Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN

I'm nurse not only nurse, I'm nurse and I like it!

Rasulullah SAW bersabda :

"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak


manfaatnya bagi orang lain, berakhlak mulia, mempelajari Al-
Quran dan mengajarkannya, serta orang yang umurnya
panjang dan banyak amal kebajikannya."

Tanpa tindakan, teori hanya sederet tulisan.

Assalamualaikum wr.wb, Selamat datang di BLOG saya semoga


bermanfaat.

Selasa, 22 September 2015


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR OKSIGENASI
(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR OKSIGENASI)

A. Pengertian
Terapi oksigen merupakan suatu terminologi untuk penggunaan oksigen sebagai bahan
farmakologis utama yang diberikan pada individu tertentu berkaitan dengan penyakitnya,
baik akut maupun kronik, dalam jumlah, cara, dan durasi tertentu demi meringankan gejala
penyakit dasar, meningkatkan kualitas hidup, atau berkaitan dengan prognosis yang lebih
baik bilamana terapi tersebut diberikan. Terapi oksigen telah lama dikenal (kurang lebih 1
abad yang lalu), khususnya bagi pasien-pasien dengan gangguan kardiopulmoner akut.
Pada terapi ini, oksigen yang diberikan konsentrasinya harus lebih tinggi daripada udara
atmosfer atau fraksi oksigen lebih dari 21%. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan
memasang nasal atau masker ke saluran pernapasan pasien lalu menghubungkan dengan
tabung oksigen.

B. Tujuan
Tujuan utama pemberian terapi oksigen adalah untuk mempertahankan PaO2> 60 mmHg
atau SaO2> 90% dan mencegah dan mengatasi hipoksia jaringan dan beban kerja
kardiorespirasi yang berlebih (Perry & Potter, 2006). Selain itu, terapi oksigen juga dapat
meningkatkan bersihan napas klien, mencegah infeksi, dan meningkatkan rasa nyaman pada
klien.
C. Indikasi
Terapi ini dilakukan pada penderita:
1. Klien anoksia atau hipoksia
2. Kelumpuhan alat-alat pernapasan
3. Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
4. Mendapat trauma paru
5. Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu
6. Dalam keadaan coma.

D. Beberapa alat yang duganakan untuk terapi oksigen


1. Terapi Oksigen Dengan Kanula Nasal

(Gambar Kanula Nasal)


a. Pengertian
Kanula nasal (prongs) merupakan alat sederhana untuk pemberian oksigen dengan
memasukkan dua cabang kecil kedalam hidung. Kanula nasal/nasal kanul berguna untuk
memberikan kira-kira 24-44% oksigen dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit (aliran yang
lebih dari 6L/menit tidak menghantarkan oksigen lebih banyak). Kanula nasal mudah
dipasang dan tidak mengganggu kemampuan klien untuk makan atau berbicara. Kanula nasal
juga relatif nyaman karena memungkinkan kebebasan pergerakan dan toleransi dengan baik
oleh klien.

b. Indikasi
Nasal kanul diberikan pada pasien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik).

c. Kontraindikasi
a) Pada klien yang terdapat obstruksi nasal
b) Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan
konsentrasi >44%

d. Prinsip
a) Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit, untuk aliran
ringan/rendah biasanya hanya 2-3 liter/ menit yang digunakan.
b) Membutuhkan pernapasan hidung.
c) Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 44%.

e. Persiapan Alat
a) Kanula nasal
b) Selang oksigen
c) Humidifier
d) Water steril
e) Tabung oksigen dengan flowmeter
f) Plester

