Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
A. Latar Belakang
Pembangunan dalam masyarakat merupakan kegiatan yang senantiasa
dilaksanakan. Pembangunan itu pada hakikatnya selalu bertujuan untuk
memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan manusia, orang per orang maupun
seluruh warga masyarakatnya. Pada kenyataannya, pelaku/pelaksana utama
pembangunan adalah warga masyarakat itu sendiri, yang pada umumnya termasuk
golongan yang lemah. Baik lemah dalam arti pemilikan modal, lemah tingkat
pendidikan dan ketrampilan yang dikuasainya, lemah dalam hal teknologi dan per
alatan yang digunakan, bahkan sering pula lemah dalam semangatnya untuk
“maju” guna meraih kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, kegiatan
penyuluhan pembangunan sangat diperlukan dan terus menerus dikembangkan
dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan, agar mereka/masyarakat memiliki kemampuan menolong dirinya
sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan yang
dicita-citakan.
Penyuluhan diselenggarakan bertujuan untuk menawarkan atau memasarkan
inovasi sampai dengan inovasi tersebut diadopsi oleh masyarakat, namun dalam
kenyataan pekerjaan itu bukanlah hal yang mudah. Di dalam praktek, kegiatan
penyuluhan selalu menuntut kerja keras, kesabaran, memakan banyak waktu, dan
sangat melelahkan. Sehingga pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan kian
menjadi kebutuhan banyak pihak.
B. Rumusan Masalah
I
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Falsafah Penyuluhan Pembangunan?
2. Bagaimana Prinsip dalam Penyuluhan Pembangunan?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Etika Penyuluhan Pembangunan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Maksud Dari Falsafah Penyuluhan Pembangunan
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Prinsip dalam Penyuluhan Pembangunan
3. Untuk Mengetahui Maksud Dari Etika Penyuluhan Pembangunan
II
BAB II
PEMBAHASAN
1
Slamet, Margono. “Memantapkan Penyuluhan Pertanian di Indonesia”. (Subang, 1987)
1
sebagai sasaran penyuluhan, maupun pihak-pihak lainnya. Kesemuanya akan kait
mengait”.
Kata falsafah atau filsafat memiliki pengertian yang beragam sepadan dengan
jumlah orang (pemikir) yang memberi pengertian, karena masing-masing memiliki
titik tolak latar belakang pemikiran, sudut pandang yang berbeda.
Secara etimologi, kata falsafah (dalam bahasa Arab) atau filsafat (dalam
bahasa Yunani) berasal dari kata philosophia. Philosophia berasal dari kata philos
artinya cinta‟ dan sophia artinya kebijaksanaan‟ atau pengetahuan‟. Jadi falsafah
atau filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Maksudnya bahwa orang yang
berfilsafat akan menjadi orang yang arif bijaksana. Filsafat juga berarti
mendambakan pengetahuan. Maksudnya bahwa dengan berfilsafat orang sangat
mengharapkan untuk mendapatkan pengetahuan yang sejati. Seorang filosof
adalah seorang “pecinta”, “pencari” hikmat atau kebijaksanaan atau pengetahuan.
Secara terminologi, falsafah atau filsafat diartikan sebagai suatu pand2angan
hidup. Filsafat merupakan suatu asas atau pendirian yang kebenarannya telah
diterima dan diyakini untuk dijadikan landasan dasar dalam menyelesaikan
masalah-masalah hidup. Filsafat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang
terdalam. Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam
untuk menemukan inti-sejati atau hakikat. Sedang Dahama dan Bhatnagar,
mengartikan falsafah sebagai 3
landasan pemikiran yang bersumber kepada
kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan di dalam
praktek.
Berkaitan dengan itu, Kelsey dan Hearne menyatakan bahwa: falsafah
penyuluhan harus berpijak kepada pentingnya pengembangan individu di dalam
perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Untuk itu, ia mengemukakan
2
Mardikanto, Totok, “Penyuluhan Pembangunan Pertanian”, (Sebelas Maret University Press,
Surakarta, 1993).
3
Mardikanto, Totok, “Penyuluhan Pembangunan Pertanian”, (Sebelas Maret University Press,
Surakarta, 1993).
2
bahwa: falsafah penyuluhan adalah bekerja bersama masyarakat untuk
membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia.
Pendapat Kelsey dan Hearne tersebut mengandung pengertian, bahwa:
1. penyuluh harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukannya bekerja
untuk masyarakat, kehadiran penyuluh bukan sebagai penentu atau
pemaksa, tetapi ia harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan
masyarakat dan mampu menumbuhkan, menggerakkan, serta
memelihara partisipasi masyarakat.
2. penyuluhan tidak menciptakan ketergantungan, tetapi harus mampu
mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat
agar semakin memiliki kemampuan untuk berswakarsa, swadaya,
swadana, dan swakelola bagi terselenggaranya kegiatan-kegiatan guna
tercapainya tujuan masyarakat sasarannya
3. penyuluhan yang dilaksanakan harus selalu mengacu kepada
terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan
harkatnya sebagai manusia.
Sejalan dengan Kelsey dan Hearne, Ensminger dalam 4merumuskan falsafah
penyuluhan sebagai berikut:
1) Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah
pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat.
2) Sasaran penyuluhan adalah segenap warga masyarakat untuk menjawab
kebutuhan dan keinginannya.
3) Penyuluhan bertujuan untuk membantu masyarakat agar mampu
menolong dirinya sendiri.
4) Penyuluhan adalah “belajar sambil bekerja”, dan “percaya tentang apa
yang dilihatnya”.
4
Mardikanto, Totok, “Penyuluhan Pembangunan Pertanian”, (Sebelas Maret University Press,
Surakarta, 1993).
