1. Pengertian
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara memberikan aliran gas lebih
dari 20% pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam darah.
3. Indikasi
Terapi ini dilakukan pada pasien :
a. Penurunan PaO2 (< 70 mmHg), SaO2 < 90%
b. Keadaan lain seperti gagal nafas akut, syok, keracunan CO, mengatasi
kerusakan jaringan (stroke, IMA, dan lain-lain)
c. Pemberian oksigen selalu tepat untuk pasien dengan gangguan
sirkulasi atau nafas akut dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Tanpa gangguan nafas, oksigen diberikan 2 liter/menit melalui
kanul binasal
2) Dengan gangguan nafas sedang, oksigen diberikan 5 – 6 liter/menit
melalui kanul binasal
3) Dengan gangguan nafas berat, gagal jantung, henti jantung,
gunakan sistem yang dapat memberikan oksigen 100%
4) Pada pasien dimana rangsang nafas tergantung pada keadaan hipoksia
(misalnya Asma) berikan oksigen kurang dari 50% dan awasi ketat
5) Atur kadar oksigen berdasarkan kadar gas darah (PaO2) atau
saturasi (SaO2)
6) Dalam keadaan darurat gunakan alat bantu nafas yang lebih
canggih (mis. Bagging), lakukan intubasi dan berikan oksigen 100%.
d. Dengan anoksia atau hipoksia
e. Dengan kelumpuhan alat-alat pernapasan
f. Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
g. Mendapat trauma paru
h. Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda , dispneu, cyanosis, apnea
i. Dalam keadaan koma
4. Pengkajian
Lihat kembali teknik pengkajian sistem pernapasan.
Observasi :
a. Warna kulit dan membran mukosa: perhatikan apakah terdapat sianosis
b. Pola pernapasan: perhatikan kedalaman pernapasan dan adanya takipnea,
bradipnea, ortopnea.
c. Pergerakan dada: perhatikan apakah ada retraksi interkostal, substernal,
supraklavikular, atau trakheal selama inspirasi dan ekspirasi
d. Konfigurasi dinding dada (mis. kifosis)
e. Suara paru yang dapat didengar dengan auskultasi dada dan dengan telinga
f. adanya tanda klinis hipoksemia: takikardia, takipnea, kegelisahan, dispnea
sianosis, dan konfusi. takikardia dan takipnea sering merupakan tanda awal,
konfusi merupakan tanda lanjut dari kehilangan oksigen berat.
g. Adanya tanda klinis hiperkarbia (hiperkapnia): kegelisahan, hipertensi, sakit
kepala, letargi, dan tremor.
h. adanya tanda klinis keracunan oksigen: iritasi trakea dan batuk, dispnea dan
penurunan ventilasi paru.
Tentukan:
a. tanda-tanda vital, khususnya frekuensi nadi dan kualitas, dan frekuensi, irama
serta kedalaman pernapasan
b. apakah pasien memiliki riwayat Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Kadar
CO2 yang tinggi di dalam darah adalah stimulus normal untuk bernapas. Akan
tetapi, orang yang menderita PPOK mungkin memiliki kadar CO2 yang tinggi,
dan stimulus pernapasannya adalah kondisi hipoksemia.
c. Hasil pemeriksaan diagnostik
d. Jumlah hemoglobin, hematokrit, dan hitung darah lengkap
e. Gas darah arteri
f. Uji fungsi paru
Kanula Nassal
1) Suplai oksigen dengan meteran aliran (flow meter) dan penyesuai
(regulator)
2) Alat humidifikasi (botol pelembab) dengan air kemasan (Aqua/ NaCl)
3) Kanula nassal dan slang
4) Plester
5) Bantalan untuk ban elastis
Masker wajah
1) Suplai oksigen dengan meteran aliran (flow meter) dan penyesuai
(regulator)
2) Alat humidifikasi (botol pelembab) dengan air kemasan (Aqua/ NaCl)
3) Masker wajah yang ditentukan dengan ukuran yang tepat
4) Bantalan untuk
5) Tanda “DILARANG MEROKOK atau AWAS API!!!”
