Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103 –110 p-ISSN 2085-1049

LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8118


Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103-110 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PELAKSANAAN AUDIT SISTEM DALAM PENCAPAIAN CONTINOUS QUALITY


IMPROVEMENT
Nina Trisnawati1*, Fatma Sri Wahyuni2, Zifriyanthi Minanda Putri1
1
Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas, Jl. Limau Manis, Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat 25163
2
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Jl. Limau Manis, Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat 25163
*ninatrisnawati1107@gmail.com

INFORMASI ABSTRAK
ARTIKEL Audit sistem merupakan proses audit yang dilakukan dalam
Riwayat Artikel mengevaluasi terhadap standar yang ditetapkan oleh rumah sakit. Audit
Diterima : 14 Maret 2019 sistem dapat menjamin terlaksananya proses peningkatan mutu
Diterima dalam bentuk revisi : berkelanjutan di unit pelayanan keperawatan rumah sakit. Tujuan
18 Juni 2019 Penelitian ini adalah untuk melihat hubungan pelaksanaan audit sistem
Disetujui : 26 Juni 2019 dengan pencapaian Continous Quality Improvement di Rumah Sakit
Jiwa Tampan Provinsi Riau. Desain penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
adalah perawat di di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau sebanyak
123 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu proportional
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan distribusi pelaksanaan
audit sistem lebih dari setengahnya kategori buruk yaitu 59,0% dan
distribusi pencapaian continous quality improvement lebih dari
setengahnya buruk yaitu 54,5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan audit sistem dengan
pencapaian continous quality improvement (p value = 0,000 < α =
0,05).

Kata kunci: audit sistem, continous quality improvement, standar mutu

THE IMPLEMENTATION OF A SYSTEM AUDIT AND THE ACHIEVEMENT OF


CONTINUOUS QUALITY IMPROVEMENT

ABSTRACT
System audit is an audit process carried out in evaluating the standards set by the hospital. Audit
systems can guarantee the implementation of a continuous quality improvement process in the hospital
nursing service unit. The purpose of this study was to see the relationship between the implementation
of a system audit and the achievement of continuous quality improvement in the Tampan Mental
Hospital of Riau Province. The design of this research is descriptive analytic with cross sectional
approach. The sample in this study was nurses at the RSJ. Tampan Mental Hospital of Riau Province
as many as 123 people with a sampling technique that is proportional random sampling. The results
showed that the distribution of system audits was more than half of the bad category, which was
59.0% and the distribution of achievement of continuous quality improvement in Tampan Hospital was
more than half bad at 54.5%. The results of statistical tests show that there is a significant
relationship between the implementation of a system audit and the achievement of continuous quality
improvement (p value = 0,000 <α = 0.05).

Keyword: system audit, continuous quality improvement, quality standard

PENDAHULUAN bentuk pelayanan keperawatan. Bentuk


Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rumah pelayanan keperawatan yaitu dengan
sakit masih tergolong rendah (Andersson, memberikan perawatan yang lebih efisien dan
2013). Salah satu masalah yang terjadi adalah berkualitas (Andersson, 2013; Somatunga,
rendahnya sistem manajemen mutu pelayanan Sridharan, & Refai, 2015). Menjamin mutu
keperawatan. Mutu pelayanan kesehatan di pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan
rumah sakit terdiri dari 40 – 60% merupakan secara efektif, efisien dan aman, penerapan

103
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103-110 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

peningkatan mutu berkelanjutan merupakan meningkatkan isi dokumentasi keperawatan


