Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Penyuluhan

a. Pengertian penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi

dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara

individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri

dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes RI, 2011).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau

masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu

bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan,

secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta

pertolongan (Effendy, 2010).

b. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.Penyuluhan kesehatan pada individu dapat

dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga

binaan dan masyarakat binaan.Penyuluhan kesehatan pada keluarga

diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang

7
8

menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah,

keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

lingkungan yang buruk dan sebagainya (Effendy,2010).

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan

pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita,

kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti

kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan

kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan

lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat

dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan,

masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain.

c. Materi/Pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat

dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit

untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya

menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman

dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2010).

d. Metode

Menurut Notoatmodjo (2012), metode penyuluhan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil

penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :


9

1) Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk

membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi.Dasar digunakan

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau

perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :

2) Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.

Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu

penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,

berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima

perilaku tersebut.

3) Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan

dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan

klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan,

untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi

itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila

belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

4) Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus

mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan


10

formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya

akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode

akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan.

Metode inimencakup :

a) Kelompok besar, yaitu apabila

peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk

kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

(1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan metode ceramah adalah :

(a) Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri

menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk

itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari

materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi

kalau disusun dalam diagram atau skema dan

mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

(b) Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila

penceramah dapat menguasai sasaran Untuk dapat

menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan

sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak


11

bolehbersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya

cukup keras dan jelas.

Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di

depan /dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan

menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

(2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu

penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli

tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap

hangat di masyarakat.

b) Kelompok kecil, yaitu apabila

peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok

untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat,

bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.

5) Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada

masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran

bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur,

jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan

sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa

tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung,

biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode


12

ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi,

dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan

dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan,

spanduk, poster dan sebagainya.

e. Alat Bantu dan Media Penyuluhan

1) Alat Bantu Penyuluhan

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh

penyuluh dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering

disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan

meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2010).

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang

ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca

indera.Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima

sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula

pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat

peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak

mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.

Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan

minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu

mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran untuk

melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar

lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan

pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah

memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang


13

untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya

memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu

menegakkan pengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :

a) Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan

indera mata pada waktu ternyadinya penyuluhan. Alat ini

ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan misalnya slide,

film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi,

tiga dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.

b) Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera

pendengar, pada waktu proses penyampaian bahan penyuluhan

misalnya piringan hitam, radio, pita suara dan lain-lain.

c) Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan

dan pendengaran pada waktu proses penyuluhan, misalnya televisi,

video cassette dan lain-lain. Sebelum membuat alat-alat peraga

kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling

tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(1) Tujuan yang hendak dicapai

(2) Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/

pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap


14

dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang

baru.

(3) Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu

dalam latihan/penataran/ penyuluhan, untuk menimbulkan

perhatian terhadap sesuatu

d) Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuatberguna sebagai alat

rantu belajar dan tetap harus diingat bahwa alat ini dapat

berfungsi mengajar dengan sendirinya.Kita harus

mengembangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat

peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.

2) Media penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh

komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya

yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif

terhadap kesehatan.

Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena

melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik

dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan

tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke

perilaku yang positif.

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di

dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah :


15

a) Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

b) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

c) Media dapat memperjelas informasi.

d) Media dapat mempermudah pengertian.

e) Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

f) Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap

dengan mata.

g) Media dapat memperlancar komunikasi.

3) Fungsi Media

a) Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya

terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata

warna. Beberapa media yang termasuk dalam media ini adalah

booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric

atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang

mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan

media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang,

biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu

listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan

gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak

dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

b) Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis,

dapat dilihat dan didengardan penyampaiannya melalui alat


16

bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah

televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya

media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain

lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal

masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca

indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang

serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini

adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan

alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,

peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu

keterampilan penyimpanan keterampilan untuk

mengoperasikannya.

c) Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa

melalui media cetak maupun elektronik misalnya papan

reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar.

Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih

menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka,

mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat

dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan

dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu

alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan

selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan

penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.


17

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media

yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan

kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,

sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku

sesuai dengan pesan yang disampaikan.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan (Effendy,

2010)

Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi

oleh faktor penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.

1) Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai

materi yang akan dijelaskan,penampilan kurang meyakinkan

sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh

sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar serta

penyampaian materi penyuluhan terlalu monotonsehingga

membosankan.

2) Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga

sulit menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi

terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang

disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang lebih

mendesak, kepercayaan dan adat istiadat yang telah tertanam sehingga

sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran

yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

3) Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak

sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan


18

dekat dengan keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan

yang dilakukan, jumlah sasaran penyuluhan yang terlalu banyak,

alat peraga yang kurang, metoda yang digunakan kurang tepat

sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan

kurang dimengerti oleh sasaran.

2. Peer Group (Teman Sebaya)

a. Pengertian

Menurut Santosa (2014) Kelompok teman sebaya adalah

sekelompok teman-teman dengan usia yang sama dan status sosial yang

hampir sama, kelompok sebaya mempunyai peranan penting dalam

penyesuain diri seseorang. Pada usia remaja, kelompok sepermainan

berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Dalam

istilah sosiologi, kelompok bermain atau teman sebaya dikenal dengan

sebutan “peer group”. Teman atau persahabatan merupakan

pengelompokan sosial yang melibatkan orang-orang yang berhubungan

relatif akrab satu sama lain. Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan

sosial bagi remaja merupakan peranan yang penting bagi perkembangan

prilaku dan kepribadiannya.

Menurut Slavin (2009) “Lingkungan Teman Sebaya adalah suatu

interaksi dengan orang – orang yang mempunyai kesamaan dalam usia

dan status”. Dalam berinteraksi seseorang lebih memilih untuk

bergabung dengan orang – orang yang memiliki kesamaan pikiran ,

maupun hobi. Lingkungan teman sebaya ini terdapat disekolah maupun


19

ditempat tinggalnya. Kedekatan dengan teman sebaya yang intensif dan

teratur akan membentuk suatu kelompok yang memiliki jalinan

hubungan yang erat dan teratur antara satu sama lainnya, dengan

demikian relasi yang baik antara teman sebaya penting bagi

perkembangan sosial remaja yang normal.

b. Fungsi Teman Sebaya

Menurut Tirtarahardja (2011) terdapat beberapa fungsi teman

sebaya antara lain:

1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas

3) Menguatkan sebagaian dari nilai – nilai yang berlaku dalam

kehidupan masyarakat orang dewasa.

4) Memberikan kepada anggotanya cara–cara untuk mengadakan

hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak.

5) Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang

didasarkan pada prinsip persamaan hak.

6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga

secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian,

musik, jenis tingkah laku tertentu dan lain–lain)

7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi

orang yang lebih kompleks.


20

3. Minat

a. Pengertian Minat

Minat sebagaimana dirumuskan dalam “Encyklopedia of

Psychology”, adalah faktor yang ada dalam diri seseorang, yang

menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap objek, orang dan

kegiatan dalam lingkungannya, minat pendidikan dapat dirumuskan

lebih khusus yang pilihan diantara beberapa kemungkinan kegiatan

yang dipandang akan memuaskan kebutuhan pendidikannya (Arif,

2012).

Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan

seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, minat

mempunyai karekteristik pokok melakukan kegiatan yang dipilih

sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan

dalam diri seseorang (Ginting, 2015).

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya

adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan

sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut

semakin besar minat (Slameto, 2013).

Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat bisa juga berarti gairah/keinginan. Minat merupakan suatu unsur

utama yang dapat membawa kita kepada ide yang kreatif. Dengan

minat kita menjadi tergerak untuk melakukan sesuatu (Depdikbud,

2012)
21

Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat

dengan sikap.Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan

minat juga penting dalam mengambil keputusan.Minat dapat

menyebabkan seorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah

manarik minatnya (Gunarso, 2010).

b. Obyek Minat

Obyek minat dapat berupa benda, kegiatan jabatan atau pekerjaan

orang lain. Pemilihan obyek minat tergantung dari keinginan hati

seseorang yang diekspresikan dengan perasaan suka atau tidak suka

terhadap obyek (Sukartini, 2003).

c. Cara mengetahui Minat

Menurut Sukartini (2003) dalam Suparyanto (2011) untuk

mengetahui minat seseorang terhadap sesuatu objek dapat diketahui

dengan memperhatikan apa yang ia tanyakan, apa yang dibicarakan

pada waktu-waktu tertentu, apa yang ia baca dan apa yang ia

gambarkan/lukis secara spontan.

Menurut Sugiyono (2008) dalam Suparyanto (2011)

pengukuran minat dilakukan dengan memberikan kuesioner dengan

skala likert karena bertujuan ingin menggali informasi tentang

ketertarikan terhadap suatu objek.

Menurut Nursalam (2003) dalam Suparyanto (2011) minat

seseorang dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

1) Rendah, jika seseorang tidak mengingkan minat

2) Tinggi, jika seseorang menginginkan obyek minat


22

Menurut Hastono (2017) untuk merubah data numerik

menjadi 2 katagori menggunakan nilai mean atau median (cut point)

d. Aspek Minat

Minat terbagi menjadi 3 aspek, menurut Hurlock (1999) dalam

Suparyanto (2011)

1) Aspek Kognitif

Aspek kognitif berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa

yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarkaat

serta dan berbagai jenis media massa.

2) Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan

dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat.

Berkembang dari pengalaman pribadi darisikap orang yang

penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan

yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang

dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa

terhadap kegiatan itu.

3) Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik berjalan dengan lancar tanpa perlu

pemikiran lagi, urutannya tepat.Namun kemajuan tetap

memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat

meskipun ini semua berjalan lambat.


23

Termasuk dalam aspek psikomotorik ini adalah

menghasilkan kreativitas yang memuaskan yang meliputi upaya-

upaya dan strategi yang digunakan untuk mewujudkan minatnya.

e. Cara Mengukur Minat

Menurut Purwanto (2004) dalam Suparyanto (2011) minat

adalah kecenderungan hati untuk melakukan sesuatu, maka cara

mengukur minat adalah :

1) Adanya kecenderungan perasaan senang

2) Adanya perhatian terhadap suatu hal

3) Adanya keinginan untuk mengetahui sesuatu secara

mendalam

4) Menghasilkan kreativitas yang memuaskan

f. Faktor Timbulnya Minat

Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982)

dalam Purwanto (2004), terdiri dari tiga faktor :

1) Faktor Dorongan Dari Dalam

Yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan

sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat

seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan

penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang.

2) Faktor Motif Sosial

Yaitu minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan

dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat


24

untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya

hasrat untuk memperolah penghargaan dari keluarga atau teman.

3) Faktor Emosional

Yaitu minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.

Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan

meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan

minat seseorang.

g. Jenis-Jenis Minat

Secara umum, minat dapat dibedakan menjadi dua jenis

didasarkan apada kebutuhan yang terdapat dalam diri individu, yakni

minat primitif dan minat kultural. Hal tersebut dikemukakan oleh

Kartono (2011) sebagai berikut:

1)Minat primitif

Minat ini timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan jaringan

biologis, biasanya berkisar pada makanan, penyesuaian diri, dan

kebutuhan aktifitas.Minat primitive ini sering timbul karena

adanya kebutuhan insting manusia yang harus dipenuhi.

2)Minat kultural

Minat yang timbul disebabkan oleh kebutuhan harga diri atas

kedudukan sosial dimana individu itu berbeda.Dalam hal ini

manusia dituntut untuk kerja keras dalam mencapai minatnya,

yakni untuk mencapai kultural atau tingkatan yang lebih tinggi,

misalnya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

h. Minat Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD


25

Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi untuk

menggunakan alat kontraspsi IUD, dengan minat akan mempengaruhi

tingkah laku untuk berbuat artinya mau menggunakan alat

kontrasepsi IUD.

Menurut Sukartini (2011) menjelaskan rendahnya penggunaan

KB IUD salah satunya dipengaruhi oleh minat untuk menggunakan

alat kontrasepsi IUD. Minat menggunakan alat kontrasepsi IUD dapat

ditunjukkan dengan indikator:

1) Keinginan untuk menggunakan KB IUD

2) Adanya respon positif terhadap alat kontrasepsi IUD

3) Adanya kemauan untuk menerima informasi tentang alat

kontrasepsi IUD

4) Adanya kemauan untuk mencari informasi yang benar dan

lengkap dari sumber yang terpercaya tentang alat kontrasepsi

IUD

5) Adanya respon positif terhadap orang lain yang menggunakan

KB IUD

6) Mempunyai positif thinking tentang alat kontrasepsi IUD.

i. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menggunakan IUD

1) Status Ekonomi

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2002

memperlihatkan PUS yang tidak mengikuti Program KB dengan

alasan ekonomi yang mahal. Alasan yang didapat dan

dikemukakan oleh wanita menggunakan alat kontrasepsi IUD


26

adalah harganya yang relative mahal bahkan BKKBN harus

berfikir keras dalam pengadaannya karena harganya relatif mahal

(BKKBN, 2010).

2) Pendidikan

Pada garis besarnya pendidikan merupakan proses

perubahan dan peningkatan pengetahuan, pola pikir dan prilaku

masyarakat. Karena adanya dinamika di berbagai aspek, maka

proses pendidikan akan terus menerus dan berkesinambungan

sehingga masyarakat mau menerima gagasan inovatif secara

rasional dan bertanggung jawab. Keengganan wanita

menggunakan alat kontrasepsi IUD lebih banyak pada wanita

dengan tingkat pendidikan rendah sehingga sulit untuk menerima

informasi mengenai kontrasepsi IUD (BKKBN, 2010).

3) Pengetahuan

Dalam BKKBN (2010) menjelaskan bahwa masih ada

wanita yang mengungkapkan alasan tidak berminat memilih atau

tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD dengan alasan takut

atau belum siap. Hal ini akibat dari kurangnya pengetahuan ibu

mengenai KB IUD.

4) Peran Petugas Kesehatan

Adanyadorongan dari petugas kesehatan berupa

penyuluhan-penyuluhan maka dapat memberikan informasi

tentang bagaimana cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan

kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya sehingga


27

dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal

tersebut (Notoatmodjo, 2010).

BKKBN (2010) menjelaskan kurangnya minat wanita

menggunakan alat kontrasepsi IUD salah satunya disebabkan

oleh kurangnya dukungan petugas kesehatan dalam memberikan

informasi mengenai alat kontrasepsi IUD.

5) Persepsi

Lukman (2009) dalam Mikail dan Anna (2011)

menyatakan meskipun alat kontrasepsi terbukti efektif tetapi

penggunaannya saat ini masih rendah. Rendahnya penggunaan

alat kontrasepsi IUD disebabkan karena kurangnya minat

akseptor KB untuk menggunakan alat kontarsepsi IUD.Minat

merupakan kecenderungan hati yang tinggi sehingga timbul

keinginan.Rendahnya minat menggunakan alat kontrasepsi IUD

disebabkan karena persepsi yang salah tentang alat kontrasepsi

IUD, hal ini karena informasi yang diterima tidak benar sehingga

tanggapan terhadap alat kontrasepsi IUD bukan berdasarkan

fakta tetapi berdasarkan prasangka dari persepsi masing-masing

setiap individu.

Persepsi yang salah dimasyarakat menganggap bahwa

pemasangan alat kontrasepsi sulit, efektivitas alat kontrasepsi

IUD masih rendah karena masih ada yang hamil meskipun sudah

menggunakan alat kontrasepsi IUD, alat kontrasepsi IUD dapat

lepas jika seseorang bekerja keras, dan apabila terjadi kehamilan,


28

maka alat kontrasepsi tersebut dapat menempel dikepala bayi

(Lusia, 2009).

Rendahnya minat akseptor menggunakan alat kontrasepsi

IUD ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang

berperan penting adalah adanya persepsi di masyarakat yang

menganggap bahwa alat kontrasepsi IUD tidak bisa digunakan

untuk bekerja berat karena dapat menyebabkan alat IUD dapat

lepas dan menjalar ke bagian tubuh yang lain. (BKKBN, 2005).

4. Intra Uterine Devices (IUD)

a. Pengertian

IUD adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang lentur,

mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan

dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang,

IUD sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (Handayani,

2010).

b. Macam-macam IUD (Handayani, 2010)

1) Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi :

a) Bentuk terbuka misalnya Lippes Loop, Cu-T, CU-7,

Maergulies, Spring Coil, Multi Load, Nova T dan lainnya.

b) Bentuk tertutup misalnya Ota Ring, Antigon, Grafenderg :

Ring, Hall, Stone Ring dan lain-lain


29

2) Menurut tambahan obat atau metal

a) Medical IUD misalnya Cu-T 200, 220, 300, 380 A,

Cu-7, Nova-T, ML Cu 250, 375, Progesterad dan lain-lain.

b) Unmedicated IUD misalnya Lippes Loop,

Marguiles, Saf-T Coil Antigen dan lain-lain.

c. Mekanisme Kerja IUD

Wiknjosastro (2012) menyatakan bahwa sampai sekarang

mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti.Ada yang

berpendapat bahwa IUD sebagai benda asing menimbulkan reaksi

radang setempat, dengan sebutan lekosit yang dapat melarutkan

blastosis atau sperma.Mekanisme kerja IUD yang dililit kawat tembaga

mungkin berlainan, tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan

kedalam rongga uterus selain menimbulkan reaksi radang seperti pada

IUD biasa, juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfate

alkali.IUD yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks

sehingga menghalangi pasasisperma.

d. Kelebihan Penggunaan IUD (Handayani, 2010)

1) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

2) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat - ingat

3) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

4) Tidak mengganggu hubungan suami istri

5) Tidak ada interaksi dengan obat-obat

6) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus
30

e. Kerugian Penggunaan IUD

Menurut Saifuddin (2012) kerugian penggunaan IUD adalah :

1) Perubahan siklus haid umumnya pada 3 bulan pertama

pemakaian dan akan berkurang setelah 3 bulan

2) Terdapat perdarahan, spooting dan menometrogia

3) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang

senggama terasa lebih basah

4) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer

atau sekunder dan kehamilan ektopik

6) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri

7) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan

dalam pemasangan IUD, seringkali perempuan takut selama

pemasangan

f. Indikasi Pemasangan IUD

Menurut Hartanto (2010) indikasi pemasangan IUD adalah :

1) Wanita yang bersuami dan mendapat persetujuan dari

suami

2) Pernah melahirkan dan telah mempunyai anak serta

ukuran rahimnya tidak kurang dari 5 cm

g. Kontraindikasi Pemasangan IUD

Menurut Handayani (2010) kontraindikasi pemasangan IUD

adalah sebagai berikut :


31

1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya

3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita PRP atau abortus septik

5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak

rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri

6) Penyakit trofoblas yang ganas

7) Diketahui menderita TBC pelvik

8) Kanker alat genitalia

9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

10) Penyakit jantung rematik

B. Kerangka Teoritis

Adanya dorongan dari petugas kesehatan berupa penyuluhan-

penyuluhan maka dapat memberikan informasi tentang bagaimana cara

mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit

dan sebagainya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

hal-hal tersebut (Notoatmodjo, 2010). Lukman (2009) dalam Mikail dan Anna

(2011) menyatakan meskipun alat kontrasepsi terbukti efektif tetapi

penggunaannya saat ini masih rendah. Rendahnya penggunaan alat kontrasepsi

IUD disebabkan karena kurangnya minat akseptor KB untuk menggunakan alat

kontarsepsi IUD.Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi sehingga

timbul keinginan.Rendahnya minat menggunakan alat kontrasepsi IUD


32

disebabkan karena persepsi yang salah tentang alat kontrasepsi IUD, hal ini

karena informasi yang diterima tidak benar sehingga tanggapan terhadap alat

kontrasepsi IUD bukan berdasarkan fakta tetapi berdasarkan prasangka dari

persepsi masing-masing setiap individu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka teoritis berikut

ini:

Faktor yang
mempengaruhi minat
menggunakan IUD:
1. Status Ekonomi
2. Pendidikan Minat Menggunakan
3. Dukungan Alat Kontrasepsi IUD
Penyuluhan petugas
Kesehatan
4. Persepsi

Peer Group 6. pengetahuan

Bagan 3.1. Kerangka Teoritis

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil variabel penyuluhan

sebagai independent variable (variabel bebas) dan minat menggunakan alat

kontrasepsi IUD sebagai dependent variable (variabel terikat). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka konsep berikut ini :


33

Variabel Bebas Variabel Terikat

Penyuluhan peer group Minat Menggunakan


Alat Kontrasepsi IUD

Bagan 3.2. Kerangka Konsep


34

Anda mungkin juga menyukai