Anda di halaman 1dari 53

Fire Protection

Aspek Legal
UU No. 1 Tahun 1970
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999
Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja
Pencegahan Kebakaran
Kepmen No. 186/Men/1999:
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat
kerja yang meliputi:
1. Pengendalian setiap bentuk energi;
2. Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan
sarana evakuasi;
3. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
4. Pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja,
5. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala dan
6. Memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari
50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Bahaya, penanggulangan, pencegahan
Bahaya kebakaran:
bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang
tidak terkendali.
Penanggulangan kebakaran
segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran
dengan:
 berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
 pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan

 pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas

kebakaran.
Pencegahan kebakaran
segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan
api yang tidak terkendali.
Pencegahan kebakaran
Pencegahan kebakaran
1. Penyalaan api belum ada dan usaha pencegahan
ditujukan agar tidak terjadi penyalaan api.
 Contoh: memisahkan bahan mudah terbakar pada
ruang khusus, membuat aturan pencegahan
kebakaran, memasang rambu dilarang merokok dan
seterusnya.
2. Penyalaan api sudah ada dan usaha pencegahan
ditujukan agar api tetap terkendali.
 Contoh: mengatur nyala api di dalam ruang tempa,
ketel uap, dapur pemanas dan lain sebagainya.
Pencegahan kebakaran
Pencegahan kebakaran Kepmen No. 186/Men/1999
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat
kerja yang meliputi:
1. pengendalian setiap bentuk energi;
2. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan
sarana evakuasi;
3. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
4. pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja,
5. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala dan
6. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50
(lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Penyebab kebakaran
1. Kelalaian
 Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa
kebakaran.
 Contoh : lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang
tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada
tempatnya, mengganti alat pengaman dengan spesifikasi
yang tidak tepat dan lain sebagainya.
2. Kurang pengetahuan
 Contoh: tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah
menyala, tidak mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran,
tidak mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya.
3. Peristiwa alam
 Contoh: gunung meletus, gempa bumi, petir, panas matahari
dan lain sebagainya.
Penyebab kebakaran
4. Penyalaan sendiri.
 Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan
bakar, oksigen (biasanya dari udara) dan panas
bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran.
Contoh: kebakaran di hutan yang disebabkan oleh
panas matahari yang menimpa bahan bakar kering di
hutan.
5. Kesengajaan
 Contoh karena unsur sabotase, penghilangan jejak,
mengharap pengganti dari asuransi dan lain
sebagainya.
Segi tiga Api

REAKSI RANTAI

PANAS

OKSIGEN (UDARA) OKSIGEN

(a) Segitiga Api


BAHAN BAKAR
(b) Tetrahedron Api
Pengelolaan dan pencegahan
Dilakukan
penghilangan/pengurangan
panas dengan cara
didinginkan

OKSIGEN (UDARA)

(a) Pendinginan

OKSIGEN (UDARA)
OKSIGEN (UDARA)
(c) Penguraian
(b) Isolasi

Membuat ruangan Menjauhkan bahan


menjadi kedap udara penyebab kebakaran
Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi Eropa
Klasifikasi di Eropa sesudah tahun 1970 mengacu kepada
Comite European de Normalisation sebagai berikut.
Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu
Klas B: Bahan bakar cair. Contoh: bensin, solar, spiritus dan
lain sebagainya
Klas C: Bahan bakar gas. Contoh: LNG, LPG dan lain
sebagainya
Klas D: Bahan bakar logam. Contoh: magnesium, potasium
dan lain sebagainya.
Class E: Listrik (no longer used as when the power supply is
turned off an electrical fire can fall into any category).
Class F: Minyak dan lemak (fat and oil).
Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi Eropa
Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi Amerika National Fire Protection
Association (NFPA)
Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu
Klas B: Bahan bakar cair atau yang sejenis
Klas C: Kebakaran karena listrik
Klas D: Kebakaran logam
Klas K: Minyak dan Lemak
Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu kepada
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per.
04/Men/1980 tanggal 14 April 1980 Tentang syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR). Klasifikasi tersebut adalah sebagai
berikut.
Klas A: Bahan bakar padat (bukan logam)
Klas B: Bahan bakar cair atau gas yang mudah
terbakar
Klas C: Instalasi listrik bertegangan
Klas D: Kebakaran logam
Media Pemadam Api
Media pemadam api yang biasa digunakan adalah (1) air, (2) busa,
(3) karbon dioksida, (4) gas halon serta pasca halon dan (5) serbuk
kimia kering.
1. Air.
Air merupakan media pemadam api yang paling umum digunakan,
karena air dipandang memiliki berbagai sifat yang baik untuk
memadamkan api dan relatif mudah dan murah didapatkan dalam
jumlah yang banyak.
Pada kondisi normal air mempunyai panas laten penguapan 2250
kJ/kg. Dengan sifat ini maka air sangat mudah untuk mendinginkan
api (memisahkan panas dari unsur api).
Perbandingan volume air dengan uap hampir 1500 kali, artinya
setiap meter kubik air akan menghasilkan sekitar 1500 kubik uap air
pada kondisi atmosfer. Uap yang terbentuk ini akan menyelimuti
api sehingga terjadi pemisahan (isolasi) dari oksigen di udara.
Media Pemadam Api
1. Air.
Sifat sifat yang kurang menguntungkan air yang perlu
dipertimbangkan sebagai media pemadam api antara
lain adalah
1. air mudah membeku pada temperatur dingin,
2. bila viskositas naik maka air lebih sulit dipompa,
3. merupakan konduktor yang baik sehingga tidak
cocok untuk api jenis C dan
4. density air relatif tinggi sehingga bila yang terbakar
adalah minyak, oli dan lain sebagainya maka nyala
api akan berada di atas air dan tidak padam.
Media Pemadam Api
2. Busa (foam)
Busa atau foam terbentuk bila udara atau gas terjebak
di dalam media cairan. Busa mempunyai efek
menyelimuti dan mendinginkan api.
Sebagai media pemadaman api busa dibuat dari
campuran antara air, udara dan campuran busa.
Proses pembuatan busa terdiri dari dua tahap yaitu
1. konsentrat busa dicampur dengan air bertekanan
sehingga terbentuk larutan busa dan
2. larutan busa dicampur dengan udara sambil
disemprotkan sehingga terbentuk busa siap
memadamkan api.
Konsentrat busa

