PENDAHULUAN
Kebakaran di Indonesia sangat banyak terjadi mulai dari kebakaran
pemukiman, hutan, industri dan tempat usaha. Data kejadian kebakaran
dari Dinas Pemadam DKI dari tahun 1998 hingga tahun 2008
mengungkapkan terjadi kasus kebakaran sebanyak 8.243 kejadian dengan
korban 1.080 jiwa dan kerugian materi mencapai kurang lebih 1 Trilyun
rupiah. Data tersebut belum termasuk kebakaran di wilayah lain di
Indonesia. (Ramli, 2010)
Bahaya kebakaran, adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya
ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi
kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan.
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan)
Sedangkan angka kebakaran di USA pada rentang tahun yang sama
yang didapat dari www.usfa.dhs.gov rata-rata 500.000 kejadian, menelan
korban paling banyak tahun 2000 sebanyak 23.135 orang, serta
menimbulkan kerugian setiap kejadian kebakaran rata-rata kurang lebih
$9000.
Dari data di atas, terlihat bahwa kebakaran merupakan bencana
yang serius untuk diperhatikan baik dari sisi korban maupun kerugian
yang ditimbulkannya.Secara nasional, kebakaran sangat merugikan karena
dapar mengganggu produktivitas nasional dan menurunkan
kesejahteraan.Oleh karena itu di berbagai negara, masalah kebakaran telah
dianggap sebagai masalah nasional dan penanganannya dilakukan dengan
serius agar tidak menimbulkan berbagai kerugian.
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung
(direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).Kerugian langsung
adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa
dampak terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi
korban kebakaran, dan kerusakan sarana produksi. Disamping kerugian
langsung (direct cost), kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak
langsung (indirect cost) antara lain kerugian jam kerja, jika terjadi
1
2
B. KONSEP KEBAKARAN
1. Pengertian Api
a. Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3
(tiga) unsur yaitu panas, oksigen dan bahan mudah terbakar yang
menghasilkan panas dan cahaya. Ditinjau dari segi ilmiah, Api
adalah sebuah Proses Oksidasi/Penguraian dimana dalam proses
tersebut akan menghasilkan energi-energi yang dilepaskan berupa
panas, cahaya dan gerak serta meninggalkan sisa hasil pembakaran
berupa karbon (arang) dan asap (uap air dan gas-gas berbahaya).
Dalam prosesnya energi-energi dan sisa hasil pembakaran inilah
yang mengakibatkan manfaat dan kerusakan bagi manusia dan
lingkungan sekitar tempat terjadinya api tersebut, bermanfaat
apabila api tersebut masih dapat di kendalikan dan diatur untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dan lingkungan sekitarnya.
Namun apabila Api itu sudah tidak diperlukan, sukar dikuasai,
merugikan dan tidak diinginkan maka api tadi bermetamorfosa
menjadi kebakaran.
b. Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa/reaksi kimia yang diikuti
oleh pengeluaran asap, panas, nyala dan gas- gas lainnya. Api juga
dapat diartikan sebagai hasil dari reaksi pembakaran yang cepat
(Pusdiklatkar, 2006). Untuk bisa terjadi api diperlukan 3 (tiga)
unsur yaitu bahan bakar (fuel), udara (oksigen) dan sumber panas.
Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam suatu konsentrasi
yang memenuhi syarat, maka timbullah reaksi oksidasi atau
dikenal sebagai proses pembakaran (Siswoyo, 2007; IFSTA,
1993).
3
c. Jika dilihat dari strukturya, api terdiri dari 4 komponen yaitu gas,
nyala, asap, dan energy panas. Pada bagian terbawah dekat
sumbernya, api merupakan gas yang bereaksi degan oksigen.
Bahan yang terbakar dari suatu benda pada dasarnya dalam bentuk
gas.Gas ini secara terus menerus terbentuk karena panas dan reaksi
berantai selama kebakaran berlangsung. Selanjutnya gas yang
terbentuk ini akanmenimbulkan nyala (flame) yang kita lihat
sebagai api dapat berwarna biru atau merah tergantung
kesempurnaan reaksi pembakarannya. Kemudian timbul asap
(smoke) yaitu berupa hasil sisa pembakaran. Elemen keempat yaitu
energy panas yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran.Energy ini
besarnya bervariasi mulai dari 100oC sampai ribuan derajat.
Elemen api ini selanjutnya dikembangkan untuk berbagai
kebutuhan baik teknis maupun keilmuan. Dalam teknis, fenomena
asap, sumber energy dan nyala ini diperlukan dalam merancang
bahan pemadam kebakaran serta teknis memadamkan api. Nyala
dan asap digunakan dalam menciptakan detector kebakaran.
