Anda di halaman 1dari 22

REFLEKSI KASUS September , 2017

“PNEUMONIA”

Nama : Syavira Andina Anjar


NIM : N 111 16 094
Pembimbing : dr. Meity Salatan
drg. Elli Yane Bangkele,M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar


disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus atau bakteri dan sebagian kecil
disebabkan oleh karena adanya aspirasi. Pneumonia dapat diklasifikasikan
berdasarkan anatomi, yaitu: pneumonia lobaris, pneumonia interstisial, dan
pneumonia lobularis (bronkopneumonia). Bronkopneumonia merupakan
peradangan parenkim paru dimana penyebaran daerah infeksi berupa infiltrate yang
mengelilingi dan melibatkan bronkus. Bronkopneumonia merupakan infeksi
bakteri pada bronkiolus terminal dan intraalveolar yang ditandai dengan adanya
eksudat purulen sebagai bentuk respon inflamasi yang membentuk bercak infiltrat.1
Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan
distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan dalam
pneumonia adalah Streptococcus Pneumoniae, Hemophilus Influenza,
Staphylococcus Aureus, Streptococcus Grup B.1

Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil.Hal ini


dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan
baik.Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan
anak adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.1

Rata-rata setiap bayi dan anak mengalami sakit infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) sebanyak 3-6 kali setahun. ISPA ringan hanyalah berupa batuk pilek
biasa. Namun sebagian anak dengan ISPA akan menderita radang paru-paru
(pneumonia) 2
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun. 1,2
Jumlah kasus Pneumonia pada Balita pada tahun 2016 sebanyak 334 kasus
dan tertangani semmua. Tahun 2015 sebanyak 496 kasus dan tertangani semua.

2
Tahun 2014 di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji sebanyak 731
kasus dan semua tertangani. Tahun 2013 sebanyak 953 kasus. Jumlah kasus
pneumonia pada balita, tahun 2012 di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji sebanyak 656 kasus.
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka
mortalitas pneumonia pada anak balita di Negara berkembang.Faktor risiko tersebut
adalah pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan imunisasi, tidak mendapatkan ASI yang adekuat, malnutrisi, serta
tingginya pajanan terhadap polusi udara.1
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan dapat berupa batuk,
kesukaran bernapas, sakit tenggorok, pilek, sakit telinga dan demam. Sehingga
petugas kesehatan perlu mengenal anak-anak yang sakit serius dengan gejala batuk
atau sukar bernapas agar dapat diberikan pengobatan yang sesuai. Oleh karena itu
agar pemberian terapi sesuai, maka pada refleksi kasus kali ini akan dibahas tentang
diagnosis bronkopneumonia pada anak.

BAB II

3
PERMASALAHAN

A. Identitas Pasien
Nama : An. F
Umur : 3 Tahun
Jenis kelamin :Laki-Laki
Alamat : Jl. Bantilan
Agama : Islam
Tanggal masuk :29 Agustus 2017

B. Identitas Orang Tua


Nama : Tn.A
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam

Nama : Ny.I
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam

C. Deskripsi Kasus
ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan batuk disertai sesak nafas dan
demam. Batuk tidak berlendir disertai dengan demam dirasakan terutama pada
malam hari dan dialami sejak 1 hari sebelum ke puskesmas. Namun saat di
Puskesmas pasien sudah tidak demam. Menurut ibunya, demam turun setelah di

