Disusun Oleh
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kebakaran merupakan peristiwa yang disertai dengan munculnya api,
dimana bencana kebakaran itu dapat menimbulkan kerugian yang sangat
signifikan akibat peristiwa ini. Salah satu dampak besarnya terjadinya kebakaran
adalah jatuhnya korban jiwa, pada peristiwa kebakaran lebih sering terjadi
dikarenakan oleh human error. Oleh karena itu sebelum timbulnya kebakaran
kita perlu meminimalisir timbulnya api mulai dari skala kecil dan tetap hati-hati
dalam menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang mampu memicu munculnya
api seperti korek api, rangkaian kabel, tabung gas di dapur, dan lain sebagainya .
Api dapat dipadamkan apabila dilakukan dengan prosedur pemadaman api
yang tepat. Saat melakukan pemadaman api banyak yang perlu diperhatikan
mulai dari penyebab munculnya api dan metode yang tepat untuk
memadamkannya agar tidak menimbulkan kebakaran yang lebih luas akibat
metode pemadaman yang salah . Oleh karena itu pengetahuan dasar tentang
pemadaman api mestinya telah dipahami dan dapat dilakukan oleh masyarakat
agar dapat meminimalisir terjadinya kebakaran yang lebih besar .
Adapun manfaat dari praktikum pemadaman api ini dilakukan adalah sebagai
berikut :
METODE PRAKTIKUM
1. Karung goni
3. Hydrant
7. Korek api
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi
karena persenyawaan dari:
Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar
matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.
Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu,
plastik dan sebagainya.
Oksigen (tersedia di udara)
PENUTUP
I. Pembahasan
a. Prinsip Kebakaran
Yang dimaksud dengan kebakaran adalah api yang tidak terkontrol dan tidak
dikehendaki karena dapat menimbukan kerugian baik harta benda maupun
korban jiwa.
Segitiga Api dapat terbentuk jika terdapat keseimbangan tiga unsur yang
terdiri dari bahan bakar, oksigen, dan panas. Hubungan ketiga komponen ini
biasanya disebut dengan segitiga api, sehingga bila mana salah satu unsur
tersebut dihilangkan maka api akan padam.
Bedasarkan teori segitiga api maka prinsip pemadaman api adalah dengan
merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran, atau
dengan menghentikan proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi.
Prinsip itu dapat dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut :
Smothering (Isolasi/Menyelimuti)
Cooling (Mendinginkan)
Starvation (Menguraikan/Memisahkan)
Breaking Chain Reaction (Memutuskan Rantai Reaksi Kimia)
b. Pemadam Kebakaran
Berdasarkan prinsip-prinsip pemadaman kebakaran maka kita dapat
menggunakan peralatan/bahan pemadam kebakaran. Peralatan pemadam
kebakaran dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:
Pemadam Tradisional
Dalam cara pemadaman konvensional atau tradisional ini, pemadaman
dilakukan dengan pemisahan atau pengisolasian O2 dari sumber api. Proses
pemadaman dengan cara ini kurang efektif karena hanya bisa dilakukan
terhadap sumber api yang relatif kecil dan dalam cakupan wilayah yang
sempit.
Hydrant
Pada praktikum ini dilakukan pendinginan suhu pada sumber api.
Sebelum praktikum dimulai, praktikan dibagi menjadi empat
kelompok dengan masing masing kelompok terdiri dari 6 – 7 orang.
Kemudian dalam kelompok tersebut akan dibagi tugas pada 4 posisi
berbeda, dari mulai posisi paling depan yang bertugas memegang
fire nozzle dan mengarahkan air hingga paling belakang yang
bertugas membuka dan menutup kunci hydrant. Sebelum kunci
hydrant dibuka, praktikan harus memastikan firehose tidak terlilit,
tertimpa maupun terinjak agar laju air tidak terganggu. Setelah
posisi paling depan siap, praktikan akan memberikan kode atau
sinyal berupa tangan kanan diangkat yang bertujuan untuk meminta
air, hingga sinyal sampai ke posisi paling belakang. Sedangkan
sinyal yang diberikan setelah api padam berupa tangan kanan
diluruskan sejajar bahu dengan tujuan untuk memberitahu agar
praktikan menutup kunci hydrant.
Sinyal diberikan secara visual untuk mempermudah pelaksanaan,
karena kebisingan di lokasi kebakaran dapat menghambat sinyal
secara audio. Setelah selesai, bagian paling belakang akan
mengangkat hydrant di bahu dan berjalan hingga ke ujung, dan saat
penggulungan harus dipastikan bahwa air sudah terbuang keluar
firehose. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya lumut pada
firehose yang dapat memperlambat laju air pada pemakaian yang
akan datang.
II. Kesimpulan
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur (bahan
bakar,oksigen, dan panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda
atau cidera bahkan kematian. Unsur-unsur dalam kebakaran ada tiga, yaitu
bahan bakar, oksigen, dan keberadaan panas. Beberapa faktor penyebab
terjadinya kebakaran, antara lain kebakaran karena sifat kelalaian manusia,
kebakaran karena peristiwa alam,kebakar- an karena penyalaan sendiri, serta
kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu.
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya dengan tujuan agar supaya lebih mudah lebih
cepat dan tepat dalam memilih jenis pemadam yang akan digunakan untuk
memadamkan api. Klasifikasi kebakaran yang diakui di Indonesia berdasarkan :
PERMEN NAKERTRANS : No. PE-04/MEN/1980. Tanggal 14 April 1980.
Kelas A : Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu dan arang
Kelas B : Bahan bakar cair
Kelas C : Kebakaran listrik
Kelas D : Kebakaran logam
Teori segitiga api merupakan bekal awal dalam melakukan pemadaman dengan
memisahkan salah satu dari ketiga unsur dalam segitiga tersebut. Pemadaman api
harus memperhatikan aspek keselamatan diri dengan meenyesuaikan metode
pemadaaman yang dilakukan.
Alat pemadaman api dibagi menjadi dua yaitu, alat yang bersifat tradisional atau
konvensional, serta alat pemadaman modern. Pemadaman api dengan cara
tradisional yaitu dengan menggunakan karung goni atau selimut, dan cara
modern dengan menggunakan APAR ataupun hydrant kebakaran.
III. Saran
Dalam praktikum ini peserta harus lebih hati-hati dan memperhatikan metode
pemadam kebakaran khususnya yang menggunakan alat pemadam api tradisional
yakni karung goni karena letak tangan dan badan akan lebih dekat dengan api dan
hanya akan dibatasi dengan karung goni yang dibasahkan dibandingankan
memadamkan kebakaran menggunakan alat pemadam kebakaran modern atau khusus
dibuat untuk memadamkan api seperti APAR dan hydrant . Dalam praktikum ini juga
peserta harus memperhatikan arah angin agar saat memadamkan kebakaran, arah api
tidak ke wajah ataupun anggota badan lainnya sehingga saat memadamkan
kebakaran kita tetap dalam keadaan selamat dan tidak memperoleh resiko lainnya .
Selain itu diperlukan perawatan atau pengecekan berkala pada alat pemadam
kebakaran seperti APAR terlebih dahulu apakah masih bisa digunakan atau telah
rusak agar peserta praktikum dapat mempraktikan pemadam kebakarannya .