Anda di halaman 1dari 43

Appendisitis Akut dan Abses

Appendiks

Pembimbing:

dr. Melvin Pascamotan Togatorop, M.Ked.Sp. B

Muliaty Mardiani Putri


112021179
Definisi

Peradangan dari apendiks veriformis

Merupakan penyebab abdomen akut


tersering
ANATOMI
EPIDEMIOLOGI

Apendisitis paling sering


terjadi antara usia 5 dan
45 tahun, dengan usia
rata-rata 28 tahun

Insidennya sekitar
233/per 100.000 orang 

Laki-laki > Perempuan


ETIOLOGI
Fecalith A A
Massa feses yang keras

Hiperplasia
Limfonodi
- Virus measles dan bakteri
B
salmonella SPP B
- Yersinia enterocolica

Tumor
- Carsinoid, adenocarsinoma, kaposi C
sarcoma dan lipoma
- Metastasis Ca colon dan ca mammae
Patofisiologi
• Nyeri samar dan tumpul (nyeri viseral) pada derah umbilikus/epigastrium bawah
• Nyeri pada titik Mc.Burney ( nyeri somatik)
Anamnesis • Nyeri tekan, nyeri lepas, defens abdomen
• Mual dan muntah
• Nafsu makan menurun
• Konstipasi
• Nyeri rangsang tidak langsung peritonium (Rovsing sign, Blumberg sign, Dunphy sign)

PF
• TTV : Suhu 37,5 – 38,5
• Inspeksi : kembung, penonjolan pada perut kanan bawah
• Auskultasi : Normal >> menghilang ( komplikasi)
• Perkusi : nyeri ketuk perut kanan bawah >> pekak hepar menghilang (perforasi)
• Colok dubur : nyeri ( appendisitis pelvika)
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Klinis dan Pencitraan abdomen

Alvarado Score Poin

Nyeri pada fossa iliaca 1


Anorexia 1
Mual dan muntah 1
Nyeri tekan pada fossa iliaca kanan 2
Nyeri lepas pada fossa iliaca kanan 1
Demam > 36,3 oC 1
Leukositosis > 10.000 2
Hitung jenis bergeser ke kiri 1

Interpretasi Skor

1 – 4 : Mungkin bukan appendisitis akut, observasi rawat jalan.


5 – 6 : Mungkin appendisitis akut, dipastikan dengan pemeriksaan imaging,
berikan antibiotik.
7 – 10 : Sangat mungkin appendisitis, operasi dini.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Leukosistosis tinggi (>20.000/uL) didapatkan apabila


sudah terjadi perforasi dan gangrene.

Urinalisis dapat dilakukan untuk membedakan dengan


kelainan pada ginjal dan saluran kemih.

Pada perempuan, perlu diperiksa tes kehamilan bila


dicurigai kehamilan ektopik sebagai diagnosis banding.
FOTO POLOS ABDOMEN

Foto polos abdomen menunjukan udara dalam


appendiks dan penebalan dinding appendiks
USG ABDOMEN

Ultrasonografi pada appendisitis akut (tanda panah),


dengan kriteria diagnosis diameter >7mm dan tebal
dinding >2mm : (a) transversal, dan (b) longitudinal .
Diagnosis Banding

BALITA Anak Usia Sekolah

• Intususepsi : pada batita. • Gastroenteritis: didapatkan gejala-gejala yang mirip


• Divertikulitis: jarang terjadi jika dibandingkan dengan apendisitis, tetapi tidak dijumpai adanya
apendisitis. Nyeri divertikulitis hampir sama dengan leukositosis.
apendisitis, tetapi lokasinya berbeda, yaitu pada • Konstipasi: salah satu penyebab nyeri abdomen pada
daerah periumbilikal. Pada pencitraan dapat diketahui
anak-anak.
adanya inflammatory mass di daerah abdomen tengah.
• Gastroenteritis akut: memiliki gejala-gejala yang
mirip dengan apendicitis, yakni diare, mual, muntah,
dan ditemukan leukosit pada feses.
Diagnosis Banding

Pria Dewasa Muda Wanita Dewasa Muda Usia Lanjut

• Crohn’s disease, kolitis • Pelvic Inflammatory o Keganasan dari traktus • Limfadenitis


ulserativa, dan o Disease (PID): gastrointestinal dan mesenterika: didahului
epididymitis. nyerinya bilateral dan saluran reproduksi, oleh
• Pemeriksaan fisik pada dirasakan pada divertikulitis, perforasi enteritis/gastroenteritis.
skrotum dapat abdomen bawah. ulkus, dan kolesistitis.
membantu • Kista ovarium: nyeri
menyingkirkan dapat dirasakan bila
diagnosis epididimitis. terjadi ruptur ataupun
Pada epididimitis, torsi.
pasien merasa sakit • Infeksi Saluran
pada skrotumnya. Kencing (ISK)
TATALAKSANA
Appendiktomi terbuka (Open Appendectomy)
Laparoscopy Appendectomy
Laparoscopy Appendectomy
Laparoskopik Appendiktomi (Laparoscopic Appendectomy)

Laparoskopik Appendiktomi. (A) Visualisasi appendiks dan retraksi appendiks ke atas. (B) Mesoappendiks
dibebaskan. (C) Pengikatan basis appendiks. (D) Setelah dilakukan appendiktomi.
Komplikasi Operasi

Durante operasi : perdarahan intra peritoneal, dinding perut, robekan sekum


atau usus lain.

Pasca bedah dini : perdarahan, infeksi, hematom, parlitik ileus, peritonitis,


fistel usus, abses intraperitoneal.

Pasca bedah lanjut : obstruksi usus jeratan, hernia sikatrikalis.


Tatalaksana
Pre Operatif Waktu Operasi

• Observasi. • Setelah diagnosis dibuat, apendisektomi harus


• Tirah baring. dilakukan tanpa penundaan.
• Puasa. • Penundaan intervensi operasi lebih lama dari 48
jam dikaitkan dengan penggandaan tingkat
• Foto abdomen dan toraks: mencari komplikasi.
penyulit lain.
• Antibiotik IV spectrum luas Pasca Operatif
• Resusitasi cairan bila perlu.
1.Observasi TTV, tanda-tanda perdarahan dalam,
Operatif syok.
• Puasa hingga fungsi usus kembali normal.
• Open Appendectomy. • Diet bertahap: minum, makanan saring,
• Laparoscopy Appendectomy. makanan lunak dan makanan biasaa.
PERAWATAN PASCA BEDAH

Apendektomi umumnya tanpa komplikasi.

Antibiotik spektrum luas selama 4 hingga 7 hari.

Mobilisasi

Diet bertahap

Jahitan diangkat pada hari kelima sampai hari ketujuh paca bedah.
Prognosis

Angka mortalitas pada app akut = 0.1% -- 15% jika app mengalami perforasi

Dengan diagnosis yang akurat serta dilakukannya pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil.

• Ad vitam : dubia ad bonam


• Ad fungsionam : bonam
• Ad sanationam : bonam
Abses Appendiks
Definisi
 Abses / infiltrat :
Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di
abdomen kanan bawah. Seperti tersebut diatas karena
perforasi terjadilah “walling off” (pembentukan dinding) oleh
omentum atau viscera lainnya, sehingga terabalah
massa (infiltrat) di regio abdomen kanan bawah tersebut. Masa
mula-mula bisa berupa plegmon, kemudian berkembang
menjadi rongga yang berisi pus.
 Merupakan appendicitis yang berbahaya, karena appendix
menjadi lingkaran tertutup yang berisi “fecal material”, yang
telah mengalami dekomposisi.
 Perubahan setelah terjadinya sumbatan lumen appendix
tergantung daripada isi sumbatan.
 Bila lumen appendix kosong, appendix hanya mengalami distensi
yang berisi cairan mucus dan terbentuklah mucocele.
 Sedangkan bakteria penyebab, biasanya merupakan flora normal
lumen usus berupa aerob (gram + dan atau gram - ) dan anaerob
 Dengan USG bisa dideteksi adanya bentukan abses ini. Untuk
massa atau infiltrat ini, beberapa ahli menganjurkan anti biotika
dulu, setelah 6 minggu kemudian dilakukan appendektomi. Hal ini
untuk menghindari penyebaran infeksi
Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui.


Faktor pencetus :
1. Obstruksi
-Hiperplasia kelenjar limfoid
-Fekalit, benda asing, cacing
-Tumor, striktur, kinking apendiks
-Obstruksi fungsional  tekanan intrasekal tinggi akibat konstipasi.
2. Infeksi
-E.coli, Streptokokus, E.histolitika
Patofisiologi
Pada saat appendix mengalami obstruksi

terjadi penumpukan sekresi mucus, yang akan mengakibatkan proliferasi bakteri

sehingga terjadi penekanan pada moukosa appendix, dikuti dengan masuknya bakteri ke
dalam jaringan yang lebih dalam lagi

Sehingga timbulah proses inflamasi dinding appendix, yang diikuti dengan proses trombosis
pembuluh darah setempat

Karena arteri appendix merupakan end arteri sehingga menyebabkan daerah distal
kekurangan darah, terbentuklah gangrene yang segera diikuti dengan proses nekrosis
dinding appendix

Dikesempatan lain bakteri mengadakan multiplikasi dan invesi melalui erosi mukosa, karena
tekanan isi lumen, yang berakibat perforasi dinding, sehingga timbul peritonitis

Bila kondisi penderita baik, maka perforasi tersebut akan dikompensir dengan proses
pembentukan dinding oleh jaringan sekitar, misal omentum dan jaringan viscera lain,
terjadilah infiltrat atau (mass), atau proses pultulasi yang mengakibatkan abses
appendikuler
Patofisiologi
Diagnosis

Anamnesis
 Nyeri / Sakit perut
Ini terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi, dan
terjadi pada seluruh saluran cerna , sehingga nyeri viseral dirasakan
pada seluruh perut ( tidak pin-point). Mula2 daerah epigastrium
kemudian menjalar ke Mc Burney. Apa bila telah terjadi inflamasi ( >
6 jam ) penderita dapat menunjukkan letak nyeri, karena bersifat
somatik.

 Muntah (rangsangan viseral) akibat aktivasi n.vagus


Diagnosis

Pemeriksaan fisik :
• Demam ringan 37,5-38,50C (perbedaan 10C rektal dan aksiler sudah
bermakna).
• Demam tinggi : massa infiltrat, abses, peritonitis.
• Nadi cepat : infiltrat, abses, peritonitis
• Kurang bergerak, paha difleksikan.
Pada inspeksi : 
• Tidak tampak kelainan.
• Penonjolan perut kanan bawah bila sudah ada infiltrat atau appendikuler
abses.
• Kembung dan tidak ikut gerak napas bila sudah ada perforasi/peritonitis.
Diagnosis
 Pada palpasi :
• Nyeri tekan perut kanan bawah (terutama titik Mc Burney).
• Teraba massa di perut kanan bawah bila sudah terbentuk infiltrat/abses.
• Defance muscular lokal --- defance menyeluruh bila sudah peritonitis.
• Blumberg sign : tekan perlahan, lalu lepas tiba-tiba --- sakit.
• Rovsing sign : tekan perut kiri bawah, lalu dorong ke kanan --- sakit.
• Obturator sign : fleksi dan endorotasi sendi panggul --- sakit (apendiks pelvinal,
dekat otot  obturator)
• Psoas sign : hiperfleksi pangkal paha --- sakit (retrosekal, dekat otot psoas)
 Pada perkusi : 
• Pekak hepar menghilang bila sudah ada perforasi (sering pekak ada).
Pada auskultasi :
• Peristaltik normal, kecuali bila ada peritonitis, bising usus menghilang.
Diagnosis
 Rectal Toucher
nyeri tekan pada jam 9-12
 Tanda Peritonitis umum (perforasi) :
1. Nyeri seluruh abdomen
2. Pekak hati hilang
3. Bising usus hilang
Laboratorium :
 LED meningkat pada infiltrat/abses.
 Lekositosis (AL lebih dari 14.000)
USG:
• Massa infiltrat atau abses.
• Penuntun drainase abses perkutan.

33
Pemeriksaan Penunjang

Foto Polos abdomen


 Dinding usus edematosa.
 Bila sudah terjadi perforasi, maka pada foto abdomen tegak akan tampak udara
bebas di bawah diafragma.
 Kalau sudah terjadi peritonitis yang biasanya disertai dengan kantong-kantong pus,
maka akan tampak udara yang tersebar tidak merata dan usus-usus yang sebagian
distensi dan mungkin tampak cairan bebas, gambaran lemak preperitoneal
menghilang, pengkaburan psoas shadow.
 Walaupun terjadi ileus paralitik tetapi mungkin terlihat pada beberapa tempat
adanya permukaan cairan udara (air-fluid level) yang menunjukkan adanya
obstruksi.

34
Ultrasonografi

 Ultrasonografi telah banyak digunakan untuk diagnosis apendisitis akut maupun


apendisitis dengan abses.
 Keadaan apendiks supurasi atau gangrene ditandai dengan distensi lumen oleh cairan,
penebalan dinding apendiks dengan atau tanpa apendikolit.
 Keadaan apendiks perforasi ditandai dengan tebal dinding apendiks yang asimetris,
cairan bebas intraperitonial, dan abses tunggal atau multipel.
 Apabila apendiks mengalami ruptur atau perforasi maka akan sulit untuk dinilai, hanya
apabila cukup udara maka abses apendiks dapat diidentifikasi.
CT-SCAN
 Pada keadaan normal apendiks, jarang tervisualisasi dengan
pemeriksaan skening ini.
 Gambaran penebalan dinding apendiks dengan jaringan
lunak sekitar yang melekat, mendukung keadaan apendiks
yang meradang.
 CT-Scan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
yaitu 90 – 100% dan 96 – 97%, serta akurasi 94 – 100%. Ct-
Scan sangat baik untuk mendeteksi apendiks dengan abses
atau flegmon
Appendiceal abscess

pus from abscess cavity; liver is


seen on the right

httpwww.cmu.edu.cnsurgery2hRzIncludeWebEdituploadfile200851817031400.PPT
Tatalaksana
Konservatif
Dilakukan pada :
• Infiltrat apendikular.
• Abses apendikuler (abses primer dengan walling off sempurna).
Tindakan berupa :
• Bedrest total, kepala ditinggikan.
• Diet cair, lunak, rendah serat.
• Antibiotik yang sesuai/spektrum luas (cth: metronidazol)
Observasi dilakukan 2-4 kali/hari :
-Nyeri, massa, konsistensi
-Nadi, suhu
-Laboratorium : lekosit, LED
-Tanda peritonitis
Bila pada observasi gejala menetap atau bertambah : lakukan segera apendektomi
emergensi!!!   
Bila ada perbaikan, tunda 2-3 bulan lalu dilakukan apendektomi elektif.
Tatalaksana

Terapi Antibiotik
antibiotik spektrum luas
ampicillin-sulbactam
gentamycin triad drugs
metronidazol
3rd generation cefotides
Treatment
Operation
 Process:
Mesoappendix is divided
between clamps and
ligated
Treatment

Operation
 Process:
The base of appendix is divided
and ligated 0.5cm from
caceum and inverted using a
purse-string
Komplikasi

operasi :
 infeksi
 Peritonitis dan abses abdomen
 perdarahan
 Fistula
 Adhesive intestinal obstruction
Sekian dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai