BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api
yang tidak terkendali.
5. Penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Permenaker No.186/MEN/1999).
II.2 Fenomena Kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal
terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase
tertentu seperti dilukiskan pada gambar dibawah ini.
OKSIGEN
BAHAN BAKAR
API
PANAS
Gambar II.2 : Segitiga Api (fire triangle)
b. Bahan cair
c. Bahan gas
hidrokarbon.
(Liquefied
Natural
Gas),
metana,
2. Panas
Panas akan membuat bahan akan mengalami perubahan temperatur
sehingga akhirnya tercapai titik nyalanya. Sumber panas yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran meliputi :
a. Matahari
b. Listrik
c. Panas dari energi mekanik
d. Panas dari energy kimia
e. Kompresi udara
Panas dapat berpindah tempat melalui tiga cara yaitu :
a. Radiasi atau pancaran adalah paparan langsung kearah tegak lurus
melalui pancaran gelombang elektromagnetik.
b. Konveksi atau perbedaan tekanan udara adalah perpindahan panas
melalui gerakan udara.
c. Konduksi atau rambatan adalah perpindahan panas melalui media.
3. Oksigen
Suatu tempat dinyatakan masih memiliki keaktifan pembakaran bila
kadar oksigennya lebih dari 15%, sedang pembakaran tidak akan terjadi
bila kadar oksigennya kurang dari 12%.
II.4 Teori Piramida Bidang Empat (Tetrahedron of Fire)
Gambar di bawah ini menjelaskan hubungan antara tiga unsur yang dapat
menyebabkan timbulnya api. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada, maka api
tidak akan terjadi. Namun study selanjutnya mengenai fisika dan kimia,
menyatakan bahwa peristiwa pembakaran mempunyai tambahan lagi mengenai
pengertian dimensi pada segi tiga api, menjadi teori model baru yang disebut
bidang empat api atau Tetrahedron Of Fire.
Pada Teori Segi Tiga Api, bahan bakar sendiri tidak terbakar. Tapi
mengalami pemanasan hingga menghasilkan gas dan uap. Gas dan uap
10
yang terbakar tersebut oleh karena letaknya yang berdekatan dengan bahan
bakar (fuel), sehingga bahan bakar akan terlihat seolah-olah terbakar.
atau kondisi tertentu prosentasi oksigen dapat berubah. Prosentase oksigen yang
dapat membuat api tetap menyala adalah kisaran antara 12% hingga 21%. Api
akan padam jika prosentase oksigen kurang dari 12%, sedangkan api akan sulit
sekali dipadamkan jika prosentase oksigen diatas 21% karena oksigen dengan
prosentase tersebut menjadi bersifat flammable.
Selain ketersediaan oksigen, ketersediaan bahan bakar juga mempengaruhi
muncul atau tidaknya api. Bahan bakar dibagi menjadi tiga macam, yaitu bahan
bakar padat (contoh: kayu, kertas, batu bara, arang, dll), cair (bensin, solar,
minyak tanah, alkohol, dll) dan gas (Elpiji, nitrogen oksida, propana).
Oksigen dan bahan bakar tidak akan pernah menjadi api jika tidak ada
panas. Jika suhunya tidak mencukupi, oksigen dan bahan bakar tidak akan
pernah terbakar. Sumber panas yang paling berperan dalam munculnya api
adalah matahari. Jadi reaksi antara ketiga unsur tersebut yang menjadi asal mula
terjadinya api yang selama ini kita kenal sebagai teori segitiga api.
11
dilakukan)
oleh
seseorang
dengan
tujuan
mencari
12
13
5) Angin topan
b. Ketatarumahtanggaan (house keeping) yang buruk.
c. Mesin yang tak terawat dan mencapai panas, misalnya boiler.
d. Instalasi atau peralatan listrik yang buruk pemasangannya.
3. Faktor teknis
a. Melalui proses mekanis, dimana 2 faktor penting yang menjadi
peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu
atau timbulnya bunga api akibat dari pengetesan benda-benda
maupun adanya api terbuka.
b. Melaui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahanbahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan(handling)
tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada.
c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan
pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat
menyalakan atau membakar komponen yang lain.
II.6 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kelas
kebakaran berdasarkan atas jenis bahan yang terbakar. Tujuan klasifikasi
kebakaran agar dapat ditentukan sistem pemadaman api yang tepat. Kebakaran
diklasifikasikan menurut jenis bahan bakar yang terbakar, konsekwensinya sarana
pemadam dirancang berdasarkan pada jenis kebakaran yang akan dipadamkan.
Indonesia telah memberlakukan klasifikasi kebakaran menurut N.F.P.A
(National Fire Protection Association) dan sesuai dengan Keputusan Mentri
Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di
14
CO2+H2O+H2
15
2. Hitam atau abu-abu gelap menandakan kebakran yang panas sekali dan
kurang oksigen
3. Kuning, merah, ungu, dan lain-lain menandakan adanya gas-gas
beracun
II.8 Prinsip Pemadaman Kebakaran
Prinsip pemadaman kebakran pada dasarnya adalah merusak keseimbangan
campuran antara unsure/faktor penunjang terjadinya api. Beberapa cara dalam
pemadaman api, yaitu:
1. Cara
penguraian
(Starvation)
menyingkirkan atau
yaitu
dengan
memisahkan
atau
16
b.
c.