Sungkup Wajah
1) Suplai oksigen dengan meteran aliran (flow meter) dan penyesuai
(regulator)
2) Alat humidifikasi (botol pelembab) dengan air kemasan (Aqua/ NaCl)
3) Sungkup wajah dengan ukuran yang tepat
b. Persiapan Pasien
1) Bantu pasien ke posisi semi fowler bila memungkinkan. Posisi ini
memudahkan ekspansi dada dan membantu pernapasan
2) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila tindakan kewaspadaan
keamanan dijalankan. informasikan kepada pasien dan keluarga tentang
tindakan kewaspadaan keamanan yang berkaitan dengan penggunaan
oksigen.
2) Bila diperlukan, isi botol humidifikasi dengan air mineral, keran, atau NaCl
sampai batas maksimal pengisian air (dapat dilakukan sebelum
mendatangi pasien)
Masker Wajah
1) Letakkan masker di wajah pasien dan pasang mulai dari hidung ke bawah
2) Sesuaikan masker dengan kontur wajah pasien. Masker harus sesuai bentuk
wajah sehingga hanya sedikit sekali oksigen yang keluar ke mata, sekitar pipi
dan dagu.
3) Pasang ban elastis di sekitar kepala pasien sehingga masker dipakai dengan
nyaman dan pas.
4) Beri bantalan pada ban di belakang telinga dan di atas penonjolan tulang.
Bantalan akan mencegah iritasi akibat penggunaan masker.
Sungkup Wajah
1) Letakkan sungkup di atas wajah pasien, dan pasang tali di sekitar kepala
Kanula Nassal
Kaji lubang hidung pasien untuk memeriksa adanya penumpukan krusta dan
iritasi. Beri pelumas larut air sesuai keperluan untuk melembabkan membran
mukosa.
Masker atau Sungkup Wajah
Inspeksi kulit wajah secara sering untuk memeriksa adanya kelembapan atau
luka, dan keringkan serta atasi masalah tersebut sesuai kebutuhan.
b) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung,
dapat terjadi iritasi selaput lender nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt
dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter
mudah tersumbat.
2) Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran
2– 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal (24 – 44 %).
Digunakan ketika pasien membutuhkan kosentrasi O2 aliran rendah sampai sedang.
c) Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernapasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, pasien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir pasien dan nyaman.
d) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang
bila pasien bernapas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm,
mengiritasi selaput lender. Jika aliran oksigen O2 diberikan diatas 6 L/menit,
ada kemungkinan pasien menelan udara dan mukosa faring serta nassal
menjadi teriritasi. Selain itu, FiO2 tidak meningkat.
Gambar 34. Nassal Kanul
b) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
b) Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
2) Kerugian
Kerugian sistem ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang
lain pada aliran rendah.
Gambar 38. Ventury Mask
Terapi Nebulizer
a. Pengertian
Nebulizer adalah:
1) Memberikan campuran zat aerosol dalam partikel udara dengan tekanan
udara.
2) Alat yang menyemburkan medikasi atau agens pelembab, seperti agens
bronkodilator / mukolitik menjadi partikel mikroskopik dan
mengirimkannya kedalam paru – paru ketika pasien menghirup napas.
3) Alat yang bertenaga udara dengan cara komperjor melalui selang
penghubung
b. Tujuan
Untuk memberikan obat melalui napas spontan pasien.
c. Persiapan
1) Alat dan obat
a) Motor nebulizer
b) Aquades
c) Obat-obatan yang diperlukan
d) Nacl
e) Tisu
f) Handscoon
2) Sputum pot
3) Lingkungan : Bersih dan nyaman
Petugas/perawat : 1 orang
4) d. Prosedur tindakan
1) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada pasien
yang menggunakan bronkodilator.
2) Jelaskan prosedur pada pasien. Atur posisi pasien senyaman mungkin paling
sering dalam posisi semifowler, jaga privasi.
3) Petugas mencuci tangan.
4) Nebulizes diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin ± 4-
6cc.
5) Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow
meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
6) Instruksikan pasien untuk buang napas.
7) Minta pasien untuk mengambil napas dalam melalui mouth piece, tahan napas
beberapa saat kemudian
10) Minta pasien untuk bernapas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat
diuapkan.
11) Selesai tindakan, anjurkan pasien untuk batuk setelah tarik napas dalam beberapa
kali (teknik batuk efektif).
2. Tujuan
a. Membantu mengeluarkan sekret dijalan napas
b. Membantu pengembangan paru
c. Mencegah infeksi yang diakibatkan oleh akumulasi sekret
3. Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang
menyumbat jalan napas, ditandai dengan:
a. Adanya tanda distres jalan napas pada pasien atau tanda bahwa
pasien tidak dapat membatukkan dan mengeluarkan sekret/ sputum.
a. Terdengar adanya suara pada jalan napas, seperti dispnea, suara napas
seperti gelembung (bubbling), atau derik (rattling).
b. Kulit pucat (sianosis)
c. Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi
d. Penurunan kadar SaO2 (juga disebut saturasi O2)
e. Kelelahan
f. Nadi dan laju pernapasan meningkat
g. Ditemukannya mukus pada alat bantu napas
h. Permintaan dari pasien sendiri untuk disuction
i. Meningkatnya peak airway pressure pada mesin ventilator
5. Persiapan alat
a. Mesin suction, gunakan alat penghisap dengan tekanan 110 - 150 mmHg untuk
dewasa, 95 - 110 mmHg untuk anak-anak, dan 50 - 95mmHg untuk bayi, dan
kontainer tempat pengumpul sekret dan cairan.
b. Disposible suction tray atau sterile suction cateter : (ukuran #12 - #18 Fr untuk
dewasa; #8 - #10 Fr untuk anak-anak, dan ukuran #5 - #8 Fr untuk bayi); bila
orofaring dan nasofaring akan dihisap, satu kateter steril untuk masing-
masing penghisapan.
c. Handscoon steril (untuk tracheal dan tracheostomi suctioning)
d. Masker
e. Kom steril atau kotak steril (tempat steril untuk irigasi)
f. Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
g. 2 meter selang plastik bening untuk penyambung
h. Tonsilar suction tip
i. Jelli steril/ pelumas larut air (untuk penghisapan nasofaring)
j. Tissue
k. Kasa steril
l. Handuk atau bantalan tahan lembab
m. Botol pengumpul lendir
n. Manometer untuk mengukur jumlah kekuatan vakum
68
o. Kantung sampah tahan lembab
6. Prosedur tindakan
a. Mengucapkan salam
b. Menjelaskan kepada pasien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal
tersebut perlu dilakukan dan bagaimana pasien dapat bekerja sama. Kaji
adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan (usahakan tidak
rutin melakukan penghisapan karena menyebabkan penurunan saturasi oksigen
ke otak, kerusakan mukosa, perdarahan, dan bronkospasme)
c. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, gunakan alat pelindung
diri (masker dan handscoon).
d. Menjaga privasi pasien dengan menutup gordyn dan tutup pintu kamar
e. Siapkan alat-alat
f. Persiapkan pasien.
1) Atur posisi tidur pasien sadar yang masih memiliki refleks muntah pada
posisi semi fowler dengan kepala dihadapkan ke samping untuk
pengisapan oral atau dengan leher hiperekstensi untuk pengisapan hidung.
Posisi tersebut akan memudahkan pemasangan kateter dan membantu
mencegah aspirasi sekret.
2) Atur posisi pasien tidak sadar pada posisi miring, menghadap ke Anda. Posisi
ini memungkinkan lidah jatuh ke depan, sehingga lidah tidak akan menyumbat
kateter pada saat dimasukkan. Posisi miring juga memudahkan pengakiran
sekret dari faring dan mencegah kemungkinan aspirasi.
g. Letakkan handuk atau disposable pad (bantalan tahan lembab) di sekitar bahu
diatas dada pasien
h. Beri informasi kepada pasien bahwa pengisapan akan menghilangkan kesulitan
bernapas dan prosedur tersebut tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi dapat
menimbulkan ketidaknyamanan serta menstimulasi refleks batuk, muntah (gag) atau
bersin.
Dengan mengetahui bahwa prosedur tersebut akan menghilangkan masalah napas
sering kali menerangkan pasien dan mendapatkan kerja sama dari pasien.
i. Persiapkan perlengkapan.
1) Atur tekanan pada pengukur pengisap, dan nyalakan pengisap. Kebanyakan
alat pengisap di kalibrasi dalam tiga rentang tekanan.
Unit dinding → Dewasa : 100 – 120 mmHg
Anak : 95 – 100 mmHg
Bayi : 50 – 95 mmHg
69
Unit Portabel → Dewasa : 10 -15 mmHg
Anak : 5 - 10 mmHg
Bayi : 2 -5 mmHg
Siapkan tekanan mesin suction pada level 80 – 120 mmHg untuk menghindari
hipoksia dan trauma mukosa.
2) Buka pelumas atau jelli steril diatas tempat tidur bila akan melakukan
pengisapan nasofaring
3) Buka penutup cairan steril atau normal saline letakkan botol diatas meja tempat
tidur
4) Buka set steril selang suction perhatikan tehnik steril letakkan pada area steril
diatas meja tempat tidur
a) Atur cangkir atau kom steril untuk tempat irigasi, pegang hanya bagian
luarnya saja
b) Tuangkan cairan steril 100cc kedalam kom steril gunakan tangan yang non
dominan. Tangan ini dianggap tangan non bersih sekarang.
c) Pakai sarung tangan steril, atau pasang sarung tangan tidak steril pada
tangan yang tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan yang
dominan. Tangan yang memakai sarung tangan steril akan menjaga
sterilitas kateter pengisap, dan sarung tangan tidak steril atau bersih
mencegah penyebaran mikroorganisme kepada perawat.
5) Dengan tangan yang memakai sarung tangan steril, ambil kateter, dan
sambungkan ke unit pengisap.
j. Buat perkiraan ukuran kedalaman kateter yang akan dimasukkan dan periksa
peralatan.
1) Ukur jarak antara ujung hidung pasien dan cuping telinga, sekitar 13 cm untuk
dewasa.
2) Tandai jarak tersebut pada slang dengan jari tangan yang memakai sarung
tangan steril.
3) Periksa tekanan pengisap dan kepatenan kateter dengan menekan jari atau ibu
jari yang memakai sarung tangan steril ke port atau cabang terbuka dari konektor
Y (kontrol pengisap) untuk menimbulkan isapan.
k. Lumasi dan masukkan kateter
1) Keluarkan jelli sedikit dari tempatnya taruh di tray dengan menggunakan tangan
bersih
2) Ambil kateter dengan tangan steril dan lilitkan pada tangan sehingga ujung
kateter dipegang dengan ibu jari dan jari-jari
70
3) Ambil selang penyambung dengan tangan bersih dan sambungkan dengan
kateter yang berada ditangan steril, oleskan jelli pada ujung kateter
4) Untuk pengisapan nasofaring, lumasi ujung kateter dengan air steril, salin, atau
pelumas larut air; untuk pengisapan orofaring, lembabkan ujung kateter dengan
air steril atau salin. Tindakan ini akan mengurangi gesekan dan memudahkan
kateter saat dimasukkan.
l. Nyalakan suction dengan tangan bersih
m. Ujung kateter letakkan pada pot cairan steril
n. Observasi cairan saline terisap disepanjang kateter dan selang penyambung serta
masuk ke botol kontainer. Observasi keakuratan tekanan negatif
o. Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit untuk
mencegah terjadinya hipoksemia.
71
Untuk Pengisapan Nasofaringeal dan Nasotracheal
1) Tanpa melakukan pengisapan, masukkan kateter sedalam jarak yang telah
diukur atau direkomendasikan ke salah satu lubang hidung dan terus masukkan
di sepanjang dasar rongga hidung. Tindakan ini menghindari konka nasalis.
2) Jangan memaksa memasukkan kateter melawan sumbatan. Bila salah satu
lubang hidung tersumbat, coba lubang hidung lainnya.
3) Untuk pengisapan nasotracheal, posisikan kepala pasien agak ekstensi
p. Lakukan pengisapan.
