Anda di halaman 1dari 27

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Terjadinya Kebakaran


Peristiwa kebakaran umumnya berawal dari api yang kecil. Namun perlu
diwaspadai, meskipun api masih kecil jika tidak dapat di kendalikan akan
menyebabkan kebakaran yang lebih besar. Setiap kejadian kebakaran tindakan
awal penanggulangan sangatlah menentukan karena pada saat itu api masih kecil
dan mudah dikendalikan. Kebakaran terjadi bukan karena keinginan kita, yang
tidak direncanakan dan tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan luka atau
cidera. Beberapa istilah yang menyangkut tentang kebakaran meliputi :
1. Api adalah suatu reaksi kimia (reaksi oksidasi) yang bersifat eksotermis dan
diikuti oleh evolusi atau pengeluaran cahaya dan panas serta dapat
menghasilkan nyala, asap dan bara. Reaksi kimia mengandung pengertian
adanya proses yang berlangsung secara kimia. Terjadinya api/kebakaran
disebabkan bergabungnya 3 unsur seperti bahan bakar, panas dan oksigen.
Bahan bakar adalah suatu bahan yang mudah terbakar
2. Nyala api adalah suatu reaksi berantai antara ketiga unsur (bahan mudah
terbakar atau bahan bakar, panas atau adanya minimum temperatur dan
oksigen atau bahan oksidator) secara cepat dan seimbang.
3. Kebakaran adalah timbulnya api yang tidak dikehendaki yang dapat
mengakibatkan kerugian materiil dan moril, yaitu berupa harta benda atau
korban jiwa dan raga.

4. Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api
yang tidak terkendali.
5. Penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Permenaker No.186/MEN/1999).
II.2 Fenomena Kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal
terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase
tertentu seperti dilukiskan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Diagram Fenomena Kebakaran


a) Awal terjadinya api/kebakaran tidak diduga waktu dan tempatnya.
b) Api akan menjadi besar dan meluas bila cukup media penghantarnya.
c) Intensitas nyala api dipengaruhi oleh sifat flammability dan quantities
jenis material yang terbakar.
d) Kebakaran akan surut dan padam bila keseimbangan reaksinya tidak
seimbang.

II.3 Teori Segitiga Api (fire triangle)


Kebakaran terjadi karena adanya penyalaan api yang tak terkendali,
sedangkan penyalaan yang terjadi karena adanya reaksi dari tiga unsur : panas,
oksigen dan bahan bakar yang berjalan dengan cepat dan seimbang. Apabila
salah satu unsur tersebut tidak ada atau kadarnya berkurang, maka tidak akan
terjadi nyala api.
Hal ini dapat digambarkan secara skematik yang di sebut dengan Segitiga
Api, sesuai gambar dibawah ini :

OKSIGEN

BAHAN BAKAR
API
PANAS
Gambar II.2 : Segitiga Api (fire triangle)

Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. :186/MEN/1980

Unsur yang menyebabkan kebakaran yaitu:


1. Bahan bakar
Mudah tidaknya suatu bahan terbakar tergantung dari titik nyalanya
dimana semakin rendah titik nyalanya suatu bahan maka semakin mudah
bahan itu terbakar.
Contoh bahan yang mudah terbakar :
a. Bahan padat

: kayu, kertas, karet, plastic, logam, batubara.

b. Bahan cair

: bensin, spiritus, solar, oli, minyak tanah, kerosin.

c. Bahan gas

: acetylene (C2H2), propan (C3H8), butan (C4H10),


LNG

hidrokarbon.

(Liquefied

Natural

Gas),

metana,

2. Panas
Panas akan membuat bahan akan mengalami perubahan temperatur
sehingga akhirnya tercapai titik nyalanya. Sumber panas yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran meliputi :
a. Matahari
b. Listrik
c. Panas dari energi mekanik
d. Panas dari energy kimia
e. Kompresi udara
Panas dapat berpindah tempat melalui tiga cara yaitu :
a. Radiasi atau pancaran adalah paparan langsung kearah tegak lurus
melalui pancaran gelombang elektromagnetik.
b. Konveksi atau perbedaan tekanan udara adalah perpindahan panas
melalui gerakan udara.
c. Konduksi atau rambatan adalah perpindahan panas melalui media.
3. Oksigen
Suatu tempat dinyatakan masih memiliki keaktifan pembakaran bila
kadar oksigennya lebih dari 15%, sedang pembakaran tidak akan terjadi
bila kadar oksigennya kurang dari 12%.
II.4 Teori Piramida Bidang Empat (Tetrahedron of Fire)
Gambar di bawah ini menjelaskan hubungan antara tiga unsur yang dapat
menyebabkan timbulnya api. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada, maka api
tidak akan terjadi. Namun study selanjutnya mengenai fisika dan kimia,
menyatakan bahwa peristiwa pembakaran mempunyai tambahan lagi mengenai

pengertian dimensi pada segi tiga api, menjadi teori model baru yang disebut
bidang empat api atau Tetrahedron Of Fire.

