LAKESLA
LEMBAGA KESEHATAN KELAUTAN TNI AL
Drs. Med. R. RIJADI SASTROPANOELAR, Phys
CURRICULUM VITE
NAMA : dr. SUHADI W., MKK
SURABAYA
2. KA BP LANAL PONTIANAK
3. KASUBBAGKES BP DISHIDROS
4. KA BK DISKES KOARMABAR
Kombinasi
Klas RUBT :
Kerugian :
Mudah kebakaran
Tidak dapat fisioterapi
Tidak untuk penyakit dekompresi
2. Multiple atau “walk-in” Chamber
(RUBT Ganda)
Keuntungan :
Beberapa penderita
Kurang resiko kebakaran
Dapat fisioterapi
Tekanan 6 ATA (maks)
Udara biasa – masker oksigen
3. TOPOX (RUBT Topikal)
Bentuk sederhana
Tekanan 2 ATA (maks)
a. Umumnya 2 ruang :
inner lock (dalam) – pengobatan
b. Medical lock
c. Pintu dilapis karet
d. Jendela permanent
e. Cat warna terang, tidak pantulkan
cahaya, mudah dibersihkan, tidak licin.
2. Perabot
1. Tempat duduk lipat
2. Penerangan
3. Tandu dorong
3. Sistem Pipa
1. Lubang masuk udara tekan, diredam
2. Lubang masuk – keluar berjauhan ---
sirkulasi udara
3. Pembuangan (exhaust) jauh dari panel
kontrol, listrik
4. Klep ekualisasi
4. Gas Pernapasan
Kompresor (listrik atau diesel) – difiltrasi –
bank persediaan – ke RUBT
Okigen, oksigen cair atau nitrogen, helium –
oksigen dihubungkan dengan sistem
pernapasan
Gas pernafasan ke klep pengatur eksternal,
ke dalam ruangan – klep pengatur internal
kemudian flow meter, masker.
e. Komunikasi
Untuk kedua ruangan dan panel kontrol
digunakan telepon atau intercom
f. Pemadam kebakaran
Faktor pencetus kebakaran :
Sumber
Bahan bakar
Oksigen
Fasilitas pemadam menggunakan air pancuran otomatis
atau manual, dengan slang atau tabung.
g. Instrumentasi dan pengoperasian
Panel kontrol mudah dibaca
Pengukuran tekanan/kedalaman di dalam dan dipanel
Jam dinding
air embolism
Di permukaan :
Tek. Udara 1 Atm Absolut ( 1 ATA) = 760 mmHg.
mmHg
PO2 Alveoli 100 mmHg penyerapan O2 dan
pertukaran CO2
PO2 sirkulasi = 90 mmHg.
Hemoglobin :
mengikat oksigen 97%
20 ml O2 per 100 ml darah = 20 vol %
Oksigen bebas cairan plasma = 0,3 vol %
Tekanan 1 ATA, Oksigen murni 100% :
Hemoglobin + O2 97% menjadi 100%
Cairan plasma : menjadi 2 Vol %
Tekanan 2 ATA : Cairan plasma 4 vol %
Tekanan 3 ATA : cairan plasma 6 vol % =
kebutuhan untuk metabolisme makhluk hidup.
F. Manfaat OHB di klinik
Menormalkan jaringan hipoksia dan anoksia
Vasokonstriksi arteri
Meningkatkan viabilitas sel dan jaringan
Meningkatkan kemampuan lekosit
membunuh kuman
Neovaskularisasi dan proliferasi
Bakteriostatik kuman aerob
Bakterisida kuman anaerob
Penyakit dekompresi
G. Ruang Lingkup Pelayanan
Hiperbarik di Indonesia
1. Pelayanan medik hiperbarik adalah
pengobatan oksigenasi hiperbarik
yang dilaksanakan di sarana pelayanan
kesehatan dengan menggunakan
Ruang Udara Bertekanan Tinggi
(RUBT) dan pemberian pernapasan
oksigen murni (O2 = 100%) pada
tekanan lebih dari satu atmosfer dalam
jangka waktu tertentu.
2. Sarana pelayanan kesehatan untuk pelayanan
medik hiperbarik adalah :
Rumah Sakit klas A, B, C, D, serta
puskesmas yang memiliki ketentuan sebagai
berikut :
Sarana pelayanan kesehatan yang
terletak di tepi pantai yang menjadi
lintasan dan atau tempat persinggahan
kegiatan kelautan serta kegiatan
penyelaman.
Sarana pelayanan kesehatan yang terletak
di daerah wisata penyelaman dan resor
penyelaman (dive resort).
Sarana pelayanan kesehatan yang
merupakan jejaring pelayanan medik
hiperbarik, baik yang terdaftar untuk
menunjang kegiatan kelautan maupun
yang memiliki Kerjasama Operasional
(KSO) dengan pusat rujukan pelayanan
medik hiperbarik di wilayah tersebut.
Emboli udara
Luka bakar
Crush injury
Efek samping
Beberapa pasien mengeluh :
Mual
Berkeringat
Batuk kering
Sakit dada
Kedutan (muscle twithching)
Tinitus
b. Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan
Dalam Pelaksanaan Terapi Hiperbarik
Untuk kasus elektif diperhitungkan jumlah pasien
minimal 6 orang
Untuk kasus emergensi tidak diperhitungkan jumlah
minimal pasien dan pelaksanaannya 24 jam kerja
Untuk pasien yang tabel pengobatannya/dosis terapi
hiperbariknya sama disatukan dalam satu sesi terapi.
Kasus lama dan baru: pasien yang baru pertama kali
mengikuti terapi oksigen hiperbarik, dokter harus
mengawasi apakah dia tahan terhadap perubahan
tekanan (pressure test) serta apakah tanda-tanda
keracunan oksigen (oxygen tolerance test)
Faktor resiko penularan penyakit
Pemisahan masker yang dipakai
Sterilisasi masker
Masuk di RUBT yang lebih intensif
Luka yang berbau tidak dicampur dengan kasus penyakit lain.
Catatan : bila terapi oksigen hiperbarik dilaksanakan dengan
RUBT ruang tunggal (kapasitas satu orang), maka poin a s/d e
tidak dipertimbangkan.
Bagi pasien yang akan terbang sesudah pengobatan
hiperbarik, penerbangan dilakukan dalam jangka waktu
72 jam setelah pengobatan terakhir.
Bagi pasien dengan pengobatan hiperbarik untuk
program kebugaran, penerbangan boleh dilakukan dalam
jangka waktu 4-6 jam setelah pengobatan terakhir
(selama dekompresi, pasien tetap menghisap oksigen
dan selama menunggu penerbangan penderita harus
istirahat total).
Bagi pasien penyakit dekompresi dan
atau arterial gas emboli, diijinkan
terbang setelah pengobatan hiperbarik
dalam jangka waktu 1 sampai 2 minggu
setelah pengobatan terakhir.
Untuk penderita yang tidak sadar, perlu
dilakukan timpanoplasti oleh dokter
spesialis THT atau dokter spesialis
kelautan dan dokter hiperbarik yang
pernah mengikuti pelatihan
timpanoplasti.
c. Jenis dan Prosedur Pelayanan
Di Puskesmas
Melakukan anamnesa
Melakukan pemeriksaan fisik, dengan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Melakukan tindakan hiperbarik pada
penderita dekompresi (DCS) maupun arterial
gas emboli (AGE) yang pasiennya sadar
dengan dekompresi di dalam air memakai O2
dengan alat selam SSBA.
Merujuk ke fasilitas pelayanan hiperbarik
yang lebih mampu jika diperlukan.
Di Rumah Sakit Klas D dan C
Melakukan anamnesa
Melakukan pemeriksaan fisik, dengan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pada penderita dekompresi (DCS), arterial
gas emboli (AGE), dan pada penderita
dengan kasus-kasus klinis terbatas
bertujuan untuk mendeteksi komplikasi.
Melakukan pemeriksaan lain untuk
mengetahui ada/tidaknya kontraindikasi
terapi dengan RUBT, yaitu dengan
pemeriksaan:
Thorax foto
Laboratorium (sesuaikan dengan kondisi
penyakit)
Melakukan ekualisasi yaitu upaya menyamakan
tekanan antara telinga bagian tengah dengan
tekanan udara di luar.
Menandatangani surat persetujuan tindakan medis
(informed consent) dalam RUBT.
Melakukan tindakan terapi hiperbarik dalam ruang
RUBT
Tekanan dinaikkan perlahan 1 s/d 2,8 ATM (kedalaman 0
s/d 60 feet)
Bila pasien merasa sakit segera beritahu tener/attendant
yang tugasnya memonitor dan merawat pasien selama
terapi.
Hirup O2 dengan bernapas seperti biasa
Dokter/perawat hiperbarik selalu memonitor pasien
selama di dalam RUBT dan setelah selesai terapi.
Penderita DCS/AGE yang tidak
sadar (status emergensi) perlu
tindakan timpanoplasti
(menggunakan abbocath) oleh
Dokter hiperbarik yang sudah dilatih
untuk melakukan timpanoplasti.
Merujuk dan mengkonsultasikan ke
fasilitas pelayanan hiperbarik yang
lebih mampu jika diperlukan.
Di Rumah Sakit Klas B, A, kapal Rumah
Sakit Multifungsi, serta Rumah Sakit pusat
rujukan pelayanan medik hiperbarik
Melakukan anamnesa
Melakukan pemeriksaan fisik, dengan inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada penderita
dekompresi (DCS), arterial gas emboli (AGE), dan
pada penderita dengan kasus-kasus klinis terbatas
bertujuan untuk mendeteksi komplikasi.
Melakukan pemeriksaan lain untuk mengetahui
ada/tidaknya kontraindikasi terapi dengan RUBT, yaitu
dengan pemeriksaan:
Thorax foto
Laboratorium (sesuaikan dengan kondisi penyakit)
Pemeriksaan lainnya disesuaikan dengan kasus yang
bersangkutan (audiogram, foto fundus, angiografi,
tonometri).
Melakukan ekualisasi yaitu upaya menyamakan
tekanan antara telinga bagian tengah dengan
tekanan udara di luar.
Menandatangani surat persetujuan tindakan medis
(informed consent) dalam RUBT.
Melakukan tindakan terapi hiperbarik dalam ruang
RUBT
Tekanan dinaikkan perlahan 1 s/d 2,8 ATM (kedalaman
0 s/d 60 feet)
Bila pasien merasa sakit segera beritahu tener/attendant
yang tugasnya memonitor dan merawat pasien selama
terapi.
Hirup O2 dengan bernapas seperti biasa
Dokter/perawat hiperbarik selalu memonitor pasien
selama di dalam RUBT dan setelah selesai terapi.
Penderita DCS/AGE yang tidak sadar
(status emergensi) perlu tindakan
timpanoplasti (menggunakan abbocath)
oleh
Dokter spesialis THT
Dokter hiperbarik yang sudah dilatih untuk
melakukan timpanoplasti.
Merujuk dan mengkonsultasikan ke
fasilitas pelayanan hiperbarik yang lebih
mampu jika diperlukan.
LAKESLA Drs. Med. R. RIJADI S., Phys
JALESVEVA JAYAMAHE
Sekali layar terkembang pantang surut
ketepian