Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM
Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Jiwa
Koordinator:
Ahmad Mumtaz Toba, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh :

Lilis Putri Ayu Lestari

4120039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
A. Waham
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai
dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu
dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan
PSIK FK UNSRI, 2005). Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak
dapat dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004).
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya,
biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995). Waham adalah keyakinan
yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998).

2. Etiologi Waham
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi
realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien
tidak dapat membedakan rangsangan intern  al dan eksternal, tidak dapat
membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara
akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu
fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi
sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan
menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial
mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non
verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan
sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi otak maka
gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.
3. Respon Neurobiologis
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan maladaptive dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rentang Respon
Neurobiologis

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Respon maladaptif


- Persepsi akurat. - Ilusi - Gangguan proses
- Emosi konsisten - Reaksi emosi pikir/delusi/waham
dengan berlebihan atau - Halusinasi
pengalaman. kurang - Sulit berespon
- Perilaku sesuai - Prilaku aneh emosi
- Berhubungan - Menarik diri - Perilaku
sosial. disorganisasi
- Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobilogis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada
keadaan diantara adaptif dan maladaptive kadang – kadang pikiran menyimpang atau
perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir logis dan pikiran
individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptive dan ia akan
mengalami gangguan isi pikir : waham curiga. Agar individu tidak berespon secara
maladaptive maka setiap individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping yang
baik. Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistic tuntunan situasi stress.
1) Perilaku menyerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
3) Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personel seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang dapat membantu mengatasi
cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat dasar dan melibatkan penipuan
diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptive
terhadap stress. (Anonymous, 2009).

4. Proses terjadinya Waham


a. Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan.
b. Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang
menyalahartikan kesan terhadap kejadian
c. Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat
diterima menjadi bagian eksternal
d. Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita pada diri
sendiri atau orang lain.

5. Faktor Penyebab Terjadinya Waham


a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
a) Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
b) Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik
c) Gangguan tumbuh kembang
d) Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
2) Faktor Genetik
a) Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia
3) Faktor Psikologis
a) Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif
b) Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
c) Konflik perkawinan
d) Komunikasi “double bind”
e) Sosial budaya
f) Kemiskinan
g) Ketidakharmonisan sosial 
h) Stress yang menumpuk
b. Faktor Presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen
diduga berkaitan dengan orientasi realita
3) Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata.

6. Jenis-jenis Waham
Menurut  Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :
a. Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Misal seseorang
merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua
kali.
b. Waham Sekunder
Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk
menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.
Ada beberapa jenis waham :
1) Waham Kejar
Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya
atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang
dibicarakan.
2) Waham Somatik
Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya
bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda didalam perutnya.
3) Waham Kebesaran
Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau
kekayaan yang luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu Kecantikan, dapat membaca
pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
4) Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5) Waham Dosa
Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat
diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik,
misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik
6) Waham Pengaruh
Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh
orang lain atau suatu kekuatan yang aneh
7) Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusah
merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang-ulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan
8) Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang dinyatakan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
9) Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan dirinya.

7. Karakteristik atau Kriteria Waham


a. Klien percaya bahwa keyakinannya benar
b. Bersifat egosentris
c. Tidak sesuai dengan rasio atau logika
d. Klien hidup menurut wahamnya

8. Tanda dan Gejala


a. Kognitif :
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya
3) Sulit berfikir realita
4) Tidak mampu mengambil keputusan
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul
c. Prilaku dan Hubungan Sosial
1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresif
4) Ragu-ragu
5) Mengancam secara verbal
6) Aktifitas tidak tepat
7) Streotif
8) Impulsif
9) Curiga
d. Fisik
1) Higiene kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) BB menurun
5) Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

9. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizoprenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan skizoprenia
secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis-jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
b) Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala
emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal 3 x 25mg, kemudian dapat
ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tinggi 1000mg/hari secara oral.
c) Trifluoperazine
d) Untuk terapi gangguan jiwa organic, dan gangguan psikotik menarik diri, dosis
awal 3 x 1mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50mg/hari.
e) Haloperidol
f) Untuk ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis , dan mania, dosis awal 3 x
0,5mg sampai 3mg.
2) Anti Parkinson
a) Triheksipenydil (Artane)
b) Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk menghilangkan reaksi
ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan 1-15mg/hari.
c) Difenhidramin
d) Dosis yang diberikan 10-400mg/hari.
3) Anti Depresan
a) Amitriptylin
b) Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatic. Dosis
75-300mg/hari.
c) Imipramin
d) Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotic. Dosis awal
25mg/hari, dosis pemeliharaan 50-75mg/hari.
4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas, kelainan somatroform, keluhan
disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia
dan ansietas. Obat-obat yang termasuk anti ansietas antara lain :
a) Fenobarbital 16-320mg/hari
b) Meprobamat 200-2400mg/hari
c) Klordiazepoksida 15-100mg/hari
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi
individu lebih efektif daripada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun
menentang waham, dan tidak boleh terus menerus membicarakan tentang wahamnya.
Terapis harus tepat waktu, jujur, dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang
dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Terapis perlu
menyatakan kepada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri
mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu
dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realistis.
Terapis harus bersikap empati terhadap pengalaman internal klien dan harus mampu
menampung semua ungkapan perasaan klien sehingga mampu menghilangkan
ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan
terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan
inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan
perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan
dan aktifitas terapeutik dapat dilakukan.
c. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu dalam
proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan
membantu perawatan klien.