Gambar 2.5 Bidang Empat Api


Studi ini menjelaskan bahwa pembakaran tidak hanya terjadi atas tiga unsur,
namun reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran
yaitu : CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil yang lain dari reaksi ini adalah adanya
radikal-radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil
(OH).
Bila ada dua gugus OH, maka akn pecah menjadi H2O dan radikal bebas O.
Dimana reaksinya 2OH H2O + O radikal. O radikal ini selanjutnya akan
berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi
pembakaran berantai (Cain Reaction Of Combustion). Dari reaksi kimia, selama
proses pembakaran berlangsung ini memberikan kepercayaan pada hipotesa baru,
dari prinsip segi tiga api kemudian terbentuk bidang empat api. Dimana sisi yang
ke empat sebagai sisi dasar yaitu rantai reaksi pembakaran. Lebih jelasnya,
perbedaan antara Teori Segi Tiga Api dan Tetrahedron Of Fire adalah sebagai
berikut:

Pada Teori Segi Tiga Api, bahan bakar sendiri tidak terbakar. Tapi
mengalami pemanasan hingga menghasilkan gas dan uap. Gas dan uap

10

yang terbakar tersebut oleh karena letaknya yang berdekatan dengan bahan
bakar (fuel), sehingga bahan bakar akan terlihat seolah-olah terbakar.

Pada Tetrahedron Of Fire bahan bakar mengalami pemanasan


sehingga mengeluarkan gas dan uap yang menyala akibat timbulnya reaksi
kimia. Pada akhirnya bahan bakar (fuel) akan terbakar dan habis.
Prosentasi oksigen di atmosfer adalah 21%, namun terkadang pada ruang

atau kondisi tertentu prosentasi oksigen dapat berubah. Prosentase oksigen yang
dapat membuat api tetap menyala adalah kisaran antara 12% hingga 21%. Api
akan padam jika prosentase oksigen kurang dari 12%, sedangkan api akan sulit
sekali dipadamkan jika prosentase oksigen diatas 21% karena oksigen dengan
prosentase tersebut menjadi bersifat flammable.
Selain ketersediaan oksigen, ketersediaan bahan bakar juga mempengaruhi
muncul atau tidaknya api. Bahan bakar dibagi menjadi tiga macam, yaitu bahan
bakar padat (contoh: kayu, kertas, batu bara, arang, dll), cair (bensin, solar,
minyak tanah, alkohol, dll) dan gas (Elpiji, nitrogen oksida, propana).
Oksigen dan bahan bakar tidak akan pernah menjadi api jika tidak ada
panas. Jika suhunya tidak mencukupi, oksigen dan bahan bakar tidak akan
pernah terbakar. Sumber panas yang paling berperan dalam munculnya api
adalah matahari. Jadi reaksi antara ketiga unsur tersebut yang menjadi asal mula
terjadinya api yang selama ini kita kenal sebagai teori segitiga api.

II.5 Penyebab Terjadinya Kebakaran


Penyebab kebakaran adalah dikarenakan adanya tindakan yang tidak aman
(unsafe action) dan keadaan yang tidak aman (unsafe condition) yang dapat

11

menyebabkan kebakaran. Kedua penyebab kebakaran tersebut dapat di uraikan


sebagai berikut :
1. Faktor manusia (Unsafe Action), meliputi :
a. Kelalaian
Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang
sudah memahami/mengerti

tentang cara-cara pengnggulangan

kebakaran. Hanya saja ia malas/lali untuk menjalaninya, misalnya :


