Anda di halaman 1dari 19

INTUSUSEPSI

(Invaginasi)
Natasya Fitri (2019-84-020)

Pembimbing :
dr. Vivianty Hartono, Sp.A.,MARS
PENDAHULUAN
• Intususepsi adalah suatu keadaan inversi segmen usus ke
segmen usus lainnya.
Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi
sebaliknya.
• Bagian usus yang masuk (menginvaginasi) disebut
intussusceptum dan bagian yang menerima
intussusceptum (diinvaginasi) disebut intussuscipiens.
P
R
E
V
A
L
E
N
S
I
Insidens intususepsi di dunia memiliki variasi luas. Pada anak di bawah usia
1 tahun, insidens mulai dari 35 tiap 100.000 anak di Brazil sampai 1200
tiap 100.000 anak di Inggris. di bawah usia 18 tahun di dunia pada tahun
2002 – 2012; sebanyak 44.454 kejadian intususepsi di wilayah Amerika
Utara, Asia, Eropa, Oseania, Afrika, Mediteranian Timur, Amerika Selatan juga
Amerika Tengah
ETIOLOGI

Idhiopatic Intususception
(Pada anak–anak, sekitar 90%
Berhubungan dengan :
-pemberian makanan padat pada bayi
-post diare terkait infeksi v.rotavirus

Kausal Intususception
(Hanya 10% kasus intususepsi pada anak
yang termasuk intususepsi sekunder, yaitu
mempunyai patologi pada usus, seperti
massa fokal atau abnormalitas dinding usus.
divertikel meckeli, polyposus
neoplasma,post operative intussuseption
K
L Menurut Lokasinya pada bagian usus yang terlibat:
A
S
I
F
Ileum-kolon
Ileum Kolon
I (ileocolica
(ileo-ileal) (colo-colical)
K Ileocaecal)
A
S
I
PATOFISIOLOGI
Adanya massa Ketidakseimbangan Pola peristaltik yang
‘pathological
point’
lead
dinding usus tidak teratur.

Usus terinvaginasi
kedalam lumen Ileum dan mesenterium
masuk kedalam caecum
dan colon

Obstruksi s.limfatik dan


v.mesenterial

Mukosa intususeptum Ggn. Venous return laserasi mukosa usus


udem

Trias Klasik :
1. Red currant jelly stoll (BAB Darah)
2. Nyeri perut kolik
3. Muntah
P -KU: Lemas
E -Muntah : awal non-bilious kemudian bilious
N -Nyeri Perut : Anak mendadak kesakitan
episodik, menangis dan mengangkat kaki
E D (craping pain)
G I -Feses lendir dan darah
A A
K G
Feses lendir darah
A N (red currant jelly = selai kismis merah).
N O
S TRIAS gejala yang terdiri dari:
I 1) Nyeri perut yang bersifat kolik,
S 2) Muntah
3) Feses lendir darah (red currant jelly = selai kismis merah).
Adapula yang menyebutkan bahwa TRIAS gejala tersebut adalah:
4) Nyeri perut yang bersifat kolik,
5) Teraba massa tumor diperut seperti sosis (sausage’s sign), dan
6) Feses lendir darah (red currant jelly = selai kismis merah).
Pemeriksaan fisik :
- Obstruksi mekanik ditandai darm steifung dan darm counter
- Teraba massa seperti sosis di daerah perut (sausage’s sign)
- Nyeri tekan (+)
- Dance sign (+) sensasi kekosongan pada kuadran kanan bawah

Pada colok dubur (rectal toucher) dapat ditemukan sebagai berikut:


1) Tonus sfingter ani melemah,
2) Bila jari di tarik, maka akan keluar darah bercampur lendir (Currant jelly stool’s)
3) Teraba massa Pseudoportio (prognosis buruk) : segmen usus invaginasi
terdorong ke bawah.
PEM.PENUNJANG :

USG FOTO POLOS ABDOMEN


Foto polos abdomen 3 posisi akan ditemukan
hayfork sign atau sandwich sign yang tanda-tanda obstruksi dengan gambar “air-fluid
patognomonik, yaitu 3 area hipoekoik yang levels” dan distribusi udara dalam usus tidak
terpisahkan oleh area hiperekoik merata

FOTO KONTRAS BARIUM ENEMA


Tampak cupping dan coilspring pada
usus.
Gamb. USG

Foto barium enama:


Gambaran
Cupping dan
coiled spring appearance
The Brighton Collaboration Intussusception Working Group
Diagnosis Banding
1. Volvulus
kondisi terpuntirnya segmen usus terhadap usus itu sendiri, mengelilingi
mesentrium dari usus tersebut.  
Gejala : Muntah berwarna hijau,nyeri perut, diare/konstipasi.
Pemfis : Distensi Abdomen, Kontur sigmoid tampak didinding perut
(seperti ban).
Pem.pen : foto polos abdomen “coffe bean sign”

2. Appendisitis
Peradangan pada appendix
Gejala : Nyeri kuadran kanan bawah, Mual-muntah, demam
Pemfis : nyeri tekan kuadran kanan bawah, nyeri kontralateral, tidak teraba
massa
Pem.pen : pem.darah dapat ditemukan leukositosis.

3. Gastroenteritis
suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian mukosa dari saluran
gastrointestinal ditandai dengan diare, muntah, dengan atau tanpa
demam,nyeri perut.
Pemfis : tanda dehidrasi, feses cair/lembek
Pem.pen : Pem.darah, pem.feses
T
A
T
A Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi dan mencegah aspirasi

L
A Rehidrasi (monitor keseimbangan cairan)

K
S Terapi medikamentosa seperti antibiotik (bila gejala obstruksi sudah jelas, ada
demam, atau obstruksi sudah berlangsung lebih dari 24 jam) dan obat penenang
A untuk penahan sakit seperti fenobarbital dan valium.

N Setelah keadaan umum baik baru dipilih tindakan reposisi yang sesuai dengan
A keadaan pasien.
Non-Operatif Operatif
(Reduksi Hidrostatik,
(Laparatomi)
Reduksi pneumostatik)
Konsul : Radiologi Konsul : bedah

1. Reduksi Pneumostatik
Metodenya yaitu dengan air enema. Tekanan udara diukur dengan
manometer dan tidak boleh melebihi 120 mmHg (batas keamanan
maksimal 80 mmHg). Udara yang masuk akan mendorong intususepsi.
Kriteria berhasil adalah adanya refluks ke dalam usus halus dan penderita
terlihat membaik
2. Reduksi Hidrostatik
Kateter Foley dimasukkan ke rektum lalu NaCl 0,9% atau barium dimasukkan per
rektal. Metode Rule of three (3)
Tunggu 10 menit, bila tidak terjadi reduksi, keluarkan barium.
Reduksi berhasil harus dikonfirmasi dengan adanya :
• kontras yang melewati ileum terminalis,
• bila pipa rektal ditarik keluar anus akan keluar barium beserta feses dan
udara
• pada pemeriksaan fisik, perut tampak mengempis dan massa menghilang.
Kapan harus operasi ?
• Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka leukosit,
mengalami gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang ditandai dengan
distensi abdomen, feses berdarah, gangguan sistem usus yang berat sampai timbul
syok atau peritonitis
• Kegagalan mereduksi intususepsi dengan prosedur non-operatif

Reduksi manual reseksi usus


(milking) (end to end)
Komplikasi Dan Prognosis

Jika invaginasi terlambat atau tidak diterapi, bisa


timbul beberapa komplikasi berat, seperti
• Nekrosis usus
• perforasi usus (infeksi)

Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
*tergantung cepatnya penanganan dan massa apakah terdorong jauh/tidak.
• Angka mortalitas meningkat khususnya setelah 48 jam setelah gejala muncul.
• Angka kekambuhan setelah terapi barium enema adalah sebesar 10% dan
setelah reduksimanual sebesar 2-5%, namun tidak ada kekambuhan setelah
dilakukan reseksi.
THANK YOU 
REFERENSI

1. Buku kuliah kesehatan anak.Bagian ilmu kesehatan anak; Universitas


Indonesia.Jilid 1: 1985.
2. Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
3. Djaya ASE. Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi. CDK Journal: 2019.

Anda mungkin juga menyukai