Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU API

1. Arson (kebakaran disengaja)


2. I.F.T.A (Kebakaran rantai kimia)
3. David T. gold (Kebakaran proses oksidasi)
4. Unsur kebakaran ( bahan bakar, O2, sumber panas)
5. Bahan bakar (benda pendukung kebakaran)
6. Padat cair menjadi gas sehingga ada kebakaran
7. Karakter bahan api dilihat dari :
a. Posisi (vertical horizontal
b. Sipat (padat, gas cair)
c. Kepadatan
d. Luas area permukaan
8. Oksigen 21% (pembakkaran sempurna)
9. Oksigen kurang 16% tidak terbakar
10. Panas (perpindahan suhu tinggi ke rendah
11. Panas mekanik (perlakuan yang menimbulkan panas)
12. Panas kimia (timbul panas tanpa pengaruh eksternal)
13. Radiasi (perpindahan gelombang panas ke area depannya)
14. Konduksi (perpindahan panas dengan perantara)
15. Konveksi (perpindahan panas dengan perambatan)
16. Penyalaan langsung (api berpindah langsung dengan ke area terbakar)
17. Pembagian klas kebbakaran
a. Kelas A ( Padat, non logam) pemadaman dengan air, busa kelas A
b. Kelas B (cair dan gas) pemadaman dengan penutupan, pemindahan, pendinginan
(foam)
c. Kelas C (listrik) pemadaman dengan alat non konduksi, putuskan aliran listrik
d. Kelas D (logam) pemadaman dengan alat non konduksi, putuskan aliran listrik
18. Metode pemadaman
a. Mengurang temperature
b. Memindahkan bahan bakar
c. Mengeluarkan oksigen
d. Menghambat reaksi kimia
19. Potensi rollover (kebakaran, asap gas sangat panas di langit-langit)
20. Rollover (uap gas sangat panas, kobaran api melintas di langit-langit)
21. Potensi flashover ( meningkat panas, panas ruangan mencapai titik penyalaan)
22. Flashover (penyalaan simultan ke benda mudah terbakar dalam ruangan, panas tinggi
lantai ke langit-langit
23. Tahap panas menyurut (pemadaman tidak langsung, uang banyak dari air pemadaman,
ventilasi
24. Back draf (oksigen masuk menimbulkan kobaran api, serta ledakan dan api kembali
berkobar
25. Potensi back Draf ( gumpalan asap hitam pekat bercampur warna kuning keluar dari
bukaan kecil di bangunan dan terdengar mendesing, udara masuk kedalam dan terjadi
ledakan)
26. Pembakarn menghasilkan : uap air, Co2, sulfutr dioksida, hydrogen sianida, partikel
karbon, karbon monoksida

APAR

1. APAR (alat pemadam kebakaran yang bisa dibawa, digunakan satu orang, berdiri sendiri
dengan berat 0,5 kg – 16 kg)
2. Jenis media APAR (padat, gas, cair)
3. Jenis isi APAR ( air, busa, dry chemical powder, Co2, halon
4. APAR JENIS air ( kebakaran klas A)
Daya serap panas tinggi, daya pengembangan menjadi uap tinggi, berat air stabil pada
temperature normal, mudah disimpan, diangkat, dialirkan, mudah didapt,
5. APAR Jenis Powder (tepung kimia)
a. Powder kimia regular (kebakaran kelas B dan C)
b. Powder kimia multi porpose (kebakaran kelas A, B, dan C)
c. Powder kimia special dry powder (kebakaran kelas D)
6. Bahan Powder regular kimia (sodium bikarbonat, potasium karbonat, potasium klorida)
7. Bahan powder multi porphose (mono amunium phospat)
8. Bahan special dry powder (campuran tepung kimia seperti KaCl, BaCl, MgCl, KsCl)
9. Dry Chemical Powder (pemadaman secara isolasi/menutup api dan memutuskan
oksigen)
10. APAR KARBON DIOKSIDA (gas tidak mudah terbakar dan menghilangkan unsur oksigen
dari segi tiga api)
11. KEUNTUNGAN APAR KARBON DIOKSIDA (CO2), MUDAH MENYEBAR, TIDAK
MENGHANTARKAN LISTRIK, TIDAK MENINGGALKAN RESIDU, BERAT CO2
12. APAR BUSA/ FOAM ( berbentuk gelembung gas/udara yang mengapung dicairan dan
mengalir di zat padat)
13. Jenis APAR busa
a. Busa kimia (percampuran alumenium poshpat dan sodium bicarbonate)
b. Busa mekanik ( proses mekanis percampuran liquid foam, air dan udara)
14. KEPPRES RI NO. 23 TH 1992 CHLORO FLOURO tidak boleh digunakan sejak 1 januari
1997, karena menyebabkan kangker kulit, turunya daya tahan tubuh, katarak,
terganggunya panen pertanian.
15. Sistem kerja apar ( storage pressure, gas catridge, reaksi kimia, dan pompa tangan)
16. Persyaratan teknis APAR
a. Tabung bagus tidak karat
b. E Tiket jelas mudah dibaca
c. Segel utuh
d. Selang tahan tegangan tinggi dan baik
e. Tutup baik dan terpasang erat
f. Tekanan Storage pressure tidak kurang
g. cartridge tidak bocor
e. Belum kadaluwarsa
17. APAR terpasang dengan ukuran 15-120 cm, mudah terlihat, diambil sesuai jenis dan klas
kebakaran dengan tergantung atau tersimpan dalam lemari kaca.
18. Cara penggunaan APAR (PASS : PULL=TARIK, AIM=ARAHKAN, SQUUEZE=TEKAN,
SWEEP=SAPU)

