Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)


Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh :

Nida Najiyah P20620221001


Zilda Azzahra P20620221002
Deviana Ameliani P20620221003
Noviriyanti Diza R P20620221004
Eka Huda Apriani P20620221005
Deva Kirena Putri P20620221006
Indri Intan Dwi P P20620221007
Maharani Salsabila P20620221008
Nur Fadhillatun Nisa P20620221009
Salfani Rahmasari P20620221010

KELOMPOK 1

Dosen Pengampu :
Bapak Omay Rohmana, S. Kep, Ners, M. Kep

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN CIREBON


POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA WILAYAH CIREBON
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Makalah Model Praktik Keperawatan Profesional”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Omay Rohmana, S.Kep, Ners,
M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Keperawatan. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada pihak yang telah berkontribusi dalam proses
penyusunan, pelaksanaan, serta penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini, baik dari segi
pengolahan bahasa maupun substansinya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun di harapkan demi perbaikan makalah. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Cirebon, 23 Juli 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara
terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara
tentang keperawatan ada hal penting yang harus dibahas yaitu Model Praktik
Keperawatan Profesional yang dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan
dan dalam hal ini, makalah ini akan membicarakan tentang “Model Praktik
Keperawatan Profesional”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu, keluarga
dan masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan
lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan
menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan
kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas wajib diketahui oleh seorang perawat
yang profesional, sehingga profesi keperawatan mampu memilih dan menerapkan
Model Praktik Keperawatan Profesional yang paling tepat bagi klien. Sehingga
diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan
mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1) Apa pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional?
2) Apa tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional?
3) Apa komponen dari Model Praktik Keperawatan Profesional?
4) Apa saja karakteristik Model Praktik Keperawatan Profesional?
5) Apa saja pilar-pilar Model Praktik Keperawatan Profesional?
6) Apa kelebihan dan kekurangan dari Model Praktik Keperawatan Profesional?
7) Apa saja langkah-langkah dalam Model Praktik Keperawatan Profesional?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui Model Praktik Keperawatan Profesional?
2) Untuk mengetahui tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional?
3) Untuk mengetahui komponen dari Model Praktik Keperawatan Profesional?
4) Untuk mengetahui karakteristik Model Praktik Keperawatan Profesional?
5) Untuk mengetahui pilar-pilar Model Praktik Keperawatan Profesional?
6) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Model Praktik Keperawatan
Profesional?
7) Untuk mengetahui langkah-langkah dalam Model Praktik Keperawatan
Profesional?

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan makalah yang hendak dicapai, maka makalah ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Manfaat Bagi Penulis
Manfaat penulisan makalah untuk penulis adalah meningkatkan pemikiran kritis,
belajar berpikir sistematis, belajar bertanggung jawab dengan sumber yang
dicantumkan, lebih peka terhadap permasalahan di lingkungan sekitar, serta dapat
menambah pengetahuan.
2) Manfaat Bagi Pembaca
Sementara bagi pembaca, makalah dapat dijadikan sumber penelitian selanjutnya
serta menambah ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat nasional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
Model Praktik keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses
sistem pemberian asuhan keperawatan profesional. (Erita, 2019).

B. Tujuan MPKP
Tujuan MPKP (Amir. 2022) untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui penataan sistem pemberian asuhan keperawatan, memberikan kesempatan
kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik keperawatan profesional dan
menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan kajian dan
penelaahan keperawatan.
Adapun tujuan MPKP dalam Sitorus (2011):
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.

C. Komponen MPKP
Komponen dari MPKP menurut Hoffart & Woods 1996 dalam Sitorus (2011),
bahwa MPKP terdiri dari 5 subsistem yaitu :
1. Pengembangan Nilai profesional
2. Hubungan profesional
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
4. Pendekatan manajemen
5. Sistem kompensasi dan penghargaan
Elemen-elemen tersebut merupakan hal penting dalam mengembangkan MPKP,
karena bila dilakukan dengan baik hasilnya dapat dirasakan oleh perawat maupun klien.

D. Karakteristik MPKP
1. Penetapan Jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan
derajat ketergantungan klien.
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan.
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan
asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CC), Perawat Primer (PP) dan
perawat asosiet. Selain jenis tenaga tersebut terdapat juga seorang kepala ruang
rawat yang bertanggung jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di
rawat tersebut. Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggung jawab yang jelas dalam sistem pemberian
asuhan keperawatan.
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra).
Standar renpra perlu ditetapkan karena berdasarkan hasil observasi penulisan
renpra sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14
kebutuhan dasar manusia.
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer.
Pada MPKP digunakan metode keperawatan primer, sehingga terdapat satu seorang
perawat profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. di samping itu,
terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan membimbing
Perawat Primer dalam memberikan asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan
menjadi peran ners spesialis pada masa yang akan datang.

