“PNEUMONIA”
1
BAB I
PENDAHULUAN
Rata-rata setiap bayi dan anak mengalami sakit infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) sebanyak 3-6 kali setahun. ISPA ringan hanyalah berupa batuk pilek
biasa. Namun sebagian anak dengan ISPA akan menderita radang paru-paru
(pneumonia) 2
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun. 1,2
Jumlah kasus Pneumonia pada Balita pada tahun 2016 sebanyak 334 kasus
dan tertangani semmua. Tahun 2015 sebanyak 496 kasus dan tertangani semua.
2
Tahun 2014 di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji sebanyak 731
kasus dan semua tertangani. Tahun 2013 sebanyak 953 kasus. Jumlah kasus
pneumonia pada balita, tahun 2012 di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji sebanyak 656 kasus.
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka
mortalitas pneumonia pada anak balita di Negara berkembang.Faktor risiko tersebut
adalah pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan imunisasi, tidak mendapatkan ASI yang adekuat, malnutrisi, serta
tingginya pajanan terhadap polusi udara.1
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan dapat berupa batuk,
kesukaran bernapas, sakit tenggorok, pilek, sakit telinga dan demam. Sehingga
petugas kesehatan perlu mengenal anak-anak yang sakit serius dengan gejala batuk
atau sukar bernapas agar dapat diberikan pengobatan yang sesuai. Oleh karena itu
agar pemberian terapi sesuai, maka pada refleksi kasus kali ini akan dibahas tentang
diagnosis bronkopneumonia pada anak.
BAB II
3
PERMASALAHAN
A. Identitas Pasien
Nama : An. F
Umur : 3 Tahun
Jenis kelamin :Laki-Laki
Alamat : Jl. Bantilan
Agama : Islam
Tanggal masuk :29 Agustus 2017
Nama : Ny.I
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
C. Deskripsi Kasus
ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan batuk disertai sesak nafas dan
demam. Batuk tidak berlendir disertai dengan demam dirasakan terutama pada
malam hari dan dialami sejak 1 hari sebelum ke puskesmas. Namun saat di
Puskesmas pasien sudah tidak demam. Menurut ibunya, demam turun setelah di
4
kompres semalaman. Tidak ada riwayat kejang, tidak ada mual ataupun muntah.
Nafsu makan menurun. Buang air kecil lancar, berwarna kuning dengan frekuensi
3-5 kali sehari. Buang air besar biasa, berwarna kekuningan dengan konsistensi
padat.
5
Rumah pasien memiliki septic tank yang terletak di belakang rumah. Saluran
air limbah (got) di samping rumah yang mengalir ke depan rumah.
Sampah di rumah dikumpulkan dan kemudian dibuang oleh pemilik rumah di
tempat pembuangan sampah umum setiap hari atau dua hari sekali. Jarak
rumah ke tempat pembuangan sampah ± 10 meter.
Sumber listrik rumah yaitu PLN.
Riwayat Antenatal :
Ibu rutin memeriksakan kandungan selama kehamilan, dan tidak ada penyakit
selama hamil.
Riwayat Natal :
Pasien lahir normal di bidan, cukup bulan, dengan berat badan lahir 2900 gr, dan
panjang badan lahir 48 cm, langsung menangis.
Riwayat Imunisasi :
Jenis Vaksin Keterangan
HB O ( 0-7 hari) Diberikan
BCG (0-1 bulan) Diberikan
Polio (0, 2, 4, 6 bulan) Diberikan
DPT/HB (2, 4, 6 bulan) Diberikan
Campak (9 bulan) Diberikan
6
Genogram
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit ringan Berat Badan : 13 kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 95 cm
Status Gizi : Gizi Baik
Tanda Vital
7
terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada sekret
pada telinga, bibir tidak sianosis.
Tenggorokan- : Tonsil dan faring sulit dinilai.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (+/+).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
8
Diagnosis Kerja
Pneumonia
Diagnosis Banding
Bronkhitis
Anjuran Pemeriksaan
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan foto thoraks
Terapi
Medikamentosa :
Paracetamol 120 mg 3x1 Cth (KP)
Amoxicillin syrup 2 x 2 ½ cth
Ambroxol 30 mg
Ctm 4mg
Dexamethasone 0,5 mg
Salbutamol 2 mg
Mfla pulv No.XII
S. 3 .d . d. 1
Nonmedikamentosa :
Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres air hangat untuk membantu
menurunkan demam
Memberi makanan bergizi pada anak secara teratur untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh anak.