4
kompres semalaman. Tidak ada riwayat kejang, tidak ada mual ataupun muntah.
Nafsu makan menurun. Buang air kecil lancar, berwarna kuning dengan frekuensi
3-5 kali sehari. Buang air besar biasa, berwarna kekuningan dengan konsistensi
padat.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :
 Pasien makan 3 kali sehari secara teratur. Menu makanan pasien yaitu nasi,
lauk pauk, sayuran dan buah. Porsi sekali makan pasien yaitu sepiring nasi
berisi 1-2 sendok nasi, lauk yang dikonsumsi berupa ikan, daging sapi, tahu
atau tempe yang digoreng. Sayuran yang biasanya dikonsumsi oleh pasien
yaitu bayam, kangkung, atau kacang panjang. Buah yang sering dikonsumsi
oleh pasien yaitu durian, jeruk dan pisang.
 Pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore menggunakan air tampungan MCK
permanen yang air dari sumur suntik sedangkan air minum yang dikonsumsi
hari-hari juga berasal dari air galon isi ulang. Tempat penampungan bak air ada
di kamar mandi dan kadang air juga ditampung di tempat mencuci peralatan
dapur. Air di dalam bak diganti setiap hari.
 Pasien tinggal bersama ayah, ibu, nenek, kakek dan pamannya. Kakek dan
paman pasien adalah perokok aktif.
 Pasien tinggal di kawasan yang padat penduduk. Pasien tinggal di rumah
permanen berlantai 1, berukuran luas sekitar 30x45 m2. Rumah terdiri dari
ruang tamu, ruang tengah, dua kamar tidur, ruang makan sekaligus dapur dan
1 WC. Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah permanen terbuat dari
semen, pada dapur tidak memiliki plafon dan atap rumah terbuat dari seng.
Ruang tamu, kamar dan dapur memiliki ventilasi berupa jendela dan
pencahayaan yang kurang, dimana jendela tidak pernah dibuka pada pagi hari
dan hanya menggunakan cahaya lampu untuk setiap harinya. Pekarangan
rumah pasien menyatu dengan jalan. Terdapat sebuah kios kecil di bagian teras
rumah.

5
 Rumah pasien memiliki septic tank yang terletak di belakang rumah. Saluran
air limbah (got) di samping rumah yang mengalir ke depan rumah.
 Sampah di rumah dikumpulkan dan kemudian dibuang oleh pemilik rumah di
tempat pembuangan sampah umum setiap hari atau dua hari sekali. Jarak
rumah ke tempat pembuangan sampah ± 10 meter.
 Sumber listrik rumah yaitu PLN.

Riwayat Antenatal :
Ibu rutin memeriksakan kandungan selama kehamilan, dan tidak ada penyakit
selama hamil.

Riwayat Natal :
Pasien lahir normal di bidan, cukup bulan, dengan berat badan lahir 2900 gr, dan
panjang badan lahir 48 cm, langsung menangis.

Riwayat Imunisasi :
Jenis Vaksin Keterangan
HB O ( 0-7 hari) Diberikan
BCG (0-1 bulan) Diberikan
Polio (0, 2, 4, 6 bulan) Diberikan
DPT/HB (2, 4, 6 bulan) Diberikan
Campak (9 bulan) Diberikan

Riwayat Imunisasi Tambahan : tidak ada

6
Genogram

Keterangan : = Ayah pasien


= Laki-laki = Ibu pasien
= Perempuan

PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit ringan Berat Badan : 13 kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 95 cm
Status Gizi : Gizi Baik

Tanda Vital

Nadi : 96 kali/menit (kuatangkat, isi cukup, reguler)


Suhu : 36.70C
Pernapasan : 40 kali/menit

Kulit : Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit


cukup.
Kepala : Normosefal, rambut berwarna hitam, tipis dan tidak
mengkilap, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus, pupil bulat isokor (diameter 3 mm). Terdapat
sekret pada hidung (warna bening keputihan), tidak

7
terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada sekret
pada telinga, bibir tidak sianosis.
Tenggorokan- : Tonsil dan faring sulit dinilai.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (+/+).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

8
Diagnosis Kerja
Pneumonia
Diagnosis Banding
Bronkhitis

Anjuran Pemeriksaan
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan foto thoraks

Terapi
 Medikamentosa :
 Paracetamol 120 mg 3x1 Cth (KP)
 Amoxicillin syrup 2 x 2 ½ cth
 Ambroxol 30 mg
Ctm 4mg
Dexamethasone 0,5 mg
Salbutamol 2 mg
Mfla pulv No.XII
S. 3 .d . d. 1

 Nonmedikamentosa :
 Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres air hangat untuk membantu
menurunkan demam
 Memberi makanan bergizi pada anak secara teratur untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh anak.
 Mengurangi minum yang dingin-dingin, dan memperbanyak minum air
putih ataupun sari buah untuk membantu mengencerkan dahak.
 Istirahat yang cukup.
1. Memberitahukan ibu bahaya polusi udara seperti yang berasal dari asap
rokok dan asap dapur sehingga ibu dapat menjauhkan pasien dari polusi
udara di lingkungan rumah