3
5) Penyuluhan adalah pengembangan individu, pemimpin mereka, dan
pengembangan dunianya secara keseluruhan.
6) Penyuluhan adalah suatu bentuk kerja sama untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat.
7) Penyuluhan adalah pekerjaan yang diselaraskan dengan budaya
masyarakatnya.
8) Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling
menghormati dan saling mempercayai antara satu kepada yang lainnya.
9) Penyuluhan merupakan kegiatan dua arah dan
10) Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang berkelanjutan.
A. Minat dan kebutuhan penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada
minat dan kebutuhan masyarakat. Mengenai hal ini, harus dikaji secara
mendalam: apa yang benar-benar menjadi minat dan kebutuhan yang dapat
menyenangkan setiap individu maupun apa yang menjadi prioritas untuk
dipenuhi terlebih dahulu.
Dwi Siswanto, Hakikat Penyuluhan Pembangunan Dalam Masyarakat, jurnal filsafat Vol. 22
5
4
B. Organisasi masyarakat bawah, artinya penyuluh harus memperhatikan
adanya keragaman budaya, mampu menyentuh atau melibatkan organisasi
masyarakat bawah. Perencanaan penyuluhan harus selalu disesuaikan
dengan budaya yang beragam.
C. Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan penyuluhan akan mengakibatkan
perubahan budaya. Kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan dengan bijak
dan hati-hati agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan
budaya. Setiap penyuluh perlu memperhatikan nilai-nilai budaya lokal
seperti kebiasaan-kebiasaan, tabu dan lainnya.
D. Berpartisipasi, artinya penyuluhan hanya akan efektif jika mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerja sama dalam
melaksanakan program-program yang telah disepakati.
E. Demokrasi dalam penerapan ilmu artinya dalam penyuluhan harus selalu
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk penawar setiap ilmu
alternatif yang ingin diterapkan, termasuk juga dalam penggunaan metode
penyuluhan, serta proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh
masyarakat sasaran.
F. Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan penyuluhan harus diupayakan
agar masyarakat dapat "belajar sambil bekerja" atau belajar dari pengalaman
tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
G. Penggunaan metode yang sesuai, artinya penyuluhan harus dilakukan dengan
penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi sasarannya.
H. Kepemimpinan, artinya penyuluh tidak hanya melakukan kegiatan-kegiatan
yang bertujuan untuk kepentingan atau kepuasan nya sendiri melainkan
penyuluh harus mampu menumbuhkan pemimpin-pemimpin lokal atau
memanfaatkan pemimpin lokal yang telah ada untuk membantu kegiatan
penyuluhan nya.
I. Spesialis yang terlatih, artinya menyiapkan penyuluh yang benar-benar telah
memiliki spesialis yang terlatih untuk menyampaikan informasi teknologi
5
sangat penting sehingga Tingkat keberhasilan usaha dan kepercayaan
masyarakat akan meningkat.
J. Penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit
sosial.
K. Penyuluh harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan, karena adanya
kepuasan akan sangat menentukan keikutsertaan sasaran pada program-
program penyuluhan selanjutnya.
7
Padmanagara, Salmon, “Etika Penyuluhan Pertanian”, (Subang, 1987).
8
Muhammad, Kartono, “Etika Penyuluhan Pertanian”, (Subang, 1987).
6
Kenyataan-kenyataan seperti itu, sudah lama disadari oleh masyarakat
penyuluhan pertanian di Indonesia, sehingga pada Kongres Penyu-luhan Pertanian
ke I pada tahun 1986 disepakati untuk merumuskan “Etika Penyuluhan” yang
seharusnya dijadikan acuan perilaku penyuluh.
Etika bukanlah peraturan, tetapi lebih dekat kepada nilai-nilai moral untuk
membangkitkan kesadaran untuk beriktikad baik dan jika dilupakan atau dilanggar
akan berakibat kepada tercemarnya pribadi yang bersangkutan, kelompoknya, dan
anggota kelompok yang lainnya.
7
4) Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, daya mental dan
semangat kerja yang tinggi, selalu berusaha mencerdaskaan diri, dan selalu
berusaha meningkatkan kemampuannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahawa falsafah penyuluhan
merupakan Bekerja bersama dengan masyarakat untuk membantu mereka, agar
mereka dapat membantu dirinya meningkatkan harkat dan martabat mereka sendiri
sebagai manusia. Oleh karena itu Selalu mengusahakan pembaruan dan
modernisasi IPTEKS, Kebutuhan/keinginan/masalah masyarakat klien merupakan
kegiatan primadona peneliti dan penyuluh, Selalu mengikuti/sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan, Meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha,
Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran klien dan masyarakat pada
umumnya serta Meningkatkan kebersamaan/kerjasama (antara penyuluh dan
peneliti dan antara peneliti/penyuluh dengan pengguna IPTEKS/masyarakat klien).
Dalam khasanah kepustakaan penyuluhan pertanian, banyak kita jumpai
beragam falsafah penyuluhan pertanian. Berkaitan dengan itu, Ensminger (1962)
mencatat adanya 11 (sebelas) rumusan tentang falsafah penyuluhan. Di Amerika
Serikat juga telah lama dikembangkan falsafah 3-T: teach, truth, and trust
(pendidikan, kebenaran dan keperca-yaan/keyakinan). Artinya, penyuluhan
merupakan kegiatan pendidikan untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran yang
telah diyakini. Dengan kata lain, dalam penyuluhan pertanian, petani dididik untuk
menerapkan setiap informasi (baru) yang telah diuji kebenarannya dan telah
diyakini akan dapat memberikan manfaat (ekonomi maupun non ekonomi) bagi
perbaikan kesejahteraannya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Siswanto, Hakikat Penyuluhan Pembangunan Dalam Masyarakat, jurnal filsafat
Vol. 22 Nomor 1, 2012.