f. Prosedur
a) Periksa program terapi medic
R : Mengetahui kondisi kesehatan pasien
b) Ucapkan salam terapeutik
R: Penerapan komunikasi terapeutik dan memudahkan kerjasama dengan klien.
c) Lakukan evaluasi/validasi
R : Mengetahui data yang akurat tentang pasien.
d) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
R : Memberi informasi pada klien tentang tindakan yang dilakukan
agar tidak terjadi mis komunikasi dan memudahkan kerjasama dengan
klien.
e) Cuci tangan
R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
f) Persiapkan alat
R : Efisien dalam melakukan tindakan
g) Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
R : Memudahkan pemberian tindakan yang akan dilakukan dan
mengurangi iritasi saluran pernafasan.
h) Sambungkan kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber oksigen.
R : Mengalirkan oksigen ke kanula nasal.
i) Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan
berfungsi dengan baik.
R : Memberi oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari kanula.
R : Memastikan bahwa aliran oksigen dari humidifier dapat berfungsi dengan baik.
j) Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien.
R : Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi terjadinya
iritasi pada membrane mukosa hidung.
k) Atur pita elastic atau selang plastic ke kepala atau ke bawah dagu
sampai kanula pas dan nyaman.
R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi.
l) Beri plester pada kanula dikedua sisi wajah.
R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi.
m) Periksa kanula setiap 8 jam.
R : Mengkaji perkembangan pasien selama pemberian oksigenasi.
n) Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R : Menjaga kelembapan pada membrane mukosa hidung pasien.
o) Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi secara periodic sesuai respon
klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
R : Mengetahui kesesuaian dan ketepatan pemberian oksigen.
p) Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan
membrane mukosa jika diperlukan.
R : Agar kenyamanan serta kelembapan membrane mukosa hidung tetap terjaga dalam
kondisi baik.
q) Cuci tangan.
R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
r) Evaluasi respon pasien.
R : Mengetahui keefektifan tindakan yang diberikan.
s) Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
R : Mendokumentasikan segala kegiatan yang dilakukan.

g. Evaluasi
a) Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal.
b) Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
c) Cek kanul sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
d) PO2 arterial berkisar antara 80 100 mmHg
e) Kondisi hipoksia dapat teratasi.
f) Frekuensi pernapasan dalam kisaran 14 20 kali per menit.

2. Pemberian Oksigen Melalui Masker Wajah Sederhana

(Gambar Masker Sederhana)


a) Pengertian
Masker wajah sederhana adalah alat untuk terapi oksigen yang menutupi hidung dan mulut
klien, digunakan untuk inhalasi oksigen. Bagian ekshalasi pada kedua sisi masker
memungkinkan dikeluarkannya karbon dioksida yang dihembuskan. Masker wajah
memberikan oksigen dengan konsentrasi dan kecepatan aliran lebih tinggi dari kanula nasal,
40-60% pada kecepatan 5-8 liter/menit.

b) Indikasi
Pada klien hipoksemia dengan tanda klinis sianosis (pucat pada wajah. bibir, dan warma
kulit)

c) Kontraindikasi
Pada klien PPOK yang hanya membutuhkan aliran oksigen <5 liter/menit.

d) Prinsip
1. Masker wajah sederhana untuk mengalirkan oksigen tingkat
sedang dari hidung kemulut, dengan konsentrasi oksigen 40-60%.
2. Masker wajah sederhana mengalirkan oksigen dengan kecepatan 5-8 liter/menit.

e) Persiapan alat
1. Masker wajah sederhana , sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic

f) Prosedur
a) Periksa program terapi medic
R : untuk memeriksa ketepatan program medic dengan gejala klien.
b) Ucapkan salam terapeutik
R : memberi rasa nyaman, dan memberi kepercayaan pada klien.
c) Lakukan evaluasi/validasi
R: untuk memeriksa ketepatan tindakan yang akan dilakukan dengan gejala klinis klien.
d) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
R: memberi penjelasan pada pasien.
e) Cuci tangan
R : menghindari dari bakteri pathogen dan apatogen
f) Persiapkan alat
R : memudahkan prosedur
g) Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
R : mengetahui tanda dan gejala yang ada
h) Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
R: oksigen dapat tersalur dengan masker
i) Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan
berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari masker.
R: menghindari terjadinya emboli pada paru
j) Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur
wajah klien).
R : memberikan rasa nyaman pada pasien
k) Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit.
R : memberikan rasa nyaman pada pasien
l) Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan
umum pasien
R : menghindari terjadinya pertumbuhan bakteri
m) Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R : melembabkan oksigen yang masuk ke dalam paru
n) Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam.
R : menghindari terjadinya emboli pada paru
o) Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan
membrane mukosa jika diperlukan.
R : mengetahui iritasi pada membrane mukosa
p) Cuci tangan.
R : membersihkan dari bakteri dan virus
q) Evaluasi respon pasien.
R : mengetahui hasil yang dirasakan pasien
r) Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
R : sebagai bukti rekam medis pasien

g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali/menit.
5. Pemberian Oksigen Melalui Masker Rebreathing

3. Pemberian Oksigen Melalui Masker Rebreathing

(Gambar Masker Rebreathing)

a. Pengertian
Masker rebreathing adalah masker wajah yang terdapat sebuah kantung reservoir dan
maskernya tanpa klep. Kantong reservoir oksigen yang terhubung memungkinkan klien
mengambil nafas kembali sekitar sepertiga dari udara yang dihembuskan bersamaan dengan
oksigen. Masker rebreathing mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran O2 8-12
liter/menit dan konsentrasi O2 60-80 %.

