2003).
1. Faktor Internal
a. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah :
1) Tidak melakukan inisiasi menyusui dini
2) Menjadwal pemberian ASI
10

3) Memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI


keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot
Page
4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui
(Badriul, 2008 ).

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui


paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk
pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui
biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat
berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama
kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh
telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula,
air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh
dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan
tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila
bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat berkurang, karena
semakin sering menyusui produksi ASI semakin bertambah
(Danuatmaja, 2003).

b. Pekerjaan /aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita
yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal
pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan
menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus
sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah
wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI
eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat
kesehatan kerja Depkes RI,2005).
11

Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang


berkaitan dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak
Page
ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti
melahirkan singkat (Mardiati, 2006). Cuti melahirkan di Indonesia rata-
rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi
bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan
alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja
bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15
menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum
masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar
peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).

c. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan
memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI
eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya.
Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara
sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya.
Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai
yang akan memberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina,
2008). Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI .
Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak
pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat
pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi,
keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula,
12

pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa
harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.
Page
d. Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang,
dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh
darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi,
apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan
berhenti memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara
mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi demam
(Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena
beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat
bayi hanya menghisap pada putting. Padahal seharusnya sebagian besar
areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada
akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan.
Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting menggunakan
alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa
tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).

e. Kondisi kesehatan ibu


Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI
secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama
sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang
menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti
penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang
menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau
ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001). Faktor kesehatan ibu yang
menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi 0-6 bulan
adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu
menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga
dapat disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena
bayi langsung diberi makanan tambahan.
13
Page
2. Faktor Eksternal
a. Kondisi kesehatan ibu dan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian
ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika
ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang
terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001). Faktor
kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu
memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan
anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan
bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah organik,
yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel
atau sering menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui
akibatnya produksi ASI ibu menjadi berkurang karena bayi menjadi
jarang disusui (Soetjiningsih, 1997).

b. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula


Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan
paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi
kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang
masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui
merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari
kompetitor utama produk susu formula yang mendisain susu formula
menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005). Seperti di Indonesia sekitar 86%
yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih
memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat
selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002
(Depkes, 2006).

c. Keyakinan
14

Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air
manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum
Page
dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan.
Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa
83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di
masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa
lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya
dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai
minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan
keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai
sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus
(LINKAGES, 2002).

15
Page
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,
serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan
obat (Roesli, 2000).
2. Berdasarkan pendidikan keluarga sangat menentukan keberhasilan
ASI EKSLUSIF yaitu pemberian ASI ekslusif. Dibuktikan dengan
data yaitu pemberian ASI ekslusif terendah sebesar 33,7 % tidak
sekolah dan yang terbanyak dalam pemberian ASI ekslusif adalah
tamat SMA sebesar 41,9 %.
3. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, kesadaran terhadap
pemberian ASI ekslusif didaerah perkotaan lebih tinggi daripada
didaerah pedesaan yaitu sebesar 40,7 %.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI
ekslusif bisa ditangani dengan edukasi yang tepat terhadap ibu dan
keluarga.
5. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, pemberian ASI ekslusif
di provinsi KALTIM masih dibawah rata-rata pemberian ASI
Ekslusif di seluruh Indonesia yaitu > 35 %.
B. SARAN

Berdasarkan data tersebut maka penulis memberikan saran-saran


sebagai berikut :

1. Bagi tenaga kesehatan


Tenaga kesehatan perlu lebih meningkatkan edukasi tentang pemberian
ASI ekslusif agar ibu lebih termotifasi untuk memberi ASI ekslusif dan
keluarga lebih mendukung dalam pemberian ASI ekslusif.
2. Bagi masyarakat
Ibu bayi dan keluarga lebih aktif mencari informasi tentang ASI
ekslusif dan manfaatnya.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat menggunakan hasil data ini sebagai bekal untuk
memberikan penyuluhan kepada masyarakat dilingkungannya.
16
Page
DAFTAR PUSTAKA

- Puput tripeni juniman.2018.Angka Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia


masih rendah.https://m.cnnindonesia.com.21/08/2018
- S Fikawati, A Syafiq.2009.-Kesmas : National Public Health
Journal.fkm.ui.ac.id
- Nurhaedar Jafar, MK Apt.2011.Scientific Seminar Studies Program Faculty
of Public Healt Nutrion Makassar.

17
Page

Anda mungkin juga menyukai