Kebakaran dapat dimulai dari kecil kemudian membesar dan
menjalar ke sekitarnya, perjalanan api melalui beberapa cara yaitu
konduksi yaitu perjalanan api melalui benda padat, konveksi yaitu
perjalanan api melalui benda cair atau fluida misalnya air atau
udara, serta radiasi yaitu pncaran cahaya atau gelombang
elektromagnetik yang dikeluarkan oleh nyala api.
d. Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari
3 (tiga) unsur yaitu: panas, udara dan bahan bakar yang
menimbulkan atau menghasilkan panas dan cahaya. Definisi "Api"
dari National protection Association (NFPA) adalah suatu massa
zat yang sedang berpijar yang dihasilkan dalam proses kimia
oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan disertai pelepasan.
Timbulnya api ini sendiri disebabkan oleh adanya sumber panas
yang berasal dari berbagai bentuk energi yang dapat menjadi
sumber penyulutan dalam segitiga api.
4
2. Pengertian kebakaran
a. Menurut Departemen Tenaga Kerja
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis (terjadi karena
pemanasan) yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar
yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan.
b. Menurut Asuransi
Kebakaran adalah sesuatu yang benar-benar terbakar yang
seharusnya tidak terbakar dan dibuktikan dengan adanya nyala api
secara nyata, secara tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan
kecelakaan atau kerugian.
c. Menurut SNI
SNI No. 03-3985-2000, kebakaran adalah suatu fenomena yang
terjadi ketika suatu bahan mencapai temperature kritis dan bereaksi
secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan panas, nyala api,
cahaya, asap, uap air, karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya.
d. Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur
(bahan bakar, oksigen dan panas) yang berakibat menimbulkan
kerugian harta benda atau cidera bahkan sampai kematian (Karla,
2007; NFPA, 1986). Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional (DK3N), kebakaran adalah suatu peristiwa bencana
yang berasal dari api yang tidak dikehendaki yang dapat
menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda,
bangunan fisik, deposit/asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan
lain-lain) maupun kerugian non materi (rasa takut, shock,
ketakutan, dan lain-lain) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh
yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.
e. Kebakaran merupakan bencana atau petaka yang paling sering dan
bisa digolongkan baik sebagai bencana alam ataupun bencana yang
disebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri. Bahaya kebakaran
dapat terjadi setiap saat, kapan saja dan dimana saja, karena
banyak peluang yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Secara
umum, definisi kebakaran menurut Depnaker R.I. bahwa
6
penuh (full steady fire) dengan suhu mencapai 600 derjat Celsius
sampai 1000 derajat Celcius lebih, dimana ini sudah berada pada
tahapan sulit dipadamkan. Hanya perangkat hidran dan sejenisnya
yang dapat mengurangi dan memadamkan.
3. Teori Kebakaran
Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi
antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal
sebagai teori segitiga api (fire triangle). Menurut teori ini, kebakaran terjadi
karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api yaitu:
a. Adanya bahan yang mudahterbakar
b. Adanya cukup oksigen sebagaioksidator
c. Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar (panas)
Menurut Agus Triyono (2001), kebakaran terjadi karena manusia,
peristiwa alam, penyalaan sendiri dan unsur kesengajaan.
a. Kebakaran karena manusia yang bersifat kelalaian, seperti:
1) Kurangnya pengertian, pengetahuan tentang penanggulangan
bahaya kebakaran.
2) Kurang hati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat
menimbulkan api.
3) Kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
4) Kebakaran karena peristiwa alam terutama menyangkut cuaca dan
gunung berapi, seperti sinar matahari, letusan gunung berapi,
gempa bumi, petir, angin dan topan.
5) Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang-
gudang bahan kimia dimana bahan-bahan lainnya yang mudah
meledak atau terbakar
b. Kebakaran karena unsur kesengajaan, untuk tujuan-tujuan tertentu,
misalnya:
1) Sabotase untuk menimbulkan huru-hara, kebanyakan dengan alasan
politis.
2) Mencari keuntungan pribadi karena ingin mendapatkan ganti rugi
melalui asuransi kebakaran.
3) Untuk menghilangkan jejak kejahatan dengan cara membakar
dokumen atau bukti-bukti yang dapat memberatkannya.
11
meledak setiap saat bila diberi sumberpanas. Di luar batas ini tidak akan
terjadi kebakaran.
1) LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit)
adalah batas minimum darikonsentrasi campuran uap bahan bakar
dan udara yang akan menyala atau meledak, biladiberi sumber
nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin kandungan
uap bahanbakarnya (too lean).
2) UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit)
adalah batas maksimumdari konsentrasi campuran uap bahan bakar
dan udara, yang akan menyala atau meledak, biladiberi sumber
nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu kaya kandungan uap
bahanbakarnya (too rich).
Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran dapat
digambarkan dengan istilah Segitiga Api. Teori segitiga api ini
menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api
diperlukan adanya 3 unsur pokok, yaitu: bahan yang dapat terbakar (fuel),
oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan panas
yang cukup (materi pengawasan K3 penanggulangan Kebakaran
Depnakertrans, 2008).
Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga unsur
di atas bertemu akan terjadi api. Namun, apabila salah satu unsur tersebut
tidak ada atau tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api
tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini dipakai sebagai dasar untuk
mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak terjadi) dan
penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak dapat dicegah
(Karla, 2007; Sumamur, 1989).
14
a. Instalasi listrik
Hampir di setiap kejadian kebakaran hal yang menjadi pemicu
kebakaran adalah hubungan pendek atau konsleting listrik.
b. Kabel listrik
Pemakaian kabel yang tidak sesuai dengan peruntukannya
menyebabkan terbakarnya lapisan pembungkus kabel, misalnya
untuk pemasangan jalur utama instalasi listrik di rumah
menggunakan ukuran kabel yang kecil sehingga di saat
pemakaian listrik melebihi kemampuan kabel maka kabel tersebut
menjadi panas yang mengakibatkan terbakarnya lapisan
pelindung/pembungkus kabel sehingga memunculkan titik api
yang dapat membekar areal di dekatnya misalnya kayu plapon
atau dan benda lain yang mudah terbakar, selain pada pemasangan
kabel utama, ternyata pemakaian unkuran kabel yang salah pun
terjadi pada kabel 'roll' atau terminal stopkontak, banyak kabel
roll yang ada di pasaran yang digunakan untuk beban listrik besar
padahal kemampuan kabel tersebut terbatas untuk beban listrik
yang ringan-ringan saja. Misalnya kabel roll yang hanya memakai
kabel kecil digunakan untuk beberapa peralatan elektronik yang
daya atau watt besar.
c. Steker dan stopkontak
Pemakaian kedua alat listrik ini tidak dapat dipisahkan karena
hampir semua peralatan elektronik di rumah menggunakan
keduanya agar tetap terhubung dengan listrik ketika dioperasikan,
tapi sering kita jumpai penggunaannya tidaklah sesuai dengan
prosedur keselamatan, kita dapat mengambil contoh misalnya:
steker yang terpasang pada stopkontak paralel/kabel roll, satu
buah kabel roll yang hanya mempunyai empat buah tempat
colokan dipaksa untuk menerima jumlah steker yang lebih banyak
dengan menambahkan stopkontak kombinasi yang mampu
menambah kapasitas jumlah lubang colokan yang ada
17
tersebut bila terdengar bunyi aneh dan tercium bau seperti ada
sesuatu yang terbakar maka ada kemungkinan semut yang
bersarang di dalam salar terbakar sehingga menggangu aktifitas
mekanisme saklar maka cepatlah perbaiki saklar sebelum terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, bila kondisi tersebut tidak sepat
tertangani dikhawatirkan akan memicu api dan membakar lapisan
terluar kabel.
f. MCB
MCB adalah salah satu alat yang berfungsi mematikan aliran
listrik bila terjadi penggunaan beban listrik yang melebihi
kekuatan MCB atau terjadi hubungan pendek atau konsleting,
tetapi bila MCB sudah rusak maka tidak ada lagi pengaman untuk
memutuskan aliran listrik sehingga saat terjadi hubungan pendek
maka akan muncul percikan api pada tempat tersebut dan
membentuk api pada lapisan pembungkus kabel dan menjalar
sepanjang bentangan kabel dan merambat ke barang-barang yang
mudah terbakar seperti kayu plapon atau kusen kayu. Untuk
mengetahui kondisi MCB apakah masih layak atau dipakai atau
tidak silahkan baca artikel saya yang berjudul "ciri-ciri MCB
yang masih bagus dan yang sudah lamah/rusak".
g. Kompor gas
Hampir semua masyarakat Indonesia sudah menggunakan
kompor gas untuk keperluan masak sejak dikeluarkan kebijakan
oleh pemerintah tentang konversi minyak tanah ke tabung gas 3
kg, tetapi karena penggunaannya termasuk hal baru bagi sebagian
penduduknya maka banyak yang kurang faham tentang tata cara
pemasangan dan penggunaan yang aman untuk pemakain di
rumah, meski sering dilakukan penyuluhan oleh pemerintah tetap
saja banyak terjadi kasus kebakaran yang diakibatkan oleh
kompor gas ini. hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya
19
4. Klasifikasi Kebakaran
a. Berdasarkan Permenakertrans No. 04/Men/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan APARPasal 2 ayat (1) Kebakaran dapat
digolongkan:
1) Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);
2) Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar
(Golongan B);
3) Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
4) Kebakaran logam (Golongan D).
b. Klasifikasi Kebakaran Menurut Perda DKI No. 3 Tahun 1992,
Menurut Peraturan Daerah (Perda) Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta No. 3 Tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, bahaya kebakaran
dapat diklasifikasikan menjadi:
20
benar steril dari arus listrik, dan dilanjutkan dengan metode Cooling
(Pendinginan) yang berfungsi untuk menurunkan suhu sehingga bahan-
bahan padat yang terbakar akibat arus listrik tadi padam. Kebakaran pada
kawat listrik yang bertegangan, yang sebenarnya kelas C ini tidak lain
dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada aliran listrik,
kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran kelas A
atau B. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam
yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang yang
memadamkan kebakaran dari aliran listrik.Media pemadamnya adalah
bahan jenis kering (dry chemical), gas halon gas CO2, dry powder.
d. Kelas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum,
alumunium, natrium, kalium, dsb. Alat pemadam yang dipergunakan
adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.Proses
pemadamannya dengan menggunakan Metode Smotering dan Coolin
dimana menggunakan media tepung khusus yang di sebut tepung DCP
(Dry Chemical Pwder) REGULAR. Namun kebakaran kelas ini jarang
terjadi di lahan, hutan, dan pemukiman penduduk. Kebakaran logam
seperti magnesium, titanium, uranium, sodium, latium, dan potassium.
Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan yaitu pemanasan
awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat tinggi pula.
Pada kebakaran logam ini perlu dengan alat/media khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose.
Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran
Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja R.I No.Kep.186/Men/1999 Tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran Ditempat Kerja terdiri dari:
5. Dasar Hukum
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah
telah mengeluarkan aturan sebagai berikut :
29
6. Konsep Pemadaman
a. Konsep Pemadaman
Prinsip dari pemadaman kebakaran adalah memutus mata rantai segi
tiga api. Memadamkan kebakaran adalah upaya untuk mengendalikan
atau mematikan api dengan cara merusak keseimbangan panas.
Memadamkan kebakaran atau mematikan api dapat dilakukan dengan
beberapa teknik atau pendekatan yaitu :
1) Pemadaman Dengan Pendinginan
Teknik pendinginan adalah teknik memadamkan kebakaran dengan
cara mendinginkan atau menurunkan temperatur uap atau gas yang
terbakar sampai kebawah temperature nyalanya.
2) Pembatasan Oksigen
Teknik smothering , dengan salah satu contoh memadamkan minyak
yang terbakar di penggorengan / kuali dengan jalan menutup kuali
tersebut dengan bahan pemisah. Pembatasan ini biasanya merupakan
salah satu cara paling mudah untuk memadamkan api.
3) Penghilangan Bahan Bakar
Api secara alamiah akan mati dengan sendirinya jika bahan yang
dapat terbakar sudah habis. Dengan dasar ini , dapat digunakan
teknik starvation. Misalnya dengan menyemprotkan bahan yang
terbakar dengan busa sehingga suplai bahan bakar untuk
kelangsungan pembakaran terhenti atau berkurang sehingga api akan
mati.
36
b) Penyelimutan
c. Busa (foam)
Busa secara fisik mirip dengan buih sabun yang berisi gelembung udara
yang ringa sehingga mudah mengapung diatas permukaan cairan. Maka
busa sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B,
terutam apabiala permukaan yang terbakar luas. Jika dilihat dari
jenisnya busa dapat diklasifikasikan sebagai beikut :
1) Busa regular yaitu busa yang hanya mampu memadamkan bahan-
bahan cair yang tidak tergolong solvent (zat pelarut). Busa jenis ini
relative tidak stabil sehingga tidak dapat digunakan untuk bahan
yang mengandung senyawa alcohol.
2) Busa serbaguna yaitu busa yang dapat memadamkan kebakaran
zat-zat pelarut seperti alcohol , ether, dan keton.
