Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT MAKALAH

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2021


UNIVERSITAS PATTIMURA

TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK

Disusun Oleh :

Irin Nabila Hasanusi


NIM. 2019-84-024

Pembimbing :
dr. Nathalie Kailola, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

atas kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini

dengan judul “Terapi Oksigen Hiperbarik” yang dibawakan dalam rangka tugas

kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Pattimura Ambon.

Penulis menyadari bahwa terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan

dalam proses penyusunan namun dengan bimbingan dan bantuan dari

pembimbing, penulis dapat meneyelasaikan laporan kasus ini. Penulis berharap

pembahasan kasus ini dapat menjadi sumber pembelajaran, pengalaman,

menambah wawasan dan dapat membantu pada praktik klinik di kemudian hari.

Ambon, Agusutus 2021

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
2
HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

A. Sejarah Hiperbarik 5

B. Oksigen Hiperbarik 6

C. Mekanisme Pengobatan Hiperbarik 7

D. Indikasi Terapi Hiperbarik

11

E. Kontraindikasi Terapi Hiperbarik

15

BAB III KESIMPULAN

17

DAFTAR PUSTAKA

18

3
BAB I

PENDAHULUAN

Terapi oksigen hiperbarik atau hyperbaric oxygen therapy (HBOT) adalah

suatu terapi yang dilakukan dengan cara memberikan 100% oksigen bertekanan

kepada pasien Oksigen tersebut memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada

tekanan udara atmosfir, biasanya hingga mencapai 3 ATA. Pada mulanya, terapi

ini diperuntukkan bagi penderita decompression sickness yang sering dialami oleh

para penyelam. Seiring dengan berjalannya waktu serta melalui berbagai uji coba,

terapi ini juga efektif dan terbukti mampu membantu dalam menyembuhkan

berbagai penyakit, terutama terkait dengan restrukturisasi sel-sel tubuh yang

rusak.1

Melihat kegunaan dari terapi oksigen hiperbarik yang sangat luas dalam

mengatasi berbagai penyakit serta jumlah pasien yang membutuhkannya maka

keberadaan alat terapi tersebut diperlukan dalam jumlah yang banyak. Akan

tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa ketersediaan alat HBOT di

Indonesia sangatlah terbatas. Sejauh ini, hanya beberapa rumah sakit yang

memiliki alat HBOT, antara lain: RSAL Dr. Ramelan, Surabaya; RS PT Arun,

Aceh; RSAL Dr Midiyatos, Tanjung Pinang; RSAL Dr Mintohardjo, Jakarta; RS

Pertamina Cilacap; RSU Sanglah, Denpasar; RS Pertamina Balikpapan; RS

4
Gunung Wenang, Manado; RSU Makasar; RSAL Halong, Ambon; dan RS

Petromer, Sorong.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik diperkenalkan pertama kali oleh Behnke pada

tahun 1930. Saat itu terapi oksigen hiperbarik hanya diberikan kepada para

penyelam untuk menghilangkan gejala penyakit dekompresi (Caisson’s disease)

yang timbul akibat perubahan tekanan udara saat menyelam, sehingga fasilitas

terapi tersebut sebagian besar hanya dimiliki oleh beberapa rumah sakit TNI AL

dan rumah sakit yang berhubungan dengan pertambangan.3,4

Terapi oksigen hiperbarik mungkin baru segelintir orang yang

mengenalnya. Di Indonesia sendiri, terapi oksigen hiperbarik pertama kali

dimanfaatkan pada tahun 1960 oleh Lakesla yang bekerjasama dengan RSAL Dr.

Ramelan, Surabaya. Hingga saat ini fasilitas tersebut merupakan yang terbesar di

Indonesia. Adapun beberapa rumah sakit lain yang memiliki fasilitas terapi

oksigen hiperbarik adalah: (RS PT Arun Aceh, RSAL Dr Midiyatos, Tanjung

Pinang, RSAL Dr Mintohardjo Jakarta, RS Pertamina Cilacap, RS Panti Waluyo

Solo, Lakesla TNI AL Surabaya, RSU Sanglah Denpasar, RS Pertamina

5
Balikpapan, RS Gunung Wenang Manado, RSU Makassar, RSAL Halong

Ambon, RS Petromer Sorong). 4

Dasar dari terapi oksigen hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip

fisika. Teori Toricelli yang mendasari terapi digunakan untuk menentukan

tekanan udara 1 atm adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi

unsur-unsur udara yang terkandung didalamnya mengandung Nitrogen (N 2) 79 %

dan Oksigen (O2) 21%. Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi oksigen

hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan mengandung Oksigen (O 2) 100%.