1) Tidak pernah mau memperhatikan/meneliti atau mengdakan
pengontrolan/pemeriksaasn secara rutin terhadap alat-alat yang
akan dan sedang dipakai (kompor, generator, instalsi listrik, alatalat listrik, dll)
2) Tidak pernah mengadakan pengmatan terhadap lindkungan
siruasi setempat waktu akan meninggalkan ruang kerja atau
ruang tinggal
3) Tidak pernah mengadakan penggontrolan terhadap perlengkapan
alat pemadam kebakran
4) Tidak mematuhi larangan-larangan di suatu tempat
5) Kurang pengertian dalam pencegahan bahaya kebakaran.
6) Kurang hati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang
menimbulkan api.
7) Kurang kesadaran atau tidak disiplin.
b. Disengaja
Kebakaran yang disebabkan oleh unsur kesengajaan (benar-benar
sengaja

dilakukan)

oleh

seseorang

dengan

tujuan

mencari

12

keuntungan pribadi, untuk balas dendam, sabotase, mencari


keuntungan pribadi ataupun menghilangkan jejak.
c. Kurangnya pengertian terhadap penaggulangan bahaya kebakran.
Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti
atau hanya sedikit mengetahui tentang cara-cara penanggulangan
bahaya kebakaran, misalnya:
1) Mendekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber
api/panas, seperti: meletakkan kompor yang sedang menyala
di dekat dinding yang mudah terbakar
2) Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan
menggunakan peralatan pemadam/media pemadam yang
bukan pada tempatnya/fungsinya, seperti: memadamkan api
yang berasal dari kebakran benda cair (bensin, solar, minyak
tanah, dll) dengan menggunakan air
2. Faktor kondisi yang dapat menyebabkan kebakaran (Unsafe Condition),
meliputi :
a. Peristiwa alam, misalnya :
1) Sinar matahari dapat mengakibatkan kebakaran gudang (gudang
mesiu, gudang bahan kimia).
2) Letusan gunung berapi, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang
luas, juga perumahan-perumahan yang dilalui oleh lahar panas
3) Gempa bumi
4) Petir atau halilintar, adalah salah satu penyebab adanya
kebakaran dan peledakan akibat dari faktor alam

13

5) Angin topan
b. Ketatarumahtanggaan (house keeping) yang buruk.
c. Mesin yang tak terawat dan mencapai panas, misalnya boiler.
d. Instalasi atau peralatan listrik yang buruk pemasangannya.
3. Faktor teknis
a. Melalui proses mekanis, dimana 2 faktor penting yang menjadi
peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu
atau timbulnya bunga api akibat dari pengetesan benda-benda
maupun adanya api terbuka.
b. Melaui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahanbahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan(handling)
tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada.
c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan
pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat
menyalakan atau membakar komponen yang lain.
II.6 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kelas
kebakaran berdasarkan atas jenis bahan yang terbakar. Tujuan klasifikasi
kebakaran agar dapat ditentukan sistem pemadaman api yang tepat. Kebakaran
diklasifikasikan menurut jenis bahan bakar yang terbakar, konsekwensinya sarana
pemadam dirancang berdasarkan pada jenis kebakaran yang akan dipadamkan.
Indonesia telah memberlakukan klasifikasi kebakaran menurut N.F.P.A
(National Fire Protection Association) dan sesuai dengan Keputusan Mentri
Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di

14

Tempat Kerja serta Instruksi Mentri Tenaga Kerja RI No. Ins.11/M/B/1997


tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran. Klasifikasi
kebakaran tersebut dibagi menjadi :
1. Kelas A
Api yang berasal dari kebakaran benda atau bahan padat kecuali logam yang
bilamana terbakar meninggalkan arang dan debu. Contoh : Kayu, kertas,
tekstil, plastik.
2. Kelas B
Api yang berasal dari kebakaran benda atau bahan cair atau gas. Contoh :
Bensin atau premium, solar, oli, spiritus, minyak tanah, tinner, cat.
3. Kelas C
Api yang berasal dari kebakaran instalasi listrik atau kebakaran yang masih
mengandung aliran listrik.
4. Kelas D
Api yang berasal dari kebakaran bahan atau benda logam yang mudah
terbakar. Contoh : Magnesium, Natrium (Sodium), Calsium, Kalium
(Potasium), Titanium.
II.7 Hasil Pembakaran
Asap, sebagai hasil pembakaran yang kurang sempurna, contohnya pembakaran
sempurna: CH4+2 O2

