Dosen Pengampu
Ns. Costarin Enopadria M.Kep
Disusun oleh:
Novia Safitri
Ambar Wiji Astuti
Iftita Rahma
Yaza Yanrika
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga askep ini terselesaikan. Makalah ini merupakan tugas
dalam mata kuliah yang bertujuan untuk memberikan pendekatan belajar agar mahasiswa
lebih mudah memahami materi yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa
untuk dapat mengaitkan suatu materi pada kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
maka penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoha makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya dan dapat memenuhi harapan kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Kesimpulan...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MPKP merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
dalam pelayanan keperawatan untuk meminimkan kesalahan atau kelalaian yang dapat
terjadi. MPKP suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur asuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh pelatihan model praktek keperawatan profesional (MPKP)
terhadap penerapan pilar I pendekatan manajemen dan pilar IV sistem pemberian asuhan
keperawatan perawat di Rumah Sakit X Kotamobagu. Jenis penelitian menggunakan
penelitian kuantitatif dengan rancangan yaitu pra- eksperimen one group pre-test post-test
design. Sampel dalam penelitian berjumlah 75 responden. Hasil penelitian menunjukkan
penerapan pilar I pendekatan manajemen (element perencanaan, perorganisasian,
pengarahan, pengendalian) dan pilar IV sistem pemberian asuhan keperawatan (element
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan, evaluasi, catatan keperawatan)
sebelum dan setelah pelatihan MPKP terdapat perbedaan; Hubungan pilar I antara usia
(pvalue: 0,032), pendidikan (pvalue: 0,000), lama kerja (pvalue: 0,042) membuktikan ada
hubungan bermakna (P<0,05) sedangkan jenis kelamin (pvalue: 0,195) tidak ada
hubungan bermakna (p >0,05); hubungan pilar IV antara usia (pvalue: 0,71), jenis
kelamin (pvalue: 0,316), membuktikan bahwa tidak ada hubungan bermakna (p>0,05)
sedangkan pendidikan (pvalue: 0,020), lama kerja (pvalue: 0,032) membuktikan ada
hubungan bermakna (P<0,05); penerapan pilar I dan pilar IV sebelum dan setelah
pelatihan MPKP terdapat perbedaan di setiap element (pvalue: 0,000). Hasil coefisien
regresi diperoleh variabel pre, usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja pada pilar I R
Square=0,624 dan pilar IV R Square = 0,725 artinya berkontribusi mempengaruhi.
Penelitian ini merekomendasikan pelatihan MPKP pada semua kepala ruang, katim dan
perawat pelaksanaan sosialisasi atau update terkini penerapan MPKP secara kontinue
oleh RS.
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan mengalami
perubahan mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan tersebut merupakan
1
dampak dari perubahan kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu
lebih berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis
terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi saat ini (Kuntoro, 2010).
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan
diakuinya keperawatan pada tahun 1983 sebagai profesi pada Lokakarya Nasional
Keperawatan. Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan
membuka pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III
keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan
standar praktik keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat
Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui konsep model praktik keperawatan professional (MPKP)
b. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui penataan sistem pemberian
asuhan keperawatan, memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar
melaksanakanpraktik keperawatan profesional dan menyediakan kesempatan
kepada perawat untuk mengembangkan penelitian keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi MPKP
b. Untuk mengetahui tujuan penerapan MPKP
c. Untuk mengetahui komponen dalam MPKP
d. Untuk mengetahui pilar-pilar MPKP
e. Untuk mengetahui karakteristik MPKP
f. Untuk mengetahui tingkatan MPKP
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
profesi yang terlebih dahulu harus dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan pada MPKP dapat disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada
kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah pelayanan profesional.
5
Kegiatan yang dlaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya
masing-masing yang dibuat setiap shif. Rencana harian dibuat sebelum
melakukan operan.
f) Rencana harian kepala ruangan
Melalui:
- Asuhan keperawatan
- Supevisi ketua tim
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan tim lain yang
terkait.
6
- Pengembangan sumber daya manusia peningkatan jenjang karis perawat
pelaksana menjadi ketua tim dan ketua tim menjadi kepala ruangan.
- Membuat jadwal-jadwal pelatihan.
2) Pengorganisasian yaitu kegiatan dan tenaga perawat.
7
- Evaluasi kerja setelah tugas selesai
- Pendelegasian terdiri dari tugas dan wewenang
b) Supervisi
Proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan
organisasi, dengan cara melakukan pelaksanaan terhadap pelaksanaan
kegiatan.
Penerapan supervisi di MPKP adalah:
- Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan
terhadap kepala ruangan.
- Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan perawat
pelaksana.