Terapi oksigen hiperbarik juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum

Dalton, Boyle, Charles dan Henry.3,5

Sedangkan prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak

adanya O2 pada tingkat seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada

semua organisme. Oksigen yang berada di sekeliling tubuh manusia masuk ke

dalam tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas

terdiri dari fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan difusi. Dengan kondisi tekanan

oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu

organisme mendapatkan kondisi yang optimal.3,5

Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien

dalam suatu ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan

barometer tinggi (hyperbaric chamber). Kondisi lingkungan dalam HBOT

bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam

jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu

menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) yang

6
dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis.

Individu yang mendapat pengobatan HBOT adalah suatu keadaan individu yang

berada di dalam ruangan bertekanan tinggi (>1 ATA) dan bernafas dengan

oksigen 100%. Tekanan atmosfer pada permukaan air laut sebesar 1 atm. Setiap

penurunan kedalaman 33 kaki, tekanan akan naik 1 atm. Efek fisiologis dapat

dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut plasma. Pengangkutan

oksigen ke jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam

plasma. Bahkan, kian populernya khasiat dan manfaat terapi ini, pemakaiannya

telah semakin meluas sebagai terapi kebugaran tubuh serta untuk kecantikan

sebagai terapi yang bertujuan memberikan efek tampil awet muda.3,5

B. Oksigen Hiperbarik

Oksigen adalah suatu gas yang merupakan unsur vital dalam proses

metabolisme seluruh sel tubuh. Adanya kekurangan oksigen dapat menyebabkan

kematian jaringan dan mengancam kehidupan seseorang. Tetapi tidak banyak

orang yang tahu, selain dalam proses pernafasan dan metabolisme, oksigan juga

memiliki peran dalam pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan sehingga

pemberian oksigen yang dapat membantu dalam proses penyembuhan luka

maupun dalam proses anti penuaan.3

Secara umum, terapi oksigen hiperbarik (HBOT=Hyperbaric oxygen

therapy) merupakan suatu metode pengobatan dimana pasien diberikan

pernapasan oksigen murni (100%) pada tekanan udara yang dua hingga tiga kali

lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal, yaitu 1 atm (760 mmHg).

Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau berada

7
dalam ruangan udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) yaitu suatu ruang

kedap udara terbuat dari perangkat keras yang mampu diberikan tekanan lebih

besar dari 1 atm (ruang kompresi) beserta sumber oksigen dan sistem

penyalurannya ke dalam ruang rekompresi tersebut.3,5

Dalam kondisi normal, oksigen dibawa oleh sel darah merah keseluruh

tubuh. Tekanan udara yang tinggi, akan menyebabkan jumlah oksigen yang

dibawa oleh sel darah merah meningkat hingga 400%. Terapi ini merupakan

terapi komplementer yang dilakukan bersama dengan terapi medis konvensional.3

C. Mekanisme Pengobatan Hiperbarik

Hyperbaric oxygen therapy (HBOT) memiliki mekanisme dengan

memodulasi nitrit okside (NO) pada sel endotel. Pada sel endotel ini HBOT juga

meningkatkan intermediet vasculer endotel growth factor (VEGF). Melalui siklus

Krebs terjadi peningkatan NADH yang memicu peningkatan fibroblast. Fibroblast

yang diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan

memacu kolagen sintesis pada proses remodeling, salah satu tahapan dalam

penyembuhan luka.3

Oksigen hiperbarik adalah suatu cara pengobatan dimana pasien

menghirup oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari pada

tekanan udara atmosfer normal. Pengobatan oksigen hiperbarik ini, berpengaruh

pada pengiriman oksigen secara sistemik dimana terjadi peningkatan 2 sampai 3

kali lebih besar dari pada atmosfir biasa. Mekanisme diatas berhubungan dengan

salah satu manfaat utama HBOT yaitu untuk penyembuhan luka. Pada bagian luka

8
terdapat bagian tubuh yang mengalami edema dan infeksi. Di bagian edema ini

terdapat radikal bebas dalam jumlah yang besar. Daerah edema ini mengalami

kondisi hipo-oksigen karena hipoperfusi. Peningkatan fibroblast sebagaimana

telah disinggung sebelumnya akan mendorong terjadinya vasodilatasi pada daerah

edema tersebut. Jadilah kondisi daerah luka tersebut menjadi hipervaskular,

hiperseluler dan hiperoksia. Dengan pemaparan oksigen tekanan tinggi, terjadi

peningkatan IFN-γ, i-NOS dan VEGF. IFN-γ menyebabkan TH-1 meningkat yang

berpengaruh pada B-cell sehingga terjadi peningkatan Ig-G. Dengan

meningkatnya Ig-G, efek fagositosis leukosit juga akan meningkat. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa pada luka, HBOT berfungsi menurunkan infeksi dan

edema.3,5

Adapun cara kerja HBOT pada prinsipnya adalah diawali dengan

pemberian O2 100%, tekanan 2-3 Atm. Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan

pengobatan decompresion sickness. Maka akan terjadi kerusakan jaringan,

penyembuhan luka, hipoksia sekitar luka. Kondisi ini akan memicu meningkatnya

fibroblast, sintesa kolagen, rasio RNA/DNA, peningkatan leukosit killing, serta

angiogenesis yang menyebabkan neovaskularisasi jaringan luka. Kemudian akan

terjadi peningkatan dan perbaikan aliran darah mikrovaskular. Densitas kapiler

meningkat sehingga daerah yang mengalami iskemia akan mengalami reperfusi.

Sebagai respon, akan terjadi peningkatan NO hingga 4-5 kali dengan diiringi

pemberian oksigen hiperbarik 2-3 ATA selama 2 jam. Hasilnya pun cukup

memuaskan, yaitu penyembuhan jaringan luka. Terapi ini paling banyak

9
dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus dimana memiliki luka yang sukar

sembuh karena buruknya perfusi perifer dan oksigenasi jaringan di distal.3,5

Sebelum menjalani terapi, mekanisme yang paling utama adalah sebelum

terapi pasien harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu, antaranya:3,5

 Menyebutkan atau mengisi riwayat kesehatan pasien. Hal ini penting

dilakukan untuk menghindari terjadinya kontraindikasi dan komplikasi.

 Melakukan pemeriksaan foto toraks (rontgen). Tujuannya untuk mendeteksi

apakah jantung dan paru-paru dalam kondisi baik atau sebaliknya. Jika

ternyata mengalami tuberkolosis, misalnya konsultasikan pada ahli paru agar

diobati. Bila perlu pasien dianjurkan membeli masker sendiri untuk

menghindari penularan penyakit itu pada orang lain. Intinya pemeriksaan ini

bertujuan mengetahui secara persis kondisi keseluruhan si pasien dan untuk

mencari faktor penyebab penyakit. Sekali lagi, upaya tersebut dilakukan

semata-mata untuk menghindari kemungkinan efek samping yang terjadi.

Selain fungsinya dalam penyembuhan luka dan neovaskularisasi maupun

hiperoksigenasi dalam mengatasi iskemik, OHB juga memiliki mekanisme lain

antara lain sebagai antimikroba, dari penelitian yang dilakukan, sebagai zat anti

mikroba, oksigen tidak bersifat selektif, nampaknya oksigen menghambat bakteri

gram positif maupun negative dengan kekuatan yang sama. Jadi dengan demikian

oksigen dapat dianggap obat antimikroba yang bersifat bakterisid sedangkan

terhadap kuman aerob bersifat bakteriostatik. Selain itu ditemukan bahwa oksigen

hiperbarik mempunyai efek mencegah pertumbuhan fungi, alga ,dan protozoa,

namun efek HBO terhadap virus hasilnya masih saling bertentangan. Ada yang

10
dihambat, ada pula yang di rangsang sehingga disimpulkan infeksi oleh virus

termasuk salah satu kontraindikasi relative terhadap pemakaian HBO.5

D. Indikasi Terapi Hiperbarik

Pada penyelaman, saat penyelam menuju ke dasar dan selama di kedalaman

terjadi saturasi jaringan tubuh oleh gas nitrogen, sebaliknya saat penyelam menuju

ke permukaan terjadi desaturasi. Desaturasi jaringan tubuh penyelam oleh gas

nitrogen/gas lembam lainya diatur menurut prosedur dekompresi. Jika terjadi

kesalahan prosedur dekompresi atau prosedur berenang naik menuju ke

permukaan, setibanya di stasiun dekompresi tertentu atau dipermukaan dapat

terjadi keadaan supersaturasi (lewat jenuh) jaringan tubuh oleh gas Nitrogen.

