Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara kimia, api merupakan hasil dari reaksi pembakaran yang terjadi karena adanya bahan
yang mudah terbakar, oksigen, dan panas. Api merupakan zat yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, tanpa api maka kehidupan kita saat ini tidak akan mengalami kemajuan.
Api di definisikan sebagai suatu peristiwa/reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran asap, panas,
nyala dan gas-gas lainnya.
Banyak orang menganggap bahwa api adalah sumber kerusakan. Namun hal itu sebenarnya
salah. Api yang membahayakan adalah api yang tidak dapat dikendalikan atau tidak diinginkan
yang biasa disebut dengan kebakaran. Api yang tidak dapat dikendalikan akan merugikan baik
secara materi, psikologis, maupun nyawa.
Disini kita ketahui bahwa api dapat dimatikan dengan memutus salah satu dari ketiga unsur
yang dapat menyebabkan terjadinya api. Dengan demikian api tidak akan bisa menyala. Alat
pemadam api menurut jenisnya dibagi menjadi 2 yaitu alat pemadam api tradisional dan modern.
Praktikum yang akan dilakukan adalah pemadaman api menggunakan metode pemadaman
tradisional. Dengan menggunakan pemadam tradisional kita tidak perlu mengeluarkan banyak
biaya karena ada beberapa cara untuk memadamkan api dengan cara tradisional seperti
menggunakan pasir,karung goni,dll. Maka dari itu diperlukan adanya praktikum ini untuk
mengetahui cara pemadaman api ketika tidak memungkinkan menggunakan alat pemadam
modern.

1.2 Tujuan
TIU : Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman
kebakaran.
TIK : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian bahan tradisional dan dapat
memadamkan kebakran dengan media tradisional

1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran dengan
menggunakan media yang mudah didapat atau media tradisional.
2. Dapat mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari teknik pemadaman api menggunakan media
tradisional.
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Pengertian
Api dapat diartikan sebagai hasil dari reaksi pembakaran yang cepat (Pusdiklatkar,2006).
Bilamana ketiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen dan sumber panas berada dalam suatu
konsentrasi yang memenuhi syarat maka timbullah reaksi oksidasi (pembakaran) (Siswoyo,2007;
IFSTA,1993). Berdasarkan teori segitiga api jika salah satu dihilangkan maka api tidak akan
menyala. Prinsip segitiga api ini dipakai sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (Karla,2007;
Suma’mur, 1989).

Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur (bahan bakar, oksigen, dan
panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan sampai kematian
(Karla,2007; NFPA, 1986). Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DK3N), kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dikehendaki
yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda, bangunan fisik,
deposit/asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain) maupun kerugian non materi (rasa
takut, shock, ketakutan, dan lain-lain) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang
ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.

Alat pemadam api tradisinoal merupakan alat pemdam api bukan buatan pabrik, bisasnya
memanfaatkan benda/barang yang dapat digunakan sebagai alat pemadam yang mudah dibawa,
seperti karung goni sebagai selimut api (fire blanket), handuk, pasir, lumpur dan sejenisnya
pemukul, cambuk api, ember yang diisi oleh air.

2.2 Teori Kebakaran


2.2.1 Teori Segitiga Api
Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran dapat digambarkan dengan
istilah “Segitiga Api”. Teori segitiga api ini menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya
proses nyala api diperlukan adanya 3 unsur pokok, yaitu: bahan yang dapat terbakar (fuel),
oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan panas yang cukup (materi
pengawasan K3 penanggulangan Kebakaran Depnakertrans, 2008).
Gambar 2.1 Teori Segitiga Api
2.2.2 Teori Tetrahedron Fire
Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsur keempat untuk
terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan teori tetrahedron of fire.
Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan bahan pemadam tepung kimia
(dry chemical) dan halon (halogenated hydrocarbon). Ternyata jenis bahan pemadam ini
mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi kontinuitas proses api.

Gambar 2.2 Teori Tetrahedron Fire


2.3 Teori Pemadaman Kebakaran
Prinsip teknik pemadaman adalah dengan merusak keseimbangan
percampuran ketiga unsur penyebab kebakaran atau dengan
merusak/menghentikan proses pembakaran (memutus rantai reaksinya)
1. Menghentikan/mengambil bahan yang terbakar (starvation)
2. Penyelimutan (smothering) atau mengurangi/menipiskan kadar oksigen
(dilution)
3. Pendinginan (cooling) sampai dibawah titik nyala dari bahan yang terbakar
atau mengurangi penguraian bahan bakar padat.
4. Memutus rantai reaksi (Breaking chain reaction inhibiting) dari proses
pembakaran.