PERTOLONGAN PERTAMA (MFR)


1. Pertolongan pertama ( bantuan tindakan kepada korban sebelum petugas medis
datang)
2. Tujuan pertolongan pertama (menyelamatkan jiwa, mencegah terjadi cacat, memberi
rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan).
3. Langkah penilain dini (kesan umum=medis/trauma, cek respon, sirkulasi, air way/jalan
udara terbuka baik)
4. Keadaan penderita
a. circulation (jantung pembuluh darah), denyut jantung dewasa 60-80, anak 60-140,
bayi 85-200)
b. air way (jalan nafas terbuka dan tidak ada sumbatan )
c. breathing/pernafasan
ciri pernafasan baik : berbicara kalimat panjang, udara kluar masuk hidung mulut,
pernafasan dan laju normal, pergerakan dada perut saat expirasi/inspirasi.
5. Frekuensi breathing/ pernafasan (dewasa 10-12 kali/meit, Anak dan bayi 20 kali/menit)
6. Mati Klinis (bersipat sementara, tidak ada nafas, denyut nadi dan 4-6 menit waktu
resusitas tanpa kerusakan otak)
7. Mati Biologis ( kematian sel, dimulai sel otak dan bersifat permanen, waktu 8-10 menit)
8. Bantuan hidup dasar ( usaha mempertahankan hidup penderita saat mengancam hidup)
9. Langkap RJP :
a) Danger (melindungi diri terkena infeksi kuman, menggunakan APD, mencuci tangan)
b) Respon ( panggil korban, tepuk bahu, berikan rangsangan nyeri, minta bantuan
ketika respon tidak ada/ aktifkan sistem darurat)
c) Circulation (cek nadi, lakukan RJP/CPR, jika nadi tidak ada tekanan 30 X sedalam 5-6
meter dengan kecepatan 100-120 X/menit )
d) Air way (buka dan bersihkan jalan nafas, pertahankan jalan nafas terbuka)
e) Breathing/berikan 2 X pernafasan bantuan dari mulut ke mulut ( buka jalan nafas,
pencet hidung, tutup mulut menyeluruh dengan mulut, berikan 2 X nafas dengan
tiupan nafas normal dan jeda 1 detik setiap nafas)
10. CAB (COMPRESSION = TEKANAN, AIR WAY =JALAN NAFAS, BREATHING =
PERNAFASAN)
11. RJP dihentikan (ada tanda keberhasilan, tim ahli datang, penolong kelelahan, muncul
tanda kematian, tanda bahaya bagi penolong/korban)
12. Syok (gagal sistem sirkulasi, otak tidak mendapat oksigen yang cukup)
13. Gejala syok (mual, muntah, haus, lemah, pusing, gelisah dan takut mati)
14. Tanda syok (pernafasan = cepat dangkal, nadi = cepat lemah, kulit pucat dingin
lembab, wajah = pucat pada bibir lidah cuping telinga, mata = pandangan hampa,
pupil melebar)
15. Penyebab syok ( jantung tidak mampu memompa darah yang cukup bagi organ, darah
hilang untuk sirkulasi, dilatasi/ pengembangan pembuluh darah berlebuhan)
16. Perawatan syok sebelum ke rumah sakit (pertahankan terbuka jalan nafas, tinggikan
tungkai 20-30 cm, jaga korban tetap hangat, perawatan khusus untuk cedera, antar ke
rumah sakit)
17. Pendarahan (kehilangan darah dari luar/terlihat maupun dari dalam tubuh/ tidak
terlihat)
18. Tindakan pendarah dalam sebelum kerumah sakit (berikan oksigen, posisikan nyaman
mengurangi rasa cemas, jangan beri makan minum korban jika penurunan kesadaran,
jaga tetap hangat, perawatan syok, evakuasi secepat mungkin)
19. Tindakan awal sebelum ke rumah sakit (tekan pada luka dengan kain kasa dan balutan,
tekan pada titik tekan, tinggikan pada luka ekstrimitas, tourniket pada saat emergensi)
20. Penanganan batang tubuh amputansi ( control pendarahan, tutup bagian putus
dengan kain bersih/ steril, pasang tourniket dekat luka)
21. Penanganan bagian amputansi ( tutup dengan kain kasa, masukkan ke kantung plastic,
masukkan ke tempat yang telah diberi es)
22. Balutan berfungsi ( mengendalikan pendarahan, mempertahankan penutup luka,
penopang cidera)
23. Pembalutan ( balutan cepat, kain segi tiga, kain kasa, elastis bandage)
24. Patah tulang (terputus jaringan tulang baik seluruh/ sebagian sehingga tulang
kehilangan kontinuitas)
25. Penyebab patah tulang (gaya langsung, tidak langsung, dan punter melampui batas
elastisitas jaringan tulang hingga jaringan tulang rusak)
26. Jenis patah tulang ( patah tulang terbuka dan tertutup)
27. Cedera mirip patah tulang (urai/cerai sendi/dislokasi, sendi dan otot terkilir)
28. Gejala patah tulang ( bagian patah berubah, nyeri, bengkak, memar, gangguan
fungsi, suara berderik, terlihat bagian tulang)
29. Tujuan pembidaian ( mencegah pergerakan, menghindari cedera baru,
mengistirahtan bagian cedera, mengurangi nyeri, dan mempercepat
penyembuhan,
30. Macam bidai (bidai keras, traksi, improvisasi, gendongan/belat dan bebat)
31. Prinsip bidai ( tulang patah bidai melewati dua sendi, dan sendi patah bidai
melewati dua tulang)
32. Aturan pembidaian (bicarakan dengan korban, control pendarahan sebelum
imobilisasi, lepas perhiasan dan gunting baju dekat cidera, jangan mereposisi
tulang)
33. Penangan dislokasi (rest = istirahatkan bagian cidera, ice= kompres es, compres =
balutan, elevate =tinggikan bagian cedera)
34. Memindahkan korban denagn mekanik tubuh (menggunakan seluruh tubuh
untuk menghindari cidera bagi petugas)
35. Langkah Memindahkan korban ( rencanakan gerakan, gunakan tungkai, beban
dekat dengan tubuh, kurangi jarak dan ketinggian saat mengangkat, reposisi dan
angkat dalam tahap)
36. Jenis pemindahan (emergensi, bila bahaya mengancam, non emergensi,
pindahkan setelah siap dipindahkan)
37. Pengangkatan pada patah tulang belakang (gunakan papan rata keras, ikat
korban)

