Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 1 :

1. M. Erfa’I
2. Aditya .W
3. Agung Hary Wibowo
4. Annisa Puspa Melati
5. Asnainu
6. Asti Fitri .A
7. Astri Pratiwi
8. Ayuk Sulastri
Benigna Prostat Hyperplasia
adalah pembesaran jinak kelenjar
prostat, disebabkan oleh karena
hiperplasia. Beberapa atau semua
komponen prostat, meliputi antara
lain :
Jaringan kelenjar.
Jaringan fibro muskular yang
menyebabkan penyumbatan
uretra parsprostatika.
(Basuki B Pornomo : 2000)
ETIOLOGI
Beberapa Hipotesis yaitu diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat adalah :
 Adanya perubahan keseimbangan antara hormon
testosteron dan estrogen pada usia lanjut.
 Peranan dari Growth Factor (faktor pertumbuhan),
sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat.
 Meningkatkan lama hidup sel-sel prostat karena
berkurangnya sel yang mati.
 Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi
proliferasi abnormal sel stem dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan.
MANIFESTASI
KLINIS

Gejala iritatif

a. Nokturia : terbangun Gejala obstruksi


untuk miksi pada malam  Yaitu kelemahan pancaran
hari. urine, rasa tidak puas sehabis
b. Frekuensi : sering miksi/ miksi, proses kencing
sering kencing. berlangsung lebih lama,
c. Urgensi : perasaan ingin kencing terputus-putus.
miksi yang sangat
mendesak.
d. Disuria : nyeri pada
saat miksi
PATHWAY

BPH fix.docx
Pemeriksaan Diagnostik
LABORATURIUM
1. Analisis urin dan pemeriksaanmikroskop urin penting untuk melihat
adanya sel leukosit, bakteri, infeksi.
2. Elektrolit, kadar ureum, dan kreatin darah, BUN merupakan dasar dari
fungsi ginjal dan status metabolik.
3. Pemeriksaan prostate spesifik antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan biopso atau sebagai deteksi diri keganasan
RADIOLOGI
1. Foto polos abdomen
2. USG dapat diperkirakan besarnya prostat
FLOWMETRI
Flometer adalah alat khusus untuk mengukur pancaran urine dalam ml/detik
Bila buli-buli dekompensasi akan menjadi retensi urine

Retensi urine berlanjut, tekanan intravisika meningkat


dapat timbul hidroureter, hidroneurosis, gagal ginjal.

Karena selalu terdapat urine sisa dapat terbentuk batu


endapan dalam buli-buli. Batu dapat menambah ketat,
iritasi humaturi, sistitis dan prelonefritis

Miksi harus mengejan lama-lama sebabkan hiria atau


hemoroid.
 Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan bedah,
diberikan pengobatan konservatif, misal dengan menghambat
adrenoreseptoralfa. Misalnya tazosin, prazosin, teruzosin dan
lain-lain.

 Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan.


Biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (Trans
Uretra Resection/ TUR)

 Derajat tiga reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila


diperkirakan prostat sudah cukup besar reseksi cukup satu jam
sebaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui transvesikal
retroputik atau perineal.

 Derajat empat tindakan yang segera dikerjakan membebaskan


klien dari retensi urine total dingin pemasangan kateter atau
sistostomi, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut kemudian
terapi definitif dengan TUR pembedahan terbuka.
PENGKAJIAN PASIEN BPH

Identitas Klien
Keluhan Utama
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Keluarga
Pola Fungsi Kesehatan
Pemeriksaan Fisik
DIAGNOSA KEPERAWAAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d iritasi mukosa
kandung kemih, refleks spasme otot (prosedur
pembedahan) atau tekanan dari balon kandung kemih
(traksi).
Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d prosedur infasif;
alat selama pembedahan, kateter, trauma jaringan,
insisi bedah.
Perubahan eliminasi urin b/d obstruksi mekanikal
(keluhan darah, trauma pembedahan) dan / atau
hilangnya tonus kandung kemih.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis
dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya informasi.
Dx 1.
Intervensi
 Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan nyeri dapat berkurang.
 KH :
Keluhan nyeri px berkurang / hilang.
Px tampak rileks.
Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.
Skala nyeri dalam batas normal (0-2).
INTERVENSI
1. Kaji tingkat nyeri, lokaso, intensitas (skala nyeri).
2. Pertahankan potensi kateter dan sistem drainase.
3. Pemasukan cairan sampai 3000 ml / hr sesuai toleransi.
4. Berikan px informasi akurat tentang kateter, drainase dan gasme
kandung kemih.
5. Berikan tindakan kenyamanan, dorongan penggunaan tehnik relaksasi
termasuk latihan nafas dalam.
6. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian obat anti
spasmodik.
Intervensi
Dx 2.
 Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan infeksi tidak terjadi.
 KH :
Tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
Suhu tubuh dalam batas normal.
INTERVENSI
1.Pertahankan sistem kateter steril dan perawatan kateter.
2.Ambulasi dengan kantung drainase.
3.Observasi TTV / tanda vital (S, N, T, RR) / dalam waktu 4 jam.
4.Observasi Drainase dari luka.
5.Ganti balutan luka operasi dengan sering, pembersihan dan
pengeringan kulit sepanjang waktu.
 IMPLEMENTASI
Penjelasan merupakan pengolahan dan
perwujudan dari rencana tindakan meliputi
beberapa bagian yaitu validasi rencana
keperawatan memberikan asuhan
keperawatan dan pengumpulan data
(Lismindar, 1990).
 EVALUASI
Merupakan pengukuran keberhasilan rencana
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
pasen. Tahap ini merupakan keberhasilan
dalam pengukuran proses keperawatan.
(Proses Keperawatan, Drs. Nasrul, 1995).

Anda mungkin juga menyukai