Penyebab terjadinya kebakaran menurut Agus Triyono (2001) terjadi karena


manusia, peristiwa alam, penyalaan sendiri dan unsur kesengajaan.
a. Kebakaran karena manusia yang bersifat kelalaian. Contoh : kurang
pengetahuan, kurang hati-hati, kurang kesadaran diri.
b.Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang-gudang
bahan kimia dimana bahan-bahan tersebut bereaksi dengan bahan lain.
c. Kebakaran karena peristiwa alam terutama menyangkut cuaca dan gunung
berapi, seperti sinar matahari,gempa bumi, petir,dll.
d.Kebakaran karena unsur kesengajaan, untuk tujuan tertentu. Misalnya :
Sabotase untuk huru-hara, Mencari keuntungan pribadi, untuk
menghilangkan jejak, dll.

Jenis alat pemadam api tradisional yang sering digunakan yaitu air, baik
dengan ember atau selang. Namun penggunaan air untuk memadamkan api
yang berasal dari kebakaran listrik tidak diperbolehkan. Air hanya cocok untuk
kebakaran benda padat seperti : kayu, plastik, dan kertas. Selain air, dapat
digunakan pasir. Pasir juga dapat digunakan sebagai pengganti apar.

Beberapa metode pemadaman api secara Tradisional :

1. Pasir atau tanah efektif digunakan untuk memadamkan api awal dan juga
memadamkan kebakaran kelas B, tetapi hanya untuk tumpahan atau ceceran
minyak dalam jumlah kecil (Soehatman Ramli, 2005). Fungsi utama pasir
atau tanah adalah untuk membatasi menjalarnya kebakaran. Namun, untuk
kebakaran kecil dapat dipergunakan untuk menutupi permukaan yang
terbakar sehingga oksigen akan terpisah dari proses nyala yang terjadi,
dengan demikian nyalapun akan padam. Metode pemadaman dengan pasir
atau tanah ini adalah dengan cara penyelimutan, yaitu pasir atau tanah akan
menutupi bahan yang terbakar sehingga terisolasi dengan oksigen dengan
demikian api akan padam (Pusdiklatkar, 2006)

2. Air adalah bahan pemadam api yang umum digunakan karena mempunyai
sifat pemadaman dan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan
bahan pemadam api lainnya. Air sangat efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas A. Dalam pemadaman kebakaran, air adalah paling banyak
dipergunakan.

3. Selimut Api (karung goni) Memadamkan api dengan peralatan tradisional


menggunakan selimut api atau bisa juga menggunakan karung goni bisa
mudah didapatkan disekitar kita, siapkan alat ini sebagai antisipasi jika
terjadi kebakaran dalam skala kecil. Cara memadamkan api menggunakan
selimut api adalah dengan terlebih dahulu membasahi dengan air, kemudian
tutupkan pada bagian yang terbakar. Pastikan semua bagian yang terbakar
tertutup dengan karung basah tersebut, ulangi menggunakan karung lain
sampai semua area terbakar tertutup hingga api padam. Memadamkan api
dengan selimut api sangat efektif dan cepat untuk kebakaran umum skala
kecil, misalnya kebakaran pada kompor masak / kebakaran minyak atau juga
semua jenis kebakaran skala kecil, kecuali kebakaran listrik.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemadaman kebakaran


antara lain :

1. Arah angin (faktor keselamatan dan keberhasilan pemadaman).


2. Jenis bahan yang terbakar (klasifikasi kebakaran).
3. Volume dan potensi bahan yang terbakar (fire load).
4. Letak dan sesuai lingkungan (lay out).
5. Lama telah terbakar.

Alat pemadam yang tersedia atau yang harus diadakan berdasarkan


kebutuhan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Tong tempat pembakaran
2. Karung goni
3.1.2 Bahan
1. Bahan bakar (solar)
3.2 Prosedur Praktikum
1. Ambil karung dari tempatnya (karung sudah dalam keadaan basah)
2. Pegang karung pada ujungnya
3. Berlari ke arah api atau tempat terjadinya kebakaran
4. Hempaskan karung ke arah api dengan posisi membungkuk
5. Biarkan sampai api padam
Lakukan kegiatan tersebut sampai benar-benar mahir menggunakan media
pemadam kebakaran ini.

3.3 Diagram Alir Praktikum

mulai

Basahi karung/kain dengan air


air
Karung/kain
basah

Perhitungkan arah angin

Lari kearah api

Hempaskan karung/kain kearah api


dengan cara membungkuk dan
searah dengan angin.