S C B A

1. SCBA/SELF CONTAINED BREATHING APPARATUS (alat pelindung pernafasan berdiri


sendiri bersis udara bersih/o2 dalam tabung yang membuat pemakai tidak tergantung
udara luar dalam jangka tertuentu
2. Bagian scba :
Face mask, deman regulator, pressure gaugage, waist belt, redusser, carryng pramme,
shoulder strap, cylinder, cylinder valve, safety valve, audible alarm, plat pengikat TB.
3. Persentase O2 dalam udara dan akibatnya
a) 20,9% normal
b) 15% ada akibat
c) 10% pusing, nadi cepat, berkeringat, nafas pendek
d) 7% terbius, tidak sadar
e) 5% kecil kemungkinan hidup
f) 3-2% mati dalam 60 detik
4. Jenis SCBA
a) Isi botol (oksigen dan udara bersih)
b) Kontruksi (berdiri sendiri dan tidak berdiri sendiri)
c) Cara kerja
rangkaiann terbuka/open circuit (udara yang dihembuskan langsung terbuanag
keluar melalui exhalation valve
rangkaian tertutup/closed circuit (menghembuskan nafas melalui filter kimia dengan
memindahkan CO2 kemudian bernafas dengan siisa O2 yang ada.
5. Komponen utama SCBA
a) masker (melindungi wajah dari panas dan menjaga udara didalam tetap dinngin).
rangkaian masker yaitu diapragma sebagai alat komunikasii jarak dekat antar
pemakai, exhalation untuk mengeluarkan udara sisa pernafasan pemakai, lensa kaca
untuk melindungi muka dan menjaga udara tetap dingin, dan Tali masker untuk
mengencangkan masker
b) Harness Body (membawa SCBA dengan digendong)
c) Botol (menyimpan udara bertekanan/O2)
Rangkaian botol:
 katub botol untuk membuka menutup aliran udara
 tera botol berisi : volume botol, test pressure, working pressure, tahun
pembuatan
6. Tekana positif (tekanan yang menjaga udara sekeliling tidak masuk kedalam masker)
7. Kebutuhan negative ( tekanan yang aktif pas menghisap dan tidak aktif jika tidak
menghisap)
8. Reduser scba (menurunkan tekanan udara yang dialirkan sedikit diatas tekanan
atmosfer 4,7-10 bar)
9. Alarm scba (peringatan tekanan rendah pada botol)
10. Regulator scba (mengendalikan aliran udara secara otomatis)
11. Pressure gauge scba (petunjuk tekanan udara/O2 pada botol)
12. Selang tekanan tinggi/rendah (penyalur udara dari reduser ke penunjuk tekanan dan
paru-paru)
13. Craying plat, waist belt, shoulder strap, plate penngikat botol merupakann perangkai
SCBA
14. Full duratiaon SCBA (waktu pemakaian SCBA sampe isi habis)
Rumus : tekanan X isi
40
15. Working duration SCBA (waktu pemakaian sampai alarm/bel berbunyi)
Rumus : tekanan X isi - 10 menit
40
16. Sarat pemakai SCBA
Fisik : baik, berotot, segar bugar
Medis/ kesehatan : tidak panik, tidak sakit syaraf, jantung, pernafasan
Mental : cukup terlatih, percaya pada diri dan alat, mampu bekerja dengan menguasai
lingkunngan
17. Prosedur pemakaian SCBA (cek visual komponen, perakitan cylinder dan harness, tes
tekanan tinnggi, mengangkat, menggendong, memakai masker, tes tekanan rendah.
18. Petunjuk penggunaan SCBA (percaya diri dan alat, berjalan dengan menggeser kaki,
meraba dengan punggung tangan, ingat yang dilalui, tandai ruangan yang dilalui, kerja
kelompok minimal 2 orang