strategi yang tepat (McLaughlin, Johnson, & menjadi kualitatif lebih berpusat pada pasien,
Sollecito, 2011). Istilah yang sering digunakan teliti dan logis sehingga peningkatan kualitas
dalam upaya peningkatan mutu berkelanjutan berkelanjutan dilaksanakan secara baik.
sering disebut dengan Continous Quality Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh
Improvement (CQI). Pratiwi, Hidayat, & Agustin, (2015),
menunjukkan bahwa proses pelaksanaan
Indikator Continous Quality Improvement sistem jaminan mutu melalui upaya
(CQI) memiliki peran sangat penting dalam peningkatan mutu secara berkelanjutan (CQI)
melaksanakan peningkatan mutu. Berbagai masih tergolong baik yaitu sebesar 62% dan
komponen inti CQI terdiri dari peningkatan upaya proses pengendalian mutu tersebut dapat
kualitas kolaboratif, Six Sigma, dan lain dilakukan melalui supervisi kepala ruangan
sebagainya. Keduanya mendekati prinsip, dan proses audit keperawatan.
metode, dan alat peningkatan kualitas yang
mirip dengan CQI (Brennan, McKenzie, Berdasarkan data cakupan pelayanan di
Whitty, Buchan, & Green, 2013). Pelaksanaan Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau
CQI di beberapa belahan dunia juga menjadi didapatkan data lama hari rawat pasien (length
masalah dalam pelayanan keperawatan. Di of stay atau LOS) yang tergolong rendah yaitu
Eropa dan Amerika, penelitian menunjukkan pada tahun 2016 menunjukkan rata-rata 20,5
bahwa penerapan CQI masih dalam tahap hari dimana standarnya rata-rata adalah 40
moderat dimana masing-masing data hari, dan data kejadian pasien pulang atas
menunjukkan di Eropa penerapan indikator permintaan sendiri (PAPS) dan keluarga yang
CQI masih 80% dan di Amerika sudah tinggi yaitu sebanyak 13 pasien selama tahun
mencapai 87% (Atem & Yella, 2009; Dana, 2016 dari jumlah total pasien sebanyak 1.641
2004; Derrick-mills, 2015). Sedangkan strategi pasien sepanjang tahun 2016. Data wawancara
yang dilakukan dalam upaya peningkatan CQI dengan kepala bidang keperawatan
adalah salah satunya dengan melakukan menyebutkan bahwa hasil audit menyatakan
peninjauan terhadap proses audit pelayanan 95% hasil audit baik yang dilaksanakan pada
keperawatan dan instansi pelayanan kesehatan. aspek pelaksanaan dokumentasi asuhan
Salah satu bentuk audit keperawatn terdiri dari keperawatan dan penerapan standar
audit sistem. Audit sistem bertujuan untuk operasional prosedur tindakan di ruangan.
mengevaluasi apakah suatu perusahaan sudah Rekomendasi hasil audit pada masing-masing
menggunakan standar yang sudah ditetapkan. aspek yaitu perlunya upaya perbaikan dan
Audit sistem digunakan untuk memeriksa penerapan standar praktik sesuai yang sudah
kelengkapan dokumentasi yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit. Hasil audit yang
dilakukan dengan standar prosedur yang sudah didapatkan disosialisasikan ke perawat
ditetapkan oleh suatu institusi. ruangan melalui kepala ruangan.

Sekitar 840 laporan audit tersedia, yang berisi Permasalahan yang juga muncul ditemukan
data tentang kekurangan dalam catatan bahwa dari 10 orang perawat yang
keperawatan, juga terkait dengan shift kerja. diwawancara didapatkan data bahwa 4 orang
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (40%) menyatakan kurang mendapat
(Mykkänen, Saranto, & Miettinen, 2012), penghargaan dalam melakukan pekerjaan yang
menunjukkan bahwa hasil audit terjadi baik dan 3 orang (30%) perawat belum mampu
peningkatan dari tingkat memuaskan ke tingkat melakukan inovasi tindakan praktik
yang sangat baik. Area pengembangan keperawatan yaitu berorientasi pada hasi-hasil
peningkatan mutu (quality improvement) penelitian terbaru dalam menyelesaikan
adalah dokumentasi kebutuhan keperawatan, masalah klien. 2 (dua) item diatas merupakan
dokumentasi dalam kaitannya dengan tujuan kategori dalam pelaksanaan peningkatan
yang ditetapkan dan dokumentasi efek dari berkelanjutan atau CQI. Sedangkan dari 10
metode membantu. Audit menunjukkan bahwa perawat yang diwawancara juga didapatkan
semua subarea dokumentasi meningkat data bahwa proses audit yang dilakukan
meskipun rencana pengembangan hanya menunjukkan bahwa 6 orang (60%) perawat
memperhatikan subarea tersebut. Dokumentasi menyatakan pelaksanaan audit mengarah pada
sesuai dengan proses keperawatan pelaksanaan dokumentasian keperawatan