Mengurangi minum yang dingin-dingin, dan memperbanyak minum air
putih ataupun sari buah untuk membantu mengencerkan dahak.
Istirahat yang cukup.
1. Memberitahukan ibu bahaya polusi udara seperti yang berasal dari asap
rokok dan asap dapur sehingga ibu dapat menjauhkan pasien dari polusi
udara di lingkungan rumah
9
2. Memberi informasi mengenai pentingnya ventilasi di dalam rumah dan
menyarankan agar jendela yang ada di buka setiap pagi
3. Menjauhkan pasien atau menjaga jarak dari anggota keluarga atau tetangga
yang memiliki penyakit infeksi saluran pernapasan.
4. Memberikan informasi mengenai pentingnya akan kebersihan minuman
atau makanan yang diberikan kepada pasien dan keluarga lain.
5. Menyarankan untuk tetap mengikuti posyandu walaupun imunisasi
lengkap telah dilakukan.
6. Segera ke pusat pelayanan kesehatan jika keluhan sesak napas yang timbul
dirasakan semakin berat.
BAB III
PEMBAHASAN
10
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor
utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang
menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan ISPA (Pneumonia),
yaitu:
1. Faktor genetik
Berdasarkan teori ISPA atau Pneumonia bukanlah penyakit keturunan.
2. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini yaitu kebiasaan
main di luar rumah dan tidak mencuci tangan setelahnya.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan ISPA atau
Pneumonia yaitu kontak dengan anggota keluarga dalam hal ini, paman dan
kakek pasien yang merupakan perokok aktif serta keadaan rumah yang tidak
sehat terutama masalah pencahayaan atau ventilasi udara yang kurang baik.
11
Rumah pasien merupakan rumah permanen dimana rumah tersebut
berbahan semen.
12
c. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
d. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
e. Pertukaran udara
f. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
g. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
Kualitas udara dirumah pasien dapat dikatakan kurang, dinilai dari
pertukaran udara kurang baik karena ruangan pengap, dikarenakan
jendela tidak difungsikan.
3. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai
Dirumah pasien dapat dikatakan cukup dimana terdapat jendela di tiap
sudut ruangan, namun hal yang sangat disayangkan karena jendela
tersebut tidak difungsikan.
5. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13
6. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene
Penyimpanan makanan pasien di atas meja makanan, dengan
menggunakan penutup makanan yang terbuat dari rotan.
7. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
Jarak antara rumah pasien dan tempat sampah umum ±10 meter, dan
keluarga pasien selalu membuang limbah di tempat sampah umum,
sehingga pengelolaan limbah sudah cukup baik.
Menurut Penilaian Rumah Tangga Sehat yang terdiri dari 7 indikator PHBS
dan 3 indikator GHS keluarga pasien tidak memenuhi rumah tangga sehat.
7
14
6. Kesesuaian Luas lantai dengan jumlah penghuni
7. Lantai Rumah bukan tanah
Pasien
Konseling
memberikan
penyuluhan
terkait ISPA
15
Alur Pelayanan ISPA di Puskesmas Kamonji
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah ISPA (pneumonia)
masih menempati posisi teratas untuk Sepuluh Penyakit Terbanyak di
Puskesmas Kamonji. Pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah
dengan pemberian ASI ekslusif, imunisasi lengkap, penerapan gaya hidup
sehat, menghindari paparan asap rokok maupun polusi, dan menjaga
kebersihan rumah agar tetap sehat. Kejadian penyakit ISPA pada kasus ini di
pengaruhi faktor perilaku dan faktor lingkungan.
5.2 Saran
16
Five Level Prevention:
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Peningkatan promosi kesehatan mengenai penyakit ISPA harus
lebih ditingkatkan dengan cara melakukan memberikan informasi
mengenai penyakit ini dan bagaimana cara mencegahnya.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
Perlindungan umum dan khusus dapat dilakukan dengan melakukan
penyuluhan terhadap penyakit ini dan menyarankan kepada
masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman
untuk anak dan terhindar dari polusi.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Petugas pelayanan kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis
secara dini dan tepat sehingga dapat diberikan pengobatan yang cepat
dan tepatmengenai penyakit ISPA sehingga diharapkan masyarakat
terkhusus pasien pada kasus ini dapat mengenali penyakit yang
dideritanya.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
18
4. Daroham, N.E. & Mutiatikum. 2009. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) di Indonesia, Jakarta: Puslitbang
Biomedis dan Farmasi.
19
Gambar 1. Tampak lingkungan sekitar rumah pasien.dan rumah pasien
20
Gambar 3. Dapur
21
Gambar 4.
22