Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK PEMADAM KEBAKARAN

Disusun Oleh

Nama : Jonatan Manalu (032100011)


Prodi / Angkatan : Elektromekanika /2021
Tgl Praktikum : 15 Desember 2021

Asisten Pendamping/Dosen Pengampu : Basuki, A.Md

JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR


PRODI EEKTRO MEKANIKA
POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA
BADAN RISET DAN INOVASI NUKLIR
YOGYAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kebakaran merupakan peristiwa yang disertai dengan munculnya api,
dimana bencana kebakaran itu dapat menimbulkan kerugian yang sangat
signifikan akibat peristiwa ini. Salah satu dampak besarnya terjadinya kebakaran
adalah jatuhnya korban jiwa, pada peristiwa kebakaran lebih sering terjadi
dikarenakan oleh human error. Oleh karena itu sebelum timbulnya kebakaran
kita perlu meminimalisir timbulnya api mulai dari skala kecil dan tetap hati-hati
dalam menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang mampu memicu munculnya
api seperti korek api, rangkaian kabel, tabung gas di dapur, dan lain sebagainya .
Api dapat dipadamkan apabila dilakukan dengan prosedur pemadaman api
yang tepat. Saat melakukan pemadaman api banyak yang perlu diperhatikan
mulai dari penyebab munculnya api dan metode yang tepat untuk
memadamkannya agar tidak menimbulkan kebakaran yang lebih luas akibat
metode pemadaman yang salah . Oleh karena itu pengetahuan dasar tentang
pemadaman api mestinya telah dipahami dan dapat dilakukan oleh masyarakat
agar dapat meminimalisir terjadinya kebakaran yang lebih besar .

II. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum pemadaman api ini dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab timbulnya api
2. Mahasiswa mampu membedakan metode pemadaman api sesuai
jenis alat pemadaman api
3. Mahasiswa mampu mengoperasikan alat pemadam api yang benar
4. Mahasiswa mampu melakukan metode pemadaman api yang benar
5. Mahasiswa mampu melakukan kerja sama kelompok untuk
memadamkan api menggunakan hydrant dengan aman dan selamat.

III. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum pemadaman api ini dilakukan adalah sebagai
berikut :

1. Dapat mengetahui penyebab timbulnya api


2. Dapat membedakan metode pemadaman api sesuai jenis alat pemadaman api
3. Dapat mengoperasikan alat pemadam api yang benar
4. Dapat melakukan metode pemadaman api yang benar
5. Dapat membangun kerja sama kelompok untuk memadamkan api
menggunakan hydrant yg aman.
BAB II

METODE PRAKTIKUM

I. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Karung goni

2. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

3. Hydrant

4. Drum berisi air

5. Tong tempat pembakaran

6. Petalite dan Minyak tanah (3:1)

7. Korek api

II. Dasar Teori


Kebakaran adalah suatu reaksi oksidadi eksotremis yang berlangsung
dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/atau
penyalaan. Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran
dimana elemen tersebut adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Untuk
menanggulanngi kebakaran ,perlu memisahkan elemen-elemen tersebut.

2.1 Penanggulangan Kebakaran


Penanggulangan kebakaran adalah usaha menyadari atau mewaspadai akan
faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan
mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi
kenyataan. Penanggulangan kebakaran membutuhkan pengetahuan dasar
mengenai jenis kebakaran karena pada prinsipnya tidak semua kebakaran dapat
dipadamkan dengan menggunakan alat pemadam yang sama.

2.2 Prinsip Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi
karena persenyawaan dari:
 Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar
matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.
 Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar,      kayu,
plastik dan sebagainya.
 Oksigen (tersedia di udara)

2.3 Klasifikasi Kelas Kebakaran


Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
a. Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas,
kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran
untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan Alat
Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.
b. Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa
cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-
lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan
Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.
Dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari
pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka
kebakaran akan melebar kemana-mana.
c. Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran
untuk kelas ini berupa: Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api
tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar kita aman dalam
memadamkan kebakaran.
d. Kebakaran Klas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum,
alumunium, natrium, kalium, dsb. Alat pemadam yang dipergunakan
adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.

2.4 Peraturan K3 Kebakaran


 Peraturan Tentang K3 Kebakaran
 PERMEN No,26 Tahun 2008 - Proteksi kebakaran
 Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 - Ketentuan teknis pengamanan
terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 20/PRT/M/2009
 Kepmen PU No. 11/KPTS/2000 - Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
 Permenaker No. Ins 11/M/BW.1997 - Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran.

III. Langkah Kerja

 Pemadaman Api secara Konvensional


1. Digunakan APD oleh praktikkan sebelum melakukan pemadaman
2. Karung goni dibasahi menggunakan air
3. Karung goni dipegang dengan posisi ibu jari berada dibagian luar dan jari lainnya
di bagian dalam, sehingga posisi tangan berada di dalam dan menutupkan karung
ke bagian tubuh dan kepala untuk melindungi diri
4. Sumber api didekati dengan arah yang searah dengan arah mata angin untuk
memudah- kan proses pemadaman
5. Perlahan digerakkan dengan posisi salah satu kaki berada di depan untuk
memastikan sumber api dan melihat dari arah samping untuk melihat sumber api
6. Ketika mencapai sumber api, karung goni dijatuhkan secara perlahan
7. Setelah api padam, karung goni diambil dengan cara yang sama sebelum
melakukan pemadaman
 Pemadaman Api menggunakan APAR
1. APAR diletakkan pada posisi di samping tubuh.
2. Pen yang mengunci APAR dilepaskan.
3. Diarahkan selang pada sumber api.
4. Ditekan knop pada APAR untuk mengeluarkan bahan pemadam api.
5. Didekati sumber api dengan arah sesuai arah angin.
6. Dilakukan pemadaman dengan cara menyapu permukaan api.
7. Dilakukan penyemprotan pada jarak lebih kurang 1 meter untuk menghindari
panas dari api dan gas dari APAR.

Catatan : Praktek pemadam kebakaran menggunakan APAR ini belum dipraktikkan


semua peserta praktikum karena APAR rusak
 Pemadaman Api menggunakan Hydrant
1. Dilakukan pembagian tim yang terdiri dari 4 orang dengan pembagian:
• Orang pertama sebagai pemimpin regu dan memegang noozle
• Orang kedua bertugas sebagai pembuka keran pada hydrant
• Orang ketiga bertugas menyambung selang pada hydrant dan membawa
selang utama ke lokasi pemadaman
• Orang keempat bertugas membawa selang tambahan
• Anggota lainnya bertugas menyandung selang dengan selang lainnya dan
pada noozle dan membantu tugas pemimpin regu melakukan pemadaman

2. Dimulai proses pemadaman.


3. Dibawa noozle menuju lokasi pemadaman oleh pemimpin regu.
4. Diletakkan kunci pada katup hydrant dengan posisi tubuh menghadap hydrant.
5. Disambungkan selang pada hydrant dan dibawa selang menuju lokasi pemadaman
oleh orang ketiga.
6. Dibawa selang tambahan pada hydrant dan disambungkan dengan noozle oleh
orang keempat.
7. Dibantu penyambungan selang oleh petugas lainnya dan pemimpin regu di
lokasi pemadaman.
8. Diberikan isyarat yang sama untuk diterima orang kedua oleh pemimpin regu.
9. Diteruskan isyarat untuk diterima orang kedua oleh petugas lain.
10. Dibalas isyarat dengan mengatakan ‘siap’ oleh orang kedua.
11. Dibuka keran dengan memutar tuas kea rah lain berlawanan arah jarum jam
secara perlaka oleh orang kedua.
12. Dilakukan proses pemadaman oleh pemimpin regu dengan noozle dan
semburan air pada sumber api.
13. Dilakukan penyapuan dan penyiraman pada sumber api.
14.Setelah api padam, dibilang ‘tutup air’ oleh pemimpin regu dan tangan
diarahkan ke samping, petugas lain menruskan isyarat hingga petugas kedua.
15. Dijawab ‘siap’ oleh orang kedua dan ditutup keran dengan memutar tuas searah
jarum jam secara perlahan.
16. Dilakukan pembersihan pada alat pemadam oleh petugas.
BAB III

PENUTUP

I. Pembahasan
a. Prinsip Kebakaran
Yang dimaksud dengan kebakaran adalah api yang tidak terkontrol dan tidak
dikehendaki karena dapat menimbukan kerugian baik harta benda maupun
korban jiwa.

Segitiga Api dapat terbentuk jika terdapat keseimbangan tiga unsur yang
terdiri dari bahan bakar, oksigen, dan panas. Hubungan ketiga komponen ini
biasanya disebut dengan segitiga api, sehingga bila mana salah satu unsur
tersebut dihilangkan maka api akan padam.
Bedasarkan teori segitiga api maka prinsip pemadaman api adalah dengan
merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran, atau
dengan menghentikan proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi.
Prinsip itu dapat dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut :
 Smothering (Isolasi/Menyelimuti)
 Cooling (Mendinginkan)
 Starvation (Menguraikan/Memisahkan)
 Breaking Chain Reaction (Memutuskan Rantai Reaksi Kimia)

b. Pemadam Kebakaran
Berdasarkan prinsip-prinsip pemadaman kebakaran maka kita dapat
menggunakan peralatan/bahan pemadam kebakaran. Peralatan pemadam
kebakaran dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:

 Pemadam Tradisional
Dalam cara pemadaman konvensional atau tradisional ini, pemadaman
dilakukan dengan pemisahan atau pengisolasian O2 dari sumber api. Proses
pemadaman dengan cara ini kurang efektif karena hanya bisa dilakukan
terhadap sumber api yang relatif kecil dan dalam cakupan wilayah yang
sempit.

Proses pemadaman cara tradisional ini menggunakan karung goni, selimut


ataupun bahan-bahan lainnya yang telah dicelupkan kedalam tong berisi
air. Karung ataupun bahan yang telah dibasahi air ditutupkan keatas tong
(sumber api). Kegunaan goni yang dibasahkan adalah untuk menekan atau
memperkecil tekan O2 yang terkandung. Karena O2 termasuk dalam
segitiga api, yaitu: panas, oksigen, bahan bakar. Pemadaman dengan cara
tradisional perlu memperhatikan berbagai aspek keselamatan. Dalam
proses penutupan sumber api dengan bahan yang telah dibassahi terdapat
risiko sumber tidak tertutup sempurna dan mengakibatkan api dalam
sumber gagal padam. Maka dibutuhkan teknik pemadaman yang benar agar
terhindar dari bahaya yang ditimbulkan selama proses pemadaaman.

 Peralatan modern seperti :


 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat pemadam api
portable yang mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan
untuk awal kebakaran, selain itu pula karena bentuknya yang
portable dan ringan sehingga mudah mendekati daerah kebakaran.
Penggunaan apar harus terlebih dahulu mengetahui jenis apar
sehingga penggunaannya sesuai dengan kebutuhan.apar terdiri dari
beberapa jenis, adapun jenis-jenis apar yaitu:
 Hallon : Memadamkan kebakran kelas A,B dan C
 Foam : Memadamkan kebakaran kelas A & B
 Dry Chemichal Powder : Memadamkan kebakran kelas A, B
dan C
 Karbon Dioksida (Co2) : Memadamkan kebakaran Kelas C

 Hydrant
Pada praktikum ini dilakukan pendinginan suhu pada sumber api.
Sebelum praktikum dimulai, praktikan dibagi menjadi empat
kelompok dengan masing masing kelompok terdiri dari 6 – 7 orang.
Kemudian dalam kelompok tersebut akan dibagi tugas pada 4 posisi
berbeda, dari mulai posisi paling depan yang bertugas memegang
fire nozzle dan mengarahkan air hingga paling belakang yang
bertugas membuka dan menutup kunci hydrant. Sebelum kunci
hydrant dibuka, praktikan harus memastikan firehose tidak terlilit,
tertimpa maupun terinjak agar laju air tidak terganggu. Setelah
posisi paling depan siap, praktikan akan memberikan kode atau
sinyal berupa tangan kanan diangkat yang bertujuan untuk meminta
air, hingga sinyal sampai ke posisi paling belakang. Sedangkan
sinyal yang diberikan setelah api padam berupa tangan kanan
diluruskan sejajar bahu dengan tujuan untuk memberitahu agar
praktikan menutup kunci hydrant.
Sinyal diberikan secara visual untuk mempermudah pelaksanaan,
karena kebisingan di lokasi kebakaran dapat menghambat sinyal
secara audio. Setelah selesai, bagian paling belakang akan
mengangkat hydrant di bahu dan berjalan hingga ke ujung, dan saat
penggulungan harus dipastikan bahwa air sudah terbuang keluar
firehose. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya lumut pada
firehose yang dapat memperlambat laju air pada pemakaian yang
akan datang.

Pemadaman menggunakan hydrant sangat efektif digunakan pada


ruangan terbuka dengan api yang besar serta tempat yang luas.
Pemadaman menggunakan hydrant memerlukan beberapa orang
yang terbagi dalam beberapa tim. Proses pemadaman menggunakan
hydrant juga bergantung pada kesiapan petugas, ketersediaan air
dan besarnya kobaran api.

II. Kesimpulan
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur (bahan
bakar,oksigen, dan panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda
atau cidera bahkan kematian. Unsur-unsur dalam kebakaran ada tiga, yaitu
bahan bakar, oksigen, dan keberadaan panas. Beberapa faktor penyebab
terjadinya kebakaran, antara lain kebakaran karena sifat kelalaian manusia,
kebakaran karena peristiwa alam,kebakar- an karena penyalaan sendiri, serta
kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu.
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya dengan tujuan agar supaya lebih mudah lebih
cepat dan tepat dalam memilih jenis pemadam yang akan digunakan untuk
memadamkan api. Klasifikasi kebakaran yang diakui di Indonesia berdasarkan :
PERMEN NAKERTRANS : No. PE-04/MEN/1980. Tanggal 14 April 1980.
Kelas A : Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu dan arang
Kelas B : Bahan bakar cair
Kelas C : Kebakaran listrik
Kelas D : Kebakaran logam
Teori segitiga api merupakan bekal awal dalam melakukan pemadaman dengan
memisahkan salah satu dari ketiga unsur dalam segitiga tersebut. Pemadaman api
harus memperhatikan aspek keselamatan diri dengan meenyesuaikan metode
pemadaaman yang dilakukan.
Alat pemadaman api dibagi menjadi dua yaitu, alat yang bersifat tradisional atau
konvensional, serta alat pemadaman modern. Pemadaman api dengan cara
tradisional yaitu dengan menggunakan karung goni atau selimut, dan cara
modern dengan menggunakan APAR ataupun hydrant kebakaran.
III. Saran
Dalam praktikum ini peserta harus lebih hati-hati dan memperhatikan metode
pemadam kebakaran khususnya yang menggunakan alat pemadam api tradisional
yakni karung goni karena letak tangan dan badan akan lebih dekat dengan api dan
hanya akan dibatasi dengan karung goni yang dibasahkan dibandingankan
memadamkan kebakaran menggunakan alat pemadam kebakaran modern atau khusus
dibuat untuk memadamkan api seperti APAR dan hydrant . Dalam praktikum ini juga
peserta harus memperhatikan arah angin agar saat memadamkan kebakaran, arah api
tidak ke wajah ataupun anggota badan lainnya sehingga saat memadamkan
kebakaran kita tetap dalam keadaan selamat dan tidak memperoleh resiko lainnya .
Selain itu diperlukan perawatan atau pengecekan berkala pada alat pemadam
kebakaran seperti APAR terlebih dahulu apakah masih bisa digunakan atau telah
rusak agar peserta praktikum dapat mempraktikan pemadam kebakarannya .

Anda mungkin juga menyukai