Hempaskan karung

Api padam
selesai

Gambar 3.3 Diagram Alir Prosedur Praktikum


BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Prosedur praktikum yang telah dilakukan


Pemadaman api secara tradisional dilakukan dengan menggunakan metode
smothering, yaitu menyelimuti api untuk menutup oksigen sehingga kandungan
oksigen berkurang sehingga api mati. Dalam pemadaman api tradisional,
berikut adalah tata cara yang telah dilakukan :
1. Pencelupan karung goni
Karung goni sebagai media pemadaman harus dicelupkan atau
direndam ke dalam air terlebih dahulu. Pencelupan karung goni harus
menyeluruh, artinya seluruh bagian karung goni harus basah oleh air.
2. Pemegangan karung goni
Setelah terendam seluruhnya dalam air, karung goni diambil dengan
cara menjepitkan kedua ujung karung goni dengan posisi diatas dan dijepit
antara ibu jari dengan telunjuk, kemudian memutarkan telapak tangan
sehingga tangan terbungkus sampai ujung-ujung jari.

Gambar 4.1 Pemegangan karung goni


3. Berlari ke arah api
Membawa karung goni dengan berlari ke arah api dengan
memperhatikan arah angin yaitu searah dengan arah angin.

Gambar 4.2 Berlari ke arah api


4. Penutupan api
Setelah dekat dengan sumber api, menutup sumber api dengan
karung goni secara perlahan, kemudian mendiamkan karung goni sesaat
diatas sumber api hingga api padam.
Gambar 4.3 Penutupan api

Gambar 4.3 Penutupan api


5. Pengambilan karung goni
Mengambil karung goni dari sumber api dengan cara menariknya
secara perlahan dengan posisi badan dicondongkan menjauhi api atau
sumber api.
4.2 Hal yang perlu diperhatikan
Berdasarkan praktikum pemadaman api dengan alat pemadam api
tradisional yaitu dengan karung goni basah, banyak hal yang harus diperhatikan
dalam proses pemadamannya, jika tidak maka akan menimbulkan bahaya,
antara lain :
1. Arah angin
Apabila kita ingin memadamkan api, kita berdiri ke arah api
tersebut kemudian kita melihat arah angin, setelah itu kita atur posisi
kita membelakangi arah angin kemudian tutup permukaan api dengan
karung goni tersebut. Sehingga kita memadamkan searah dengan arah
angin.
2. Alat pelindung diri (APD)
Pengggunaan alat pelindung diri dalam proses pemadaman api
sangat diperlukan untuk melindungi diri dari sumber bahaya. Safety
helmet, baju bengkel, dan safety shoes melindungi kepala sampai kaki
agar tidak terkena api. Dan masker melindungi pernapasan agar tidak
menghirup gas hasil pembakaran.
3. Posisi badan dan tangan
Praktikan mengambil karung goni didalam timba dengan cara
memegang dua ujung kanan dan kiri karung goni. Ujung karung goni
dijepit dengan ibu jari tangan kemudian diputar kedalam sehingga
tangan tertutup oleh karung goni. Karung goni diselimutkan ke arah
lubang tong pembakaran dengan posisi badan sedikit membungkuk ke
depan.
4. Jenis bahan yang terbakar
Sebelum kita memadamkan api, kita harus tahu termasuk dalam
kelas apa jenis bahan yang terbakar. Dengan begitu kita dapat
menentukan media apa yang cocok digunakan untuk
memadamkannya. Seperti pada praktikum ini, bahan yang terbakar
adalah kayu (kelas A). oleh karena itu, media pemadaman yang
digunakan adalah air.
5. Volume dan potensi bahan yang terbakar
Dengan mengetahui volume dan potensi bahan yang terbakar,
kita dapat menentukan sebesar apa karung goni yang dipakai untuk
memadamkannya. Karena dalam pemadaman, akan lebih baik apabila
seluruh permukaan yang terbakar tertutup oleh karung.
6. Letak dan situasi lingkungan
Mengetahui letak dan situasi lingkungan dimaksudkan apabila
disekitar api terdapat bahan mudah terbakar, kita dapat dengan segera
memindahkannya agar api tidak membakar bahan tersebut dan
semakin besar.

4.3 Potensi bahaya


Terdapat potensi bahaya yang terdapat selama praktikum berlangsung, yaitu :
1. Api yang tiba-tiba menyala dengan besar dan tinggi ketika terdapat kepulan
asap yang banyak, hal tersebut membahayakan karena sebagian orang
merasa bahwa api sudah padam ternyata masih terdapat nyala lanjutan.
2. Tumpahan bahan bakar (solar) pada sekitar tempat praktikum juga akan
menjadi potensi bahaya apabila dalam jumlah yang cukup banyak.
3. Asap yang dihasilkan dari api yang dapat menggangu sistem pernafasan dan
pada praktikum ini banyak yang tidak memakai APD (masker) sehingga
sangat berbahaya bagi sistem pernafasan.

4.4 Pembahasan
Pada praktikum pemadaman api dengan alat tradisional ini, api telah
berhasil dipadamkan dengan sempurna walaupun banyak sekali faktor yang
mengkibatkan kegagalan dalam pemadaman. Contohnya saja bisa dilihat pada
kondisi lingkungan tempat dimana api dinyalakan. Praktikum dilakukan
ditempat terbuka sehingga api tak tentu arah karena tertiup angin. Apabila angin
tiba-tiba kencang maka api akan tiba-tiba besar sehingga dapat menurunkan
tingkat keberanian dalam mendekati sumber nyala api.
Apabila tingkat keberanian menurun, maka akan mempengaruhi teknik dan
posisi pemadaman api. Yang seharusnya tidak diperbolehkan hanya dengan
melemparkan karung goni, akhirnya sebelum sampai benar-benar dekat dengan,
api karung goni dilempar langsung ke api. Yang seharusnya pasti membungkuk,
namun tidak membungkuk pada saat pemadaman. Hal tersebut mengakibatkan
tidak berhasilnya api untuk dipadamkan. Maka dari itu dari teknik dan posisi
harus diperhatikan agar api dapat padam dengan sempurna.
Selain itu arah angina sangat mempengaruhi karena jika kita memadamkan
api berlawanan dengan arah angin maka tidak akan bisa memadamkan api.
Faktor lain juga mempengaruhi yaitu jarak melemparkan karung goni,
contohnya seperti pada gambar 4.4 dibawah ini.

Gambar 4.4 Penutupan api yang tidak sempurna

Pada gambar 4.4 terlihat jika penutupan api oleh karung goni tidak
sempurna, bahkan api belum bisa dipadamkan. Hal ini disesbabkan karena
jarak yang terlalu jauh. Selain itu karena api tidak bisa dipadamkan dengan
sempurna mengakibatkan pemadam terkejut dan panic hal ini bisa
menyebabkan bahaya yang lebih serius. Selain itu pada saat praktikum
tersebut tidak memakai apd secara lengkap yaitu masker. Masker sangat
penting untuk melindungi pernafasan dari abu yang dihasilkan dari api
tersebut. Sehingga sangat diperlukan teknik, posisi, kelengkapan APD yang
benar saat melakukan pemadaman api agar api bisa dipadamkan dengan
sempurna dan juga tidak menimbulkan bahaya-bahaya lainnya.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Aplikasi teori pemadaman kebakaran pada praktikum pemadam api
dengan alat tradisional ini menggunakan cara isolasi yaitu dengan
menutupkan karung goni basah ke api secara menyeluruh.
2. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan karung goni
sebagai alat pemadam api tradisional antara lain :
a. Arah angin
b. Jenis bahan yang terbakar
c. Volume dan potensi bahan yang terbakar
d. Letak dan situasi lingkungan tempat api menyala
e. Sikap dan posisi dalam memadamkan api dengan karung goni basah
f. Penggunaan Alat Pelindung Diri

5.2 Saran
1. Dalam memadamkan api sebaiknya tidak terlalu tergesa-gesa
2. Wajib menggunakan Alat Pelindung Diri lengkap
3. Pada saat praktikum sebaiknya dekat dengan Hydrant atau APAR agar
saat api tak terkendali bisa segera dipadamkan
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, Ratri. 2009. Audit Keselamatan – Literatur.pdf ,


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125291-S-5708-Audit%20keselamatan-
Literatur.pdf , diakses pada tanggal 2 Maret 2019.

Handoko, L. 2009. Modul Praktikum Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.


Surabaya. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

Indira, K. 2018. Video Praktikum Pemadaman Api Tradisional.


https://drive.google.com/file/d/14hVZVU73AIR56vufIkJlgkWHfETY6q58/vi
ew?usp=drivesdk diakses pada tanggal 2 Maret 2019

Muhammad, dkk. 2016. Analisis Perbandingan Manfaat Dan Biaya Stasiun


Pemadam Kebakaran Kota Lhokseumawe.
https://journal.unimal.ac.id/miej/article/download/146/116 , diakses pada
tanggal 2 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai