Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


KEBAKARAN
PEMADAMAN API TRADISIONAL

KELOMPOK :6
NAMA : Megavia Noor Iman
NRP : 0517040020
KELAS : K3-4A

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita kehendaki, merugikan, dan pada umumnya sukar dikendalikan
(Perda DKI, 1992). Kebakaran lazimnya akan menyebabkan kerusakan atau
kemusnahan pada materi dan lingkungan dan kecederaan atau kematian
kepada manusia. Seiring perkembangan dan kemajuan pembangunan, resiko
terjadinya kebakaran pun meningkat. Penduduk yang semakin padat dan
pembangunan gedung-gedung menyebabkan resiko kebakaran meningkat.
Kebakaran tidak diketahui kapan terjadinya, maka dari itu kita harus selalu
melakukan tindakan pencegahan terhadap segala aspek penyebab kebakaran
karena banyak sekali kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran baik materi
ataupun psikologi. Kebanyakan dari kerugian tersebut disebabkan kurangnya
pengetahuan dan pengalaman masyarakat terhadap pencegahan dan
penanggulangan kebakaran. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui berbagai
alat di sekitar kita yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran
sehingga kita bisa melakukan tindakan awal apabila terjadi kebakaran.
Alat Pemadam Api menurut jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu alat
pemadam api tradisional dan alat pemadam api modern. Secara fungsi kedua
alat pemadam api sama yaitu memutus salah satu rangkaian reaksi kimia yang
terjadi antara 3 unsur pembentuk api yaitu suhu panas, bahan bakar, dan
oksigen. Dianamakan alat pemadam apitradisional karena benda-benda
tersebut masih bersifat tradisional, mudah didapat, jumlah tidak terbatas, dan
tersedia dimana saja. Selain hal tersebut, cara penggunaan dari alat pemadam
tradisional cukup mudah dan semua orang bisa melakukan pemadaman
menggunakan benda tersebut asalkan ada keberanian dan caranya benar.
Pada praktikum ini akan mempelajari bagaimana menanggulangi dan
memadaman kebakaran skala kecil dengan alat tradisional agar dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan di rumah.
1.2 Tujuan
TIU : Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman
kebakaran
TIK : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian bahan
tradisional dan dapat memadamkan kebakaran dengan media tradisional
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan teori pemadaman
kebakaran di kehidupan sehari-hari
2. Mahasiswa mampu memahami prosedur pemakaian pamadam kebakaran
dengan bahan tradisional dan dapat mengaplikasikannya menggunakan
metode tradisional
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori Dasar Api

Nyala api adalah suatu kejadian yang dapat diamati gejalanya yaitu
dengan melihat adanya cahaya dan mengukur suhu panas dari suatu
bahan yang sedang terbakar. Gejala lainnya yang dapat kita amati
adalah bila suatu bahan telah terbakar maka akan mengalami perubahan
baik bentuk fisiknya maupun sifat kimianya. Keadaan fisik bahan yang
telah terbakar akan berubah pula menjadi zat baru. Gejala perubahan
tersebut menurut teori perubahan zat dan energi adalah perubahan
secara kimia.

2.1.1 Teori Segitiga Api (Triangle of Fire)

Menurut teori ini Nyala api akan muncul jika terdapat tiga unsur
pokok yaitu adanya: bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2)
yang cukup dari udara atau bahan oksidator dan panas yang cukup.
Apabila salah satu unsur tersebut tidak berada pada keseimbangan yang
cukup, maka api tidak akan terjadi. Berikut gambar segitiga api pada
Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Segitiga Api


2.1.2 Teori Piramida Api (Tetrahedron of Fire)
.Konsep ini mengembangkan dari teori segitiga api dengan
ditambahkannya satu unsur baru yaitu reaksi berantai (chain reaction),
sehingga namanya menjadi tetrahedron api. Reaksi rantai
mempengaruhipembakaran karena disini terjadi reaksi kimia atau
fisika yang timbul akibat tersalutnya sebuah myala api. Berikut adalah
Fire Tetrahedron yang ditunjukkan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Fire Tetrahedron


2.2 Kebakaran
Kebakaran adalah suatu kejadian dimana suatu benda terbakar oleh api
atau reaksi pembakaran yang tidak terkendali dan menimbulkan kerugian materi
atau nyawa manusia atau kebakaran juga dapat diartikan api yang tidak terkendali
atau tidak dikehendaki dan dapat sangat merugikan. Jadi dapat disimpulkan juga
bahwa suatu reaksi berantai yang menghasilkan energi panas yang cukup untuk
disebarkan kepada bahan bakar lainnya yang menjadi ikut terbakar.
Dalam hal ini api tidak dilihat dari besar kecilnya api tersebut, jika
memang api itu kecil tetapi tidak terkendali serta merugikan maka itu dapat di
golongkan kebakaran. Semantara itu jika api tersebut besar namun itu diinginkan
dan dapat dikendalikan maka ini tidak dapat digolongkan dalam kebakaran. Api
yang sudah membesar makin lama maka akan makin sulit untuk dikendalikan dan
menjadi kebakaran. Berikut adalah contoh kebakaran pada Gambar 2.3 yang
telah membumihanguskan sebuah gedung.
Gambar 2.3 Kebakaran di salah satu gedung di Indonesia
2.2.1 Klasifikasi Kebakaran
Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan
atau pembagian atas kebakaran berdasarkan pada jenis benda / bahan yang
terbakar. Dengan adanya klasifikasi kebakaran tersebut diharapkan akan
lebih mudah atau lebih cepat dan lebih tepat mengadakan pemilihan media
pemadaman yang akan dipergunakan untukmelaksanakan pemadaman.
Menurut NFPA, klasifikasi kebakaran sesuai dengan bahan bakar
yangterbakar dan bahan pemadaman untuk masing –masing kelas yaitu:

Kelas A : untuk benda padat non logam mudah terbakar

Kelas B : cairan mudah terbakar

Kelas C : yang disebabkan listrik

Kelas D : untuk logam mudah terbakar

Kelas K : kebakaran peralatan memasak dari lemak nabati maupun hewani

2.2.2 Sebab Kebakaran

Kebakaran dapat dikarenakan bebagai faktor diantaranya seperti:

1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia


Seperti kurangnya pengertian pengetahuan penanggulangan
bahaya kebakaran; kurang hati menggunakan alat dan bahan yang
dapat menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak
disiplin.
2. Kebakaran karena peristiwa alam
Karena penyebab yang berkenaan dengan cuaca, sinar matahari,
letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
3. Kebakaran karena penyalaan sendiri
Yang sering terjadi pada gudang bahan kimia di mana bahan
bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan lainnya
yang mudah meledak atau terbakar.
4. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu
Misalnya sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi,
hilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis pertempuran dengan jalan
bumi hangus.

2.3 Teknik Pemadaman Api

Apabila terjadi kebakaran, maka perlu adanya teknik khusus untuk


memadamkan api tersebut. Teknik pemadaman api ini dapat dilakukan dengan 4
cara sesuai dengan bahan apa yang terbakar, yaitu :

a. Cooling/Pendinginan
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan menghilangkan panas
serta mendinginkan permukaan dan bahan yang terbakar dengan
bahan semprotan air sampai menmencapai suhu dibawah titik
nyalanya. Atau dengan kata lain mengurangi/ menurunkan panas
sampai benda yang terbakar mencapai suhu dibawah titik nyalanya
(flash point). Pendinginan permukaan yang terbakar tersebut akan
menghentikan proses terbentuknya uap.
b. Smothering/Penyelimutan/Isolasi
Kebakaran dapat juga dipadamkan dengan menghilangkan unsur
oksigen atau udara mencapai dibawah 12% sehingga pembakaran
tidak berlanjut. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan
karbondioksida atau busaakan menghentikan suplay udara. Biasa juga
dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/ lokalisasi yaitu
memutuskan hubungan udara luar dengan benda yang terbakar, agar
perbandingan udara dengan bahan bakar tersebut berkurang.
c. Starvation/ Memisahkan bahan yang terbakar/ penguraian
Suatu bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup
aliran yang menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan suplay
bahan bakar yang dapat terbakar. Yaitu mengurangi atau mengambil
jumlah bahan-bahan yang terbakar menutupi aliran bahan yang
terbakar.
d. Memutus rantai reaksi
Cara yang terakhir yaitu dengan memutus rantai reaksi yang ada di
dalam proses pembakaran. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat
memecah sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom-atom yang
dibutuhkan api untuk tetap terbakar, contohnya yaitu hidrokarbon
terhalogenasi.

2.4 Media Pemadaman Tradisional

Macam-macam alat pemadam api tradisional antara lain meliputi


sumber daya alam ataupun benda-benda yang dapat dimanfaatkan untuk
mematikan titik api, seperti misalnya yang meliputi pasir, air yang bisa
disediakan di dalam ember ataupun disemprot melalui selang yang terhubung
dengan kran air, selimut atau kain tebal yang terlebih dahulu harus dibasahi
dengan air, karung goni maupun selimut api, dan lain sebagainya.

a. Selimut Api (Fire Blanket)


Bahan selimut api atau fire blanket yang beredar di pasaran terbuat
dari fibre glas. Manfaat atau fungsi selimut api adalah untuk
memadamkan kebakaran pada tahap awal terjadinya kebakaran,
misalnya kebakaran akibat kompor minyak, kompor gas, hubungan
arus pendeklistrik, dan pemadaman pada kendaraan yang terbakar.
Namum selimut api mempunyai kekurangan yaitu karna bahannya
terbuat dari fiber glas sehingga harga jual dari selimut api cukup
mahal. Karna itu pengunaan selimut api sangat jarang digunakan.
Berikut adalah gambar selimut api pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Selimut api (fire blanket)
b. Air
Alat pemadam api tradisional yang berupa air sangat disarankan
untuk mengatasi api kebakaran yang dipicu oleh material yang kering
dan padat seperti misalnya kertas atau tumpukan sampah kering. Selain
itu, air juga efektif untuk memadamkan api yang timbul akibat
kebocoran gas seperti gas elpiji. Namun, yang perlu diperhatikan, air
tidak bisa digunakan untuk memadamkan api kebakaran akibat:
1. Arus pendek listrik ataupun korslet yang terjadi pada alat-alat
elektronik
Karena dikhawatirkan akan berisiko fatal mengingat air merupakan
zat yang juga menjadi konduktor yang baik dalam menghantarkan
arus listrik.
2. Minyak dan lemak
Karena dikhawatirkan air justru membuat muatan minyak atau
lemak menjadi meluas dan menciptakan titik-titik api yang baru
mengingat sifat air dan minyak atau lemak yang tidak bisa bersatu.

Air dalam pemadam api tradisional bekerja sebagai:

 Pendingin
Air mempunyai daya serap panas, karna hal itu air dapat
mendinginkan suatu barang yang terbakar. Air mampu
menyerap panas dari suhu 15ºC sampai 100 ºC.
 Pengisolasi
Air yang terkena panas berubah menjadi uap dan uap
tersebutlah yang menyelimuti udara sekitar sehingga oksigen
berkurang. Dalam pemadaman ini, air cukup efektif karena dari
1 liter air akan berubah menjadi uap sebanyak 1670 liter uap air.

Keuntungan menggunakan air adalah sebagai berikut.

1. Mudah didapat dala jumlah yang banyak


2. Murah
3. Mudah disimpan, diangkut, dan dialirkan
4. Dapat dipancarkan dalam bentuk pancaran utuh,
setengah tirai, tirai, pancaran kabut
5. Mempunyai daya menyerap panas yang besar
6. Mempunyai daya mengembang menjadi uap yang tinggi

Pada Gambar 2.5 berikut adalah contoh pemadaman api


menggunakan air.

Gambar 2.5 Petugas Damkar memadamkan api


c. Pasir atau tanah
Bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak
masuk sehingga api padam atau dapat juga dinamakan metode isolasi.
Pasir maupun tanah pun dapat dengan mudah ditemukan. Pasir atau
tanah efektif digunakan untuk memadamkan api awal dan juga
memadamkan kebakaran kelas B, tetapi hanya untuk tumpahan atau
ceceran minyak dalam jumlah kecil. Fungsi utama pasir atau tanah
adalah untuk membatasi menjalarnya kebakaran.
Keuntungan menggunakan tanah atau pasir sebagai media pemadam
kebakaran adalah:
1. Baik untuk kebakaran pada posisi di lantai atau tahan datar
2. Dapat dipakai untuk membendung tumpahan minyak
3. Dapat dipakai untuk pemadaman awal

Namun, tanah mempunyai kekurangan juga yait dapat menimbulkan


area menjadi kotor. Berikut adalah contoh penggunaan pasir untuk pemadaman
secara tradisional ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Petugas kepolisian Orlando memadamkan api dengan pasir

d. Karung goni, kain katun, atau selimut basah


Sangat efektif untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau
kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.
Fungsi khususnya adalah memadamkan kebakaran kecil pada benda
padat dan bukan akibat minyak atau konsleting listrik. Pemadaman
dengan karung goni ini termasuk pemadaman dengan metode isolasi.
Karung goni tidak dapat digunakan untuk memdamkan minyak dan
listrik karena sebelum digunakan kain goni harus direndam di air dulu
sehingga kain goni yang digunakan disini menggandung air atau
basah.
Keuntungan menggunakan karung goni sebagai pemadam api
tradisional adalah cocok untuk kebakaran berskala kecil dan juga
bahan mudah didapatkan. Sedangkan kerugian menggunakan karung
goni sebagai pemadam api tradisional adalah tidak efektif, karena
karung harus dibasahi dengan air, maka proses pemadaman akan
semakin lambat.

Pada praktikum sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran kali ini,


digunakan karung goni sebagai media pemadaman kebakaran tradisional.
Gambar 2.7 berikut adalah contoh pemadaman api dengan karung goni.

Gambar 2.7 Pemadaman api dengan karung goni


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

1. Tong tempat pembakaran

2. Karung goni

3. Ember

4. Air

5. Korek Api

6. Bahan yang mudah terbakar (Kayu)

Karung Goni
>

< Tong
pembakaran
3.2 Prosedur Kerja

START

PEMADAMAN API TRADISIONAL

AMBIL KARUNG GONI YANG TELAH


DIBASAHI OLEH AIR

PEGANG KARUNG PADA UJUNGNYA

BERLARI KE ARAH API


NO

MENGHEMPASKAN KARUNG KE ARAH API


DENGAN POSISI MEMBUNGKUK

APAKAH API PADAM?

SELESAI
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa
Dari hasil praktikum ini yang dilaksanakan pada Jum’at, 22 Maret 2019
didapatkan bahwa langkah-langkah kerja telah dilakukan dengan cukup baik.
Langkah-langkah praktikum pemadaman api tradisional adalah sebagai
berikut.
Langkah petama adalah persiapan penyalaan api. Bahan bakar yang
digunakan yaitu solar dan kayu sedangkan sumber penyalaannya adalah korek
api. Langkah kerja penyiapan penyalaan api ditunjukkan pada Gambar 4.1
dibawah ini.

Gambar 4.1 Penyiapan penyalaan api

Langkah berikutnya yaitu memulai menyiapkan karung goni lalu


membasahi dengan air dengan dimasukkan ke dalam ember. Dari ember,
karung goni diambil dan dipegang secara baik dan benar. Pemegangan karng
goni ditunjukkan pada Gambar 4.2 dibawah ini.
Gambar 4.2 Persiapan karung goni basah

Langkah berikutnya yaitu lari ke sumber kebakaran dengan sebelumnya


memperhatikan arah angin, kemudian berlari searah dengan arah angin agar
tetap aman dari api. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 4.3 Berlari menuju sumber kebakaran

Langkah selanjutnya adalah meletakkan karung goni sehingga secara


menyeluruh menutupi dari permukaan atas tong sumber kebakaran. Untuk
melakukan langkah ini, yang perlu diperhatikan adalah memastikan bahwa
karung goni benar-benar menutup seluruh permukaan atas tong (menutup api)
dan menaruhnya secara berhati-hati dengan tidka dilempar, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4.4 Meletakkan karung


goni pada permukaan atas tong
Arah angin
Setelah memastikan bahwa api benar
benar padam, langkah berikutnya adalah
mengambil ujung karung goni yangs terdekat
dari praktikan. Kemudian, secara perlahan
menarik karung goni dari tong sumber
kebakaran. Seperti pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5 Praktikan menarik karung goni

4.2 Pembahasan

Dari praktikum yang dilakukan pada pemadaman api secara tradisional


menggunakan karung goni, diketahui pemadaman api menggunakan metode
smothering, yaitu memutuskan hubungan udara atau O2 dengan benda yang
terbakar, sehingga pasokan atau supply udara dengan bahan bakar tersebut
berkurang. Dari praktikum, dihasilkan data sebagai berikut :

1. Praktikan berhasil memadamkan api dengan karung goni.


2. Padamnya api ditentukan oleh benar atau tidaknya langkah-langkah yang
dlakukan oleh praktikan. Keberhasilan dari langkah-langkah yang
dlakukan ditentukan dari kesesuaian sikap praktikan. Berikut data dari
sikap praktikan ditunjukkan pada Tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1 Data sikap praktikan saat pemadaman api

Cara
Benar Salah
Pemadaman
Cara memegang
√ -
karung goni
Sesuai arah angin √ -
Posisi badan pada
saat melempar √ -
karung goni
Cara menarik
kembali karung √ -
goni

4.2.1 Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Alat Pelindung Diri (APD)