E. Pilar-pilar MPKP
1. Pilar I: Pendekatan Manajemen Keperawatan
Pilar I terdiri dari:
a. Perencanaan
Meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis
perencanaan jangka pendek melalui rencana kegiatan harian, bulanan dan
tahunan.
b. Pengorganisasian
Merupakan pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan melalui struktur
organisasi MPKP, menyusun daftar dinas, menyusun daftar alokasi asuhan
keperawatan pasien.
c. Pengarahan
Melalui pendelegasian supervisi, komunikasi efektif mencakup pre dan post
konferens serta manajemen konflik.
d. Pengendalian
Yaitu proses memastikan aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang
direncanakan. Melalui audit struktural, audit proses dan hasil.
2. Pilar II : Sistem Penghargaan kepada Tenaga Keperawatan
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan dan
ditingkatkan melalui manajemen sumber daya manusia, sehingga perawat
mendapat kompensasi berupa penghargaan sesuai dengan apa yang dikerjakan
(Nursalam, 2007). Sistem penghargaan ini melalui proses rekrutmen, seleksi kerja,
orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staf perawat.
3. Pilar III : Hubungan Profesional
Hubungan profesional komunikasi horizontal antara kepala ruangan dengan ketua
tim dan perawat pelaksana serta antara ketua tim dengan perawat pelaksana.
Contohnya:
1) Rapat perawat ruangan
2) Pre dan post konferens
3) Rapat tim kesehatan
4) Visit dokter
4. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara sistematis dan terorganisir.
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien.

F. Kelebihan dan Kekurangan MPKP


Model asuhan keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan keempat unsur : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan
dan sistem MPKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai-nilai yang
diyakini dan yang akan menentukan kualitas produksi/ jasa pelayanan keperawatan.
1. Metode Penugasan
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan.
Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu
periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada
kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien (Sitorus, 2006).
Kelebihan metode kasus:
1) Kebutuhan pasien terpenuhi.
2) Pasien merasa puas.
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
Kekurangan metode kasus:
1) Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan
4) Pendelegasian keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas.
2. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas
untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan (Sitorus, 2006). Pada
metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan.
Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan
kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien.
Kelebihan dari metode fungsional adalah:
1) Sederhana
2) Efisien.
3) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk keterampilan tertentu.
Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :
1) Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik.
2) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan
keperawatan terfragmentasi.
3) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin
kepala ruangan.
4) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap
pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak mendapat
jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.
5) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
3. Metode Keperawatan Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Metode tim
merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi (Sitorus, 2006).
Kelebihannya :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk, terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
2) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
4. Keperawatan Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.
Kelebihan :
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
4) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
5. Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Kelebihannya :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama (Erita, 2019)

G. Langkah-langkah Dalam MPKP


Menurut Sitorus (2011), langkah-langkah dalam MPKP adalah sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
1) Tahap persiapan tim (terdiri dari koordinator departemen, kepala ruang rawat,
perawat ruangan, ketua MPKP).
2) Rancangan penilaian mutu (kelompok kerja yang membuat rencana asuhan
keperawatan yang meliputi kepuasan klien).
3) Presentasi MPKP (untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat
pada saat presentasi).
4) Penetapan tempat implementasi (dalam menentukan tempat implementasi
perlu memperlihatkan mayoritas tenaga keperawatan apakah ada staf baru atau
tidak).
5) Identifikasi jumlah klien (kelompok klien terdiri dari 3 kriteria yaitu minimal,
parsial, dan total).
6) Penempatan tenaga keperawatan.
7) Penetapan jenis tenaga.
a. Kepala ruang rawat.
b. Clinical care manager.
c. Perawat primer.
d. Perawat associate.
8) Pengembangan standar asuhan keperawatan (bertujuan untuk mengurangi
waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis untuk melakukan
tindakan keperawatan).
9) Penetapan format dokumentasi keperawatan.
10) Identifikasi fasilitas
a. Badge atau kartu nama tim.
b. Papan nama
c. Papan MPKP
2. Tahap pelaksanaan
1) Pelatihan MPKP.
2) Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi.
3) Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA.
4) Memberikan bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra.
5) Memberikan bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim.
6) Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA.
7) Memberikan bimbingan tentang dokumentasi keperawatan.
3. Tahap evaluasi
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien
pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian.
3) Penilaian infeksi nosokomial di ruang rawat
4) Penilaian rata rata lama dirawat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
MPKP memiliki 5 komponen yaitu Pengembangan Nilai profesional, hubungan
profesional, Metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen, dan
sistem kompensasi dan penghargaan.
B. Saran
Dalam menyusun makalah mengenai MPKP (Model Praktik Keperawatan
Profesional) ini jelas masih terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan
banyak saran dan kritik dari pembaca yang dapat membangun pembuatan makalah ini
agar menjadi lebih baik untuk kedepannya. Dan penulis berharap dengan terbuatnya
makalah ini dapat membantu pembaca memperluas ilmu dan wawasan di bidang
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Heriana,. Suci Rahayu Ningsih. (2022). Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) "Sebuah Pendekatan Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Di Rumah
Sakit. Bandung : Widina.
Erita. (2019). MANAJEMEN KEPERAWATAN. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta: Salemba Medika
Sitorus & Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: penataan
struktur & proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat: panduan
implementasi. Jakarta: EGC.
Sitorus, Ratna. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: CV Sagung Seto.
Zahrani, Aulia. (2017). Pilar MPKP
https://id.scribd.com/document/344527131/Pilar-MPKP-doc (Diakses pada tanggal
23 Juli 2023).

Anda mungkin juga menyukai