b. Indikasi
1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis.
2. Perfusi jaringan adekuat

c. Kontraindikasi
Pada klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%.

d. Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80%
2. Volume aliran 8-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2

e. Alat dan Bahan


1. Set oksigen (tabung O2, O2, flowmeter, humidifier)
2. Water steril
3. Plester non iritan
4. Antiseptik (jika diperlukan)
5. Masker rebreathing
6. Sarung tangan bersih

f. Prosedur
a) Mengucapkan salam terapeutik kepada pasien
R: etik saat bertemu klien
b) Melakukan validasi
R: untuk menghindari kesalahan asuhan keperawatan pada klien
c) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
R: menghindari ansietas pada pasien
d) Mencuci tangan
R: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan efisiensi
e) Menggunakan sarung tangan bersih
R: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan efisiensi
f) Mempersiapkan peralatan
R: mempercepat penanganan agar efektif
g) Mengkaji adanya tanda dan gejala klinis dan sekret pada jalan napas
R: mengetahui kondisi fisik pasien
h) Menyambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen
R: mengalirkan oksigen pada masker
i) Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
memastikan bahwa berfungsi dengan baik.
R: mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehingga melukai klien. Memberikan
aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
j) Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
R: jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen bantuan
k) Ada gelembung udara pada humidifier.
R: gelembung merupakan supply oksigen
l) Terasa oksigen keluar dari masker.
R: apabila oksigen tidak keluar, akan membuat klien semakin susah bernapas
m) Memastikan kantong reservoir tidak terlipat atau mengempis total saat inspirasi
R: untuk memaksimalkan pemberian oksigen
n) Mengarahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan
kontur wajah klien).
R: memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasanga yang nyaman
o) Melingkarkan pita elastik ke kepala pasien agar nyaman dan tidak sempit
R: menghindari lepasnya masker
p) Memeriksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan
keadaan umum pasien
R: menjaga aliran oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien
q) Mempertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R: untuk memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi dalam humidifier
r) Memeriksa jumlah kecepatan aliran oksigen
R: menjaga kestabilan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh klien
s) Mengkaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan memberi jelly untuk
melembapkan membran mukosa jika diperlukan.
R: menghindari adanya iritasi yang diakibatkan pemasangan nasal kanul dan kekeringan karena
dorongan oksigen
t) Mencuci tangan.
R: menjaga kebersihan dan menghindari infeksi nosokomial
u) Mengevaluasi respon pasien
R: menghindari tindakan yang mengakibatkan klien merasa sakit dan cemas akan tindakan
selanjutnya
v) Mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
R: sebagai pendokumentasian dan alat pemantau perkembangan kondisi fisik klien

g. Evaluasi
1.Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal.
2.Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3.Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi aspirasi bila pasien
muntah, serta perlu segel pengikat)
4. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
5. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit.
6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker

4. Pemberian Oksigen Melalui Masker Non-Rebreathing

(Gambar Masker Non-Rebreathing)


a. Pengertian
Masker nonrebreathing mengalirkan oksigen dengan konsentrasi tertinggi Pemberian Oksigen
Melalui Masker nonrebreathing mencapai 99% dengan cara selain intubasi atau ventilasi
mekanis, pada volume aliran 10 sam
pai 12 L permenit. Katup satu arah pada masker dan antara kantung resevoir dan masker,
mencegah udara ruangan dan udara yang dihembuskan klien masuk kedalam kantung
sehingga hanya oksigen didalam kantung yang dihirup. Untuk mencegah terbentuknya
karbon dioksida, kantung nonrebreathing tidak boleh mengempis secara total selama
inspirasi. Jika terjadi, perawat dapat memperbaiki masalah ini dengan meninggikan volume
aliran oksigen (Korzier, et al, 2010)

b. Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi mencapai 99%
2. Volume aliran 10-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2 dan dua katup untuk menampung
oksigen

c. Indikasi
1. Pada klien gagal jantung yang tidak sadar dan membutuhkan oksigen >70%
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, apneu

d. Kontraindikasi
Pada klien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik) dan mengalami muntah-muntah.