Air bertekanan udara masuk

Larutan busa Busa siap pakai


Media Pemadam Api
3. Karbon dioksida
Karbon dioksida dipakai sebagai media memadamkan
api karena sifatnya yang dapat mengganggu proses
oksidasi pada bahan yang terbakar.
Bila oksigen berkurang sampai kurang dari 15 % maka
proses kebakaran akan berhenti.
Karbon dioksida mempunyai sifat yang tidak
konduktif maka bisa dipakai untuk kebakaran jenis C
(listrik bertegangan),
namun demikian tidak cocok untuk pemakaian
kebakaran yang sudah meluas atau di tempat terbuka.
Media Pemadam Api
4. Gas halon
Halon merupakan keluarga dari senyawa halogenated
hydrocarbon yang semua atau sebagian atom
hidrogennya diganti dengan fluorine, chlorine atau
bromine.
Senyawa hidrocarbon yang paling sering digunakan
adalah metane atau ethane.
Material ini memadamkan api dengan cara menekan
terjadinya reaksi rantai kebakaran.
Halon merusak atmosfer sehingga tidak dipergunakan
lagi sebagai media pemadam kebakaran.
Media Pemadam Api
5. Bubuk kimia kering (dry chemical powder)
Bubuk kering dari zat kimia tertentu dapat memadamkan
api.
 Zat kimia yang biasanya digunakan untuk ini adalah
sodium, potasium atau urea bikarbonat. Namun dapat juga
dipergunakan potassium chloride atau mono-ammonium
phospat.
Cara memadamkan api media ini adalah dengan isolasi,
pendinginan, dan mengganggu proses reaksi rantai.
Bubuk kimia kering dapat digunakan baik untuk kebakaran
lokal (dalam ruang) maupun di tempat terbuka (api besar).
Mempunyai sifat tidak beracun dan bukan konduktor
sehingga bisa dipakai untuk kebakaran jenis C.
APAR
No Jenis Bahan Yang Media pemadam Api Yang Dipergunakan
Terbakar Api Kecil Memakai APAR Api Besar
Tepung Kering gas Busa Air
CO2
1 Benda yang terbakar ●● ● ● ●● Air bertekanan
meninggalkan abu dgn menggunakan
jet spray nozzle
2 Plastik, lilin, cat, lemak, ●● ●● ●● Busa atau air
oli, alkohol, ether dan bertekanan dgn
bensin fog-nozzle
3 Gas methan, propan, ●● ●● Dengan uap, gas
butan, acetilene, dll CO2 , bertekanan
4 Listrik yang masih ●● ●● Tepung kimia atau
bermuatan gas CO2
5 Kendaraan bermotor ●● ●●
6 Logam (magnesium, Bubuk kimia kering
titanium dll)
Catatan:
● : bisa dipergunakan
●● : paling baik dipergunakan
APAR : Alat Pemadam Api Ringan (Fire Extinguishers)
Alat Pemadam Api
Secara garis besar alat pemadam api ini dapat
dibedakan menjadi
(1) alat pemadam api gerak yaitu alat pemadam api yang
dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang
lain dengan mudah misalnya: alat pemadam api
ringan (APAR), mobil pemadam api dan lain
sebagainya.
(2) pemadam api instalasi tetap misalnya springkle,
hydrant dan lain sebagainya.
APAR
Alat pemadam api ringan (APAR)
Alat pemadam api ringan (APAR) atau fire extinguisers :
alat pemadam api yang mudah dipergunakan oleh satu
orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya
kebakaran.
APAR dapat berupa tabung jinjing, gendong maupun
beroda.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa APAR
berhasil menanggulangi sekitar 30 % kejadian kebakaran.
Oleh karena sifatnya yang hanya dapat menanggulangi
kebakaran awal dan mudah dipergunakan oleh satu orang
maka APAR biasanya hanya mempunyai durasi semprot
yang relatif singkat (dalam bilangan menit).
Alat pemadam api ringan (APAR)
 Berdasarkan konstruksinya APAR biasanya dibuat dalam dua
kelompok yaitu:
(1) stored pressure type (SPT)
(2) gas cartridge type (GCT).
1. Stored pressure type (tersimpan bertekanan):
 APAR yang memakai gas pendorong bertekanan tercampur
bersama media pemadamnya. Gas pendorong yang dipakai
adalah Nitrogen (N2). Ciri luar dari APAR ini biasanya ada
penunjuk tekanan gas diluarnya.
2. Gas cartridge type
jika gas pendorong terletak pada cartridge tersendiri, terpisah
dari media pemadamnya.
Gas yang dipergunakan biasanya adalah gas CO2 (carbon dioksida
atau gas asam arang.
Alat pemadam api ringan (APAR)
Media pemadamnya APAR yang sering dipakai adalah
(1) jenis air,
(2) busa (foam),
(3) tepung kimia kering (dry chemical powder),
(4) halon serta pasca halon dan
(5) gas asam arang (CO2).
Cara Penggunaan APAR