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN

1. Sistem proteksi kebakaran bangunan gedung (sistem proteksi yang terpasang secara
aktif dan pasif)
2. Sistem proteksi aktif (sistem bekerja secara otomatis dan manjual pemadaman yang
digunakan petugas pemadam dan penghuni gedung)
3. Alat proteksi aktif diantaranya : deteksi dan alarm, hodran kebakaran, sprinkler
otomatis, apar, lift kebakaran, pressurized fan
4. Sistem proteksi Pasif ( sistem melalui pertimbangan sipat termal bahan bangunan
terhadap api, penerangan kompertemenisasi, serta ketahanan api struktur bangunan
5. Alat proteksi Pasif : koridor, selasar, ramp, tangga kebakaran.
6. Sistem deteksi dan alarm kebakaran (alat peringatan dini penghuni gedung atau
petugas dengan adanya indikasi kebakaran gedung)
7. Control utama alarm/ main control fire alrm (pusat fire alarm system yang mengontrol
seluruh bagian detector dan manual station untuk memberikan intruksi pada alarm
bell, lacation indicator lamp bila ada indikasi kebakaran.
8. Panel tambahan/ annunciator panel (bagian tambahan dari control panel fire alarm
system sebagai monitor tambahan tetapi tidak aktif seperti control panel yang
dilengkapi alarm bell dan telephone jack.
9. Box hidran gedung (local combined box)
Gabungan manual alarm stationdan alarm belt yang dilengkapi indicator lamp untuk
menandakan bekerja normal.
10. Box hidran halaman / outdoor hydrantbox (penempatan di halaman gedung,
dilengkapi 1 selang 2,5 inch dan 1 nozzel 2,5 inch
11. Titik panggil manual/ manual alrm station
Alat diaktifkan secara manual dan terdapat pada ruang umum untuk deteksi alarm
manual yang dilengkapi telephone jack untuk komunikasi darurat
12. Bell alarm (bekerja ketika main control fire alarm aktif dan biasanya terdapat pada
ruang umum sebagai peringatan kebakaran.
13. Jeni dan tipe detector
a) nyala (ultra violet, infra rred)
b) panas (rate of rice, fixed temperature)
c) asap (lionization, photo electric)
d) manual (phush bottom, full down, break glass
14. Sprinkler (sistem pemercik otomatis aktif oleh sensor panas dengan jaringan instalasi
pipa untuk memancarkan air kesegala arah dalam ruangan dengan tekanan tertentu)
15. Kepala sprinkler deflector ( terpasang pada rangka sprinkler dengan arus air diarahkan
dan diubah kepancaran untuk menutupi/ melindungi area tertentu dengan tekanan
pancaran tergantung pada tekanan air yang keluar dan diameter lubang)
16. Jenis sprinkler (standar spray upright, standar spray pendent, standar spray sidewall)
17. Cara kerja sprinkler (dipicu gas panas sekeliling, gas dan asap panas dari sumber
kebakaran menyebar ke atas membentuk lapisan panas, lapisan panas gas makin terbal,
temperature makin tinggi, glass bulb pecah/ fusible link putus, air pada pipa memancar
keluar)
18. Sistem hidran kebakaran gedung (hidran terpasang dalam bangunan gedung untuk
memadamkan kebakaran dalam gedung)
19. Macam-macam hidran kebakaran ( hidran kota, halaman dan gedung)
20. Klasifikasi hidran kebakaran
 Hidran kelas I (outlat berdiameter 2,5 inch untuk pemadam kebakaran atau petugas
terlatih)
 Hidran Kelas II (outlatnya berdiameter 1,5 untuk penghunni gedung dan orang belum
terlatih)
 Hidran Kelas III (outlatnya 1,5 dan 2,5 inch)
21. Pompa kebakaran/ fire pump
 Pompa pacu/ jockey pump (mempertahankan tekanan statis jaringan statis hidran)
 Pompa utama/ main pump (penggerak utama sistem hidran)
 Pompa cadangan/ diesel pump (penggerak cadangan sistem hidran)
22. Sambungan Damkar/ landing valve ( penyambung selang dengan sistem hidran gedung)
23. Sambungan Damkar seamesse connection (alat sebagia inlet pengisi air bertekanan ke
sistem jaringan)
24. Manajemen keselamatan kebakaran gedung/ MKKG (seni mengelola dan