17
menimbulkan korban maupun kerugian yang lebih besar. Hal yang penting
diperlukan untuk melaksanakan taktik pemadaman yang baik adalah :
a.
b.
c.
Pengaruh angin
Kekuatan angin dan arah yang berhembus dapat dipakai sebagai
pedoman dalam menentukan arah menjalarnya api. Usaha pemadaman
tidak dibenarkan untuk melawan arah angin. Pemadaman dengan melawan
arah angin sangat berbahaya karena pemadam bisa terkena jilatan api juga
terhalang asap dan dapat menjadi korban.
2.
Warna asap
Jenis bahan yang terbakar dapat dilihat dari warna asap. Misalnya
bila warna asap hitam dan tebal maka kemungkinan bendanya adalah
aspal, karet, plastik, minyak atau benda lain yang mengandung minyak.
Selain dengan melihat warna asap untuk mengetahui jenis bahan yang
terbakar dapat juga dengan mengidentifikasi bahan yang dipergunakan di
dalam perusahaan tersebut, misalnya bila kebakaran terjadi di pabrik kayu
biasanya bahan yang terbakar kemungkinan besar adalah kayu. Setelah
tahu jenis bahan yang terbakar maka dapat tentukan sistem dan alat
pemadaman yang tepat serta tindakan lain yang mungkin diperlukan.
Kebakaran kelas A, sistem dan alat pemadamannya :
a.
18
b.
Kebakaran
kelas
sukar
dipadamkan
dengan
cara
2)
19
2)
3)
3.
Lokasi kebakaran
Kebakaran terjadi diluar ruangan (outdoor) bisa juga didalam
ruangan (indoor). Upaya pemadaman harus memperhatikan lokasinya.
Kebakaran terjadi di kampung yang letak rumahnya saling berdekatan
ataukah terjadi di pusat pertokoan dan sekitarnya.
4.
b.
c.
20
21
Pengertian penanggulangan
energi,
pengadaan
sarana
proteksi
kebakaran
dan
sarana
2.
3.
4.
5.
6.
22
23
2) Pelaksanaa evakuasi
3) Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman
c. Usaha pencarian
1) Mencari sumber api untuk dipadamkan
2) Mencari orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan
terjebak
3) Mencari harta benda atau dokumen penting untuk
diamankan
3) Tindakan rehabilitative
Upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakran dengan maksud evaluasi
dan menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah
selanjutnya, antara lain :
a. Menganalisa tindakan yang telah dilakukan
b. Membuat pendataan menyelidiki faktor penyebab kebakran
II.13 Program Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan
pengamatan dan pemadaman kebakaran serta meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Dengan
meningkatnya
penggunaan
bahan
yang
mudah
terbakar,
24
adalah
selain
mereka
telah
ditunjuk
sebagai
unit/regu
25
26
atau
tanda
adanya
suatu
kebakaran
(Permenaker
No.
27
APAR
yang
memenuhi
syarat
Permennaker
No.
28
penciptaan
sistem
kebakaran
yang
bertujuan
untuk
29
30
tangga, koridor dan lobi merupakan sebagian dari rute evakuasi, harus dilindungi
oleh dinding, lantai dan langit yang mampu menahan api paling sedikit 1 jam,
lebih baik selama 2 jam dengan pintu tahan api yang dapat menutup sendiri untuk
tiap pintu masuk ke tempat yang mengelilinginya. Koridor, jalan tangga dan jalan
keluar, harus cukup lebar dan cukup banyak sehinga setiap orang yang berada di
dalam gedung dapat terevakuasi dengan cepat. Lebar pintu minimum yang
digunakan sebagai jalan keluar harus memenuhi ketentuan persyaratan teknis. Hal
ini dimaksudkan agar jumlah rata orang per satuan waktu dapat keluar meloloskan
diri sesuai ketentuan. Disamping itu perencanaan rute evakuasi harus sudah
diperhitungkan pula tentang lamanya seseorang atau penghuni untuk berevakuasi
mencapai daerah yang aman.
2.4. Pendidikan dan Pelatihan
Latihan dimaksudkan untuk menetapkan suatu prosedur untuk bertindak bila
terjadi kebakaran. Hasil dari latihan ini bila benar terjadi kebakaran maka :
a. Orang yang mungkin ada di dalam bahaya dapat bertindak dengan tenang
dan teratur.
b. Bila diperlukan pengungsian dapat berjalan dengan cepat dan teratur
Masalah pendidikan untuk mencapai suatu tindakan yang sangat efektif sangat
diperlukan. Begitu pula pendidikan tentang evakuasi terutama bagi mereka yang
bertugas pada malam hari sangat diprioritaskan. Ragam pendidikan juga harus
disesuaikan menurut kondisi yang ada misalnya karyawan untuk rumah sakit dan
karyawan pada tempat kerja lain. Kemudian sumber penyebab kebakaran pada
rumah sakit berbeda dengan yang ada di daerah kompleks penghunian lainnya.
Perbedaan lingkungan dari rumah sakit menghendaki program pendidikan yang
31
luas tertuju untuk menanggulangi areal yang mdah terkena api. Alat peraga visual
dan pendidikan tertulis harus diperoleh dan dikembangkan oleh manajemen untuk
mengadakan program pencegahan api secara efektif serta pengawasannya.