1. Tarik pin pengunci 2. Arahkan selang ke dasar api

3. Tekan Handle 4. Sapukan ke seluruh permukaan


api
Jenis APAR
1. APAR Jenis Air
Media pemadamnya berupa air yang terletak pada
tabung.
Dibuat dalam dua konstruksi yaitu SPT dan GCT.
Jarak jangkau pancaran sekitar 10 ft sampai 20 ft.
Waktu pancaran sekitar satu menit untuk kapasitas
2,5 galon.
Hanya direkomendasikan untuk kebakaran jenis A,
dengan luas bidang jangkauan sekitar 2500 ft persegi,
jarak penempatan setiap 50 ft.
Jenis APAR
2. APAR Jenis Busa
Tabung utama berisi larutan sodium bikarbonat (ditambah
dengan penstabil busa).
Tabung sebelah dalam berisi larutan aluminium sulfat.
Campuran dari kedua larutan tersebut akan menghasilkan
busa dengan volume 10 kali lipat.
Busa ini kemudian didorong oleh gas pendorong (biasanya
CO2 ).
Kapasitas yang ada di pasaran adalah 2,5, 10, 20 dan 30 galon.
Jangkauan semprot sekitar 10 sampai 15 meter untuk yang 2,5
galon habis dalam satu menit. Sedang yang 30 galon
biasanya tipe beroda dengan jangkauan sampai 20 meter
dengan waktu sampai 4 menit.
Ring pembawa Ring pembawa
Plunyer Plunyer
Loose-fitting
Stopple

Cartridge berisi
Carbon dioksida
Larutan A
(Aluminium Sulfat)
Air dan anti beku

Larutan B
(Sodium bikarbonat)

Selang Selang

Nosel Nosel

Pembawa bawah Pembawa bawah

APAR JENIS AIR APAR JENIS BUSA


Jenis APAR
2. APAR Jenis Busa
Pemadaman dengan busa diperuntukan cairan mudah
terbakar (bensin, solar dan lain sebagainya). Busa akan
menutup (menyelimuti) seluruh permukaan yang
mudah terbakar sehingga mengisolasi oksigen.
Tidak direkomendasikan untuk kebakaran karena
karbon disulfida, ether, tiner dan alkohol karena
cairan ini bersifat merusak busa.
APAR jenis busa harus digunakan sampai habis karena
tidak bisa digunakan ulang. Untuk pemeliharaan
check kondisi nosel setiap bulan dan lakukan uji
hidrostatik setiap tahun.
Foam
AFFF (aqueous film forming foam),
used on A and B fires and for vapor suppression.
The most common type in portable foam extinguishers.
It contains fluoro tensides which can be accumulated in the human body. The long-term
effects of this on the human body and environment are unclear at this time.
AR-AFFF (Alcohol-resistant aqueous film forming foams)
used on fuel fires containing alcohol
Forms a membrane between the fuel and the foam preventing the alcohol from breaking
down the foam blanket
FFFP (film forming fluoroprotein)
contains naturally occurring proteins from animal by-products and synthetic film-forming
agents to create a foam blanket that is more heat resistant than the strictly synthetic AFFF
foams.
FFFP works well on alcohol-based liquids and is used widely in motorsports.
CAFS (compressed air foam system)
Any APW style extinguisher that is charged with a foam solution and pressurized with
compressed air.
Generally used to extend a water supply in wildland operations.
Used on class A fires and with very dry foam on class B for vapor suppression.
Foam
 Arctic Fire
 A liquid fire extinguishing agent that emulsifies and cools heated materials
more quickly than water or ordinary foam.
 It is used extensively in the steel industry.
 Effective on classes A, B, and D.
 FireAde
 A foaming agent that emulsifies burning liquids and renders them non-
flammable.
 It is able to cool heated material and surfaces similar to CAFS.
 Used on A and B (said to be effective on some class D hazards, although not
recommended due to the fact that fireade still contains amounts of water
which will react with some metal fires).
Jenis APAR
3. APAR Jenis Karbon Dioksida
Pemadaman dengan cara isolasi (smothering)/oksigen diupayakan
terpisah dari apinya. Di samping mempunyai peranan dalam pendinginan.
Material yang diselimuti oleh CO 2 akan cenderung lebih dingin.
Konstruksi APAR terdiri dari tabung tahan tekanan tinggi yang berisi gas
CO2 , pipa siphon, katup dan corong.
Bila katup dibuka maka cairan gas akan mengalir dan berubah menjadi es
dan gas. Bila tabung telah dipakai 10 % maka harus diisi kembali.
APAR jenis ini dapat dipergunakan untuk cairan yang mudah terbakar dan
peralatan listrik.
Api kelas A tetapi tidak boleh dipakai untuk kelas D. Di pasaran tersedia
baik untuk yang jenis portable maupun beroda.
APAR jenis CO2 tidak korosif dan tidak meninggalkan bekas.
Tidak menghantar listrik, namun kualitasnya akan menurun bila tidak
digunakan dalam waktu yang lama.
Jenis APAR
4. APAR Jenis Serbuk Kimia Kering (dry chemical powder)
Berisi tepung kering sodium bikarbonat dan tabung gas karbon
dioksida atau gas nitrogen (di dalam cartridge) sebagai
pendorongnya.
Gas pendorong bisa ditempatkan dalam tabung atau di luar
tabung. Tepung kimia kering bersifat cepat menutup material yang
terbakar, dan mempunyai daya jangkau menutup permukaan yang
cukup luas.
Pengoperasian dari APAR ini adalah dengan membuka kunci
penutup atau menekan handlenya agar pin terputus. Jarak jangkau
semprotan dan lamanya waktu semprot tergantung dari ukuran
APAR.
Berupa jinjing, gendong, beroda maupun stationary. Untuk jenis
stationary biasanya dipasang pada mobil pemadam kebakaran atau
kendaraan emergency lain.
Jenis APAR
4. APAR Jenis Serbuk Kimia Kering (dry chemical powder)
Direkomendasikan untuk penanggulangan kebakaran cairan
di tempat terbuka seperti tangki di luar ruang, ceceran
minyak, kebakaran jenis listrik bertegangan, dan pabrik
tekstil (cotton, wool atau rayon).
Tidak direkomendasikan untuk klasifikasi kebakaran jenis A
yang besar dan kebakaran karena logam (jenis D).
Jika tandon cairan mudah terbakar yang berada dalam
ruangan maka APAR ini tidak direkomendasikan karena
akan banyak terdapat asap yang menghalangi proses
pemadaman. Pemasangan APAR ini sebaiknya dibantu
dengan hidran lengkap dengan selangnya. Hal ini untuk
memadamkan bara api yang terjadi.
Dry Powder Chemical
 Monoammonium phosphate,
 also known as "tri-class", "multipurpose" or "ABC" dry chemical, used on class A, B, and C fires.
 It receives its class A rating from the agent's ability to melt and flow at 177 °C (350 °F) to smother
the fire.
 More corrosive than other dry chemical agents.
 Pale yellow in color.
 Sodium bicarbonate,
 "regular" or "ordinary" used on class B and C fires, was the first of the dry chemical agents
developed.
 In the heat of a fire, it releases a cloud of carbon dioxide that smothers the fire. That is the gas
drives oxygen away from the fire, thus stopping the chemical reaction.
 This agent is not generally effective on class A fires because the agent is expended and the cloud of
gas dissipates quickly, and if the fuel is still sufficiently hot, the fire starts up again.
 Sodium bicarbonate was very common in commercial kitchens before the advent of wet chemical
agents, but now is falling out of favor, as it is much less effective than wet chemical agents for class
K fires, less effective than Purple-K for class B fires, and is ineffective on class A fires.
 White or blue in color.
 Potassium bicarbonate (aka Purple-K),
 used on class B and C fires.
 About two times as effective on class B fires as sodium bicarbonate,
 it is the preferred dry chemical agent of the oil and gas industry.
 The only dry chemical agent certified for use in ARFF by the NFPA.
 Violet in color.
Dry Powder Chemical
Potassium bicarbonate & Urea Complex (aka Monnex/Powerex),
used on Class B and C fires.
More effective than all other powders due to its ability to decrepitate (where the powder breaks up
into smaller particles) in the flame zone creating a larger surface area for free radical inhibition.
Grey in color.
Potassium Chloride, or Super-K dry chemical
developed in an effort to create a high efficiency, protein-foam compatible dry chemical.
Developed in the 60s, prior to Purple-K, it was never as popular as other agents since, being a salt, it
was quite corrosive.
For B and C fires,
White in color.
Foam-Compatible,
Sodium bicarbonate (BC) based dry chemical,
Developed for use with protein foams for fighting class B fires.
Most dry chemicals contain metal stearates to waterproof them, but these will tend to destroy the
foam blanket created by protein (animal) based foams.
Foam compatible type uses silicone as a waterproofing agent, which does not harm foam.
Effectiveness is identical to regular dry chemical, and it is light green in color (some ANSUL brand
formulations are blue).
This agent is generally no longer used since most modern dry chemicals are considered compatible
with synthetic foams such as AFFF.
Dry Powder Chemical
 MET-L-KYL / PYROKYL
 Specialty variation of sodium bicarbonate for fighting pyrophoric liquid fires (ignite
on contact with air).
 In addition to sodium bicarbonate, it also contains silica gel particles.
 The sodium bicarbonate interrupts the chain reaction of the fuel and the silica soaks
up any unburned fuel, preventing contact with air.
 It is effective on other class B fuels as well.
 Blue/Red in color.
Selang

Nosel
Selang

Kunci penutup/pembuka Pegangan


Tutup Penyetel semprotan

Katup pengatur
Saluran gas
Pegangan pendorong

Tabung isi karbon dioksida Bahan kimia kering


Karbon dioksida cair

Pipa sifon
Saluran gas keluar

Selang

Pegangan bawah

APAR JENIS SERBUK KIMIA KERING

APAR KARBON DIOKSIDA


Jenis APAR
5. APAR Jenis Gas Halon dan Pasca Halon.
Berisi gas halon yang terdiri dari unsur-unsur karbon,
fluorine, bromide dan chlorine.
Contoh: Halon 1211 berarti angka pertama 1 artinya jumlah
atom karbon (C) adalah 1; Fluorine (F) 2 (angka ke dua);
chlorine (Cl)1 (angka ke tiga) dan bromide (Br) 1 (angka ke
empat).
Namun sejak diketemukan lubang pada lapisan ozon yang
diduga disebabkan oleh salah satu unsur gas halon maka
menurut perjanjian Montreal gas halon tidak boleh
dipergunakan lagi, dan mulai 1 Januari 1994 gas halon tidak
boleh diproduksi. Sebagai pengganti halon dipergunakan gas
pasca halon yang antara lain adalah HCFC 241 produksi Du
Pont, HBFC 22B1 produksi Great Lake, dan lain sebagainya.
SNI: Fire Protection
SNI 03-1735-2000: Tata cara perencanaan akses
bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan gedung
SNI 03-3989- 2000: Tata cara perencanaan dan
pemasangan sistem springkler otomatik untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
SNI 06-2862-1992: Bahan kimia pemadam kebakaran
Sprinkler
Pemercik Air Otomatis
Pemercik air otomatis (automatic sprinklers)
merupakan suatu sistem instalasi pemadam
kebakaran yang dipasang secara tetap/permanen di
dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran
secara otomatis dengan menyemprotkan air di tempat
mula terjadi kebakaran.
Sistem ini harus dilengkapi dengan persediaan air
yang cukup, jaringan pipa distribusi, pompa, katup,
alarm dan sarana monitor lainnya.
Sprinkler
PLAFON
SPRINKLERS

PIPA DISTRIBUSI

PIPA HEADER

DARI SUPLAI AIR


Sprinkler
Sprinkler
Fire house reel
Post hydrant
Pump
Jockey pump
Electric pump
Diesel pump
Let’s Have a Great Sem!

Anda mungkin juga menyukai