2. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan pertanian secara umum adalah proses pendidikan nonformal yang
diberikan kepada keluarga tani dengan tujuan agar petani dapat memecahkan
masalahnya sendiri kususnya dalama bidang pertanian dan meningkatkan pendapatan
nya.
Menurut Mardikantoro,1993 adalah proses penyebaran informasi yang berkaitan
dengan upaya perbaikan cara-cara berusahatani demi tercapainya pendapatan dan
perbaikan kesejahteraan keluarganya.
Menurut salmon 1972 penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah
untuk petani dan keluarganya.
Menurut Van Den Ban 1999 penyuluhan adalah keterlibatan seseorang untuk
melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanaya
memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
Menurut UU No.16 Tahun 2006, penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan,
dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Margono Slamet, penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah
(pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka
mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai
dengan bidang profesinya, serta mampu dan sanggup berswadaya untuk memperbaiki
atau meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan masyarakat.
3. Falsafah Penyuluhan
1. Falsafah mendidik/pendidikan (bukannya klien “dipaksa-terpaksa terbiasa”)
Ki Hajar Dewantoro (Syarif Tayeb, 1977) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan
digunakan falsafah : “hing ngarsa sung tulada, hing madya mangan karsa, tut wuri
handayani”
2. Falsafah pentingnya individu : Pentingnya individu ditonjolkan dalam
pendidikan/penyuluhan pada umumnya, sebab potensi diri pribadi seseorang individu
merupakan hal yang tiada taranya untuk berkembang dan dikembangkan.
3. Falsafah Demokrasi : Klien diberi kebebasan untuk berkembang agar mereka dapat
mandiri sekaligus dapat bertanggungjawab sesuai dengan perkembangan intelektualnya.
Falsafah Bekerjasama : Falsafah Ki Hadjar Dewantoro “hing madya mangun karsa”
mengandung makna adanya kerjasama antara penyuluh/agen pembaruan dengan klien.
Penyuluh bekerjasama dengan klien agar klien aktif berprakarsa (dalam proses belajar)
mengembangkan usaha bagi dirinya.
4. Falsafah “Membantu Klien Membantu Diri Sendiri.” Thompson Repley Bryant (Vines dan
Anderson, 1976 :81 dalam Asngari, 2001), seorang penyuluh kawakan Amerika Serikat,
menggaris bawahi falsafah ini dengan mengatakan : Makna falsafah ini menunjukkan
landasan orientasi pentingnya individu membantu diri sendiri. Dari falsafah ini pula
dikembangkan landasan kegiatan “dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka.”
5. Falsafah Kontinyu/berkelanjutan : Dunia berkembang, manusia berkembang, ilmu
berkembang, teknologi berkembang, sarana berkembang, usaha berkembang, jadi harus
sesuai dengan perkembangan : 1) materi yang disajikan, 2) cara penyajian, dan 3) alat bantu
penyajian.
6. Falsafah Membakar Sampah (secara tradisional, baik individual, maupun berkelompok).
• Ini analogi ; kemungkinan sampahnya “basah semua” siram dengan minyak tanah (jangan
sekali-kali dengan bensin) lalu dibakar (kadang-kadang perlu beberapa kali disiram minyak
tanah dan dibakar sampai ada yang kering dan merambat mempengaruhi kekeringan yang
lain), ini pendekatan kelompok yang semuanya belum membangun.
• Bagi seorang individu, falsafah ini pun berlaku, dengan bertahap penuh kesabaran
menunggu perkembangan. Falsafah ini memang harus dilandasi adanya kesabaran menunggu
perkembangan individu klien. Inilah kunci proses mendidik/menyuluh untuk
mengembangkan dan mewujudkan potensi individu lebih berdaya dan mandiri. Individu lebih
berdaya sebagai hasil mendinamiskan diri, sehingga individu mampu berprestasi prima secara
mandiri.