104
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103-110 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Berdasarkan pertimbangan masalah diatas,


maka peneliti tertarik melakukan penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Ruang
yang bertujuan untuk menganalisis hubungan Rawat Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
pelaksanaan audit keperawatan dengan Riau. Teknik analisa data yang digunakan
pencapaian continous quality improvement di dalam penelitian ini adalah analisa data
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau univariat, analisa data bivariat dan analisa data
melalui penelitian kuantitatif dengan desain multivariat. Analisa data bivariat bertujuan
penelitian deskriptif Analitik dan pendekatan untuk mengidentifikasi hubungan variabel
cross sectional. audit keperawatan dan variabel CQI dengan
menggunakan uji statistik Chi-Square. Analisa
METODE multivariat bertujuan untuk mengidentifikasi
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif variabel dominan yang berhubungan dengan
dengan desain penelitian deskriptif Analitik pencapaian CQI dengan menggunakan uji
dan pendekatan menggunakan rancangan statistik binary logistic.
penelitian Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 157 orang . Teknik HASIL
sampling yang digunakan dalam penelitian ini Analisa Univariat
adalah Probability Sampling dengan Karakteristik perawat di RSJ Tampan Provinsi
pendekatan Proportional Random Sampling. Riau disajikan pada tabel 1 berikut
Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 123
orang perawat yang bertugas di Rumah Sakit
Jiwa Tampan Provinsi Riau.
Tabel 1.
Karakteristik responden (n=123)
Karakteristik Responden f %
Umur Responden
Remaja Akhir (17-25) 2 1,6
Dewasa Awal (26-35) 69 56,1
Dewasa Akhir (36-45) 32 26,0
Usia Pertengahan (46-55) 20 16,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 40 32,5
Perempuan 83 67,5
Pendidikan
D3 62 50,4
S1 60 48,8
S2 1 8
Status Pegawai
PNS 63 51,2
Kontrak 60 48,8
Masa Kerja
< 5 Tahun 49 39,8
≥ 5 Tahun 74 60,2

Gambar 1.
Distribusi Pelaksanaan Audit Sistem (n=123)

105
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103-110 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Gambar 2.
Pencapaian Continous Quality Improvement (n=123)