Helium maupun gas lembam lainnya tergantung jenis gas pernafasan yang

dipakai.2

Jika supersaturasi tadi melampaui nilai kritis (nilai maksimum) tekanan

partial gas nitrogen yang dapat dilarutkan oleh tubuh pada tekanan tertentu, maka

sesuai hukum Henry sebagian larutan gas nitrogen akan berubah menjadi gas

kembali sehingga terbentuklah gelembung gas lembab. Gelembung gas lembam

yang terjadi dapat menyebabkan penyakit dekompresi maupun emboli pada

penyelam. Jika diberikan tekanan tinggi pada tubuh kita maka gelembung tadi

akan mengecil volume dan diameter nya ,selain itu gelembung nitrogen akan

kembali menjadi larutan.2

11
Jika pada penderita penyakit dekompresi dan emboli diberikan oksigen

tekanan tinggi maka resolusi gelembung nitrogen akan berlangsung lebih cepat

dan efektif ,dibandingkan jika penderita diberikan udara tekanan tinggi. Untuk

efektivititas hasil terapi OHB maka OHB harus dilaksanakan sebelum 5-6 jam

sejak munculnya gejala, maksimum 12 jam. Semakin cepat dilaksanakan terapi

OHB hasilnya semakin baik karena belum terjadi komplikasi mekanis dan

biokimaiwi yang ditimbulkan oleh bubble sehingga belum ada kerusakan jaringan

yang permanen.2

Selain indikasi akibat peyakit penyelaman, sesuai dengan mekanisme

fisiologis dari terapi oksigen hiperbarik berikut ini juga merupakan penyakit klinis

yang dapat diobati dengan terapi hiperbarik antara lain keracunan karbon

monoksida dan asap, insufisiensi arteri, terapi pencangkokan kulit, penyakit

iskemia akibat trauma, abses intracranial, nekrosis jaringan lunak akibat infeksi,

kerusakan jaringan akibat radiasi dan luka bakar. Lebih dari itu, HBOT juga

dipergunakan untuk menjaga kecantikan, kebugaran, serta meningkatkan stamina.2

Kesalahan prosedur dekompresi sering menimbulkan “Silent bubble“

(glembung gas yang tidak menimbulkan gejala) yang tidak diketahui oleh

penyelam. Oleh karena itu pada semua kasus omitted decompression perlu

dilakukan rekompresi, dapat dengan Tabel dekompresi baik di dalam RUBT

maupun di air, atau dengan Tabel Pengobatan. Dalam hal ini di kalangan

penyelam yang paling sering digunakan adalah tabel rekompresi dari US Navy.2

Tabel 5. Decompresion Sickness Tipe 1

12
Digunakan untuk mengobati pain only Decompresion sickness, jika gejala

hilang < 10 menit pada 60 fsw.2

Tabel 6. Dekompresi Tipe Serius (berat)2

Digunakan untuk DCS Tipe 1 yang gejala nya tidak hilang dengan table

pada kedalaman 60 fsw selama 10 menit atau untuk DCS Tipe 2.

13
Tabel 6a : Decompresion Sickness Tipe 2

Digunakan untuk pengobatan gas emboli / dicurigai ada gas emboli atau

kasus yang tidak dapat ditentukan diagnosanya

14
E. Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Berikut ini merupakan kontraindikasi relatif, dalam terapi oksigen hiperbarik

selain dari kontraindikasi absolutnya (penumotoraks), dimana keadaan ini dapat

dilakukan terapi OHB namun setelah kontraindikasi teratasi:1,2

 Infeksi saluran napas bagian atas, yang menyulitkan penderita untuk

melaksanakan ekualisasi. Dapat ditolong dengan menggunakan dekongestan

dan miringotomi bilateral.

 Sinusitis kornis, menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi, dapat

diberikan dekongestan dan miringitomi bilateral

 Kejang, yang menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi

oksigen. Namun bilamana diperlukan, penderita sebelumnya dapat diberi anti

konvulsan.

 Emfisema yang disertai retensi CO2. Pada keadan ini ada kemungkinan

bahwa penambahan oksigen lebih dari normal, akan menyebabkan penderita

secara spontan berhenti bernafas akibat hilangnya rangsangan hipoksik. Pada

15
penderita-penderita dengan penyakit paru disertai retensi CO2, terapi oksigen

hiperbarik dapat dikerjakan bila penderita di intubasi dan memakai ventilator.

 Panas tinggi yang tidak terkontrol, dapat merupakan predisposisi terjadinya

konvulsi oksigen. Namun kemungkinan ini dapat diperkecil dengan

pemberian aspirin dan selimut hipotermia. Juga sebagai pencegahan dapat

diberikan anti konvulsan.

 Riwayat Operasi dada. Operasi dada dapat menyebabkan terjadinya

lukadengan “arr trapping” yang menimbulkan terjadinya waktu dekompresi.

Namun setiap operasi dada harus diteliti kasus demi kasus untuk menentukan

langkah-langkah yang harus diambil.

 Riwayat Operasi telinga. Penderita yang mengalami operasi pada telinga

dengan penempatan kawat atau topangan plastic di dalam telinga setela

stapedoktomi, mungkin suatu kontraindikasi pemakian oksigen hiperbarik,

sebab perubahan tekanan dapat mengganggu impian tersebut. Konsultasi

dengan ahli THT dalam hal ini diperlukan.

 Kerusakan paru asimotmatik yang ditemukan pada pnerangan atau

pemotretan dengan sinar –x ,memerlukan proses dekompresi yang sangat

lambat. Menurut pengalaman, waktu dekompresi antara 5-10 menit tidak

menimbulkan masalah.

 Infeksi virus. Pada perocobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus

menjadi lebih hebat bila binatang tersebut diberi terapi oksigen hiperbarik.

Dengan alas an ini dialnjutkan agar penderita yang terkena salesma (Cold)

menunda pengobatan dengan okisgen hiperbarik sampai gejala akut

16
menghilang, apabila penderita tidak memerlukan pengobatan segera dengan

oksigen hiperbari.

 Riwayat neuritis optic. Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis

optik, terjadinya kebutaan diubungkan dengan terapi oksigen hiperbarik..

Tetapi jika ada penderita dengan riwayat neuritis optic, diperkirakan

mengalami gangguan penglihatan yang berhubungan retina bagaimanapun

kecilnya pemberian oksigen hiperbarik harus segera dihentikan dan perlu

konsultasi dengan ahli mata.

BAB III

KESIMPULAN

Terapi oksigen hiperbarik atau hyperbaric oxygen therapy (HBOT) adalah

suatu terapi yang dilakukan dengan cara memberikan 100% oksigen bertekanan

kepada pasien Oksigen tersebut memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada

tekanan udara atmosfir, biasanya hingga mencapai 3 ATA. Selain fungsinya

dalam penyembuhan luka dan neovaskularisasi maupun hiperoksigenasi dalam

mengatasi iskemik, HBOT juga memiliki mekanisme lain antara lain sebagai

antimikroba, Lebih dari itu, HBOT juga dipergunakan untuk menjaga kecantikan,

kebugaran, serta meningkatkan stamina.

Kesalahan prosedur dekompresi sering menimbulkan “Silent bubble“

(glembung gas yang tidak menimbulkan gejala) yang tidak diketahui oleh

penyelam. Oleh karena itu pada semua kasus omitted decompression perlu

17
dilakukan rekompresi, dapat dengan Tabel dekompresi baik di dalam RUBT

maupun di air, atau dengan Tabel Pengobatan.

Terapi OHB memiliki kontraindikasi absolut maupun relative, absolut

adalah pneumotoraks, sedangkan relative antara lain, ISPA, Sinusitis kronik,

emfisema, kejang, neruritis optic, kehamilan, infeksi virus dan lain-lainl.

DAFTAR PUSTAKA

1. Supondha, Erick. Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB), Matana Publishing :

2014

2. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Lembaga Kesehatan Kelautan

(LAKES LA), 2000

3. Sahni T, Singh P, John MJ. Hyperbaric oxygen therapy : current trends and

applications. New Delhi: JAPI; 2003.

4. Oktaria S. Terapi oksigen hiperbarik. Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik

Indonesia. Jakarta;2016

5. McDonagh MS, Carson S, Ash JS, Russman BS, Stavri PZ, Krages KP et al.

Evidence report/technology assessment: hyperbaric oxygen therapy for brain

injury, cerebral palsy, and stroke. USA: AHRQ Publication; 2003.

18

Anda mungkin juga menyukai