CO2+2 H2O dan

Pembakaran yang tidak sempurna : CH4+2 O2

CO2+H2O+H2

Sedangkan warna asap tergantung dari sifat material pada kelas A


1. Putih abu-abu ringan menandakan pembakaran bebas (free burning)

15

2. Hitam atau abu-abu gelap menandakan kebakran yang panas sekali dan
kurang oksigen
3. Kuning, merah, ungu, dan lain-lain menandakan adanya gas-gas
beracun
II.8 Prinsip Pemadaman Kebakaran
Prinsip pemadaman kebakran pada dasarnya adalah merusak keseimbangan
campuran antara unsure/faktor penunjang terjadinya api. Beberapa cara dalam
pemadaman api, yaitu:
1. Cara

penguraian

(Starvation)

menyingkirkan atau

yaitu

dengan

memisahkan

atau

mengurangi adanya bahan-bahan yang mudah

terbakar atau menutup aliran bahan (cairan/gas) yang terbakar. Pada


umumnya cara penguraian ini sangatlah sulit dan berbahaya pada tangki
minyak, kebakaran gas.
2. Cara pendinginan (Cooling) yaitu dengan menurunkan panas sehingga
temperatur bahan yang terbakar turun sampai di bawah titik nyala (flash
point). Pendinginan adalah pemakaian bahan pemadaman api yang bersifat
menyerap panas dan pada umumnya menggunakan air baik dalam bentuk
jet, spray atau busa.
3. Cara isolasi (Smothering) yaitu dengan menurunkan kadar oksigen sampai
di bawah 12% atau mencegah terjadinya reaksi dengan oksigen. Prinsip
mengurangi oksigen (dillution) atau melakukan pemutusan terhadap udara
luar dengan benda/bahan yang terbakar agar perbandingan udara (oksigen)
dengna benda yang terbakar berkuran, misalnya dengan menyemprotkan
gas CO2. Cara mengisolir oksigen dapat dilakukan dengan menutup

16

permukaan yang terbakar, misalnya dengan blanket (gas CO 2 dan cairan


mudah menguap), busa kimia atau busa mekanik.
4. Memutus reaksi api (Stop the reaction) sesuai hasil studi di Amerika
Serikat selain dengan cara starvation, cooling, smothering ada unsur ke
empat yang disebut Tetrahedron Of Fire, yaitu teori radikal bebas yang
ternyata memiliki peranan besar dalam proses terjadinya nyala api. Bahan
pemadam api yang berfungi memutus reaksi nyala api adalah jenis serbuk
kimia kering (dry chemical powder) dan gas Halon atau Pasca Halon
(NFPA 1960-The Chemical aspect of fire extinguishments).
II.9 Teknik dan Taktik Pemadam Kebakaran
Setiap usaha untuk memadamkan kebakaran bertujuan agar nyala api
dapat segera dikendalikan dengan cepat, tepat dan efisien, sehingga korban
maupun kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan teknik dan taktik untuk pemadaman kebakaran, yang meliputi:
1. Teknik pemadaman kebakaran adalah kemampuan mempergunakan alat
dan perlengkapan pemadam kebakaran dengan sebaik-baiknya. Syarat
untuk menguasai teknik pemadaman adalah sebagai berikut :
a.

Menguasai dengan baik pengetahuan tentang pencegahan dan


penanggulangan bahaya kebakaran.

b.

Dapat menggunakan peralatan dan perlengkapan pemadam dengan


cepat dan benar.

c.

Sudah terlatih menghadapi situasi.

2. Taktik pemadaman kebakaran adalah kemampuan menganalisa situasi


sekaligus dapat melakukan tindakan dengan cepat dan tepat, tanpa

17

menimbulkan korban maupun kerugian yang lebih besar. Hal yang penting
diperlukan untuk melaksanakan taktik pemadaman yang baik adalah :
a.

Dapat bekerja dengan tenang dan tabah.

b.

Harus berani mengambil tindakan yang dipandang perlu.

c.

Harus dapat bekerja sama dengan tim yang kompak.

Faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya usaha pemadaman yaitu:


1.

Pengaruh angin
Kekuatan angin dan arah yang berhembus dapat dipakai sebagai
pedoman dalam menentukan arah menjalarnya api. Usaha pemadaman
tidak dibenarkan untuk melawan arah angin. Pemadaman dengan melawan
arah angin sangat berbahaya karena pemadam bisa terkena jilatan api juga
terhalang asap dan dapat menjadi korban.

2.