- Ketua tim melakukan pengawasan kepasa perawat pelaksana.
c) Komunikasi efektif
Fungsi pokok manajemen, komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu
kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi (Swanbrug, 2000)
Penerapan organisasi di Model praktek keperawatan profesional antara lain:
- Pre konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shif tersebut dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab.
- Operan
Komunikasi serah terima anta shif pagi, siang dan malam.
- Post konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shif sebelum operan kepada shif berikutnya.
d) Manajemen konflik
Perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang lain.
Perbedaan konflik mudah terjadi demikian juga diruang MPKP maka perlu
dibudidayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik antara petugas tim.
Cara – cara penanganan konflik melalui:
8
Berkolaborasi, yaitu upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah
pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerja
sama, berbagai pihak yang terlibat konflik, didorong menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan
persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan
adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara
penyelesaian konflik ini adalah win – win solution.
Berkompromi, yaitu cara penyelesaian konflik dimana semua pihak yang
berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjaminnya
keharmonisan hubungan kedua belah pihak tersebut. dalam upaya ini tidak
ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Istilah lain cara
penyelesaian konflik ini adalah lose – lose solution. Dimana masing –
masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang
dijalin tetap harmonis.
4) Pengendalian yaitu proses memastikan aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktifitas
yang direncanakan. Melalui audit, strukturl, audit proses dan audit hasil.
Langkah – langkah yang harus dilakukan dalam engendalian meliputi:
a) Menetapkan standar dan menetapkan metode dan pengukuran prestasi kerja.
b) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar:
Audit struktur
Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan, peratan, peralatan
standar dan indikator dengan menggunakan check list (√)
Audit proses
Pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk menentukan
apakah hasil keperawatan tercapai.
Audit hasil
Audit pokok kerja berupa kondisi pasien, kondisi sumber daya manusia
atau indikator mutu.
b. Pilar II yaitu sistem penghargaan pada tenaga keperawatan.
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan dan
ditingkatkan melalui manajemen sumber daya manusia, sehingga perawat
9
mendapatkan kompensasi berupa penghargaan sesuai dengan apa yang dikerjakan
(Nursalam, 2007). Sistem penghargaan ini melalui proses rekruitmen, seleksi kerja,
orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staff perawat.
1) Proses rekruitmen
Penentuan perawat yang dibutuhkan diruang MPKP yang mempunyai kriteria:
a) Kepala ruangan
- Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa transisi
boleh D3 bila diruangan tersebut belum ada perawat yang
berpendidikan S1 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan.
- Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun dan bekerja
pada area keperawatan minimal 2 tahun.
- Sehat jasmani dan rohani
- Pernah mengikuti pelatihan antara lain:
o Manajemen bangsal
o Pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional
o Komunikasi keperawatan
- Lulus tes tulis dan wawancara
b) Ketua tim
- Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa transisi boleh
D3 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan.
- Pengalama kerja minimal 2 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
- Pernah mengikuti pelatihan, antara lain:
o Manajemen bangsal
o Pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional
o Komunikasi keperawatan
- Lulus tes tulis dan wawancara
c) Perawat pelaksana
- Pendidikan minimal D3
- Pengalaman kerja minimal 1 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
10
- Pernah mengikuti pelatihan
- Lulus tes tulis dan wawancara.
2) Kerja orientasi
Perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi yang
disebut pelatihan awal sebelum bekerja pada unit kerja MPKP.
3) Penilaian kerja.
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, ketua tim,
perawat pelaksana menggunakan supervsi baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
4) Pengembangan staf
Membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisi dan
untuk penghargaan terhadap kemampuan profesional, bentuk pengembangan
karir, pendidikan berkelanjutan dari D3 ke S1.
c. Pilar III yaitu hubungan profesional komunikasi horizontal antara kepala ruangan
dengan ketua tim dan perawat pelaksana serta antara ketua tim dengan perawat
pelaksana. Komunikasi diagonal yang dilakukan perawat dengan profesi lainnya.
Hubungan profesional di ruang Model Praktek Keperawatan profesional adalah:
1) Rapat perawat ruangan
2) Pere dan post konferens
3) Rapat tim kesehatan
4) Visit dokter
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square hubungan usia terhadap pilar
11
IV (pvalue: 0,71). Hal ini membuktikan tidak ada hubungan usia terhadap pilar IV perawat
Di Rumah Sakit X Kotamobagu. Hasil dari penelitian di atas sejalan dengan penelitian
Keliat (2012) Tentang pengaruh fungsi pengarahan kepala ruang dan ketua tim terhadap
kepuasaan kerja perawat pelaksana implementasi MPKP di RSUD Blambangan
Banyuwangi menyatakan bahwa usia tidak mempunyai hubungan bermakna (p-value
0,187, α = 0,05) pendapat peneliti, sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah
dewasa awal 26-35 tahun, pada usia ini perawat lebih luwes, menerima teknologi baru, dan
terbuka pada perubahan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan, dibandingkan
dengan perawat yang usia lebih tua. Pertambahan usia sering diasumsikan dengan
menurunnya kemampuan dalam kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi walaupun
pegawai yang lebih tua memiliki lebih banyak pengalaman menyesuaikan diri dengan
lingkungan pekerjaan lebih sedikit memiliki alternatif, lebih banyak kesempatan
meningkatkan karir dan senioritas kerja.