1) Letakkan jari Anda pada lubang kontrol suction untuk memulai pengisapan, dan
dengan perlahan-lahan putar kateter (gerakan memutar). Memutar kateter secara
perlahan akan memastikan bahwa seluruh permukaan dapat dicapai dan
mencegah trauma pada salah satu daerah mukosa saluran pernapasan karena
pengisapan dalam waktu lama.
2) Lakukan pengisapan selama 5 – 10 detik sambil menarik kateter secara
perlahan, kemudian lepaskan jari Anda dari alat kontrol, dan lepaskan kateter.
3) Tindakan pengisapan hanya berlangsung selama 5 – 10 detik. Selama waktu itu,
kateter dimasukkan, pengisapan dilakukan dan dihentikan, dan kateter dilepas.
72
4) Selama pengisapan orofaring mungkin diperlukan pengisapan sekret yang
terkumpul di vestibulmu mulut dan di bawah lidah.
q. Bersihkan kateter dengan cara melakukan pembilasan dengan cairan steril, dan
ulangi pengisapan seperti di atas bila diperlukan ( maksimal 3 x suction dalam 1
waktu ):
1) Bersihkan kateter dengan menggunakan kasa steril bila sekret yang menempel
kental. Buang kasa yang sudah digunakan ke dalam kantong tahan lembap.
2) Bilas kateter dengan air steril atau salin
3) Lumasi kembali kateter, dan ulangi pengisapan sampai jalan udara bersih
4) Berikan jeda 20 – 30 detik di antara setiap pengisapan dan batasi waktu
pengisapan total sampai 5 menit. Pengisapan yang terlalu lama dapat
memperbanyak sekret atau mengurangi suplai oksigen pasien.
5) Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal
6) Ganti lubang hidung untuk pengisapan selanjutnya
7) Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk di antara pengisapan. Batuk dan
napas dalam membantu membawa sekret dari trakea dan bronkus ke dalam
faring, tempat dapat dijangkau oleh kateter pengisap.
73
t. Matikan sumber suction dengan tangan bersih, jika suction tidak dilakukan lagi
u. Buang peralatan dan pastikan tersedianya alat untuk tindakan pengisapan
selanjutnya
1) Buang kateter, sarung tangan, air, dan wadah sampah. Bungkus kateter
dengan tangan Anda yang bersarung tangan steril dan pegang kateter
sambil melepaskan sarung tangan tersebut, buang keduanya.
2) Bilas slang pengisap sesuai keperluan dengan memasukkan ujung slang
ke dalam wadah air yang sudah terpakai. Kosongkan dan cuci wadah
pengumpul sputum sesuai kebutuhan atau protokol. Ganti slang pengisap
dan wadah setiap hari.
Pastikan terdapat suplai alat untuk pengisapan selanjutnya (set pengisap,
sarung tangan, air atau salin normal)
v. Rapikan alat
w. Cuci tangan
x. Evaluasi perasaan pasien terhadap tindakan yang sudah dilakukan
y. Kaji keefektifan pengisapan
Auskultasi suara napas pasien untuk memastikan suara napas bersih dari
sekret. Observasi warna kulit, dispnea, dan tingkat kecemasan.
z. Dokumentasikan data yang relevan.
1) Catat prosedur: jumlah, konsistensi, warna dan bau sputum (mis., berbusa,
mukosa putih; mukus tebal, kehijauan; atau mukus berbercak darah) dan
status pernapasan pasien sebelum dan sesudah prosedur.
2) Bila teknik ini sering dilakukan (misalnya setiap jam), teknik ini dapat dicatat
hanya satu kali, yaitu pada akhir shift jaga; namun frekuensi pengisapan
harus dicatat.
74
Berikut prosedur untuk pengisapan trakeostomi:
a. Peralatan
1) Kateter penghisap
2) Sarung tangan
3) Goggles untuk pelindung mata
4) Spuit 5 – 19 ml
5) Normal salin steril yang dituangkan ke dalam cangkir untuk irigasi
6) Bag yang dapat mengembang sendiri milik pasien (resusitator tangan)
dengan oksigen suplemental (kantung diganti setiap hari untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi)
7) Mesin pengisap (suction)
b. Prosedur tindakan
1) Jelaskan prosedur pada pasien sebelum memulai dan berikan ketenangan
selama pengisapan, karena pasien mungkin gelisah berkenaan dengan
tersedak dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
2) Mulai dengan mencuci tangan secara menyeluruh dan observasi
pengendalian infeksi lainnya (mis. Sarung tangan, googles)
3) Jaga privasi pasien
4) Persiapkan pasien.
a) Bila tidak dikontraindikasikan karena alasan kesehatan, tempatkan
pasien pada posisi semi fowler untuk meningkatkan napas dalam,
ekspansi paru yang maksimal, dan batuk produktif. Napas dalam akan
mengoksigenasi paru, menghilangkan efek hipoksia karena
pengisapan, dan dapat menginduksi batuk. Batuk dapat membantu
melepaskan dan mengeluarkan sekret.
b) Bila diperlukan berikan analgesik sebelum melakukan pengisapan.
Pengisapan endotrakea dapat menstimulasi refleks batuk, yang dapat
menyebabkan nyeri bagi pasien yang baru menjalani pembedahan.
Pemberian obat sebelum tindakan dapat meningkatkan kenyamanan
pasien selama pengisapan.
5) Persiapkan alat
a) Buka kit kateter pengisap
b) Pasang peralatan resusitasi ke sumber oksigen. Sesuaikan aliran
oksigen ke “aliran 100%”
c) Isi basin/ cangkir dengan normal salin steril
d) Buka suplai steril siap pakai
75
e) Letakkan handuk steril, bila digunakan, di atas dada pasien di bawah
trakeostomi
f) Nyalakan alat penghisap, dan atur tekanan sesuai kebijakan institusi (tekanan
tidak boleh melebihi 120 mmHg)
g) Pakai googles, masker, gaun bila diperlukan
h) Pasang sarung tangan steril. Beberapa institusi merekomendasikan
pemasangan sarung tangan steril pada tangan yang dominan dan sarung
tangan tidak steril pada tangan yang tidak dominan untuk melindungi perawat.
6) Bilas dan lumasi kateter
a) gunakan tangan dominan, letakkan ujung kateter dalam cairan salin steril
b) gunakan ibu jari tangan yang tidak dominan, tutup kontrol pengisap dengan inu
jari dan isap sejumlah kecil larutan steril melalui kateter.
Tindakan ini memastikan bahwa alat pengisap bekerja denganbaik dan
melumasi bagian luar serta lumen kateter. pelumasan memudahkan dalam
memasukkan kateter dan mengurangi trauma jaringan selama memasukkan
kateter. pelumahan lumen juga membantu mencegah sekret melekat di bagian
dalam kateter.
7) Bila pasien tidak memiliki sekret yang banyak, lakukan hiperventilasi paru pasien
dengan bag resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi sebelum dilakukan
pengisapan.
a) minta seorang asisten, bila tersedia, untuk tahap ini
b) gunakan tangan anda yang tidak dominan, alirkan oksigen 12 – 15 L/menit
c) bila pasien sedang mendapatkan oksigen, lepaskan sumber oksigen dari selang
trakeostomi dengan menggunakan tangan non dominan.
d) pasang alat resusitasi ke selang endotrakea atau trakeostomi
e) tekan ambu bag tiga hingga lima kali saat pasien melakukan inhalasi. tindakan
ini paling baik dilakukan oleh orang kedua yang dapat menggunakan tangannya
untuk menekan ambu bag sehingga akan meningkatkan volume pemompaan.
f) observasi naik dan turunnya dada pasien untuk mengkaji keadekuatan setiap
ventilasi.
g) lepaskan alat resusitasi dan letakkan alat di atas tempat tidur atau di atas dada
pasien dengan konektor yang menghadap ke atas.
76
Gambar 59. Membilas dan melumasi kateter pengisap dengan ibu jari pada kontrol
pengisap
Gambar 60. Memasukkan kateter trakeostomi di selang trakeostomi dengan ibu jari
tidak pada kontrol pengisap. Kateter dimasukkan tidak lebih dari 0,5
cm dari panjang selang
77
13) Untuk mencegah kerusakan membran mukosa pada percabangan, tarik kateter
sekitar 1 – 2 cm sebelum melakukan pengisapan.
14) Beri isapan intermiten selama 5 – 10 detik dengan meletakkan ibu jari yang tidak
dominan di atas port kontrol pengisap, sambil menarik kateter, memutar kateter
dengan perlahan 360 derajat (tidak lebih dari 10 detik sampai 15 detik, karena
pasien dapat menjadi hipoksik dan disritmia, yang dapat mengarah pada henti
jantung)
78
24) matikan alat pengisap, dan lepaskan kateter dari selang pengisap
25) bungkus kateter dalam tangan steril anda, dan lepaskan sarung tangan
sehingga sarung tangan bagian dalam membungkus kateter.
26) buang sarung tangan dan kateter ke dalam kantong sampah tahan
lembab
27) berikan kenyamanan dan keamanan kepada pasien, bantu pasien ke
posisi yang aman dan nyaman yang membantu pernapasan.
28) evaluasi perasaan pasien
29) terminasi
30) dokumentasikan
8. Evaluasi
a. observasi jalan napas untuk tetap ditempatnya dengan plester atau ikatan
aman dan nyaman bagi pasien.
b. Ukur temperatur pasien; observasi stoma atau tanda dan gejala infeksi
c. observasi mukosa oral pasien
d. bandingkan pengkajian sebelum dan sesudah perawatan jalan napas artifisial.
Observasi tanda dari pecahnya jaringan atau sekresi kering yang persisten
e. observasi kerja pasien untuk mengetahui adanya keluhan dengan prosedur
f. biarkan pasien untuk memutuskan kapan perawatan trakeostomi diperlukan
dan demonstrasikan secara mandiri untuk perawatan trakeostomi.
79
2) Tujuan
Pengisapan dilakukan untuk menjaga agar jalan napas (hidung dan mulut)
tetap
bersih dari mukus agar anak dapat bernapas dengan lebih mudah.
3) Indikasi
a) Adanya mukus kuning atau hijau
b) Perubahan bau mukus
c) Peningkatan jumlah mukus
d) Anak sangat peka/ gelisah
e) Anak mengalami kesulitan bernapas
f) Anak mengalami kesulitan makan atau menghisap
g) Anak tampak pucat
h) Cuping hidung anak melebar (meregang)
i) Terdengar bunyi gelembung udara melewati mukus
4) Kontra indikasi
Iritasi mukosa hidung atau mulut
5) Peralatan
a) Mesin suction, gunakan alat penghisap dengan tekanan 95 - 110 mmHg
untuk anak-anak, dan 50 - 95mmHg untuk bayi, dan kontainer tempat
pengumpul sekret dan cairan.
b) Disposible suction tray atau sterile suction kateter : 12 Fr atau 14 Fr
c) Handscoon steril (untuk tracheal dan tracheostomi suctioning)
d) Masker
e) Kom steril atau kotak steril (tempat steril untuk irigasi)
f) Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
g) 2 meter selang plastik bening untuk penyambung
h) Tonsilar suction tip
i) Jelli steril
j) Tissue
k) Kasa steril
l) Handuk steril
m) Botol pengumpul lendir
n) Manometer untuk mengukur jumlah kekuatan vakum
80
6) Prosedur tindakan
a. Siapkan alat
b. Cuci tangan dengan sabun dan air. Hitung sampai 10 sambil mencuci tangan,
kemudian bilas dengan air bersih dan keringkan dengan handuk.
c. Buka kemasan kateter penghisap dan sambungkan dengan mesin penghisap.
d. Pastikan bahwa mesin penghisap sudah dipasang dan dapat berfungsi.
e. Ukur selang untuk jarak yang akan anda masukkan. Tempatkan ujung kateter
pada daun telinga anak dan tandai jaraknya sampai ujung hidung anak. Pegang
kateter sampai tanda yang telah diukur tadi.
f. Tempatkan ujung kateter dalam salin steril dan tempatkan ibu jari anda di atas
lubang untuk mendapatkan pengisapan. Salin membasahi kateter
Gambar 45. Membilas dan melumasi kateter dengan ibu jari pada kontrol
penghisap
81
Gambar 46. Memasukkan kateter penghisap dengan ibu jari tidak diatas kontrol
penghisap
i. Tempatkan ibu jari anda pada lubang pengisap untuk mendapatkan pengisapan.
j. Putar atau pilin kateter dengan gerakan perlahan atau stabil pada saat anda
melepaskannya
Gambar 47. mengeluarkan kateter dengan ibu jari diatas kontrol penghisap
Baik pemasukkan kateter maupun pengisapan tidak boleh lebih dari 5 detik. Ingat
anak mungkin akan bernapas saat anda mengisap atau pada saat dilakukan
suction. Cobalah untuk menhan napas anda pada saat ibu jari anda pada lubang
penghisap. Hal ini akan mengingatkan anda terhadap waktu.
k. Perhatikan mukus. Periksa adanya perubahan warna, bau, dan konsistensi.
l. Bilas kateter pengisap dengan larutan salin steril dengan ibu jari ada pada lubang
pengisap.
m. Biarkan anak menarik napas dalam beberapa kali.
n. Ulangi langkah 7) sampai 14) sebanyak 2 kali, bila perlu (untuk mukus yang
jumlahnya sangat banyak), kemudian ulangi untuk lubang hidung yang lainnya.
o. Setelah penghisapan hidung, anda dapat menggunakan kateter yang sama untuk
membersihkan mulut anak (oral suctioning).
82
p. Tempatkan ujung kateter dalam salin steril dan tempatkan ibu jari anda diatas
lubang untuk menghisap.
q. Beri tahu anak untuk menarik napas dalam.
r. Dengan ibu jari anda tidak pada lubang penghisap (tidak ada penghisapan),
masukkan kateter penghisap pada mulut anak sepanjang salah satu sisi mulut
sampai selang mencapai bagian belakang tenggorok.
s. Tempatkan ibu jari anda pada lubang penghisap untuk mendapatkan
penghisapan.
t. Putar atau pilin kateter saat anda mengeluarkannya dengan gerakan mantap
perlahan. Pemasukkan kateter dengan penghisapan tidak boleh lebih dari 5
detik. Ingatkan anak mungkin tidak dapt bernapas saat dilakukan suctioning.
Cobalah menahan napas anda pada saat ibu jari anda berada di lubang
penghisap. Hal ini akan mengingatkan anda terhadap waktu.
u. Perhatikan mukus.periksa adanya perubahan warna, bau, dan konsistensi.
v. Bilas kateter penghisap dengan larutan salin steril dengan ibu jari pada lubang
penghisap.
w. Biarkan anak menarik napas dalam beberapa kali.
x. Ulangi langkah 17) sampai 23) sampai 3 kali.
y. Gendong dan nyamankan anak.
z. PUJI ANAK ATAS KERJASAMANYA.
aa. Setelah setiap penggunaan, buang larutan salin dan cuci wadah. Mesin
penghisap harus bersih dan siap pakai untuk digunakan di waktu yang akan
datang.
bb. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih. Keringkan dengan handuk bersih.
cc. Dokumentasi.
9. Evaluasi
a. Saluran pernapasan paten, tidak ada bunyi seperti kumur atau gelembung-
gelembung pada saat inspirasi atau ekspirasi, tidak ada bunyi crackles pada
saat auskultasi paru-paru, pulsa normal sesuai dengan usia dan sex pasien.
b. Pasien mengatakan tidak cemas baik secara verbal maupun non verbal.
c. Respons pasien secara verbal atau non verbal tidak ada tanda-tanda trauma,
tidak ada keluhan nyeri pada membran mukosa saluran pernapasan.
83
10. Dokumentasi
a. Dokumentasikan metoda, waktu, dan frekwensi suction
b. Dokumentasikan status pernapasan pasien sebelum dan sesudah suction
c. Laporkan warna da kekentalan dari sputum.
d. Laporkan setiap respons pasien selama melakukan prosedur
e. Jika ada tanda peningkatan hypoksia selama atau setelah suction segera
laporkan ke dokter.
f. Siapkan nursing order untuk mempertahankan kepatenan jalan napas,
dokumentasikan pada catatan keperawatan.