mengkoordinasikan segala sumber daya demi tercapainya keselamatan kebakaran
gedung dengan proses perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengendalian.
25. Fungsi manajemen (planning=perencanaaan, organizing=pengorganisasian,
actuating=penggiatan, controlling=pengendalian)
26. Sumber daya ( man, money, material, machine, method)
27. Manajmen keselamatan kebakaran gedung di pimpin oleh kepala dan wakil kepala
28. Sistem evakuasi kebakaran (upaya pemindahan dari tempat bahaya ke tempat aman
dengan aturan gedung yang berlaku)
29. Tugas kepala/wakil MKKG (memastikan sudah menghubungi damkar, menuju posko
memimpin operasional, pastikan peran kebakaran lantai telah bertugas, siaga
menerima status laporan, memperkirakan evakuasi bertahap atau total)
30. Tugas operator MKKG ( menghubungi secepatnya Damkar, mengendalikan sistem
pemberitahuan umum)
31. Tugas Teknisi (mengatur dan mengontrol peralatan mekannik elektrik, membantu
petugas bantuan di TKP)
32. Tugas damkar setempat :
 Saat mendengar alarm (mentukan lokasi kebakaran dengan pasti, memantau
kebakaran di posko kebakaran, seorang anggota damkar mengatur liftkebakaran
dan menunggu petugas pemadam)
 Saat terjadi kebakaran (memadamkan/ melokalisir kebakaran sebelum Damkar
dating, meberi informasi ke petugas damkar yang dating, berkoordinasi dengan
regu/pihak lain.
33. Keselamatan Petugas terbagi empat/ tetra hedron ( mengenali menghindari bahaya,
pelatihan, kesehatan pisik, perlengkapan pelindung tubuh.
34. Penyebab kegagalan petugas (tidak mengetahui bahaya, percaya diri, informasi bahan
terbakar kurang/tidak mengetahui)
35. Bahaya dalam kebakaran ( bahaya listrik, hasil pembakaran, terkurung dalam ruangan,
terperangkap, ledakan, back draft, flash over, robohnya bangunan)
36. Bahaya pans (tubuh letih, gangguan pernafasan)
37. Bahaya asap (sesak nafas, kadar O2 menurun, iritasi mata)
38. Bahaya Gas (cedera kulit, cedera mata, kematian)
39. Ledakan (pelepasan tekanan uap/gas)
40. Cemical explosion -> explosive (pelepasan energy potensi dari reaksi bahan kimia yang
disertai pelepasan energy panas yang tinggi dalam waktu yang cepat)
41. Indikasi roboh bangunan ( suara bergemuruh, bagian bangunan bergerak, pelapis
dinding berubah bentuk, dinding mengembang/ retak, asap/air menembus
lantai/dinding, lantai melengkung mudah menyerap air, air menggenang dibagian
tengah lantai, lantai tertarik dari gedung)
42. Sikap saat bahaya/kritis (tenagkan diri/ berhenti sejenak, ambil nafas panjang, buat
prakiraan cepat)
PERALATAN KEBAKARAN UNIT MOBIL POMPA

1. Peralatan kebakaran unit mobil pompa adalah alat yang terdapat pada mobil pompa
yang digunakan saat pemadaman kebakaran)
2. Alat-alat pada mobil pompa
Selang penyalur (deliveri hose), Selang penghisap (suction hose), Selang hose reel ,
Pipa pemancar jet, Pipa pemancar busa (foam nozzle), pipa pemancar variable, pipa
pemancar fog, pipa pemancar monitor, dll
3. Selang penyalur/ deliveri hose ( diameter 1-3 inch, panjang 20-50 meter)
4. Selang penghisap (diameter 2,5-5 inch, panjang 1,5-10 meter)
5. Hose reel (selang yang menyatu dengan mobil)
6. Kopling/coupling (penyambung selang yang berada di ujung selang, diameter 1-4 inch)
7. Jenis kopling/coupling (machine, YVH, Drat/ ulir, storz, instanneosuse)
8. Pipa pemancar (diameter pada ujung 10-26 mm)
9. Jenis nozzle (jet, fog, portable, special,monitor stream Nozzle)
10. Pipa pemancar monitor (nozzle menyatu dengan mobil di bagian atas mobil
berdiameter 10-26 mm)
11. Cabang/ breeching (pembagi aliran dari satu jalur menjadi dua atau lebuh jalur)
12. Adaftor (menyambung kopling yang berbeda jenis, berbeda ukuran, berlainan bentuk)
FORMASI REGU HIDRRAN

