Disusun oleh:
Kelompok 3
PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “KELEMBAGAAN DALAM
PERTANIAN, REVITALISASI KELEMBAGAAN PEETANIAN” Yang dimana laporan ini
terdiri dari landasan teori, hipotesis, metode kajian, dan analisis hasil kajian.
Selama pembuatan kajian ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber, dan referensi
dari berbagai pihak. Kami selaku Mahasiswa Agroekoteknologi Kelas F Fakultas Pertanian
Univesitas Udayana 2020 telah berusaha menyelesaikan tugas ini dengan baik. Kami menyadari
bahwa pembuatan kajian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu kami
selama proses penyelesaian kajian ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca.
DAFTAR ISI
COVER…………………………………............................ ……………………………
KATA PENGANTAR…………………. ........................... ……………………………
DAFTAR ISI……............................................................... ……………………………
PEMBAHASAN
2.3 Pembahasan
Lembaga Modern di Pedesaan: Lembaga Modern di Desa saat ini terdiri dari
lembaga formal pemerintahan, kelompok tani, lembaga ekonomi, dll.Lembaga modern
biasanya memiliki struktur, tata nilai yang jelas serta telah diformalkan, adanya proses yang
pasti, adanya individu dan adanya kepemimpinan yang resmi. Lembaga pemerintahan seperti
BPD, Lurah atau Kepala Desa, PKK, Karang Taruna, LMD, LPMD termasuk lembaga modern
Ciri-ciri lembaga modern: Adanya pembukuan dan proses peralihan kepemimp ina n
Aturan lembaga ditulis dalam anggaran dasar dan kebutuhan rumah tangga lembagaDibe ntuk
secara sengaja karena kesadaran akan pentingnya lembaga tersebut
1. Kelompok Tani
Kelompok Tani merupakan kelembagaan tani yang langsung mengorganisir para
petani dalam mengembangkan usaha tani nya. kelompok tani organisasi yang dapat dikatakan
berfungsi dan ada secara nyata, disamping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan
penggerak kegiatan anggota nya. Beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain,
seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usaha tani
(Hermanto, 2007).
2. Kelompok Wanita Tani
Program pemberdayaan utama yang dilakukan adalah mengikutserakan para ibu tani
dalam penyuluhan teknologi usaha tani. Kegiatan ini dilakukan mengingat ibu tani sangat
berperan dalam usaha tani (Herawati et al., 2000).
3.Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani
secara demokratis, termasuk kelembagaan lokal pengelola air irigasi (Peraturan Pemerinta h
Republik Indonesia, 2001).
4.Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA)
Pengembangan Kelembagaan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), merupakan
upaya koordinasi lintas stakeholders yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petani
dan nelayan dalam menjalankan fungsinya (Dewan Ketahahan Pangan Provinsi Riau, 2008).
5.Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) kemudian dikenal sebagai wadah kerjasama
antar kelompok tani. Dalam perkembangannya, banyak program pemerintah untuk petani
disalurkan melalui wadah gapoktan dan kelompok tani, oleh karena itu pembentukan
kelompok tani diatur dengan surat edaran Menteri Pertanian, sehingga kelompok tani
cenderung menjadi organisasi formal, mengalami pergeseran dari kelompok sosial (social
group) menjadi kelompok tugas (task group) (Pelita, 2011).
6.Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)
Penyuluhan pertanian merupakan suatu keniscayaan sekaligus merupakan
kewajiban Pemerintah untuk menyelenggarakannya. Pemberdayaan melalui penyelengga raa n
penyuluhan pertanian diperlukan untuk mengubah pola pikir, sikap dan perilaku guna
membangun kehidupan dan penghidupan petani yang lebih baik secara berkelanjuta n
(Departemen Pertanian, 2004).
7.Koperasi Tani (Koptan)
8.Koperasi Unit Desa (KUD)
9.Kelompok Arisan
10.Kelompok Simpan Pinjam
11.Kios Saprodi
12.Pedagang Pengumpul Tengkulak
13.Pasar
14.Jasa Angkutan
15.Jasa Alinstan
16.Kilang Padi
17.Lembaga Swadaya Masyarakat
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) adalah kumpulan dari beberapa kelompok
tani yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas usaha tani
tertentu untuk menggalang kepentingan bersama, atau merupakan suatu wadah kerjasama
antarkelompok tani dalam upaya pengembangan usaha yang lebih besar (Untajana, 2008).
Menurut Syahyuti (dalam Revikasari, 2010) Gapoktan adalah gabungan dari
beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan
kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggota
dan petani lainnya. Penggabungan kelompok tani kedalam Gapoktan dilakukan agar
kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi
pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sector hulu dan hilir,
pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar (Deptan dalam Revikasari, 2010).
Menurut Deptan (dalam Revikasari, 2010) adapun fungsi dari gapokta yakni
1)merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas,
kualitas, kontinuitas, dan harga), 2)Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih
bersertifikat, pestisida dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui
kelompoknya, 3)Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada
para petani yang memerlukan, 4)Melakukan proses pengolahan produk para anggota
(penggilingan, grading, pengepakan, dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah,
5)Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual produk petani kepada
pedagang atau industri hilir. Menurut Syahyuti (dalam Pujiharto ,2010) terdapat tiga peran
pokok Gapoktan sebagai berikut : Gapoktan berperan sebagai lembaga sentral dalam sistem
yang terbangun, misalnya terlibat dalam penyaluran benih bersubsidi yaitu bertugas merekap
daftar permintaan benih dan nama anggota. Gapoktan berperan untuk peningkatan ketahanan
pangan di tingkat lokal. Gapoktan dianggap sebagai Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan
(LUEP) sehingga dapat menerima Dana Penguatan Modal (DPM).
2. Prinsip pemberdayaan.
Pemberdayaan mengupayakan bagaiamana individu, kelompok, atau komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa
depan sesuai dengan keinginan mereka. Inti utama pemberdayaan adalah tercapa inya
kemandirian (Payne, 1997). Pada proses pemberdayaan, ada dua prinsip dasar yang harus
dipedomani yaitu :
a. Menciptakan ruang atau peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya secara
mandiri dan menurut cara yang dipilihnya sendiri.
b. Mengupayakan agar masyarakat memiliki kemampuan untuk memanfaatkan ruang ata u
peluang yang tercipta. Misalnya di bidang ekonomi berupa peningkatan aksesibilitas
masyarakat terhadap faktor-faktor produksi dan pasar, sedangkan di bidang sosial politik
berupa tersedianya berbagai pilihan bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya.
Pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan di pedesaan , meliputi :
(a). Pola pengembangan pertanian berdasarkan luas dan intensifikasi lahan,
perluasan kesempatan kerja dan berusaha yang dapat memperluas
penghasilan;
(b). Perbaikan dan penyempurnaan keterbatasan pelayanan sosial (pendidikan,
gizi, kesehatan, dan lain-lain);
(c). Program memperkuat prasarana kelembagaan dan keterampilan mengelo la
kebutuhan pedesaan.
Pemberdayaan kelembagaan menuntut perubahan operasional tiga pilar kelembagaan
(Elizabeth, 2007) :
a. Kelembagaan lokal tradisional yang hidup dan eksisi dalam komunitas (voluntary sector).
b. Kelembagaan pasar (private sector) yang dijiwai ideologi ekonomi terbuka.
c. Kelembagaan sistem politik atau pengambilan keputusan di tingkat publik (public sector).
Ketiga pilar yang menopang kehidupan dan kelembagaan masyarakat di pedesaan
tersebut perlu mereformasikan diri dan bersinergis agar sesuai dengan kebutuhan yang selalu
mengalami perkembangan. pemberdayaan kelembagaan pada masa depan perlu diarahkan
agar berorientasi pada:
(a). Pengusahaan komoditas (pangan/non pangan) yang paling menguntungkan,
(b). Skala usaha ekonomis dan teknologi padat karya,
(c). Win-win mutualy dengan kemitraan yang kolehial,
(d). Tercipta interdependensi hulu-hilir,
(e). Modal berkembang dan kredit melembaga (bank, koperasi, petani),
(f). Koperatif, kompetitif dan transparan melalui sistem informasi bisnis,
(g). Memanfaatkan peluang di setiap subsistem agribisnis, serta
(h). Dukungan SDM yang berpendidikan, rasional, mandiri, informatif,
komunikatif, dan partisipatif (inovatif) (Elizabeth, 2007b)
3. Prinsip kemandirian lokal.
Pendekatan pembangunan melalui cara pandang kemandirian lokal mengisyaratka n
bahwa semua tahapan dalam proses pemberdayaan harus dilakukan secara desentralisas i.
Upaya pemberdayaan yang berbasis pada pendekatan desentralisasi akan menumbuhka n
kondisi otonom, dimana setiap komponen akan tetap eksis dengan berbagai keragaman
(diversity) yang dikandungnya. Kemandirian lokal menunjukkan bahwa pembangunan lebih
tepat bila dilihat sebagai proses adaptasi-kreatif suatu tatanan masyarakat dari pada sebagai
serangkaian upaya mekanistis yang mengacu pada satu rencana yang disusun secara
sistematis. Kemandirian lokal juga menegaskan bahwa organisasi seharusnya dikelola dengan
lebih mengedepankan partisipasi dan dialog dibandingkan semangat pengendalian yang ketat
sebagaimana dipraktekkan selama ini (Amien, 2005).
Kelembagaan petani di Tanah Air saat ini dinilai belum berfungsi optimal untuk
meningkatkan posisi tawar maupun meningkatkan daya saing petani. kelembagaan petani di
perdesaan saat ini dikembangkan secara sektoral setiap kementerian, pemerintah provins i
hingga kabupaten berdasarkan program atau proyek dari masing- masing instans i
tersebut."Kondisi tersebut menjadikan di setiap desa memiliki banyak kelembagaan petani
namun skalanya kecil-kecil, bersifat segmental-egosektoral, akibatnya kelembagaan tersebut
tak mampu memperkuat petani," katanya dalam diskusi bertajuk "Revolusi Kelembagaan
Petani". Berikut ialah alasan-alasan mengapa kelembagaan petani tidak berjalan dengan baik:
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia para pelaku kelembagaan sehubungan dengan
perkembangan teknologi, permasalahan dan kebutuhan para petani. Model pendidikan dan
pelatihan ditekankan pada pengembangan bidang-bidang produksi primer dan sekunder,
alih teknologi dan informasi, pemasaran, finansial, kelembagaan, dan infrastruktur.
2. Diperlukan restrukturisasi kelembagaan penyuluhan pertanian yang mampu menyentuh
langsung kebutuhan petani dengan melibatkan petani secara lebih aktif lagi. Model
penyuluhan mandiri dimana petani berperan sebagai pelaku aktif perlu terus ditingka tka n
peranannya. Untuk itu jumlah dan kualitas penyuluh yang memiliki kemampuan di bidang
konsultasi/analisis produksi dan pemasaran serta sebagai mediator atau jembatan/media tor
ke berbagai lembaga keuangan dan pendidikan/pelatihan perlu terus ditingkatkan.
3. Meningkatkan kualitas manajemen koperasi yang ada, khususnya dalam kualitas
sumberdaya manusia para pengurus dan manajer, dalam rangka meningkatka n
kesejahteraan petani. Para petani yang tergabung dalam kelompok bisnis perlu
dilembagakan dalam koperasi terutama untuk meningkatkan rebut tawar dalam
memperoleh pelayanan kredit dan pemasaran hasil.
4. Meningkatkan koordinasi peran lembaga-lembaga keuangan/perbankan dengan lembaga-
lembaga penyuluhan, sarana produksi, dan koperasi untuk meningkatkan pelayanan kepada
petani secara optimum. Diperlukan cara terbaik dalam rangka mengakses dan mengontro l
distribusi kredit dan penyediaan saprodi agar sampai ke tangan petani dengan tepat waktu,
tepat kualitas dan tepat harga sesuai kebutuhan petani.
5. Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan informasi pertanian. Penelitia n-
penelitian berbagai aspek pertanian spesifik lokal perlu didukung dengan biaya/anggara n
dan fasilitas yang memadai dan kualitas sumberdaya peneliti yang semakin tinggi
kwalifikasinya. Dengan demikian alih teknologi inovatif kepada petani akan meningkat.
Pada gilirannya para petani akan menerapkan inovasi baru pertanian dengan bersinambung.
6. Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional seperti organisasi lumbung desa
dan pengairan. Dalam situasi produktivitas pertanian dan penyediaan pangan khususnya di
sektor tanaman pangan yang relatif rendah maka peran kedua lembaga tersebut menjadi
penting. Untuk itu di setiap daerah diperlukan adanya pembinaan manajemen kelembagaan
dari pemerintah daerah setempat.
7. Meningkatkan kemandirian organisasi petani. Intinya adalah suatu organisasi yang
dimiliki, digerakkan dan dikendalikan oleh petani sendiri. Pemerintah daerah lebih
berfungsi sebagai fasilitator saja. Untuk itu perlu peningkatan kualitas sumberdaya
manusia para pengelola dan efektivitas manajemen kelembagaan melalui pelatihan dan
pembinaan-pembinaan intensif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola
serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait
erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. Dalam kehidupan komunitas
petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang
memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan
pertani juga memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di
pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaska n
dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini
potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang
diharapkan
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=peran+lembaga+pertanian
http://umbu-sapu.blogspot.com/2011/08/kelembagaan-pertanian.html
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:DUGNK3MvCUMJ:blog.ub.ac.id/dyka
w/files/2013/09/PENGEMBANGAN-KELEMBAGAAN-
PERTANIAN.pdf+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://dirapradja1947.blogspot.com/2017/08/makalah-revitalisasi-pertanian.html
https://ronawajah.wordpress.com/2008/04/02/sdm-dan-revitalisasi-kelembagaan-pertanian/
https://www.academia.edu/37985888/MAKALAH_KELEMBAGAAN_PERTANIAN