Sedangkan jenis busa menurut pembentukannya dibagi menjadi 2 anatara
lain :
1) Busa Kimia
Yaitu busa yang terbentuk melalui proses kimiawi anatara bahan
pembentuk busa. Dilihat dari prosesnya busa jenis ini dapat dibagi
atas dua golongan yaitu :
a) Tepung tunggal
b) Tepung ganda
Jenis busa pemadam lainnya adalah asam soda yang dihasilkan dari
proses reaksi kimia antara dua bahan pembentuk busa.
2) Busa Mekanik
Busa jenis kedua disebut busa mekanis, yaitu busa yang dibentuk
melalui proses mekanis yang terdiri atas komponen pembentuk
busa yaitu :
1) Cairan busa
2) Air bertekanan.
Alat pembentuk busa yang banyak digunakan antara lain :
1) Foam monitor, alat untuk menyemprotkan busa
2) Foam Proportioner, yaitu alat untuk mengatur konsentrasi
larutan busa dengan air.
3) Foam Generator, alat unuk membentuk busa dengan
permuaian tinggi.
38
4) Sistem Hidran.
5) Sistem Springkler.
2) Sarana Proteksi Kebakaran Pasif
Sarana proteksi kebakaran pasif berupa alat, sarana atau metode/cara
mengendalikan asap, panas maupun gas berbahaya apabila terjadi
kebakaran. Di antara sarana proteksi kebakaran pasif antara lain :
1) Sistem Kompartementasi (Pemisahan Bangunan Resiko Kebakaran
Tinggi).
3) Sarana dan Sistem Pengendali Asap dan Api (Fire Damper, Smoke
Damper, Fire Stopping, dsj).
2) Detektor asap,
3) Jarak antara detektor tidak lebih dari 7 meter untuk ruang aktif dan
tidak lebih dari 10 meter untuk ruang sirkulasi, dan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut, diangkat dan dioperasikan oleh satu orang. Apar merupakan alat
pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung
diarahkan pada posisi dimana api berada.
1) Sejarah APAR
a) Tahun 1723, APAR pertama kali dikenal di Inggris dan diciptakan
oleh seorang ahli kimia bernama Ambrose Godfrey.
b) Tahun 1729, APAR mulai digunakan pada peristiwa kebakaran di
London, Inggris.
c) Tahun 1818, APAR modern telah ditemukan oleh Kapten Inggris
bernama George William Manby dan terus berkembang sampai
dengan sekarang.
2) Batas kemampuan pemadaman
Kemampuan alat pemadam untuk memadamkan api disebut fire rating.
Penentuan fire rating didasarkan pada pengujian dan pengetesan di
laboratorium atau lapangan yang disesuaikan dengan kelas kebakaran
yaitu :
43
a) Air
b) Busa
c) Tepung kering
d) CO2
e) Halogen
i. Pencegahan Kebakaran
Pencegahan kebakaran adalah usaha untuk menyadari atau
mewaspadai akan adanya faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya
atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah langkah untuk
mencegah kemngkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran
membutuhkan uatu program pendidikan, latihan dan pengawasan, suatu
rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan
kelengkapannya, inapeksi/ pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang
baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharannya baik
dari segi siap paikainya maupun dari segi mudah dicapainya.
Pengenalan kelas-kelas kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-
04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat
pemadam api ringan, kebakaran dapat digolongkan menjadi 4 golongan
sesuai dengan bahan yang terbakar (Pasal 2 ayat 1). Menurut NFPA, bahan
pemadam untuk masing-masing kelas tersebut pun berbeda-beda dan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 2. Kelas-kelas Kebakaran
Kertas, Kain,
Plastik, Kayu Air, Uap Air, Pasir, Busa,
Padat Non Logam CO2, Serbuk Kimia Kering,
Cairan Kimia
47
Metana,
Amoniak, Solar
Gas/Uap/Cairan CO2, Serbuk Kimia Kering,
Busa
Arus Pendek
Aluminium,
Tembaga, Besi,
Baja Serbuk Kimia sodium
Klorida, Grafit
Logam
Radioaktif
Lemak dan
Minyak
Baha Masakan
Cairan Kimia, CO2
n Masakan
3. Sprinkler
Pressure gauge (wet pipe 1 bulansekali
system)
Pipa dan sambunganpipa 1 tahunsekali
Valve kontrol 1 tahunsekali
Alarm sprinkler 4 bulan sekali & tes alarmsetiap
6 bulansekali
Aliran utama (main drain) Test setiap 1 tahunsekali
54
DAFTR PUSTAKA
Higene Perusahaan dan Kesehatan kerja : Dr. Sumamur PK, M.Sc, Gunung
Agung, Jakarta, 1996