1. FORMASI REGU HIDRAN (membentuk barisan bersaf terdiri 3, 5, atau 5 orang


tergantung latihannya untuk menentukan tugas pemadaman)

2. Nomor tugas pekerjaan formasi hidran


a) No. 1 kepala regu , membawa selang dan nozzle
b) Operator, membawa kunci hidran
c) Anggota/ helper, membawa selang
d) Pesuruh, membawa selang
3. Macam formasi regu hidran

a) H.1 Satu jalur selang dari sebuah hidran/laying A line of hose from a hydrant (4
orang)
2-4-3-1
 No. 1 bertugas sebagai nozzel man, membawa 1 selang dan 1 nozzel,
 No. 2 membawa kunci hidran, menyambung koplinng selang dari no. 4 hidran
 No. 3 membawa 1 roll selang, memberikan ujung kopling ke no. 4, tarik selang
ke depan, memberikan kopling selang ke no. 1
 No. 4 membawa satu roll selang, memberikan ujung kopling ke no. 2, tarik
selang ke depan, menyambung selang dari no. 3

b) H.2 menambah satu roll selang (4 orang) 2-4-3-1


No.4 mengambil selang di box hidran kemudian menambah selang

c) H.3 mengurangi satu roll selang (4 orang) 2-4-3-1


No. 4 membuka sambungan kopling dari no. 1, mengemas selang yang telah dibuka

d) H.4 mengganti satu roll selang rusak (4 orang) 2-4-3-1


No. 4 mengambil, menggelar, menyambung selang

e) H.5 mengangkat sebuah nozzle yang disambung dengan selang ke lantai atas/atap
gedung (4 orang)
 No. 1&3 membaw tali keatas gedung satu lantai dibawah lantai yang terbakar
Melemparkan tali ke bawah melalui luar gedung ke no. 4
 No. 4 mengkaitkan tali ke selang dan nozzle
 No. 1&3 Menarik selang keatas
 No. 3 Mengikat selang, membantu no. 1 memegang nozzle di lantai terbakar
 No. 1 Menarik selang ke lantai terbakar
 No. 2 mengoperasikan hidran buka tutup air
f) H.6 membagi menjadi dua jalur pemadaman menggunakkan cabang (5 orang)
2 – 5 - 1&3 - 4&5
No. 2 operator,
No. 5 anggota
No. 1 nozzel men
No. 3 helper no. 1, anggota
No. 4 nozel man anggota

FORMASI REGU DAN POLA PEMADAMAN

1. Formasi regu dalam barisan (pembagian tugas dalam menentukan nomor pekerjaan
bagi anggota regu yang dilakukan saat serah terima perlengkapan kendaraan dan pos
jaga.
2. Formasi regu dalam kendaraan (posisi duduk anggota regu dikendaraan sesuai dengan
susunan nomor pekerjaan masing-masing yang dilaksanakan pada saat berangkat ke
tempat kebakaran atau kembali dari tempat kebakaran.
3. Nomor pekerjaan dan tugas anggota
a) Petugas No. 1 kepala regu
 Memimpin taktik dan strategi pemadaman
 Membawa dan menentukan letak pipa cabang
b) Petugas No. 2 pengemudi/ operator
 Mengemudi mobil pompa kebakaran
 Melayani penghisapan
 Melayani buka tutup air
c) Petugas No. 3 anggota (mengoperasikan selang/ nozzle)
d) Petugas No. 4 anggota (mengoperasikan selang/ nozzle)
e) Petugas No. 5 anggota (mengoperasikan selang/ nozzle)
f) Petugas No. 6 anggota (mengoperasikan selang/ nozzle)
4. Pola pemadaman (cara regu mengoperasikan peralatan unit mobil dan portable pump
saat latihan maupun ketika kebakarn)
5. Pola pemadaman I (satu jalur selang dengan satu nozzle, sumber air dari unit mobil)
a. Nomor 1 : mengatur taktik dan strategi pemadaman
b. Nomor 2 : melayani mobil (buka tutup air), menyambung selang dari nomor 3 ke
mobil
c. Nonor 3 : mengoprasikan selang dari mobil ke nomor ke nomor 4, mempersiapkan
selang cadangan, dan kontrol selang
d. Nomor 4 : mengoperasikan selang dari nomor 3 ke nomor 5 kontrol selang
e. Nomor 5 : mengoperasikan selang dari nomor 4 ke nomor 6, membantu no 6
mengoperasikan nozzel ketika air mengalir
f. Nomor 6 : mengoperasikan 1 selang dan 1 nozzel dan melaksanakan pemadaman
6. Pola II.A (satu jalur selang dengan satu nozzle penghisapan sumber air dekat mobil)
a. Nomor 1 :
 Mengatur taktik dan strategi pemadaman
b. Nomor 2 :
 Mengoperasikan selang nomor 3 ke mobil
 Melayani mobil untuk buka/ tutup air
 Melaksanakan penghisapan di sumber air
c. Nomor 3 :
 Mengoperasikan selang dari no. 2 ke no. 4
 Menyiapkan selang cadangan
 Menyiapkan selang penghisap
 Mengawasi penghisapan
d. Nomor 4 :
 Mengoperasikan selang dari no. 3 ke no. 5
 Menyiapkan selang penghisap
 Kontrol selang
e. Nomor 5 :
 Mengoperasikan selang dari nomor 4 ke nomor 6
 Membantu no. 6 mengoperasikan nozzel
f. Nomor 6 :
 Mengoperasikan 1 selang dan 1 nozzel dan melaksanakan pemadaman

7. Pola II.B ( dua jalur selang, dua nozzle dengan penghisapan sumber air dekat mobil)
a. Nomor 1
 Memimpin taktik dan strategi pemadaman
 Mengoperasikan selang dari mobil ke petugas nomo 3
 Membantu petugas no. 4 mengoperasikan nozzel
b. Nomor 2
 Mengoperasikan selang dari petugas nomor 1 ke mobil
 Melayani buka tutup air
c. Nomor 3
 Mengoperasikan dan menyambung selang dari petugas no. 1 ke depan
 Menyiapkan selang cadangan
 Mengawasi penghisapan
d. Nomor 4
 Membawa satu selang dan satu pemancar
 Menyambung selang dari petugas no. 3 ke nozzel
 Mengoperasikan nozzle
8. Pola III (dua jalur selang, dua nozzle sumber air dari mobil)
a. Nomor 1
 memimpin taktik dan strategi pemadaman
 mengoperasikan dari mobil ke no. 3
b. Nomor 3
 mengoperasikan selang dari no. 1 ke no. 5
 mengambil selang cadangan
 membantu no. 5 mengoperasikan nozzel
c. Nomor 5
 mengopersikan satu (1) nozel dan satu (1) selang dari no. 3
d. Nomor 2
 melayani mobil untuk buka tutup air
 mengoperasikan selang dari mobil ke no. 4

e. Nomor 4
 mengoperasikan selang dari no. 2 ke no. 6
 mengambil selang cadangan
 membantu no. 6 mengoperasikan nozzel
f. Nomor 6
 mengoperasikan satu (1) nozzel dan satu (1) selang dari no. 4

9. Pola IV.A ( satu jalur selang, dua nozzle dengan satu cabang, sumber air dari mobil )
a. Nomor 1
 Memimpin taktik dan strategi pemadaman
 Menentukan letak cabang
b. Nomor 2
 Melayani buka tutup air
c. Nomor 3
 Mengoperasikan selang dari mobil ke nomor 4
 Menyiapkan selang cadangan
 Membantu no. 5 mengoperasikan nozzel
d. Nomor 4
 Mengoperasikan selang dari nomor 3 ke cabang
 Menyambung selang dari no. 5dan no. 6 ke cabang
 Membantu nomor 6 mengoperasikan nozzel
e. Nomor 5
 Mengoperasikan 1 selang dan satu nozzel ke sektor kiri
f. Nomor 6
 Mengoperasikan 1 selang dan satu nozzel ke sektor kanan
10. Pola IV. B (satu jalaur, dua nozzle dengan cabang, penghisapan di sumber air dekat
mobil)
A. Nomor 1
a. Mengatur taktik dan strategi pemadaman
b. Membawa dan menentukan letak pipa cabang
c. Menyambung selang no. 5 ke cabang, menutup aliran air ke arah kanan
d. Setelah air mengalir ke kiri, kemudian menyambung selang dari no. 6 ke cabang
e. Membantu no. 6 mengoperasikan nozzel di sektor kanan
B. Nomor 2
a. Menyambung selang dari no. 3 ke mobil
b. Membantu menyambung selang penghisap
c. Melayani buka tutup air dan penghisapan
C. Nomor 3
a. Membawa dan menyambung selang dari petugas no. 2 ke cabang
b. Membawa selang cadangan
c. Membantu petugas no. 5mengoperasikan nozzel (sektor kiri)
D. Nomor 4
a. Mempersiapkan selang penghisap di sumber air
b. Mengawasi penghisapan
E. Nomor 5
a. Membawa selang dan pemancar kemudian menyambung selang dari cabang
b. Melaksanakan pemadama di sektor kiri
F. Nomor 6
a. Mempersiapkan selang penghisap
b. Membawa selang dan pemancar, kemudian menyambung selang dari cabang
c. Melaksanakan pemadaman di sektor kanan
TALI MENALI

