DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II DELILAH
A. Latar Belakang
ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011)
adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali
obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif
pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap
diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun.
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi,
bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan
tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat , seperti pisang,
bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan
obat (Prasetyono, 2009).
Berdasarkan hasil laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013,
cakupan pemberian asi eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3 % dan
dikalimantan timur sendiri sebesar 58,9 %.
Target 80% cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih
sangat jauh dari kenyataan. Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi
terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes, 2007). Manfaat
pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium
Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan
meningkatkan kesehatan Ibu. WHO (2009) menyatakan sekitar 15% dari
total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang
disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak eksklusif. Berbagai masalah
gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan
sebelum bayi berusia 6 bulan (Ariani ,2008).
Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga, dan negara.
2
Jika dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka angka
Page
tersebut masih jauh dari target. Indonesia menduduki peringkat ke 3
terbawah dari 51 negara di dunia yang mengikuti penilaian status
kebijakan dan program pemberian makan bayi dan anak ( IBFAN,2013 ).
Meskipun 96% perempuan Indonesia menyusui anak mereka namun hanya
42% dari bayi yang berusia dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI
Ekslusif. Hal ini menunjukkan, pemberian ASI sebagai makanan pertama
bayi masih kurang.
Hasil Riskesdes 2018 Indonesia, pada data Proporsi pola
Pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan, untuk pemberian ASI Eksklusif
masih jauh dari sasaran yang diharapkan. Di Indonesia hanya mencapai
37,3%, sedangkan di Kalimantan Timur sendiri sekitar 32%.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-
faktor ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di wilayah Propinsi
Kalimantan Timur tahun 2018
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui Pengertian ASI Eksklusif
b. Mengetahui Manfaat ASI Eksklusif
c. Mengetahui Fisiologi Pengeluaran ASI
d. Mengetahui Komposisi ASI
e. Mengetahui Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan ASI
Eksklusif
4
Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu
bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun
berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan
saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI.
Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang
mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat, protein,
lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat
utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar
laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang
ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak
terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi
(7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar
karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein
ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat
dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein
whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih
banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.
Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu
formula yang mengandung protein dalam jumlah yang tinggi (80%) (Badriul,
9
2008).
Page
Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap yaitu
taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak
karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan
otak yang sedang berkembang. ASI juga mengandung lemak, kadar lemak
dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya (Husaini,
2001).
Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi
secara otomatis. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada
dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak
kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai
jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso
Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk
meilinasi bayi (Hubertin, 2004).
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral,
vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air.
Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin
C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap
kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam
ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu
dengan gizi kurang (Badriul, 2008).
b. Pekerjaan /aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita
yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal
pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan
menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus
sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah
wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI
eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat
kesehatan kerja Depkes RI,2005).
11
c. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan
memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI
eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya.
Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara
sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya.
Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai
yang akan memberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina,
2008). Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI .
Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak
pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat
pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi,
keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula,
12
pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa
harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.
Page
d. Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang,
dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh
darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi,
apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan
berhenti memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara
mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi demam
(Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena
beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat
bayi hanya menghisap pada putting. Padahal seharusnya sebagian besar
areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada
akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan.
Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting menggunakan
alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa
tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
c. Keyakinan
14
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air
manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum
Page
dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan.
Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa
83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di
masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa
lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya
dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai
minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan
keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai
sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus
(LINKAGES, 2002).
15
Page
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,
serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan
obat (Roesli, 2000).
2. Berdasarkan pendidikan keluarga sangat menentukan keberhasilan
ASI EKSLUSIF yaitu pemberian ASI ekslusif. Dibuktikan dengan
data yaitu pemberian ASI ekslusif terendah sebesar 33,7 % tidak
sekolah dan yang terbanyak dalam pemberian ASI ekslusif adalah
tamat SMA sebesar 41,9 %.
3. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, kesadaran terhadap
pemberian ASI ekslusif didaerah perkotaan lebih tinggi daripada
didaerah pedesaan yaitu sebesar 40,7 %.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI
ekslusif bisa ditangani dengan edukasi yang tepat terhadap ibu dan
keluarga.
5. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, pemberian ASI ekslusif
di provinsi KALTIM masih dibawah rata-rata pemberian ASI
Ekslusif di seluruh Indonesia yaitu > 35 %.
B. SARAN
17
Page