Hasil uji statistik hubungan jenis kelamin terhadap pilar I (pvalue: 0,195) dan Pilar
IV (pvalue: 0,316). Hal ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin
terhadap pilar I dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin terhadap pilar IV perawat Di
Rumah Sakit X Kotamobagu. Hasil dari penelitian di atas sejalan dengan penelitian Keliat
dkk (2012) Tentang pengaruh fungsi pengarahan kepala ruang dan ketua tim terhadap
kepuasaan kerja perawat pelaksana implementasi MPKP di RSUD Blambangan
Banyuwangi menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempunyai hubungan bermakna
dengan (p-value 0,059, α =0,05). Secara umum, harapan perawat perempuan lebih sedikit
daripada laki-laki, karena nilai laki-laki banyak mengacu pada otonomi dan imbalan
ekstrinsik (seperti gaji dan promosi) sedangkan nilai- nilai perawat perempuan lebih pada
ketertarikan kepekerjaannya dan imbalan social (hubungan baik dengan bawahan dan
supervisor).
Hasil dari penelitian di atas tidak sejalan dengan penelitian Yanti dkk (2016)
Tentang perbedaan komitmen perawat dalam mengimplementasikan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong
menyatakan bahwa jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan yaitu pada
kelompok intervensi sebesar 35 (74,5%), pada kelompok kontrol sebagian besar laki-
laki 45 (95,7%), menunjukan nilai p˃0,05tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
12
Hasil uji statistik hubungan pendidikan terhadap pilar I (pvalue: 0,000) dan Pilar
IV (pvalue: 0, 020). Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara pendidikan
terhadap pilar I dan pilar IV perawat Di Rumah Sakit X Kotamobagu. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Zahara dkk ( 2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kinerja dalam penerapan MPKP dengan pendidikan perawat
(p=0,017). Hasil uji statistik hubungan lama kerja terhadap pilar I (pvalue: 0,042) dan
Pilar IV (pvalue: 0,032). Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara lama kerja
terhadap pilar I dan pilar IV perawat Di Rumah Sakit X Kotamobagu.Menurut Yanti
dkk (2016) Menunjukan bahwa data karakteristik lama kerja antara kelompok intervensi
dan kelompok kontrol menunjukan nilai p˃0,05 tidak terdapat perbedaan yang bermakna
terhadap perbedaan komitmen perawat dalam mengimplementasikan
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Curup Kabupaten
Rejang Lebong. Dalam penelitian Keliat Dkk (2012) variabel lama kerja tidak
mempunyai hubungan bermakna dengan kepuasan kerja dalam penerapan MPKP pilar I
& pilar IV sebesar (p-value 0,092, α = 0,05).Menurut Robbin (2003) dalam Keliat Dkk
(2012) menyatakan relative kerja meningkat pada awal kerja, namun dapat menurun
berangsur-angsur selama 5-8 tahun kemudian akan meningkat lagi perlahan-lahan dan
pada akhir mencapai puncaknya setelah 20 tahun kerja. Namun rata-rata lama kerja
perawat bisa berkisar 9,68 tahun.
Pendapat peneliti hasil analisis menunjukkan ada variabel perancu yang
mempengaruhi penerapan MPKP yaitu usia terhadap pilar I, pendidikan terhadap pilar I
dan pilar IV, lama kerja terhadap pilar I dan pilar IV. Sedangkan yang tidak ada variabel
perancu yang mempengaruhi penerapan MPKP yaitu usia terhadap pilar IV dan jenis
kelamin terhadap pilar I dan pilar IV di Rumah Sakit X Kotamobagu.