1. ikatan adalah hubungan antara tali dan benda lain/ obyek


2. simpul adalah hubungan antara tali dan tali itu sendiri
3. jerat adalah ikatan yang makin mengencang apabila mendapat beban tarik

istilah tali-tali
1. tali luncur
tali yang berguna untuk naik dan turun dari ketinggian bberbeda. cirinya :
a. tali manila panjang tak terbatas berdiameter 5/8 sampe dengan 7/16 inch
b. tali kernmantle panjang 50-200 m berdiameter 9-12 mm
2. tali tubuh
tali perlengkapan perorangan mempunyai fungsi serba guna. cirinya :
a. tali manila panjang sekitar 4 m, berdiameter 3/8 inch
b. webbing panjang 4 – 4.5m, lebar 2,5 cm
3. tougle rope
tali yang terbuat dari maniala dan diberi pasak kayu, berfungsi sebagai alat lunjur
penyebrangan
4. tali bilay
tali yang berfungsi menandu korban yang diturunkan atau dinaikan yang dikendalikan
oleh petugas bleyer dari atas atau dari bawah
5. tag line/ gui line
tali pemandu yang diikatkan pada korban yang diturunkandengan tujuan untuk
menghindari rintangan yang dikendalikan petugas blayer dari bawah
6. doden ride
merupakan tali untuk turun penyebrangan.

jenis-jenis tali berdasarkan bahan baku

1. tali serabut alam (natural fiber rope)


adalah tali yang terbuat dari serabuttumbuhan atau lapisan dari tangkai tumbuhan
contoh : tali manila (serat sisal), tali cotton (serat kapas), tali ijuk,
2. tali serabut buatan ( sintetic rope)
aalah tali yang terbuat dari serat sintetic yang diproduksi oleh pabrik dan
menghasilkan tali yang lebuih baik dan kuat.
contoh : tali nilon, tali kernmantle/statis, dinamis, dan semi
Prisnsip tali menali

1. kuat ( ikatan harus kuat dan disesuaikan dengan tujuan)


2. cepat ( pengikatannya harus secepat mungkin dan hasil yang baik
3. hemat (bentuk ikatan dan simpul tidak banyak memakai tali)

Dasar-dasar simpul dan ikatan :

1. bight
tali berbentuk lengkung, apabila berbalik arah tidak saling menyilang.
2. loop/mata tali
tali berbentuk lingkaran dan saling menyilang
3. running end/ tali yang bergerak
ujung tali yang menjadi ikatan atau simpul
4. standing end/ tali yang tidak bergerak (pangkal tali)

Dasar-dasar simpul dan ikatan

1. bend (penyatuan)
simpul menyatuakan dua ujung tali berbeda
2. hitch (simpul penambat)
simpul yang mengikat tali pada sebuah objek
3. over hand
tali yang melingkar diatas tangan
4. under hand
tali yang melingkar dibawah tangan

macam-macam ikatan dan fungsinya

1. half hitch (ikatan setengah)


ikatan yang tidak berdiri sendiri (tidak berfubgsi tanpa ada ikatan lain) berfungsi
menegakkan benda yang akan dinaikan atau diturunkan
2. over hand knot (ikatan satu)
mengikat sementara, menandai peralatan yang rusak, membuat tangga tali
3. ikatan dua (jerat sauh)
mengunci ikatan, membuat tandu darurat
4. clove hitch (ikatan tiga)
mengikat benda berpenampang bulat, mengikat tali luncur, menentukan titik ikatan
5. ikatan pokok
sebagai pengganti harnest
Macam-macam simpul
1. Simpul hidup (reef knot)
Simpul untuk menyambung tali yang sama besar
2. Simpul nelayan
Simpul untuk menyambung tali yang sama besar dan permanen
3. Simpul anyam tunggal (singgle sheet bend)
Simpul untuk menyambung tali yang tidak sama besarnya
4. Simpul anyam rangkap (double sheet bend)
Simpul untuk menyambung tali yang tidak sama besarnya dan perbedaan
diameternya mencolok
5. Simpul kupu-kupu
Simpul untuk mengikat loop pada tengah-tengah tali
6. Simpul gelung satu (singgel loop)
Simpul untuk menempatkan cincin kait dan dan bila gulungannya besar bisa untuk
membawa korban
7. Simpul gelung dua (double loop)
Simpul untuk tali kursi untuk menahan beban yang lebih berat
8. Simpul gelung tiga (treeple loop)
Simpul untuk tali kursi untuk menahan beban yang lebih berat
9. Ikatan dada (singgle and double loop bow line
Simpul untuk pengganti safety belt
10. Simpul lepas (draw hitchs)
Simpul yang jika selesai digunakan dapat menarik ujung tali bergantian tanpa
menyentuh simpul yang ada.

Anda mungkin juga menyukai