Warna asap
Jenis bahan yang terbakar dapat dilihat dari warna asap. Misalnya
bila warna asap hitam dan tebal maka kemungkinan bendanya adalah
aspal, karet, plastik, minyak atau benda lain yang mengandung minyak.
Selain dengan melihat warna asap untuk mengetahui jenis bahan yang
terbakar dapat juga dengan mengidentifikasi bahan yang dipergunakan di
dalam perusahaan tersebut, misalnya bila kebakaran terjadi di pabrik kayu
biasanya bahan yang terbakar kemungkinan besar adalah kayu. Setelah
tahu jenis bahan yang terbakar maka dapat tentukan sistem dan alat
pemadaman yang tepat serta tindakan lain yang mungkin diperlukan.
Kebakaran kelas A, sistem dan alat pemadamannya :
a.

Gunakan air untuk memadamkan kebakaran jenis ini.

18

b.

Kebakaran

kelas

sukar

dipadamkan

dengan

cara

menyingkirkan oksigen seperti menggunakan CO2.


c.

Diperlukan pengaruh pendinginan untuk pemadaman secara


total sampai mencapai suhu dibawah titik nyalanya.

Kebakaran kelas B, sistem dan alat pemadamannya :


a. Menutupi (smothering) atau menyelimuti (blanketing) adalah cara
yang paling efektif untuk memadamkan :
1) Pemisahan oksigen.
2) Mengurangi produksi uap.
b. Metode pemadaman lainnya adalah :
1) Memisahkan bahan bakar.
2) Menurunkan suhu.
3) Menghentikan reaksi berantai dengan tepung kering.
c. Kebakaran kelas C, sistem dan alat pemadamannya :
1)

Lakukan pemutusan hubungan arus listrik terlebih dahulu


sehingga tidak ada aliran listrik pada waktu terjadi kebakaran.

2)

Jenis alat pemadaman yang efektif untuk kelas ini adalah


jenis alat pemadaman kering antara lain : dry powder atau
pasir.

d. Kebakaran Kelas D, sistem dan alat pemadamannya :


1)

Air dan jenis alat pemadaman kebakaran yang biasa tidak


akan efektif memadamkan kebakaran jenis ini.

19

2)

Bahan logam yang terbakar harus diperlakukan sesuai


dengan rekomendasi pada MSDS (Material Safety Data
Sheet)-nya.

3)

Diperlukan pemadam kebakaran khusus (Metal-X, busa)


untuk memadamkan kebakaran jenis ini.

3.

Lokasi kebakaran
Kebakaran terjadi diluar ruangan (outdoor) bisa juga didalam
ruangan (indoor). Upaya pemadaman harus memperhatikan lokasinya.
Kebakaran terjadi di kampung yang letak rumahnya saling berdekatan
ataukah terjadi di pusat pertokoan dan sekitarnya.

4.

Bahaya lain yang mungkin terjadi.


Bahaya lain yang ditimbulkan akibat kebakaran yang harus
diwaspadai antara lain :
a.

Bahaya jatuh dan terperangkap. Faktor penyebab bahaya


yaitu : alas penutup lobang melemah, kontruksi lantai rapuh,
keadaan gelap karena asap tebal.

b.

Bahaya ledakan tangki yang terbakar dapat meledak, untuk


menghindarinya lakukan pemadaman dengan metode pendinginan.

c.

Bila kebakaran terjadi di ruangan tertutup maka dapat


terjadi penurunan kadar oksigen (O2) dan dapat mengakibatkan
letih, lemas dan pingsan.

II.10 Prosedur Bila Terjadi Kebakaran


Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan
dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi

20

perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan.


Pencegahan kebakaran dan pengurangan korban kebakaran tergantung dari lima
prinsip pokok sebagai berikut :
1. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik.
2. Pembuatan bangunan yang tahan api.
3. Pengawasan yang teratur dan berkala.
4. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya.
5. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat
kebakaran dan tindakan pemadamannya.
Bila terjadi kebakaran harus diambil langkah sebagai berikut:
1. Berusaha tenang dan tidak panik karena setiap kepanikan akan
mengurangi daya pikir dan gerak anda.
2. Membunyikan alarm karena untuk memberitahukan adanya kebakaran dan
melakukan langkah pengamatan.
3. Menggunakan APAR cepat dan tepat.
4. Memanggil regu kebakaran.
5. Mematikan aliran listrik karena dalam kebakaran kita berusaha
mengurangi segala kemungkinan yang dapat menambah besar kebakaran,
korban dan bahaya.
6. Memadamkan dengan APAR dengan memperhitungkan dan waspada
jangan mempertaruhkan nyawa sia-sia karena kecerobohan diri sendiri
sehingga terjebak dalam kebakaran.
II.11 Penanggulangan Kebakaran

21

Pengertian penanggulangan

kebakaran adalah segala upaya untuk

mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap


perwujudan

energi,

pengadaan

sarana

proteksi

kebakaran

dan

sarana

penyelamatan dan pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas


kebakaran.
Upaya penanggulangan kebakaran diartikan sebagai tindakan terencana
dalam mencegah terjadinya kebakaran serta tindakan penanganan di saat
kebakaran terjadi dengan disertai penyelamatan korban dan pengamanan
dokumen. Setiap pengurus atau pengusaha harus wajib melakukan usaha untuk
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran melalui:
1.

Mengendalikan setiap bentuk energi.

2.

Menyediakan sarana proteksi kebakaran, meliputi : sarana


proteksi aktif (sarana deteksi, alarm, sprinkler, APAR, hidran) dan sarana
proteksi pasif (MOE (Means Of Escape), sistem tanggap darurat, sarana
evakuasi).

3.

Mengendalikan penyebaran asap, panas dan gas.

4.

Membentuk unit penanggulangan kebakaran di tempat


kerja.

5.

Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan


kebakaran secara berkala.

6.

Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat


kebakaran bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima
puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya
kebakaran sedang dan berat.

22

II.12 Usaha Penaggulangan Kebakaran


Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
1) Tindakan preventif
Usaha pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebakaran dengan
maksud menekan atau mengurangi faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya kebakaran antara lain :
a. Mengadakan penyuluhan
b. Pengawasan terhadap bahan bangunan
c. Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang
d. Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api
e. Pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan sarana penyelamatan
jiwa
f. Pengadaan sarana pengindera kebakaran
g. Penegakan peraturan dan ketentuan
h. Mengadakan letihan secara berkala
2) Tindakan represif
Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud
untuk memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran.
a. Usaha pemadaman
1) Penggunaan peralatan pemadaman kebakaran
2) Mencegah meluasnya kebakran
3) Penggunaan alat penunjang
b. Pertolongan atau penyelamatan jiwa manusia dan harta benada
1) Pengamana daerah kebakaran dan bahaya kebakaran

23

2) Pelaksanaa evakuasi
3) Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman

c. Usaha pencarian
1) Mencari sumber api untuk dipadamkan
2) Mencari orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan
terjebak
3) Mencari harta benda atau dokumen penting untuk
diamankan
3) Tindakan rehabilitative
Upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakran dengan maksud evaluasi
dan menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah
selanjutnya, antara lain :
a. Menganalisa tindakan yang telah dilakukan
b. Membuat pendataan menyelidiki faktor penyebab kebakran
II.13 Program Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan
pengamatan dan pemadaman kebakaran serta meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Dengan

meningkatnya

penggunaan

bahan

yang

mudah

terbakar,

pengintensifan, pencegahan, dan penanggulangan terhadap kebakaran harus


ditingkatkan, agar kerugian dapat diperkecil dan agar korban jiwa menjadi sedikit
mungkin.
II.14. Organisasi Keselamatan

24

Organisasi keselamatan adalah organisasi intern yang bertujuan untuk


mengamankan penghuni pemakai gedung ataupun harta benda di dalam dan di
lingkungan bangunan terhadap ancaman bahaya kebakaran. Sistem pengamanan
dalam organisasi keselamatan berada dibawah koordinasi seorang penanggung
jawab yang mengelola tugas yang meliputi :
1. Penyusunan rencana strategi sistem pengamanan kebakaran
2. Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pemadam/penyelamatan
3. Pemeriksaan secara berkala
4. Pelaksanaan latihan penaggulangan bahaya kebakaran
5. Evakuasi penghuni saat kebakaran
Anggota unit/regu penanggulangan kebakaran menurut fungsi tugasnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Unit/regu khusus penanggulangan kebakaran adalah suatu bagian dari
organisasi di organisasi di tempat kerja yang diberikan beban tugas dan
tanggung jawab khusus untuk menangani masalah penanggulangan bahaya di
tempat kerja yang bersangkutan.
2. Unit/regu penanggulangan kebakaran yang berfungsi sebagai tugas
sampingan

adalah

selain

mereka

telah

ditunjuk

sebagai

unit/regu

penaggulangan kebakaran di tempat kerja, mereka tetap mempunyai tanggung


jawab atas pekerjaan sebagaimana karyawan lain.
Mereka ini harus mengikuti program latihan baik secara teoritis maupun
praktek dan harus pula dilengkapi dengan perlengkapan yang menunjang
pelaksanan tugasnya.
Mengenai organisasi keselamatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

