Disusun Oleh :
Dosen Pengampuh :
FAKULTAS KEHUTANAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa saya
ucapkan kepada Dosen Pembimbing Enny Insusanty dan teman-teman Fakultas Kehutanan
semester enam (6) yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin.
Penulis
Kebakaran merupakan musibah yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Baik
kebakaran pada gedung kantor, pabrik, pusat perbelanjaan, hingga kebakaran hutan.
Kebakaran yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan yang serius terhadap properti,
korban luka, hingga kematian. Penyebab yang paling sering diungkap adalah kerbakaran
terjadi akibat kelalaian seseorang. Namun hal ini dapat dicegah dengan mengetahui
klasifikasi atau kelas dari kebakaran. Hal ini bertujuan agar langkah mitigasi yang kita
lakukan tepat sasaran sesuai dengan media pemadam yang digunakan
a. Kebakaran kelas A
Kebakaran Kelas A merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-
bahan padat non-logam seperti Kertas, Plastik, Kain, Kayu, Karet dan lain
sebagainya. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas A
adalah APAR jenis Cairan (Water), APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis
Tepung Kimia (Dry Powder)..
b. Kebakaran kelas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung
pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
c. Kebakaran Kelas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah
tangga lainnya yang menggunakan listrik.Alat Pemadam yang dipergunakan
adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman
ini dilarang menggunakan media air.
d. Kebakaran Kelas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium,
natrium, kalium,dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder
khusus.
e. Kebakaran kelas K
kebakaran yang disebabkan oleh bahan akibat konsentrasi lemak yang tinggi.
Kebakaran jenis ini banyak terjadi di dapur. Api yang timbul didapur dapat
dikategorikan pada api Klas B.
f. Kebakaran Kelas E
Kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada peralatan
elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran
jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering (dry powder), akan tetapi
memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena dry powder mempunyai
sifat lengket. Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan clean agent
2) Gempa bumi (misal: gempa bumi yang mengakibatkan terputusnya jalur gas
bahan bakar)
4) Panas matahari (misal : panas matahari yang memantul dari kaca cembung ke
dedaunan kering di sekitarnya).
5) Dsj.
Kebakaran adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan panas,
nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan
efek lain (Standar Nasional Indonesia/SNI). Kebakaran merupakan api yang tidak
terkendali dan tidak diinginkan oleh manusia. Kebakaran termasuk keadaan darurat
yang dapat menimbulkan berbagai macam kerugian mulai dari manusia, harta benda,
maupun produktivitas, dan kerugiansosial. Menurut PERMEN PU
No.26/PRT/M/2008 pasal 1, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi
kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan. Kebakaran dapat
terjadi karena adanya tiga unsur segitiga api yang saling berhubungan, yaitu adanya
bahan bakar, oksigen, dan sumber panas atau nyala. Pada umumnya kebakaran terjadi
secara tidak terduga, namun dapat di kontrol atau dicegah dengan melepaskan satu
dari tiga unsur segitiga api tersebut.Terbentuknya api adalah suatu proses reaksi
kimiawi yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi kimia lainnya.
Reaksi kimiawi ini disebut dengan oksidasi. Ini merupakan proses dimana molekul
oksigen bereaksi dengan unsur lain dan saling melepaskan elektron hingga terjadinya
api. Api merupakan energi yang memiliki intensitas bervariasi, memiliki cahaya, serta
panas yang bisa menimbulkan asap. Intensitas ini akan menunjukkan penyebab
terbentuknya api.
Bahan bakar (fuel), meliputi bahan padat, cair, dan gas yang dapat
terbakar dan tercampur dengan oksigen dari udara. Agar api bisa menyala,
perlu ada material yang terbakar dan berperan sebagai bahan bakar. Misalnya
kayu, kertas, tisu, atau bisa juga benda cair seperti bensin, oli, minyak, dan
lain sebagainya. Lalu bagaimana terjadinya api dalam korek api?Jika
diperhatikan, memang tidak ada bahan bakar di dalam korek api bensin.
Tetapi sebenarnya, cairan yang sering disebut bensin itulah yang menjadi
bahan bakar utama.Namun korek api bensin tidak menyala karena bensin
tersebut dibakar. Melainkan karena bensin tersebut diuapkan atau diubah
menjadi benda gas yang keluar melalui selang di korek api. Kemudian
terdapat ignition atau percikan api yang membakar dan membuat apinya
menyala.Jadi dalam korek api bensin, benda gas adalah bahan bakar utama
yang menyebabkan api bisa menyala.
b. Sumber panas (heat), yaitu pemicu kebakaran dengan energi yang cukup untuk
menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara. Selain
oksigen dan bahan bakar, unsur api dalam segitiga api yang berikutnya adalah
panas atau suhu panas. Panas bisa didapatkan dari banyak hal. Tetapi yang
paling utama adalah karena pergesekan atau gaya gesek yang dihasilkan oleh 2
benda secara terus menerus dalam waktu lama.Orang pada jaman dulu
menciptakan suhu panas dengan cara menggesek 2 bilah ranting dan
menggunakan dedaunan kering sebagai bahan bakarnya. Dengan begitu, suhu
panas akan membakar fuel berkat adanya oksigen di sekitarnya.Selain itu, suhu
panas ini juga bisa dipengaruhi oleh faktor lain. Misalnya cuaca, iklim, reaksi
nuklir, dan masih banyak lagi.
c. Oksigen, yaitu proses kebakaran tidak terjadi tanpa adanya udara atau oksigen.