e. Persiapan alat
1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic

f. Prosedur
a) Periksa progam terapi medic
R : untuk kelancaran program, dan keamanan pasien
b) Ucapkan salam therapeutic
R : menciptakan hubungan yang baik antara perawat dengan pasien
c) Lakukan evaluasi/validasi
R : untuk keamanan pasien, kenyamanan pasien dan kelancaran program
d) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
R : pasien mengerti tindakan apa saja yang akan dilakukan oleh perawat
e) Cuci tangan
R : mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan menghilangkan mikroorganisme yang ada di
tangan
f) Persiapkan alat
R : agar peralatan yang akan dibutuhkan tidak ada yang kurang, dan untuk memperlancar proses
tindakan perawatan
g) Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
R : untuk memperlancar jalan napas pada saat oksigen dimasukkan.
h) Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
R : untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke pasien.
i) Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan
berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari masker.
R : untuk memastikan bahwa oksigen telah benar-benar mengalir dengan sempurna dan agar
tidak terjadi sumbatan
j) Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur
wajah klien).
R : agar konsentrasi oksigen bisa masuk dengan sempurna ke jalan napas pasien, karena jika
masker terlalu besar oksigen akan keluar pada celah masker.
k) Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit.
R : untuk kenyamanan pasien
l) Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran
R : untuk memastikan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh pasien.
m) Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan
umum pasien
R : memastikan bahwa oksigen benar-benar masuk ke jalan napas pasien dan tidak terjadi
sumbatan
n) Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien melakukan inspirasi
R : untuk menghindari terbentuknya karbon dioksida
o) Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
R: mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang bisa menyebabkan kolaps paru
p) Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam
R : untuk mengecek kelancaran program terapi, dan mengecek perubahan yang terjadi pada
pasien
q) Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan
membrane mukosa jika diperlukan
R : agar menghindari terjadinya iritasi pada membrane mukosa hidung dan kenyamanan pasien
r) Cuci tangan
R : : mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan menghilangkan mikroorganisme yang ada di
tangan
s) Evaluasi respon pasien
R : untuk mengetahui hasil dari tindakan keperawatan.
t) Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
R : untuk data obyektif dan laporan.
g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi aspirasi bila pasien
muntah, serta perlu segel pengikat)
4. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
5. Frekuensi pernapasan 14-20%.
6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker

5. Pemberian Oksigen Melalui Masker Venturi

(Gambar Masker Venturi)

a. Pengertian
Masker venturi adalah masker yang memiliki selang berukuran besar dan jet adapter yang
diberi kode warna yang berespon terhadap konsentrasi oksigen dan volume aliran yang tepat.

b. Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 24% sampai 60%.
2. Aliran oksigen bervolune 4 sampai 10 L.
3. Macam-macam jet adapter masker venturi:
Biru 24%
Putih 28%
Jingga 31 %
Kuning 35 %
Merah 40%
Hijau 60%

c. Indikasi
1. Pada klien hipoksia maupun hipoksemia.
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, apneu

d. Kontraindikasi
Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan
.
e. Persiapan alat
1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
7. Periksa progam terapi medic

f. Prosedur
a) Periksa progam terapi medic
R : memastikan ketepatan pemberian terapi oksigen pada klien
b) Ucapkan salam therapeutic
R : etik dengan pasien
c) Lakukan evaluasi/validasi
R : memastikan ketepatan progam medic dengan gejala klinis klien
d) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
R : menghindari ansietas pada pasien
e) Cuci tangan
R : menghindari infeksi nosokomial
f) Persiapkan alat
R : mempercepat penanganan agar efektif
g) Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
R : mengetahui kondisi fisik pasien
h) Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
R : mengalirkan oksigen pada masker venturi
i) Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan
berfungsi dengan baik.
R : mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehingga melukai klien. Memberikan
aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
j) Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
R :jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen bantuan
k) Ada gelembung udara pada humidifier.
R : gelembung merupakan supply oksigen
l) Pasang jet adapter kecepatan aliran oksigen sesuai kebutuhan
R : apabila oksigen tidak keluar, akan membuat klien semakin susah bernapas
m) Terasa oksigen keluar dari masker.
R: untuk memastikan oksigen sudah mengalir
n) Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur
wajah klien).
R : memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasanga
yang nyaman
o) Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit.
R : menghindari lepasnya masker
p) Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan
umum pasien
R : menjaga aliran oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien
q) Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien melakukan inspirasi
R : menghindari terbentuknya karbon dioksida
r) Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
R : memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi dalam humidifier
s) Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam
R : pemantau perkembangan kondisi fisik klien
t) Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan
membrane mukosa jika diperlukan
R : menghindari adanya iritasi yang diakibatkan kekeringan karena dorongan oksigen
u) Cuci tangan
R : menjaga kebersihan dan menghindari infeksi nosokomial
v) Evaluasi respon pasien
R : menghindari tindakan yang mengakibatkan klien merasa sakit
dan cemas akan tindakan selanjutnya
q) Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
R : sebagai pendokumentasian dan alat pemantau perkembangan
kondisi fisik klien

g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit.