25

1. Organisasi Berlakar (bantuan keselamatan kebakaran) unit:


a. Anggota satuan pengamanan setempat dan teknisi
b. Bertugas selama 1 x 24 jam
c. Bertanggung jawab di seluruh bangunan gedung
d. Susunan organisasi disesuaikan dengan situasi
e. Bentuk susunan organisasi meliputi:
1) Pimpinan keselamatan kebakaran
2) Wakil pimpinan keselamatan kebakaran
3) Pengawasan evakuasi gedung
4) Petugas pemadam kebakaran
5) Petugas P3K
6) Petugas pos komando
7) Petugas panel control
8) Petugas generator
9) Petugas lift kebakaran
10) Petugas pengaman lingkungan
11) Petugas di tempat berhimpun (pos pertolongan)
2. Organisasi peran kebakaran
a. Anggota seluruh penghuni bangunan
b. Bertugas pada jam kerja
c. Dibentuk disetiap lantai ruangan
d. Susunan organisasi sesuai dengan kebutuhan
e. Susunan organisasi meliputi:
1) Kepala peran kebakaran lantai

26

2) Wakil kepala peran kebakaran lantai


3) Petugas pemadam kebakaran
4) Petugas penyelamat pencari evakuasi
II.15 Sarana Pemadam Kebakaran
1. Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem yang memberikan
isyarat

atau

tanda

adanya

suatu

kebakaran

(Permenaker

No.

Per02/Men/1983). Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat yang


tertangkap oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm) yakni lampu
indikator.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR ialah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Berikut ini beberapa
media yang pemadam api yang umum dipakai sebagai APAR :
a. Tepung kimia kering
b. Air
c. Busa (foam)
d. Halon (cairan mudah menguap)
e. CO 2
Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api sangat tergantung
dari 4 faktor, yaitu:
a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran
b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR
c. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR

27

d. Berfungsinya APAR dengan baik


APAR merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran, dan sangat
efektif bila digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh
karena itu APAR harus disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau.
Penggunaan

APAR

yang

memenuhi

syarat

Permennaker

No.

Per.04/Men/1980, sebagai berikut :


a. Setiap jarak 15 meter
b. Di tempat yang mudah dilihat atau dijangkau
c. Pada jalur keluar arah refleks pelarian
d. Memperhatikan suhu sekitarnya
e. Tidak terkunci
f. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar
g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar,
ukurannya, dan kecepatan menjalarnya.
h. Orang yang akan menggunakannya
i. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia
j. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakan APAR
3. Hidran
Hidran adalah rangkaian yang digunakan untuk pemadaman kebakaran
dengan bahan utama air. Ada hydrant yang dipasang di luar ataupun di dalam
gedung. Hydran biasanya dilengkapi dengan selang (fire house) yang
disambung dengan kepala selang (nozzle) yang tersim pan rapi di dalam suatu
kotak hidran baja dengan warna cat merah mencolok.

28

Pemasangan hidran kebakaran dalam mengamankan bangunan gedung


akan menjadi suatu keharusan. Pengu jian dan pengawasan instalasi hidran
kebakaran untuk menjamin terpeliharanya instalasi tersebut agar dapat tetap
berfungsi dengan baik harus mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
4) Sarana Emergency dan Evakuasi
Salah satu upaya penanggulangan kebakaran terutama untuk mencegah
dan mengurangi akibat buruk dari kebakaran terhadap jiwa raga, serta
untuk mempermudah pemberantasan kebakaran adalah dengan tersedianya
sarana dan pra-sarana emergency dan evakuasi yang memenuhi standar.
Perlunya

penciptaan

sistem

kebakaran

yang

bertujuan

untuk

menghindarkan terjadinya kebakaran dan bila terjadi dapat diatasi dengan


cepat dan tepat tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerusakan yang
berarti.
3. Prosedur evakuasi
Satuan organisasi gawat darurat pada waktu terjadi kebakaran menunjukkan
adanya pengaturan prosedur kesel amatan dan pencegahan kebakaran untuk suatu
tempat kerja baik itu perkantoran, industri maupun komplek perumahan, harus
ditentukan. Pedoman prosedur darurat yang dibuat oleh satuan penanggulangan
kebakaran dalam kejadian kebakaran meliputi :
a. Gambaran umum suatu tempat kerja dan jalan- jalan keluar untuk
penyelamatan
b. Tempat aman atau daerah aman
c. Seksi dan staf yang mempunyai tugas ganda keadaan darurat
dalam suatu tempat kerja, antara lain :

