Anda di halaman 1dari 4

n i t e l u BUK B

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN Edisi II, April 2012

n a g n i s Bimb i n Tek

STANDAR INTERNASIONAL

RUMAH SAKIT

Akreditasi
Penyerahan Pelakat Apresiasi Workshop Bimbingan Teknis Akreditasi Rumah Sakit Standar Internasional (05/03)

elayanan Rumah Sakit dinilai belum dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan pasien, sehingga tidak jarang memunculkan masalah hubungan antara rumah sakit dengan pasien, atau tenaga kesehatan dengan pasien/keluarga. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, Kementerian Kesehatan telah telah melakukan berbagai upaya diantaranya melalui akreditasi rumah sakit. Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, dr. Chairul Radjab Nasution menyampaikan akreditasi RS merupakan pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan terhadap rumah sakit yang telah memenuhi standar yang ditentukan. Sejak tahun 2012, akreditasi RS mulai beralih dan berorientasi pada paradigma baru dimana penilaian akreditasi didasarkan pada pelayanan berfokus pada pasien. Keselamatan pasien menjadi indikator standar utama penilaian akreditasi baru yang dikenal dengan Akreditasi RS versi 2012 ini. Dalam standar Akreditasi RS versi 2012 mencakup standar pelayanan berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dan standar program MDGs,ungkap dr. Chairul saat acara Workshop Bimbingan Teknis Akreditasi Rumah Sakit dengan Standar Internasional (05/03). Workshop Bimbingan Teknis Akreditasi Rumah Sakit dengan Standar Internasional ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan komitmen Rumah Sakit dalam mencapai akreditasi International dengan narasumber/konsultan yang didatangkan langsung dari JCI. Kementerian Kesehatan telah melakukan sosialisasi standar Akreditasi versi 2012 di berbagai daerah. Workshop dan bimbingan teknis akreditasi dilakukan kepada Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota dan Rumah Sakit Umum Daerah. Diharapkan dengan sosialisasi, workshop dam bimtek ini yang berkepentingan dapat memiliki pemahaman yang baik tentang akreditasi yang baru dan secara teknis dapat mengisi self assestment instrument. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS menambahkan Kementerian Kesehatan juga memotivasi dan menfasilitasi beberapa Rumah Sakit Indonesia terakreditasi internasional. Melalui badan

akreditasi JCI (Joint Commission International). Pada proses bimbingan teknis tahap I sebanyak 7 rumah sakit yaitu RS Cipto Mangunkusumo, RS Sanglah Denpasar, RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Fatmawati Jakarta, RSUP H. Adam Malik Medan, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dan RSPAD Gatot Subroto. Selanjutnya tahap II, yaitu RSUP Kariadi Semarang, RSUP Hasan Sadikin, RS Jantung Harapan Kita, RSAB Harapan Kita, RSUP Persahabatan, dan RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Secara singkat beberapa upaya Kementerian Kesehatan dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yaitu penandatanganan Pakta Integritas 7 RS Model untuk melaksanakan akreditasi internasional, penyusunan Standar Akreditasi Rumah Sakit, penyusunan Instrumen Akreditasi RS versi 2012, bimbingan teknis Akreditasi Internasional 7 RS model tahap I dan 6 RS model tahap II. Juga melakukan sosialisasi standar dan instrument akreditasi, traning SDM rumah sakit oleh konsultan JCI untuk 7 RS model tahap I pada Maret 2012 serta launching Standar Akreditasi versi 2012 pada Rakor Direktorat Jenderal BUK dan Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2012 kemarin. Diharapkan 2 RS Pemerintah dapat meraih akreditasi International dari JCI pada akhir tahun 2012 dan berikutnya 5 RS Pemerintah pada tahun 2013. Sebagai rencana tindak lanjut dilakukan sosialisasi standar dan instrumen Akreditasi versi 2012, bimbingan teknis akreditasi 2012 dan bimbingan teknis akreditasi international (JCI). Lebih lanjut akan dikembangkan pula akreditasi Fasyankes lain diantaranya Puskesmas dan Balai Kesehatan.

Buletin BUK Edisi II

JAKARTA Kemenkes melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RSUD Pasar Rebo dan RS Mitra Keluarga Depok (07/05) terkait pemberitaan di media massa atas dugaan jual beli sampah medis. Saat sidak di RSUD Pasar Rebo, Dirjen BUK dr. Supriyantoro didampingi Kadinkes DKI Jakarta memeriksa tempat penghancuran limbah medis dengan menggunakan incinerator untuk membakar limbah medis seperti jarum suntik, sampah residu kasa dan sarung tangan yang dibakar hingga menjadi abu. Menurut Dirjen BUK, meskipun RSUD Pasar Rebo telah memiliki sistem pengolahan limbah, namun tidak menghilangkan kemungkinan dugaan terjadinya penyimpangan pengolahan limbah medis oleh oknum yang tidak bertanggungjawab "Sebenarnya sudah ada aturan yang jelas mengenai pengolahan limbah tertuang dalam Kepmenkes No. 1204/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Selain itu perlu ditingkatkan pengendalian di internal RS dan juga pengawasan dan pembinaan Dinkes DKI Jakarta harus lebih ditingkatkan,ungkap dr. Supriyantoro. Dinkes DKI Jakarta mengakui meskipun sudah meraih ISO, namun masih terdapat kekurangan pada wadah kotak sampah sehingga akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya terutama alur dan prosedurnya. Pemerintah akan melakukan teguran lisan, tertulis dan sanksi jika dalam pendalaman dan pemeriksaan lanjutan Dinkes DKI Jakarta, Rumah Sakit terbukti lalai dalam pengolahan limbah dan sampah medis. Sementara itu, Direktur RS Mitra Keluarga Depok menyampaikan bahwa Rumah Sakit telah memiliki sistem pengolahan limbah cair, sedangkan pengolahan limbah padat dilakukan oleh pihak ketiga. Untuk sampah non infeksius Rumah Sakit bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Pertamanan Kota Depok. Kemudian secara bersamaan dengan sidak Kemenkes, Balai Lingkungan Hidup telah melakukan pemeriksaan sampah pada setiap lantai dan kotak-kotak sampah di cek satu persatu. Dalam pemeriksaan itu, tidak ditemukan limbah medis bercampur dengan limbah domestik. Jadi limbah medis sejak awal hingga akhir sudah terpisah dari limbah domestik. RS Mitra Keluarga Depok merupakan rumah sakit pertama yang mendapat izin Walikota Depok dalam sistem penyimpanan sampah sementara. Urusan limbah rumah sakit tidak saja diawasi dan menjadi tanggung jawab jajaran kesehatan namun juga Kementerian Lingkungan Hidup beserta jajarannya dan instansi lain terkait. Kementerian Kesehatan menginstruksikan Dinas Kesehatan Kota Depok untuk melakukan pemeriksaan, pendalaman dan pembinaan terhadap pengolahan limbah medis rumah sakit,kata Dirjen BUK.

emenkes Sidak Rumah Sakit Terkait Limbah Medis

RAKONTEK

Pelayanan Kesehatan

Pusat Daerah upaya peningkatan

Bandung - Daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) menjadi prioritas nasional, mengingat berbagai masalah seperti adanya disparitas antar wilayah yang disebabkan kondisi geografis, iklim, luas wilayah. Hal ini berpengaruh pada masalah perekonomian, ketersediaan sumber daya manusia, pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, dll. Di sisi lain adanya masalah kedaulatan negara khususnya di wilayah perbatasan dengan negara tetangga, demikian sambutan yang disampaikan oleh Dirjen Bina Upaya Kesehatan, dr. Supriyantro, Sp.P, MARS pada acara Rapat Koordinasi Teknis (Rakontek) Pusat Daerah Pelayanan Kesehatan DTPK yang diselenggarakan tanggal 19 - 22 Maret 2012 di Bandung. Masalah kesehatan masyarakat di DTPK sampai saat ini masih memerlukan perhatian khusus agar masyarakat di wilayah tersebut dapat lebih mudah dijangkau dan menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas. Oleh karena itu, peningkatan pelayanan kesehatan pada masyarakat di DTPK merupakan salah satu program utama Kementerian Kesehatan yang tercantum dalam Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2010 2014. Beberapa program Kementerian Kesehatan yang telah dilaksanakan untuk mendukung kebijakan terkait dengan pelayanan kesehatan di DTPK antara lain : Jamkesmas, penempatan tenaga PTT, Desa Diaga, dukungan sarana prasarana, pengadaan obat, dll. Sedangkan program terobosan pada tahun 2010-2014 antara lain Jampersal, BOK, peningkatan akses pelayanan kesehatan / flying health care melalui Tim Pelayanan Kesehatan Bergerak, RS bergerak, Pengadaan Pusling Perairan dan Kendaraan Roda 4 Double Gardan, dll.

DTPK

Rumah sakit Terapung

Reorganisasi Kementerian Kesehatan tahun 2010 mengamanatkan pembinaan sarana pelayanan kesehatan berada di Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Dengan adanya RS dan puskesmas dibawah naungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan, perencanaan pelayanan di Kabupaten/Kota hendaknya dapat disinkronisasikan dengan baik oleh Dinkes Kabupaten/Kota, sehingga pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat dilaksanakan secara optimal. Propinsi sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Pusat dan koordinator wilayah hendaknya dapat berfungsi dengan baik terlebih dengan adanya Surat Edaran Bersama 3 Menteri tentang Peningkatan Efektifitas Penyelenggaraan Program dan Kegiatan Kementerian/ Lembaga di daerah serta Peningkatan Peran Aktif Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat. Diakhir sambutannya, dr. Supriyantoro, Sp.P,MARS berharap semua perencanaan terkait pembangunan sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten/Kota harus dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan Propinsi dan diusulkan kepada Kementerian Kesehatan mealui aplikasi e-planning. Sehingga perencanaan pengembangan pelayanan kesehatan di Propinsi dan Kabupaten/Kota dapat terjalin dengan baik

Buletin BUK Edisi II

Bantuan Ambulan dan Alat Kesehatan RSUD Blitar


Bantuan Ambulan Kementerian Kesehatan

BLITAR - Bersamaan dengan kunjungan kerja Wakil Presiden Budiono ke Blitar (21/2), Wakil Menteri Kesehatan Prof. Ali Gufron Mukti menyerahkan bantuan ambulan dan alat kesehatan kepada rumah sakit daerah di Blitar. Bantuan dari APBN itu berupa 1 ambulan dan paket alat kesehatan senilai Rp 16 milyar untuk RSUD Mardi Waluyo Blitar. Bantuan paket alat kesehatan sebesar Rp 6,5 milyar untuk RSUD Ngudi Waluyo dan 1 ambulan puskesmas keliling untuk Puskesmas Sutojayan Kabupaten Blitar. Dalam kesempatan itu, Wamenkes juga mengingatkan peran Pemerintah Daerah khususnya Rumah Sakit Daerah dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Selain menggunakan mekanisme Jamkesmas dan Jampersal yang merupakan anggaran Kementerian Kesehatan, harus dialokasikan juga anggaran daerah untuk sektor kesehatan sebesar 10

persen dari APBD sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Kesehatan. Bantuan Kementerian Kesehatan melalui dana Tugas Pembantuan dikhususkan untuk mengurangi angka kematian ibu bayi dengan program PONEK dan memperbaiki fasilitas peralatan ICU, PICU dan NICU. Juga peningkatan fasilitas gawat darurat dan tersedianya tempat tidur kelas III bagi pasien tidak mampu. Dalam kesempatan itu, Wakil Presiden beserta Ibu selain Wamenkes juga didampingi oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Saefullah Yusuf, Mendiknas Muhammad Nuh, dan dari Kementerian Kesehatan hadir pula Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan dr Chairul Radjab Nasution. Pak Budiono rombongan berkeliling di lingkungan rumah sakit dan mendapat penjelasan mengenai pelayanan kesehatan RSUD Mardi Waluyo.

Tingkatkan Pelayanan Rumah Sakit dengan Akreditasi


JAKARTA Tujuh RS Pemerintah ditargetkan akhir tahun 2012 mencapai akreditasi Internasional oleh badan akreditasi JCI (Joint Commission International), diantaranya RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Fatmawati Jakarta, RSUP H. Adam Malik Medan, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dan RSPAD Gatot Subroto. Akreditasi internasional penting dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan standar International, sekaligus sebagai penyelamat devisa negara. Berdasarkan data dari Bank Dunia tahun 2004, bahwa devisa Indonesia yang keluar untuk pasien yang berobat ke luar negeri sekitar Rp 70 triliun. Jumlah devisa itu diperkirakan bertambah hingga lebih dari Rp 100 triliun per tahun. Jumlah yang cukup signifikan, sehingga pemerintah merasa perlu untuk melakukan tindakan, oleh karena itu kita memotivasi tujuh RS Pemerintah untuk segera terakreditasi secara internasional agar pelayanannya sesuai dengan standar internasional sehingga dapat menekan laju pasien yang berobat ke luar negeri, ungkap Dirjen BUK, dr. Supriyantoro. dr. Supriyantoro mengungkapkan bahwa pasien yang berobat ke luar negeri bukan mencari rumah sakit yang memiliki gedung yang bagus tetapi karena pelayanan rumah sakit yang lebih bagus, seperti komunikasi hubungan dokter
Kunjungan Ruang VIP anak RSUP Soeradji Tirtonegoro Kelaten

dengan pasien yang baik. Saat ini Kemenkes sedang berupaya meningkatkan pelayanan rumah sakit sesuai dengan standar internasional melalui akreditasi internasional. Direktur BUK Rujukan, dr. Chairul Radjab Nasution menambahkan akreditasi ini menambah keuntungan bagi peningkatan pelayanan rumah sakit. Sebagai contoh, standar cuci tangan bagi para dokter, pemakaian masker bedah harus sesuai dengan ketentuan. Jadi jangan anggap enteng untuk cuci tangan tidak cukup untuk membasuh tangan dengan air dan sabun, tetapi sudah ada mekanisme yang mengatur cara mencuci tangan. Dengan akreditasi ini maka semua harus memenuhi standar ketentuan internasional,tambah dr. Chairul. Dirjen BUK menegaskan pemerintah menjamin akreditasi Internasional rumah sakit sebagai upaya peningkatan pelayanan rumah sakit kepada pasien dan tidak akan menaikkan tarif pelayanan.

Buletin BUK Edisi II

Workshop SELPUNCA
P
erkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan yang maju pesat maka dikembangkanlah Sel Punca, sedangkan yang dimaksud Sel Punca adalah sel tubuh manusia dengan kemampuan istimewa memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self regenerate/self renewal) dan mampu berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Kegunaan Sel Punca bagi umat manusia untuk masa yang akan datang sangat menjanjikan karena dapat menyembuhan penyakit serta memulihkan kesehatan melalui upaya transpalasi. Transpalasi yang dimaksud adalah transpalasi jaringan biologi atau jaringan tubuh manusia. Jaringan biologi - berasal dari jaringan manusia yang didermakan oleh donor hidup maupun jenazah yang bebas dari berbagai penyakit dan virus seperti HIV, Hepatitis B atau C, Tuberkolosis, Syphilis dan penyakit menular lain agar tidak menularkan kepada pasien yang menerimanya (respien), contoh jaringan biologi ialah jaringan tulang, kulit, tendon, katup jantung, kornea mata, jantung, lever, otak, jaringan amnion dll. Bank jaringan adalah suatu organisasi atau usaha non profit yang bertujuan untuk menggumpulkan, memproses, mengawetkan, menyimpan, mensterilkan serta mendistribusikan jaringan biologi seperti tulang, kulit, tendon dan jaringan amnion guna keperluan klinik. Dinamakan bank jaringan karena jaringan selalu tersedia jika diperlukan. Pelayanan Bank Jaringan merupakan pelayanan multi disiplin yang melibatkan multi profesi karena itu harus dikelolah sesuai standard dan pedoman untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, aman dan bertanggung jawab. Keberadaan Bank Jaringan di Indonesia terutama di RS Pendidikan Rujukan Kelas A dan B yang memiliki dokter spesialis keahlian di jaringan.. Sudah banyak pihak yang berminat mendirikan Bank jaringan Sel Punca kearah komersial di Indonesia, tidak masalah tetapi harus sesuai standar yang ditentukan dan sesuai ke ilmuan. Pokja telah menyusun standar bank sel punca darah tali pusat. Pengaturan Bank Sel punca Darah Tali Pusat ini sangat mendesak dalam rangka perlindungan bagi pasien yang akan menyimpan darah tali pusatnya pada bank-bank tersebut. Standar ini lebih dispesifikan pada Bank Sel Punca Darah Tali Pusat (Umbillical Cord Blood Bank). Di dunia internasional, hal ini baru dimulai selama 13 tahun. Tetapi Belum ada evidence bahwa penyimpanan sel punca darah tali pusat ini akan efektif dalam jangka waktu lama. Dalam standar ini mengatur 10 (sepuluh) hal teknis mengenai bank sel punca seperti tercantum dalam ruang lingkup. Aspek keperdataan yang penting adalah mengenai pasien, fasilitas pelayanan dan bank. Bahwa setiap klien yang menyimpan darah tali pusat ini harus menyetujui setelah diberi penjelasan mengenai efektifitas penyimpanan dan resiko yang mungkin terjadi. Komite Nasional sel Punca menyatakan bahwa Bank Sel Darah Tali Pusat tidak bisa mengikuti ketentuan dalam Permenkes 833 Tahun 2009 (tentang Pedoman Penyelenggaraan Medis Sel Punca) karena ada beberapa hal khusus yang berbeda dengan penyelenggaraan bank sel punca secara umum. Aspek hukum yang penting adalah mengenai pemanfaatan sel punca. Pihak yang akan menandatangani informed consent adalah ibu, sebagai pemilik darah tali pusat. Mengenai pemanfaatan juga harus ada persetujuan dari ibu. Untuk resipien harus dijelaskan mengenai prosedur pemanfaatan. Jika suatu bank sel punca sudah mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan, maka sebagai institusi pemberi izin Kementerian Kesehatan akan turut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pelayanan dalam bank yang telah diberikan izin. Bank sel Punca darah tali pusat yang sudah mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan, dalam hal penyimpanannya dilakukan di indonesia, tidak boleh dibawa ke luar negeri.

Bagian Hukormas, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Tlp/Fax : 021-5277734 e-mail : humas.buk@gmail.com

Redaksi

Pembina Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Pemimpin Redaksi Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Wakil Pemimpin Redaksi Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas Redaktur Pelaksana Anjari (Kepala Sub Bagian Humas) Kontributor Eti Ekawati SH MH, Ani Mindo Ch. SE, Auliyana Zahrawani SKM, Pelita Apriany SKM, Sufermi Sofyan, Desi Syetiani S.Sos, Inu Wisnujati. S.Kom, Sekretariat Drs. Ahmad Haryanto, Denny Sugarna, Meidina Terianawati,ST, Layout Rachmat Fathoni S,Sos

Buletin BUK Edisi II

Anda mungkin juga menyukai