Tabel 2.
Hubungan pelaksanaan audit Sistem dengan pencapaian Continous Quality Improvement (n=123)
Pencapaian CQI
Audit Total Nilai
Baik Buruk OR
Sistem p
f % f % f %
Baik 48 94,1 3 5,9 51 100
128,0 0,000
Buruk 8 11,1 64 88,9 72 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa umur perawat 72 orang (59,0%). Audit sistem yaitu audit
sebagian besar adalah usia dewasa awal yaitu yang bertujuan untuk melakukan evaluasi
usia 26-35 tahun, berjenis kelamin perempuan, terhadap pelaksanaan standar asuhan
berpendidikan D3, status pegawai adalah PNS, keperawatan. Untuk itu seorang perawat harus
dan masa kerja ≥ 5 tahun. Gambar 1 dapat melakukan proses keperawatan dengan
menunjukkan bahwa distribusi pelaksanaan benar dan sesuai standar yang telah ditetapkan
audit sistem di RSJ Tampan sebagian besar mulai dari pengkajian data, diagnosis
kategori buruk. Gambar 2 menunjukkan keperawatan, perencanaan keperawatan,
distribusi pencapaian Continous Quality pelaksanaan serta evaluasi terhadap kegiatan
Improvement (CQI) di RSJ Tampan sebagian yang sudah dilakukan dimana semua ini sudah
besar buruk. Tabel 2 menunjukkan bahwa tergambar pada dokumentasi keperawatan
kategori CQI baik lebih tinggi pada audit yang seharusnya terlampir pada setiap
sistem yang baik dibandingkan audit sistem status/rekam medik penderita (Brown, Santilli,
yang buruk yaitu 94,1% berbanding 11,1%. & Scott, 2015).
Hasil uji statistic chi-square menunjukkan
bahwa nilai p = 0,000 < α = 0,05 artinya Ho Sesuai dengan hasil penelitian audit
ditolak sehingga ada hubungan yang bermakna keperawatan terdiri dari audit sistem pada
antara pelaksanaan audit sistem dengan dasarnya mempunyai peran yang sama dalam
pencapaian Continous Quality Improvement pelaksanaan audit keperawatan. Akan tetapi
(CQI) di RSJ. Tampan Propinsi Riau. Hasil proses pelaksanaan yang berbeda sehingga
analisa derajat Odd Ratio (OR) menunjukkan menimbulkan efek yang berbeda pula dalam
hasil 128,0 artinya pelaksanaan audit sistem proses pelaksanaannya (Harutyunyan &
yang baik mempunyai peluang sebesar 128 Ohanyan, 2016). Hasil penelitian menunjukkan
kali cenderung menyebabkan pencapaian masih dalam kategori buruk. Dengan demikian
Continous Quality Improvement (CQI) baik peneliti dapat menganalisis bahwa
dibandingkan dengan pelaksanaan audit sistem pelaksanakan yang dilakukan di RSJ Tampan
yang buruk. menurut penilaian dari perawat yang ada
bahwa pelaksanaan audit keperawatan belum
PEMBAHASAN terlaksana secara maksimal. Hal ini bisa
Gambaran Pelaksanaan Audit Sistem disebabkan karena proses audit yang dilakukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi belum adanya pedoman yang jelas tentang
pelaksanaan audit sistem di RSJ Tampan pelaksanaan audi keperawatan di RSJ Tampan,
sebagian besar kategori buruk yaitu sebanyak
106
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103-110 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dimana belum tersusunnya SOP yang baku mempelajari berbagai kasus kejadian dan
oleh bidang keperawatan. mencari serangkaian solusi yang berhubungan
dengan sistem. Pengukuran dilakukan bukan
Hal ini sesuai dengan pendapat dari (Johnson, untuk menyeleksi, memberi penghargaan
Jefferies, & Langdon, 2010) yang menyatakan ataupun hukuman (McLaughlin et al., 2011).
bahwa Standar Minimum tentang Audit
Dokumentasi Keperawatan menentukan hasil Proses implementasi sistem manajemen mutu
yang tepat untuk digunakan dalam akan efektif bila perencanaan, pelaksanaan,
dokumentasi keperawatan. Standar standar ini pemeriksaan dan perbaikan dijalankan oleh
memberikan arahan umum seperti audit kepala ruangan dengan baik dan akan lebih
terhadap; masalah pasien, intervensi baik lagi apabila kepala ruangan dengan
keperawatan dan hasil perawatan (Johnson et kepemimpinannya yang efektif dapat
al., 2010). Peneliti menganalisis bahwa proses mengontrol dan mengawasi perawat dalam
pelaksanaan audit keperawatan di rumah sakit melaksanakan tindakan keperawatan. Menurut
harus didukung dengan pemahaman dari teori kontingensi dan situasional menekankan
seluruh perawat yang ada diruangan. Sebagian bahwa pemimpin yang efektif adalah
besar perawat yang masih tingkat pendidikan pemimpin yang melaksanakan tugasnya
D.III dan usia perawat yang masih dewasa dengan mengombinasikan antara faktor
awal perlu pembinaan langsung dari pimpinan bawaan, perilaku dan situasi. Menurut
rumah sakit berupa peningkatan kompetensi Holander (dalam Marquis & Huston 2015),
perawat melalui sosialisasi terencana secara pemimpin yang efektif memerlukan
berkelanjutan maupun melaksanakan kegiatan kemampuan untuk menggunakan proses
pelatihan penyelesaian masalah, mempertahankan
kelompok secara efektif, mempunyai
Gambaran Pencapaian Continous Quality kemempuan komunikasi yang baik dengan
Improvement bawahannya, menunjukkan kejujuran dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi memimpin, kompeten, kreatif dan mampu
penerapan Continous Quality Improvement mengembangkan kelompok (Pratiwi et al.,
(CQI) di RSJ Tampan lebih dari setengahnya 2015). Peneliti menganalisis bahwa walaupun
kategori buruk yaitu 54,5%. Pelaksanaan CQI penting untuk memahami faktor-faktor yang
yang masih dalam rentang buruk menyebabkan memperluas penggunaan Continous Quality
proses pelayanan asuhan keperawatan di RSJ Improvement dan masalah yang mempengaruhi
Tampan akan menunjukkan penurunan kualitas peningkatan dalam perawatan kesehatan secara
sehingga pemenuhan aspek kepuasan pasien keseluruhan, lebih penting lagi adalah
akan terganggu dan tidak akan tercapai. meninjau kembali cara-cara yang berhasil
diterapkan agar dapat dipelajari oleh perawat
Dalam CQI, secara sistem, fokus CQI adalah
pada proses manajerial dan profesional yang Hubungan Pelaksanaan Audit Sistem
berkaitan dengan hasil akhir. CQI mendorong dengan Pencapaian CQI
keterlibatan dari seluruh personel pada proses Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji
untuk memberikan informasi yang relevan dan statistic chi-square didapatkan nilai p = 0,000
menjadikannya bagian dari pemecahan < α = 0,05 dan OR (odd ratio) 128,0 artinya
masalah. CQI juga menempatkan Ho ditolak sehingga ada hubungan yang
tanggungjawab setiap proses di tangan para signifikan antara pelaksanaan audit sistem
pelaksana yang terlibat langsung dengan dengan pencapaian Continous Quality
proses tersebut sehingga dapat meningkatkan Improvement (CQI). Hasil penelitian ini dijuga
tanggung jawab manajer keperawatan, dikaitkan dengan teori dalam penelitian
menghindari proses terjadinya kelalaian, (Tsaloglidou, 2009) yang menyatakan bahwa
pengaturan peran (fleksibilitas peran) dan meskipun audit mengarah pada peningkatan
meningkatkan tanggung jawab perawat kualitas perawatan, bahwa ia memiliki juga
pelaksana. Selain itu yang membuat CQI banyak keterbatasan. Hambatan utama untuk
berbeda adalah kepercayaan penuh terhadap mengaudit adalah waktu yang dibutuhkan
pembelajaran dan pembuatan keputusan yang untuk menyelesaikan siklus. Para profesional
berbasis fakta. Selain itu, setiap orang yang yang terlibat dalam audit mengeluh bahwa
terlibat dalam aktivitas CQI diharapkan dapat mereka tidak punya waktu untuk

107
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103-110 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

melakukannya dan juga bahwa mereka tidak Brennan, S., McKenzie, J. E., Whitty, P.,
dapat menemukan waktu untuk membahas Buchan, H., & Green, S. (2013).
perkembangannya. Continuous quality improvement:
effects on professional practice and
Audit keperawatan yang dilakukan oleh rumah healthcare outcomes. JohnWiley & Sons,
sakit adalah kegiatan evaluasi profesi secara Ltd., (10).
sistemik yang melibatkan mitra bestari (peer https://doi.org/10.1002/14651858.CD00
group) yang terdiri dari kegiatan peerreview, 3319.pub2.www.cochranelibrary.com
surveillance dan assessment terhadap
pelayanan keperawatan di rumah sakit Brown, A., Santilli, M., & Scott, B. (2015).
(Harutyunyan & Ohanyan, 2016). Hasil The internal audit of clinical areas: A
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pilot of the internal audit methodology
dilakukan oleh (Harutyunyan & Ohanyan, in a health service emergency
2016) yang menunjukkan bahwa pentingnya department. International Journal for
audit internal untuk mempertahankan Quality in Health Care, 27(6), 520–522.
implementasi sistem manajemen mutu dan https://doi.org/10.1093/intqhc/mzv085
peningkatan berkelanjutan lembaga pendidikan Dana, B. (2004). Continuous Quality
tinggi swasta. Pengenalan fungsi audit internal Improvement (CQI) Readiness
akan sangat membantu dalam kemajuan fungsi Assessment. American Health Care
audit internal sehingga meningkatkan sistem Association.
kontrol mutu internal dan meningkatkan sistem
manajemen kualitas internal. Umpan balik Derrick-mills, T. (2015). Understanding Data
yang didasarkan pada audit proses kunci yang Use for Continuous Quality
diidentifikasi dan kontrol dalam proses Improvement in Continuous Quality
tersebut akan sangat berharga untuk perbaikan Improvement : Conceptual Framework.
lebih lanjut. Peneliti menganalisis bahwa Urban Institute, 1–18.
proses peningkatan mutu berkelanjutan dengan
Harutyunyan, & Ohanyan. (2016). The Role
pencapaian mekanisme CQI dalam pelayanan
of Internal Audit in Continuous
keperawatan dapat dilakukan dengan proses
Improvement of Quality Management
audit sistem yang didukung dengan proses
Systems at Private HE Institutions: A
manajemen audit yang berkualitas pula.
Case Study of Eurasia International
University (Armenia). Journal of
SIMPULAN Business & Financial Affairs, 5(1), 1–
Pelaksanaan audit keperawatan terdiri audit
10. https://doi.org/10.4172/2167-
sistem di RSJ Tampan Provinsi Riau sebagian
0234.1000170
besar kategori buruk. Sedangkan pencapaian
Continous Quality Improvement (CQI) di RSJ Johnson, M., Jefferies, D., & Langdon, R.
Tampan Provinsi Riau sebagian besar kategori (2010). The Nursing and Midwifery
buruk. Ada hubungan pelaksanaan audit sistem Content Audit Tool (NMCAT): A short
dengan pencapaian CQI di RSJ Tampan nursing documentation audit tool.
Provinsi Riau. Journal of Nursing Management, 18(7),
832–845. https://doi.org/10.1111/j.1365-
DAFTAR PUSTAKA 2834.2010.01156.x
Andersson, A.-C. (2013). Quality
improvement in healthcare. Ugeskrift Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2015).
for laeger (Vol. 171). Leadership roles and management
https://doi.org/10.1080/00185868. functions in nursing. Research Gate.
2014.968493 https://doi.org/10.1017/CBO978110741
5324.004
Atem, T. I., & Yella, G. N. (2009).
Continuous Quality Improvement: McLaughlin, C. P., Johnson, J. K., &
Implementation And Sustainability. Sollecito, W. A. (2011). Implementing
Malardalens Hogskola; Institution for Continuous Quality Improvement in
Innovation, Design and Product Health Care, 392. Retrieved from
Development. https://books.google.
com/books?id=jJsgDAkKrnsC&pgis=1
108
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103-110 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Mykkänen, M., Saranto, K., & Miettinen, M. Retrieved from


(2012). Nursing audit as a method for http://www.who.int/patientsafety/worlda
developing nursing care and ensuring lliance/ea5513.pdf
patient safety. Nursing Informatics ... :
Proceedings of the ... International Wong, F. W. (2009). Chart audit: Stratrgies to
Congress on Nursing Informatics, improve quality of nursing
2012(18), 301. Retrieved from documentation. Journal for nurses in
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articl staff development. Diakses Dari
erender.fcgi?artid=3799087&tool=pmce Http://journals.lww.com/ jnsdonline/
ntrez&rendertype=abstract Abstract/2009/03000/Chart_ Audit__
Strategies_to_Improve_Quality_ of.1
Pratiwi, A., Hidayat, A. A., & Agustin, R. 5.aspx.
(2015). implementasi sistem manajemen
mutu pelayanan keperawatan melalui Yanti, R. I., & Warsito, B. E. (2013).
kepemimpinan mutu kepala ruangan. Hubungan Karakteristik Perawat,
Departemen of Nursing, Faculty of Motivasi, Dan Supervisi Dengan
Health Science, Muhammadiyah Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan
University of Surabaya, 1–10. Keperawatan. Jurnal Managemen
Somatunga, L., Sridharan, S., & Refai, M. Keperawatan, 1(2), 107–114.
(2015). Factors Influencing Continuous
Quality Improvement Programme In
Government Hospitals Of Sri Lanka.
Ijstr.Org, 4(6). Retrieved from
http://www.ijstr.org/final-
print/june2015/Factors-Influencing-
Continuous-Quality-Improvement-
Programme-In-Government-Hospitals-
Of-Sri-Lanka.pdf
Tsaloglidou. (2009). Does Audit Improve the
quality of care? Internasional Journal of
Caring Sciences, 2(2).

Viana, C. D., Bragas, L. Z. T. de, Lazzari, D.


D., Garcia, C. T. F., & Moura, G. M. S.
S. de. (2016). Implementation of
Concurrent Nursing Audit: an
Experience Report. Texto & Contexto -
Enfermagem, 25(1), 1–7.
https://doi.org/10.1590/0104-07072016
0003250014

Vmia. (2017). The Role of Internal Audit:


Risk Management in Clinical Areas.
Victoria Management and Inssurance
State Government.
https://doi.org/10.1080/
00405841.2013.829731

Whitebead, D. K., Weiss, S. A., & Tappen, R.


M. (2007). Essentials of Nursing
Leadership and Management.

WHO. (2002). Quality of care : patient safety


Report by the Secretariat. Fifty-With
World Health Assembly, (A55/13), 1–6.
109
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 2 Juni 2019, Hal 103-110 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

110

Anda mungkin juga menyukai