29

1) Memberi intruksi yang jelas kepada semua penghuni untuk


memahami setiap kejadian
2) Menunjuk petugas untuk press relation
3) Cara penyelamatan
4) Menyelamatkan barang/dokumen penting
5) Menunjukkan arah keluar gedung dan tempat aman
6) Mengecek semua karyawan/penghuni/tenaga kerja
7) Semua staf harus segera melaporkan ke tempat yang telah
ditentukan
8) Melokalisir dan mengamankan tempat aman pengungsi maupun
untuk barang/dokumen penting
4. Memilih rute evakuasi
Para penghuni/karyawan harus sudah dapat memilih rute untuk menyelamatkan
diri dari nyala api. Rute meloloskan diri harus dirancang untuk memuat jumlah
orang yang akan memakainya. Rute ini harus menjamin keamanan pengungsi dari
nyala api, asap dan gas. Jarak perjalanan ke daerah yang dilindungi harus sudah
diperhitungkan mudah tidaknya bangunan berikut isi dan jumlah penghuni. Jarak
perjalanan ke luar tempat aman harus memenuhi ketentuan teknis yang telah
ditentukan. Sekiranya tempat ke luar menuju daerah aman ada 2 buah, jarak
perjalanan ke luar ke tempat aman tidak sama dengan yang hanya memiliki 1
buah tempat keluar.
5. Pengamanan rute evakuasi
Cara yang sesuai untuk meloloskan diri dari api harus tersedia dan cukup
memadai untuk seluruh penghuni yang berada di dalam suatu bangunan. Jalan,

30

tangga, koridor dan lobi merupakan sebagian dari rute evakuasi, harus dilindungi
oleh dinding, lantai dan langit yang mampu menahan api paling sedikit 1 jam,
lebih baik selama 2 jam dengan pintu tahan api yang dapat menutup sendiri untuk
tiap pintu masuk ke tempat yang mengelilinginya. Koridor, jalan tangga dan jalan
keluar, harus cukup lebar dan cukup banyak sehinga setiap orang yang berada di
dalam gedung dapat terevakuasi dengan cepat. Lebar pintu minimum yang
digunakan sebagai jalan keluar harus memenuhi ketentuan persyaratan teknis. Hal
ini dimaksudkan agar jumlah rata orang per satuan waktu dapat keluar meloloskan
diri sesuai ketentuan. Disamping itu perencanaan rute evakuasi harus sudah
diperhitungkan pula tentang lamanya seseorang atau penghuni untuk berevakuasi
mencapai daerah yang aman.
2.4. Pendidikan dan Pelatihan
Latihan dimaksudkan untuk menetapkan suatu prosedur untuk bertindak bila
terjadi kebakaran. Hasil dari latihan ini bila benar terjadi kebakaran maka :
a. Orang yang mungkin ada di dalam bahaya dapat bertindak dengan tenang
dan teratur.
b. Bila diperlukan pengungsian dapat berjalan dengan cepat dan teratur
Masalah pendidikan untuk mencapai suatu tindakan yang sangat efektif sangat
diperlukan. Begitu pula pendidikan tentang evakuasi terutama bagi mereka yang
bertugas pada malam hari sangat diprioritaskan. Ragam pendidikan juga harus
disesuaikan menurut kondisi yang ada misalnya karyawan untuk rumah sakit dan
karyawan pada tempat kerja lain. Kemudian sumber penyebab kebakaran pada
rumah sakit berbeda dengan yang ada di daerah kompleks penghunian lainnya.
Perbedaan lingkungan dari rumah sakit menghendaki program pendidikan yang

31

luas tertuju untuk menanggulangi areal yang mdah terkena api. Alat peraga visual
dan pendidikan tertulis harus diperoleh dan dikembangkan oleh manajemen untuk
mengadakan program pencegahan api secara efektif serta pengawasannya.

Anda mungkin juga menyukai