13
Perbedaan Penerapan Pilar I Pendekatan Manajemen Dan Pilar IV Sistem
Pemberian Asuhan Keperawatan Perawat Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Pelatihan MPKP
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kesuma & Hajjul Kamil (2016) Tentang
penerapan (MPKP) Dengan pendekatan konsep Hoffart dan Woods di Ruang Rawat
Inap Kelas III BLUD Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh menyatakan kategori
sesuai sebanyak 48 responden (60%) yang terdiri dari pelaksanaan nilai-nilai
professional (73,8%), pelaksanaan hubungan professional (78,8%), pelaksanaan
pendekatan manajemen (76,3%), namun berbanding terbalik dengan pelaksanaan
kompensasi dan penghargaan (15,0%), pelaksanaan metode pemberian asuhan
keperawatan (21,3%) tidak sesuai. Di harapkan bagi institusi rumah sakit untuk
14
membuat program pelatihan tentang MPKP bagi perawat. Penelitian ini diperkuat
dengan penelitian Yanti Dkk (2016) tentang tingkat komitmen perawat dalam
mengimplemetasikan MPKP sesudah pelatihan pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi ada perbedaan yang bermakna. dengan nilai z adalah - 2,093 dan p >0,05. Hal
ini menunjukan ada pengaruh pelatihan terhadap kepemimpinan pelaksanaan standar
kepala ruangan (Karu) terhadap komitmen perawat dalam mengimplementasikan MPKP
Di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong. Asumsi Peneliti menyimpulkan bahwa
implementasi Penerapan MPKP dalam proses pelatihan dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan di rumah sakit, disarankan agar implementasi penerapan MPKP
menjadi salah satu kriteria penilaian pada akreditasi rumah sakit khususnya pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit X Kotamobagu.
15
keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada masa yang
akan datang.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut
2. Tujuan utama Model Praktek Keperawatan Profesional ini adalah untuk
meningkatkan mutu pelayana keperawatan.
3. Komponen Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) meliputi nilai – nilai
profesional, pendekatan manajemen, hubungan profesional, sistem pemberian asuhan
keperawatan, dan kompensasi dan penghargaan
4. Pilar – pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) antara lain pendekatan
manajemen keperawatan, pengorganisasian, hubungan profesional komunikasi
horizontal antara kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana serta antara
ketua tim dengan perawat pelaksana, dan manajemen asuhan keperawatan.
5. Metode penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) antara lain
metode kasus, fungsional, tim, perawat primer, manajemen kasus, dan differentiated
practice.
6. Gambaran penerapan pilar I pendekatan manajemen (element perencanaan,
perorganisasian, pengarahan, pengendalian) dan pilar IV sistem pemberian asuhan
keperawatan (element pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan,
evaluasi, catatan keperawatan) sebelum dan setelah pelatihan MPKP terdapat
perbedaan.
7. Hubungan pilar I antara usia (pvalue: 0,032), pendidikan (pvalue: 0,000), lama
kerja (pvalue: 0,042) membuktikan bahwa ada hubungan bermakna (P<0,05)
sedangkan jenis kelamin (pvalue: 0,195) membuktikan tidak ada hubungan
bermakna (p >0,05);
8. Hubungan pilar IV antara usia (pvalue: 0,71), jenis kelamin (pvalue: 0,316),
membuktikan bahwa tidak ada hubungan bermakna (p>0,05) sedangkan
pendidikan (pvalue: 0,020), lama kerja (pvalue: 0,032) membuktikan ada
17
hubungan bermakna (P<0,05).
9. Penerapan pilar I sebelum dikerjakan pelatihan MPKP 51,9% dan setelah
dikerjakan Pelatihan MPKP meningkat menjadi 91,06% sedangkan pilar IV
sebelum dikerjakan pelatihan MPKP 67,6% dan setelah dikerjakan pelatihan
MPKP meningkat menjadi 90,3% Nilai Pvalue 0,000 yang menunjukan terdapat
perbedaan penerapan pilar I dan pilar IV sebelum dan sesudah diberikan pelatihan
MPKP.
18
DAFTAR PUSTAKA
Huber, D. 2010. Leadership and Nursing Care Management (4rd ed). USA: Saunders elsevier
Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat, B.A. 2012. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Pratiwi, Arum dan Abi Mukhlisin. Ejournal Keperawatan (E-Kp). “Kajian Penerapan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di
Rumah Sakit”. Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Rantung, Steffy R. 2013. Ejournal Keperawatan (E-Kp). “Perbedaan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Ruangan Sp2kp dan Non-Sp2kp di Irina A dan Irina F Rsup Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado”. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran:
Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol.1, No. 1; Agustus
Sitorus R. & Yulia. 2005. Model praktek keperawatan profesional di Rumah Sakit Panduan
Implementasi,. EGC, Jakarta
RN Nancy Hoffart RCQW. Elements of a nursing professional practice model. J Prof Nurs.
1996;12(6):354–64.
Setiadi. Manajemen & Kepemimpinan Dalam Keperawatan : Teori & Aplikasi Praktik Bagi
Mahasiswa & Perawat klinis. Yogyakarta: Indomedia Pustaka; 2016.
Sitorus. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit : Penataan Struktur dan
Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC; 2012.
19