10. Pohon Masalah dan Analisa Data


Resiko tinggi menciderai
diri sendiri, orang lain dan
lingkungan

Perubahan isi pikir


Kerusakan komunikasi
waham :
verbal

Gangguan konsep diri ;


Harga Diri Rendah

11. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Gangguan proses pikir / Perubahan Isi Pikir : Waham
b. Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
d. Kerusakan komunikasi verbal

12. Strategi Tindakan Keperawatan


Pasien
SP I
a. Membantu orientasi realita
b. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
c. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 2
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
c. Melatih kemampuan yang dimiliki

SP 3
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP 1
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
SP 2
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
SP 3
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat.
b. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. amino
Gondoutomo
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Keliat Budi A. 1999. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP.
Townsend M.C. 1998. Diagnose keperawatan pada keperawatan psikiatri; Pedoman untuk
pembuatan rencana keperawatan. Jakarta : EGC
A. Laporan Kasus (LK)
1. Identitas Klien
Initial : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Status : IRT
Tanggal pengkajian : 19 Mei 2021
Informan : Mahasiswa (Lilis Putri Ayu Lestari)
2. Alasan Masuk Yayasan Rehabilitasi Bumi Kaheman
Alasan klien masuk yayasan rehabilitasi bumi kaheman adalah klien marah-marah, sering
mengamuk, memukul ibunya, keinginan harus dipenuhi, komunikasi tidak nyambung,
sering bicara sendiri, kadang menyendiri, mandi suka lama, senyum-senyum sendiri,
gejala diatas ± 3 bulan lalu, gejala hilang timbul.
3. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya belum pernah dirawat salah satu RS di Bandung, klien langsung
dipindahkan ke Yayasan Rehabilitas Bumi Kaheman oleh keluarganya. Pasien tidak
memiliki riwayat keturunan gangguan mental dari keluarganya.
4. Masalah Keperawatan
a. Gangguan proses fikir : Waham pendengaran
b. Koping individu maladaptive
5. Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, hanya saja klien memiliki riwayat hipertensi
6. Genogram

Keterangan :

: Perempuan
: Laki – Laki

: Klien

7. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengeluh bahwa dahulu kulit wajah klien terawat sekarang
tidak terawat. Klien mengatakan ketika klien sedang beribadah sholat klien bisa
berbicara dengan Allah SWT.
b. Identitas : Klien anak pertama dari 2 bersaudara, klien lulusan S1 pemerintahan
sebelumnya pernah bekerja menjadi guru SMP.
c. Peran : Klien berperan sebagai anak
d. Ideal diri : Klien menerima keadaan saat ini dan kalau bisa klien ingin pulang jika
memungkinkan.
e. Harga diri : klien merasa bersyukur dengan kondisi saat ini
Masalah keperawatan : waham pendengaran, koping individu maladaptive.
8. Hubungan sosial
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam
hidupnya, terutama ibunya, suami, anak, saudara dan teman – temannya. Klien tidak
mengikuti kegiatan di kelompok/masyarakat. Klien mengatakan mempunyai
berhubungan baik dengan orang lain dan teman-temannya.
9. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : Klien ikut melakukan ibadah selama dirawat.
10. Status Mental
a. Penampilan Penjelasan : Klien rapi dan bersih, klien mandi 2x sehari
menggunakan shampo dan sabun dan menggosok gigi nya.
b. Pembicaraan Penjelasan : Klien saat diberikan pertanyaan menjawab spontan.
Masalah keperawatan : Waham (Waham pendengaran)
c. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Klien tampak kadang – kadang termenung ketika diajak
berkomunikasi Masalah keperawatan : Waham (Waham pendengaran)
d. Alam perasaan
Penjelasan : Klien tidak sedih karena tinggal di yayasan, terlebih keluarga tidak
sering datang menjenguk dikarenakan adanya pandemi corona. Klien sangat rindu
dengan keluarganya dan teman – temanya, terutama anaknya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
e. Afek
Penjelasan : Afek klien datar, tatapan kosong klien menjawab pertanyaan dari
perawat
f. Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Selama komunikasi, klien dapat berkomunikasi timbal balik
g. Persepsi
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan persepsi