LATIHAN NAPAS DALAM


Pengertian
Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh.
Gambar

Keterangan : Tangan perawat menekan abdomen klien di bawah iga

Indikasi
1. Pada klien yang mengalami keterbatasan ekspansi dada
2. Klien dengan gangguan paru obstruksi dan restriktif
3. Klien yang mengalami PPOM (asma dan bronchitis)
4. Klien yang menjalani tahap penyembuhan post-operasi toraks.

Prosedur
1. Mengucapkan salam terapeutik kepada pasien
R : Etik saat bertemu klien
1. Menjelaskan prosedur pada klien
R : Mengurangi ansietas dan memberi pengetahuan pada klien
1. Membantu klien memperoleh posisi setengah duduk di tempat tidur atau di kursi, atau
dengan posisi berbaring di tempat tidur menggunakan satu bantal. Memastikan klien merasa
nyaman.
R : Memberikan kenyamanan pada klien
1. Menekuk lutut klien untuk mengistirahatkan otot abdomen.
R : agar oto Abdomen relaksasi
1. Meletakkan satu atau dua tangan klien pada abdomen, tepat di bawah kosta.
R : Menghasilkan ekspansi paru yang maksimal dan membuka jalan nafas
1. Meminta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung, dengan mulut tetap tertutup.
Hitung hingga tiga hitungan selama inspirasi.
R : Agar udara secara maksimal diperoleh dari hidung
1. Menganjurkan klien untuk berkonsentrasi dan merasakan pergerakan abdomen naik sejauh
mungkin, tetapi tetap dalam kondisi relaks. Hindari lekukan pada punggung. Jika klien
mengalami kesulitan menaikkan abdomen, anjurkan untuk mengambil napas kuat yang cepat
melalui hidung.
R : Mengetahui pergerakan abdomen klien selama pernapasan berlangsung
1. Meminta klien untuk mendorong bibir, seperti meniup lilin, melakukan ekspirasi secara
perlahan dan kuat sehingga terdengar suara hembusan tanpa menggembungkan pipi.
Teknik pernapasan pursed lip ini menimbulkan tahanan terhadap udara yang keluar dari
paru, meningkatkan tekanan di dalam bronkus (jalan napas utama), dan meminimalkan
kolaps jalan napas yang keci, yang merupakan masalah umum pada klien yang mengalami
PPOM.
R : Mengetahui pola pernapasan
1. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan penurunan abdomen, serta
mengencangkan otot abdomen selama ekspirasi.
R : Mengetahui kekencangan otot abdomen.
10. Menganjurkan klien untuk melakukan latihan ini setiap kali mengalami napas pendek
dan tingkatan secara bertahap hingga 5-10 menit, empat kali sehari. Latihan ini dapat
dilakukan dalam posisi duduk tegak, berdiri, dan berjalan
R : Latihan teratur akan membantu klien melakukan pernapasan ini tanpa upaya.

Evaluasi
1. Kapasitas vital dan evaluasi paru membaik
2. Menghematnya pengeluaran energy klien
3. Level volume tidal membaik ketika menggunakan spirometer intensif
4. Sekresi jalan napas berkurang dan kemampuan ekspansi paru klien dapat optimal.
5. Secara otomatis melakukan pernapasan abdominal dan pernapasan lebih efisien.

LATIHAN BATUK EFEKTIF


Pengertian
Latihan batuk efektif adalah latihan mengeluarkan secret yang terakumulasi dan
mengganggu di saluran nafas dengan cara di batukkan .

Tujuan
1. Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
2. Mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan bawah
3. Meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi (pneumonia,
atelektasis, demam).

Indikasi
1. Klien dengan gangguan saluran napas akibat akumulasi secret
2. Pemeriksaan diagnostic sputum di laboratorium
3. Klien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dan masalah resiko
tinggi infeksi salauran pernapasan bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi secret
pada jalan napas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun atau adanya
nyeri setelah pembedahan thoraks atau pembedahan abdomen bagian atas sehingga klien
merasa malas untuk melakukan batuk.

Persiapan alat
1. Wadah sputum
2. Larutan lisol 2-3%
3. Handuk pengalas
4. Peniti
5. Bantal jika perlu
6. Kertas tisu
7. Bengkok

Prosedur pelaksanaan
1. Periksa progam terapi medic
R : memastikan ketepatan pemberian terapi oksigen pada klien
1. Ucapkan salam therapeutic
R : etik dengan pasien
1. Lakukan evaluasi/validasi
R : memastikan ketepatan progam medic dengan gejala klinis klien
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
R : menghindari ansietas pada pasien
1. Cuci tangan
R : menghindari infeksi nosokomial
1. Persiapkan alat
R : mempercepat penanganan agar efektif
1. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
R : mengetahui kondisi fisik pasien
1. Atur posisi klien dengan posisi duduk dan bagian depan disangga dengan bantal, atur bagian
atas tubuh dengan sikap lentur
R: posisi yang baik akan membantu efektivitas sari batuk
1. Instruksikan klien untuk bernapas dalam, kemudian mintalah pada klien untuk menahannya
selama 1-2 detik, dan lakukan batuk dengan menggunakan otot abdominal dan otot-otot bantu
pernapasan lainnya.
R: teknik ini akan mengumpulkan kekuatan sehingga batuk dapat efektif mengeluarkan
sekret dari jalan napas
1. Instruksikan klien untuk batuk dengan menggunakan seluruh isi pernapasan (bukan
menggunakan isi akhir pernapasan dala). Anjurkan klien untuk melakukan 2x batuk kuat
(kasar) supaya didapatkan aliran deras dalam saluran pernapasan selama ekshalasi
R: usaha untuk menggerakkan dan memobilisasi sekret pada jalan napas sehingga sekret
lebih mudah dikeluarkan
1. Sangga (support)sisi insisi abdominal pascapembedahan tanpa membuka balutan
pembedahan
R: ini untuk menjaga nyeri dari insisi luka akibat pembedahan sehingga klien mudah
melakukan batuk
1. Evaluasi respons klien untuk melakukan frekuansi batuk dan jelaskan kegunaan dari latihan
batuk
R: latihan dengan frekuensi optimal dapat meningkatkan pembersihan sekret pada jalan
napas

Evaluasi
1. Observasi respon klien untuk menentukan apakah latihan sudah sesuai atau belum.
2. Observasi respon klien untuk melakukan frekuensi batuk. Dengan frekuensi optimal dapat
meningkatkanpembersihan secret pada jalan napas.
3. Observasi sputum/ sekret

DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul, Aziz & Uliyah, Musrifatul. (2005). Buku Saku Praktikum: Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC
2. Eni, Yunani & Achmad. (2013). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar. Jakarta : EGC
3. Korzier B, ERB Glenora, Berman A, Synder Shirlee J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC
4. Muttaqin, Arif. (2008) .Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika
5. Suparmi,Yulia.dkk. (2008). Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: PT
Citra Aji Parama
6. Tarwoto. wartonah (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
7. 7. Uliyah, Musrifaltul & Alimul, Aziz. (2008). Praktikum Keterampilan Dasar Praktik
Klinik : Aplikasi Dasar-Dasar Praktik Kebidanan Jakarta : Salemba Medika

Diposting oleh Rina Febriyani di 02.54


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Rina Febriyani
life begins at twentyfour.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Buku Tamu
[get this widget]> [Tutup]

DUNIA PERAWAT
Semoga bermanfaat...

FOLLOW
https://twitter.com/RinaFebriyani91
http://dandelionateki.blogspot.com

Mengenai Saya

Rina Febriyani
life begins at twentyfour.
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2015 (37)
o September (10)
Premenstrual Syndrome, PMS
SOP HECTING DAN UP HECTING
SOP HUKNAH/KLISMA
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR OKSIGENASI
Standar Operasional Prosedur Pemasangan EKG
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT DALAM KEPERAWATAN
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER DAN PASIEN
PROSEDUR PEMASANGAN NGT (NASO GASTRIC TUBE)
PEMASANGAN INFUS / PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA
PROSEDUR PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER
o Agustus (4)
o April (4)
o Maret (19)
Laman
Beranda
PENDAHULUAN

Entri Populer

PEMBERIAN OBAT INTRA CUTAN/ SKIN TEST

PROSEDUR PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER

Standar Operasional Prosedur Pemasangan EKG

Lencana Facebook
Rina Febriani Dandelion

Buat Lencana Anda

Google+ Badge
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai