Pembimbing :
Dr.Dini Lailani Sp.A
Disusun oleh :
Artiana Rahmadini
112021209
Dilakukan secara allo-anamnesis terhadap ibu pasien pada tanggal 9 Maret 2023 di ruang Melon
Pertumbuhan gigi : -
Psikomotor
Tengkurap : usia 3 bulan (Normal : 3-4 bulan)
Duduk :- (Normal : 6 bulan)
Berdiri :- (Normal : 9-12 bulan)
Berjalan :- (Normal :13 bulan)
Bicara :- (Normal : 9-12 bulan)
Pemeriksaan Umum
Kepala : dalam batas normal
Kesadaran : Compos Mentis Mata : konj. anemis (-/-), sklera ikterik (+/+)
Keadaan umum: Tampak sakit sedang Telinga : dalam batas normal
Nadi : 102 x/menit, reguler, teraba kuat Hidung : dalam batas normal
Suhu : 36,60C Mulut/gigi : dalam batas normal
Pernapasan: 20 x/menit, reguler
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
SpO2 : 99% RA
Paru/Jantung : suara nafas vesikuler +/+, ronki +/+,
Antropometri
BB = 5,1 kg PB = 62 cm wheezing -/-, BJ I-II reguler murmur -, gallop -
Berdasarkan data maka dapat Abdomen : Datar, simetris, BU (+) normal, supel,
disimpulkan bahwa pasien didapati defans muskuler (-), tidak teraba massa.
Efusi Pleura • Bentuk paling umum kedua dari tuberkulosis ekstra paru (TB)
Tuberkukosis • Merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya penimbunan
cairan dalam rongga pleura yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis
• Dapat terjadi sebagai proses penyakit primer
Cohen LA, Light RW. Tuberculosis pleural effusion. Turk Thorac J 2015; 16: 1-9 (1); Shaw JA, Diacon AH, Koegelenberg CFN. Tuberculosis pleural
effusion. Respirology 2019. 24. (2)
EPIDEMIOLOGI
Cascio CM, et al. Diagnosis of tuberculosis preular effusion: a review. Respiratory Medicine 2021; 188. (3); Damayanti N, Yudhawati R. The
comparison of pleural fluid TNF- α levels in tuberculous pleural effusion. Indian Journal of Tuberculosis 2018. (4)
PATOGENESIS
• TB pleura dimulai dengan pecahnya fokus tuberkulosis subpleural, yang memicu respons inflamasi yang
dimediasi oleh sel-T (sebelumnya peka terhadap antigen TB).
• Cairan pleura yang eksudatif disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas lambat terhadap Mycobacterium
tuberculosis.
• Sejumlah kecil basil dalam cairan pleura menghasilkan reaksi granulomatosa. Reaksi ini membaik secara
spontan tetapi kambuh pada 60% kasus.
• Penyebab utama proses inflamasi di rongga pleura adalah reaksi hipersensitivitas Tipe IV.
• Basil TB menginvasi ruang pleura setelah pecahnya fokus kaseosa paru (fokus Ghon) di daerah subpleura,
dengan kedekatan lesi paru, dengan pecahnya kelenjar getah bening mediastinum atau melalui penyebaran
hematogen.
Shaw JA, Diacon AH, Koegelenberg CFN. Tuberculosis pleural effusion. Respirology 2019. 24. (2)
MANIFESTASI KLINIS
● Gejala efusi pleura tidak khas karena tergantung dari penyakit yang mendasari dan besarnya efusi.
● Efusi pleura yang disebabkan oleh adanya infeksi biasanya memiliki gejala sebagai berikut: demam
persisten, batuk, dispnea, sputum produktif, dan nyeri dada.
● Efusi pleura yang terjadi karena adanya infeksi dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
pneumonia, tuberkulosis, atau infeksi virus.
● Pada tuberkulosis, biasanya memiliki gejala umum TB berupa demam subfebris berkepanjangan,
batuk kronik lebih dari 3 minggu, nyeri dada, keringat malam hari, dan penurunan berat badan.
● Pasien efusi pleura biasanya akan merasa lebih nyaman bila dalam posisi tubuh tegak dibandingkan
berbaring.
Phandika R, Cania E, Rini DA. Penegakan diagnoiss efusi pleura tuberkulosis pada anak laki-laki usia 8 tahun. Medula 2017, 7(4)
Sistem skoring TB anak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakan diagnosis TB pada anak :
1) Uji Tuberkulin Uji tuberkulin tidak bisa membedakan antara infeksi dan sakit TB.
2) Foto thorak gambaran radiologis yang menunjang TB adalah pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengam/tanpa infiltrate, konsolidasi segmental/lobar, efusi pleura, milier, atelectasis, kavitas, kalsifikasi
dengan infiltrate, tuberculoma
3) Pemeriksaan histopatologi (PA/Patologi Anatomi) Pemeriksaan PA akan menunjukan gambaran
granuloma dengan nekrosis perkijuan di tengahnya dan dapat pula ditemukan gambaran sel datia langhans
dan atau kuman TB
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus TB dengan efusi pleura, yaitu CT scan, Pemeriksaan
USG, -fluorodeoxyglucose (FDG)-positron emission tomography-CT (PET/CT)
Shaw JA, Diacon AH, Koegelenberg CFN. Tuberculosis pleural effusion. Respirology 2019. 24. (2); Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2016
TATALAKSANA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2016
Untuk mempermudah pemberian OAT dan meningkatkan keteraturan minum obat, panduan OAT disediakan dalam
bentuk paket KDT/FDC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2016
PEMBAHASAN
Pasien didiagnosis efusi pleura tuberkulosis. Diagnosis ditegakan dengan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada pasien, terdapat gejala-gejala yang sesuai dengan gejala pada efusi pleura yang disebabkan oleh
adanya infeksi yaitu batuk sejak 3 minggu, sesak napas dan demam. Pasien juga tidak memiliki riwayat
penyakit jantung, ginjal, hepar, maupun trauma pada torak sehingga diagnosis banding efusi pleura oleh
penyebab lainnya dapat disingkirkan. Pada tuberkulosis, biasanya memiliki gejala umum TB berupa
demam subfebris berkepanjangan, batuk kronik lebih dari 3 minggu, nyeri dada, keringat malam hari, dan
penurunan berat badan.
Pada pasien ini, gejala yang dirasakan pasien lebih mengarah ke efusi pleura yang disebabkan oleh
tuberkulosis paru. Namun riwayat kontak pasien dengan penderita TB dewasa tidak diketahui. Pasien
memiliki riwayat berobat ke bidan sebanyak 2 kali namun tidak ada perbaikan.
Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, nadi 110
x/menit, suhu 36,5oC, pernapasan 38 x/menit, saturasi 99% on O2 NK 2 lpm. Pada pemeriksaan fisik paru,
dada tampak simetris, retraksi +/+, vesikuler +/+, ronki +/+ di kedua basal paru dan wheezing -/-.
Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tidak didapati hasil yan abnormal.
Pada pemeriksaan rontgen foto thorak, didapati gambaran bronkopneumonia dengan sugestif efusi pleura
kiri. Pada pasien dilakukan skrining TB dengan melakukan pemeriksaan TCM dan Uji Tuberkulin. Pada
pemeriksaan TCM tidak ditemukan kuman M. tuberkulosis dan pada pemeriksaan Uji Tuberkulin didapati
hasil 20 mm. Hasil skoring >6 menunjukkan kemungkinan diagnosis TB, dan dikarenakan secara klinis dan
pemeriksaan penunjang lainnya mengarah ke diagnosis TB sehingga tetap memerlukan terapi OAT
THANKYOU