h. Proses Pikir
Penjelasan : Klien selalu berfikir ketika meninggalkan sholat, berarti amalan
lain tidak diterima, klien menjawabnya tepat pada fokus pertanyaan dari
pembicaraan.
i. Isi pikir
Penjelasan : belum terkaji
j. Tingkat kesadaran
Penjelasan : klien sudah sadar akan hal-hal yang belum dilakukan dan menyesal
dengan beberapa belum terwujud.
k. Memori
Penjelasan : Klien tidak ada gangguan daya ingat. Klien mampu mengingat
suatu hal.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi cukup baik dan klien mampu
berhitung.
m. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien mampu menilai mana yang lebih diutamakan dalam
mengambil keputusan.
n. Daya tilik diri
Penjelasan : klien mengatakan dulu pernah merasa ada yang membisikan
ditelinganya untuk menyakiti orang disekitarnya.
Masalah keperawatan : Waham (Waham Pendengaran)
11. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan, Minum, BAB/BAK Pasien dapat mengambil makan dan minum dan dapat
kekamar mandi untuk BAB/BAK.
b. Mandi, berpakaian/berhias Pasien mengatakan dapat mandi dan berpakaian secara
mandiri.
c. Istirahat dan tidur Tidur siang lama : 13.00 WIB s/d 14.00 WIB, tidur malam lama :
20.00 WIB s/d 05.00 WIB, kegiatan sebelum/sesudah : Beribadah. Klien gelisah
sebelum diberikan obat tidur.
12. Mekanisme Koping Klien mampu berbicara dengan orang lain dengan baik, klien juga
mampu berolahraga. Pada saat diajak berbicara reaksi cepat/berlebih
13. Masalah Psikososial dan Lingkungan klien mengatakan pernah mengajar SMP.
14. Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa : Klien mengetahui tentang gangguan jiwa yang di
alaminya dan obat yang dikonsumsinya.
15. Aspek Medik Diagnosa medis : Waham Pendengaran
16. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan


.
1. Subjektif : Gangguan proses fikir :
Klien mengatakan ketika klien sedang Waham (Pendengaran)
diam, tiba-tiba ada yang membisikan di
telinga untuk menyakiti orang di
sekitarnya.

Objektif :
Selama komunikasi, klien dapat
berkomunikasi timbal balik.
2. Subjektif : Koping individu
Klien mengeluh bahwa dahulu kulit wajah maladaptive.
klien terawat sekarang tidak terawat, suka
gatal-gatal.

Objektif :
Klien tampak kadang – kadang termenung
ketika diajak berkomunikasi. Afek klien
datar, tatapan kosong klien menjawab
pertanyaan dari perawat
17. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan proses fikir : waham (pendengaran)
b. Mekonisme Koping individu maladaptive
18. Pohon Masalah
Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perubahan isi pikir waham :

Gangguan konsep diri ; Harga Diri Rendah


Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Intervensi
Gangguan proses fikir : SP I
waham a. Membantu orientasi realita
(pendengaran) b. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
c. Membantu pasien memenuhi
kebutuhannya
d. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP 2
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
1 b. Berdiskusi tentang kemampuan yang
dimiliki
c. Melatih kemampuan yang dimiliki
SP 3
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
b. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
c. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

2 Mekanisme Koping SP 1
individu maladaptive a. Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan klien yang realistis
b. Diskusikan bersama klien
kemampuan pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan
kemudian anjurkan untuk melakukan
saat ini
d. Jika klien selalu berbicara tentang
wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tida ada.
SP 2
a. Observasi kebutuhan klien sehari-
hari
b. Diskusikan kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi baik selama di panti
dan di rumah
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan timbulnya waham
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat
memenuhi kebutuhan klien dan
menentukan waktu dan tenaga.
SP 3
a. Berbicara dengan klien dengan
konteks realita
b. Sertakan klien dalam aktivitas
kelompok : orientasi realitas
c. Berikan pujian pada setiap kegiatan
positif yang dilakukan oleh klien
SP 4
a. Diskusikan dengan klien tentang
nama obat, dosis, frekuensi, dan efek
samping minum obat
b. Bantu klien menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar
c. Anjurkan klien menceritakan efek
dan efek samping meminum obat
d. Beri reinforcement bila klien minum
obat yang benar.

Anda mungkin juga menyukai