Unsur yang paling utama dalam menciptakan api adalah oksigen. Karena
faktanya, api tidak akan bisa menyala tanpa ada oksigen yang dibakar.Seperti
yang Anda semua ketahui, bumi merupakan satu-satunya planet saat ini yang
dipenuhi oleh O2 atau oksigen di dalam udaranya. Sedangkan agar api bisa
menyala, hanya dibutuhkan sekitar 15% oksigen di udara. Itulah mengapa api
sangat mudah menyala di bumi.Sedangkan di luar angkasa, api tidak bisa
menyala karena tidak ada oksigen yang bisa terbakar dan menciptakan oksidasi.
Kebakaran dapat juga terjadi karena ada tambahan unsur keempat yaitu
reaksi berantai pada pembakaran sehingga dimensi segitiga api menjadi model
baru yang disebut dengan bidang empat api atau yang sering disebut
juga Tetrahedron of Fire. Berdasarkan teori bidang empat api, terdapat empat
proses penyalaan api mulai dari tahap permulaan hingga menjadi besar, yaitu
(Ramli, 2010):
1. Incipien Stage (Tahap Permulaan). Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap,
lidah api atau panas, tetapi terbentuk partikel pembakaran dalam jumlah yang
signifikan selama periode tertentu.
2. Smoldering Stage ( Tahap Membara). Partikel pembakaran telah bertambah
membentuk apa yang kita lihat sebagai asap. Masih belum ada nyala api atau
panas yang signifikan.
3. Flame Stage. Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap
mulai berkurang sedangkan panas meningkat.
4. Heat Stage. Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan gas beracun
dalam jumlah besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya sangat
cepat seolah-olah menjadi satu dalam fase sendiri.
4. Tahap-tahap Kebakaran
Proses terjadinya kebakaran pada gedung atau ruang tertutup terbagi menjadi lima
tahap, yaitu sebagai berikut (Tanubrata, 2006):
a. Tahap Penyalaan
Tahap ini ditandai dengan munculnya api dalam ruangan. Proses timbulnya
api dalam ruangan ini disebabkan oleh adanya energi panas yang mengenai material
yang dapat terbakar dalam ruang, misalnya: ledakan kompor, tabung gas, hubungan
singkat arus listrik, puntung rokok membara, dll. Akibat dan gejala yang
ditimbulkannya masih relatif kecil sehingga kejadian pada tahap ini seringkali tidak
diketahui.
c. Tahap Flashover
Tahap surut tercapai bila material terbakar sudah habis dan temperatur
ruangan berangsur turun. Selain penurunan temperatur, ciri lain tahap ini adalah
turunnya laju pembakaran. Pada tahap ini perkembangan api kembali sebagai
fungsi dari material yang terbakar. Semakin menyusut bahan-bahan yang dapat
terbakar dalam ruangan semakin api surut.
Manajemen bahan bakar adalah tindakan atau praktek yang ditujukan untuk
mengurangi kemudahan bahan bakar untuk terbakar (fuel flammability) dan
mengurangi kesulitan dalam pemadaman kebakaran hutan. Manajemen bahan bakar
dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi, biologi atau dengan menggunakan api.
Perlakuan bahan bakar adalah setiap manipulasi bahan bakar agar bahan bakar itu
tidak mudah terbakar, dengan cara pemotongan, penyerpihan, penghancuran,
penumpukan dan pembakaran. Manajemen bahan bakar mempunyai tujuan yang
bermacam-macam, yaitu:
Modifikasi bahan bakar merupakan usaha untuk merubah satu atau beberapa
macam karakteristik bahan bakar. Tujuannya adalah agar bahan bakar tidak mudah
erbakar, atau kalau terjadi kebakaran penjalaran apinya lambat, sehingga mudah
dipadamkan. Bahan bakar dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Berikut ini adalah
contoh-contoh cara modifikasi bahan bakar dan karakteristik bahan bakar yang
dirubahnya:
Pengurangan bahan bakar hutan dilakukan dengan tujuan agar bahan bakar
hutan berkurang jumlahnya, sehingga bila terjadi kebakaran hutan, besarnya nyala
api, kecepatan penjalaran dan lamanya kebakaran dapat dikurangi. Bahan bakar yang
biasa dikurangi jumlahnya adalah bahan bakar permukaan yang termasuk bahan bakar
ringan, baik berupa serasah, tumbuhan bawah maupun limbah penebangan.
Pengurangan bahan bakar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Salah satu faktor yang berperan dalam kebakaran hutan adalah bahan bakar.
Selain itu faktor-faktor yang berperan yang masih dekat hubungannya dengan bahan
bakar adalah jenis vegetasi dan kerapatan tanaman. Jenis vegetasi dan kerapatan untuk
jenis hutan tropis terjadi proses siklus makanan yang tetap, dimana jika kondisi stabil
tanpa ada kegiatan penebangan maka proses dekomposisi dapat berjalan dengan
normal sehingga serasah, ranting dan lainnya mengalami proses pembusukan alami
untuk sumber makanan kembali bagi tanaman. Sehingga tingkat kerawanan kebakaran
pada hutan tropis sangat kecil sekali. Akan tetapi kedua hal tersebut akan menjadi
potensi bahan bakar yang besar pada kondisi yang tidak stabil dan ekstrim untuk
terjadinya kebakaran hutan kalau ada sumber penyulut api. Semua material yang
tumbuh di hutan komposisi kimianya tersusun dari selulosa, hemiselulosa, lignin, zat
ekstraktif dan mineral. Selulosa (C6H10O5)n adalah komponen yang paling dominan
dalam jaringan tanaman berupa karbohidrat seperti tepung glukosida. Hemiselulosa
adalah karbohidrat polisakarida dengan panjang rantai yang lebih pendek dari pada
selulosa yang didapatkan di dalam asosiasi dengan selulosa di dalam dinding sel
tanaman. 50 – 70% dari sebagian besar jaringan tanaman terdiri dari selulosa dan
hemiselulosa, sedangkan dalam material yang hidup, lignin mengandung 15 – 35%
dari berat ranting.
a. Bahan bakar atas Semua bahan bakar hijau (hidup) dan mati yang terdapat di
kanopi hutan, meliputi cabang ranting dan mahkota pohon serta semak belukar
yang tinggi.
b. Bahan bakar permukaan Semua bahan yang dapat terbakar di atau dekar
permuaan tanah, meliputi daundaun kering, rumput, batang, ranting belukar dan
bahan organik yang terdapat di lantai hutan atau permukaan tanah.
c. Bahan bakar bawah Semua bahan yang dapat terbakar yang terdapat di bawah
permukaan tanah, meliputi bonggol akar, batubara, akar-akar tanaman dan
pembusukan bahanbahan kayu lainnya. Selain tipe bahan bakar , karakteristik
bahan bakar yang mempengaruhi mudah atau tidaknya terbakar adalah ukuran
bahan bakar, susunan bahan bakar, jumlah bahan bakar , kekompakan bahan
bakar dan kondisi bahan bakar.
Banyaknya bahan bakar terutama bahan bakar halus, yang tersedia untuk
reaksi pembakaran akan mempengaruhi waktu tinggal (residence time) api dan pada
akhirnya mempengaruhi pula perilaku api dan efek yang ditimbulkannya. Jumlah
bahan bakar hutan biasanya dinyatakan dalam satuan berat. Jumlah bahan bakar per
luas areal hutan (ton/ha) disebut muatan bahan bakar (fuel loading), dinyatakan dalam
berat kering oven. Cara pengukurannya bervariasi mulai dari penaksiran secara kasar
sampai dengan pengukuran intensif melalui cara penarikan contoh. Cara yang lebih
teliti adalah dengan membuat beberapa buah contoh berukuran 1 m x 1 m. semua
bahan bakar permukaan dari petak itu diambil dan ditimbang, kemudian dikering-
tanurkan dan ditimbang lagi. Dengan cara ini, selain berat bahan bakar kering tanur
(oven), juga sekaligus dapat ditentukan kadar airnya.
https://www.indonesiasafetycenter.org/fire-safety/klasifikasi-jenis-penyebab-kebakaran
https://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/13/faktor-penyebab-kebakaran-dan-upaya-
pencegahan-kebakaran/
https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/06/204600423/apa-itu-teori-segitiga-api?
page=all#:~:text=Terbentuknya%20api%20adalah%20suatu%20proses,melepaskan
%20elektron%20hingga%20terjadinya%20api.
https://www.mjs-quickfire.com/post/mengetahui-pengertian-dari-teori-segitiga-api/
Triasbudi, Heny. 1998. Dalam Sifat-Sifat dan Dinamika Api. Jakarta: Direktorat Pengolahan
PERTAMINA.
https://www.kajianpustaka.com/2018/11/teori-api-dan-tahapan-kebakaran-dan-
cara-pemadaman.html
https://wahyukdephut.files.wordpress.com/2009/10/bagaimana-kebakaran-hutan-terjadi1.pdf
Brown, A.A. dan K.P. Davis. 1973. Fire Forest Control and Used. McGraw-ill Books
Company. New York.