Untuk menjamin keselamatan saat melakukan pemadaman,
praktikan menggunakan alat pelindung diri, karena jika tidak
memakai APD ada potensi terjadinya kecelakaan kerja karena
terdapat hazard pada kebakaran seperti asap, panas dan resiko
terbakar. APD yang digunakan adalah safety shoes, baju bengkel,
helm, dan masker. Berikut contoh penggunaan APD lengkap pada
praktikan ditunjukkan pada Gambar 4.6 Dibawah ini.
Gambar 4.5 Penggunaan APD lengkap
2. Arah angin
Dalam memadamkan api sebaiknya memadamkan searah
dengan arah angin seperti pada Gambar 4.4 agar pada saat
pemadaman agar api tidak mengenai praktikan.
3. Jenis bahan bakar yang terbakar
Sebelum memadamkan api kita harus tahu termasuk dalam
kelas apa bahan yang terbakar. Dengan begitu kita dapat
menentukan media apa yang cocok digunakan untuk
memadamkannya. Pada praktikum ini digunakan bahan bakar
solar.
4. Volume dan potensi bahan yang terbakar
Dengan mengetahui volume dan potensi bahan yang
terbakar, kita dapat menentukan sebesar apa karung goni yang
dipakai untuk memadamkannya. Karena dalam pemadaman akan
lebih baik jika seluruh permukaan yang terbakar tertutup oleh
karung.
5. Letak dan situasi lingkungan
Mengetahui letak dan situasi lingkungan dimaksutkan
apabila disekitar api terdapat bahan mudah terbakar, kita dapat
dengan segera memindahkannya agar api tidak membakar bahan
bakar tersebut dan semakin besar.
4.2.2 Analisa Prinsip Pemadaman Api

Karung goni sebenarnya mempunyai prinsip memadamkan api


yang sama dengan selimut api yaitu mengionisasi oksigen dari api. Saat
kebakaran terjadi, api terus menyala karena ada persediaan bahan bakar
minyak/kayu dan oksigen yang terus-menerus dan juga adanya oksigen
menyebabkan nyala api semakin besar. Saat sumber api diselimuti oleh
karung goni basah, air dalam karung goni memiliki dua fungsi yaitu
mengionisasi oksigen dan menurunkan sumber api, sehingga api padam.
Karung goni hanya dapat digunakan pada awal kebakaran (kebakaran
kecil).

4.2.3 Analisa Kelebihan dan Kekurangan dari Aktifitas Saat Pemadaman

Berikut adalah kelebihan dari aktivitas saat pemadaman :


1. Bahan mudah didapat
2. Termasuk pemadam api portable karena mudah dibawa
3. Cocok untuk kebakaran kecil skala rumah tangga
4. Tidak perlu keterampilan khusus

Berikut adalah kekurangan dari aktivitas saat pemadaman:


1. Tidak efektif karena karung goni harus dibasahi air terlebih dahulu
2. Tidak dapat memadamkan api skala besar
3. Intensitas pemadaman bergantung pada luas karung goni sebagai
media

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pemadaman api dengan karung goni merupakan pemadaman secara
smothering atau isolasi atau penyelimutan.
2. Pemadaman api dengan karung goni harus memperhatikan cara
menggunakan karung goni sebagai media pemadam sekaligus pelindung
diri saat memadamkan api, termasuk cara memegangnya dengan
memastikan telapak tangan tertutupi karung goni.
3. Pemadaman api dengan karung goni efektif untuk pemadaman api kelas A,
yaitu benda padat non logam mudah terbakar.
4. Arah angin sangat perlu di perhatikan saat proses pemadaman api, hal ini
untuk melindungi diri saat proses pemadaman agar tidak terkena panas
dari api.
5. Pemadaman harus memperhatikan posisi badan saat meletakkan karung
goni.
6. Karung goni harus dalam kondisi benar-benar basah.

5.2 Saran
1. Melakukan kegiatan pemadaman api dengan karung goni secara berulang-
ulang agar terbiasa dan mampu menutup bahan yang terbakar dengan
sekali pelemparan karung goni
2. Melakukan proses pemadaman dengan serius
3. Mengikuti prosedur pemadaman yang sudah ditetapkan
4. Penyelenggara menyiapkan alat dan bahan sesuai standar yang ada

DAFTAR PUSTAKA

Grandmedica, Cyntia.2015. Macam -macam Alat Pemadam Kebakaran.


http://healthsafetyworking.blogspot.co.id/2015/09/macam-macam-alat-
pemadam-kebakaran.html. Diakses pada 21 Maret 2019

Hargiyarto, Putut.2003. Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.


http://eprints.uny.ac.id/3545/1/Pemadaman_Kebakaran.pdf.Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses pada 21 Maret 2019

Harlinanto, Agatha.2015. Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan jalur
evakuasi serta penanggulangan kebakaran di RSUD dr.R.Soetijono
Kabupaten Blora. http://lib.unnes.ac.id/20613/1/6411409069-
S.pdf.Semarang.Universitas Negeri Semarang. Diakses pada 21 Maret
2019.

Anda mungkin juga menyukai