9
2. Memberi informasi mengenai pentingnya ventilasi di dalam rumah dan
menyarankan agar jendela yang ada di buka setiap pagi
3. Menjauhkan pasien atau menjaga jarak dari anggota keluarga atau tetangga
yang memiliki penyakit infeksi saluran pernapasan.
4. Memberikan informasi mengenai pentingnya akan kebersihan minuman
atau makanan yang diberikan kepada pasien dan keluarga lain.
5. Menyarankan untuk tetap mengikuti posyandu walaupun imunisasi
lengkap telah dilakukan.
6. Segera ke pusat pelayanan kesehatan jika keluhan sesak napas yang timbul
dirasakan semakin berat.

BAB III
PEMBAHASAN

10
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor
utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang
menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan ISPA (Pneumonia),
yaitu:
1. Faktor genetik
Berdasarkan teori ISPA atau Pneumonia bukanlah penyakit keturunan.
2. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini yaitu kebiasaan
main di luar rumah dan tidak mencuci tangan setelahnya.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan ISPA atau
Pneumonia yaitu kontak dengan anggota keluarga dalam hal ini, paman dan
kakek pasien yang merupakan perokok aktif serta keadaan rumah yang tidak
sehat terutama masalah pencahayaan atau ventilasi udara yang kurang baik.

Menurut Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri


Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999: [6]
1. Bahan bangunan,
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
 Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
 Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
 Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.

11
 Rumah pasien merupakan rumah permanen dimana rumah tersebut
berbahan semen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah. Komponen rumah harus memenuhi


persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
 Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara
 Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi
dan ruang bermain anak
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
 Rumah pasien memiliki sirkulasi yang kurang, kamar mandi umum
serta tempat cuci terlihat jarang dibersihkan dengan lantai agak licin,
tidak ada penangkal petir, dan beberapa ruangan tidak tertata rapi,
dapur tidak dilengkapi saran pembuangan asap.
1. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat
menerangi seluruh bagian ruangan dan tidak menyilaukan.
 Rumah pasien tidak memiliki akses untuk pencahayaan alam yang
cukup, dimana terdapat beberapa jendela namun tidak pernah dibuka
sehingga setiap waktu di dalam rumah menggunakan lampu.
2. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
b. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C

12
c. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
d. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
e. Pertukaran udara
f. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
g. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
 Kualitas udara dirumah pasien dapat dikatakan kurang, dinilai dari
pertukaran udara kurang baik karena ruangan pengap, dikarenakan
jendela tidak difungsikan.
3. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai
 Dirumah pasien dapat dikatakan cukup dimana terdapat jendela di tiap
sudut ruangan, namun hal yang sangat disayangkan karena jendela
tersebut tidak difungsikan.

4. Binatang penular penyakit


Tidak ada tikus bersarang dalam rumah
 Dirumah pasien menurut nenek pasien tidak ada tikus dan binatang
peliharaan, namun beberapa tetangga disebelah rumahnya memelihara
ayam dan kucing.

5. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Dirumah pasien menggunakan sumur suntik, kadang air berwarna


keruh saat hujan namun tidak berbau dan tidak berpasir. Menurut ibu
pasien kualitas airnya belum pernah diukur sebelumnya,dan sudah
dipakai bertahun-tahun.

13
6. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene
 Penyimpanan makanan pasien di atas meja makanan, dengan
menggunakan penutup makanan yang terbuat dari rotan.

7. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
 Jarak antara rumah pasien dan tempat sampah umum ±10 meter, dan
keluarga pasien selalu membuang limbah di tempat sampah umum,
sehingga pengelolaan limbah sudah cukup baik.

8. Kepadatan hunian ruang tidur


Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari
dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
 Ruang tidur dirumah pasien berjumlah 2 kamar dengan masing-masing
ukuran 5x4 m2, berisi 1 tempat tidur. Kebersihan kamar tidur dirumah
pasien dapat dikatakan cukup karena tempat tidur tertata rapi dengan
seprai yang cukup bersih.

Menurut Penilaian Rumah Tangga Sehat yang terdiri dari 7 indikator PHBS
dan 3 indikator GHS keluarga pasien tidak memenuhi rumah tangga sehat.
7

Adapun 7 indikator PHBS yang dinilai adalah:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


2. Bayi diberi asi eksklusif
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
4. Ketersediaan air bersih
5. Ketersediaan Jamban Sehat

14
6. Kesesuaian Luas lantai dengan jumlah penghuni
7. Lantai Rumah bukan tanah

3 Indikator Gaya hidup Sehat (GHS)

1. Tidak merokok dalam rumah


2. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
3. Makan buah dan sayur setiap hari

4. Faktor pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan masyarakat terkait kinerja puskesmas untuk
menanggulangi ISPA mulai dari pelayanan UKP berbasis pelayanan di polik
MTBS, melakukan pengukuran TB, BB, menilai status gizi serta penyuluhan
terkait diagnosa penyakit pasien, polik kesehatan anak melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan diagnosa, apotik sebagai penyedia obat yang sesuai
dengan diagnosa, juga pelayanan UGD jika ditemukan kondisi buruk terkait
komplikasi ISPA seperti sesak napas berat dan lain sebagainya, perlunya juga
ditingkatan mengenai pelayanan kesehatan lingkungan yang sangat berperan
penting dalam mengendalikan masalah ISPA di lingkungan kerja Puskesmas
Kamonji.

Pasien

Apotik Poli MTBS/Anak


Memberikan (ukur TB, BB,Tanda
obat sesuai Vital, anamnesis -
resep dokter penatalaksanaan )

Konseling
memberikan
penyuluhan
terkait ISPA

15
Alur Pelayanan ISPA di Puskesmas Kamonji

BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah ISPA (pneumonia)
masih menempati posisi teratas untuk Sepuluh Penyakit Terbanyak di
Puskesmas Kamonji. Pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah
dengan pemberian ASI ekslusif, imunisasi lengkap, penerapan gaya hidup
sehat, menghindari paparan asap rokok maupun polusi, dan menjaga
kebersihan rumah agar tetap sehat. Kejadian penyakit ISPA pada kasus ini di
pengaruhi faktor perilaku dan faktor lingkungan.

5.2 Saran

16
Five Level Prevention:
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Peningkatan promosi kesehatan mengenai penyakit ISPA harus
lebih ditingkatkan dengan cara melakukan memberikan informasi
mengenai penyakit ini dan bagaimana cara mencegahnya.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
Perlindungan umum dan khusus dapat dilakukan dengan melakukan
penyuluhan terhadap penyakit ini dan menyarankan kepada
masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman
untuk anak dan terhindar dari polusi.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Petugas pelayanan kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis
secara dini dan tepat sehingga dapat diberikan pengobatan yang cepat
dan tepatmengenai penyakit ISPA sehingga diharapkan masyarakat
terkhusus pasien pada kasus ini dapat mengenali penyakit yang
dideritanya.

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)


Pada kasus ini pasien diharapkan dapat mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih buruk dan berakibat fatal jika terus menerus
berulang.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Melakukan konseling kepada pasien pada kasus ini mengenai
langkah-langkah khusus dalam hal pencegahanpenyakit ISPA seperti
menghindari dari polusi asap rokok/polusi udara dan memberikan
makanan yang bergizi seimbang.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

2. WHO, 2014. Revised WHO classification and treatment of childhood


pneumonia at health facilities

3. IDAI, 2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I.Jakarta


:Badan Penerbit IDAI.

18
4. Daroham, N.E. & Mutiatikum. 2009. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) di Indonesia, Jakarta: Puslitbang
Biomedis dan Farmasi.

5. Omar, 2010. Clinical Practice Guidelines on Pneumonia and Respiratory Tract


Infections in Children. Malasya

6. Depkes, 2012. Modul Tatalaksana Standar Pneumonia

LAMPIRAN DOKUMENTASI RUMAH PASIEN

19
Gambar 1. Tampak lingkungan sekitar rumah pasien.dan rumah pasien

Gambar 2. Tampak ruang tamu rumah pasien

20
Gambar 3. Dapur

21
Gambar 4.

22

Anda mungkin juga menyukai