Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PADA PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

ESI YOLANDA

FARADILLA SILVIANA

FEBI SARWINDA

ISRA EGA ADELLA

MARYANTO

M. SUFIAN

MEGAWATI

NINDY

RENALDI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI DII KEPERWATAN
2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas
kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan
kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat
dibuktikan dengan adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi
aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi
klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan
loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua
anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi
antar anggota dan bukan hanya antara ketua dan anggota.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.

2. Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
4. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual
yang biasa dilakukannya.

2
5. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan
dengan cara patuh minum obat.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan unutk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi
ini, perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang berlangsung atau perilaku
kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan)(Keliat &Akemat, 2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).

2. Penyebab Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya
misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

4
3. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a) Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem
saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi
HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
b) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
c) Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan

4. Tanda dan gejala:


a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
c) Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
d) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
e) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat,
2010)

5
5. Akibat dari Perilaku Kekerasan
Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan
resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang menyebabkan
frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan melawan seseorang
melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia menunjukkan
perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala:
a) Memperlihatkan permusuhan.
b) Mendekati orang lain dengan ancaman.
c) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
d) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
e) Mempunyai rencana untuk melukai.

6. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.


a. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan
tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat
menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.
c. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari, suatu
tuntutan nyata.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
e. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
f. Bunuh diri.

6
7. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan
Keliat dkk. (2010) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu:
a. Tindakan Keperawatan
1) Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul
barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur.
2) Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga,
Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan
nafas.
3) Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang
menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
b. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

C. SESI YANG DIGUNAKAN


Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi,
yaitu:
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan.
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial.
Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual.
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat.

D. KLIEN
1. Karakteristik/Kriteria
a. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama
dengan perawat.

7
b. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan
perawat.
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK PK, meliputi :
menjelaskan tujuan TAK PK pada klien, rencana kegiatan kelompok,
dan aturan main dalam kelompok.

E. KRITERIA HASIL
 Evalusi Struktur
a. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
 Evalusi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
 Evalusi Hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
a. Memperkenalkan diri
b. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.

8
c. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.
d. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
e. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.

F. PENGORGANISASIAN
 Sesi 1 : Mengoper Bola
 Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa/11 Februari 2020
Waktu : 08.30 WIB s/d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit) Terapi kelompok

(25 menit) Penutup (10 menit)

Tempat :
Jumlah klien : 5 orang

 Tim Terapis
1. Leader:
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
2. Co-leader:
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
3. Observer:
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara.

9
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
4. Fasilitator:
1) .
2) .
3)
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
5. Pasien :
1) A
2) .
3) .
4) .
5) .
 Metode dan Media
1. Alat:
1) Whiteboard
2) Spidol
3) Speaker
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan klien
2. Metode:
1) Individu
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Permainan

10
 Sesi 2 : Menyambung Lagu
 Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Waktu : 08.30 WIB s/d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit) Terapi kelompok

(25 menit) Penutup (10 menit)

Tempat :
Jumlah klien :
 Tim Terapis
6. Leader:
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
7. Co-leader:
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
8. Observer:
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara.
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
9. Fasilitator:
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.

11
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
10. Pasien :

 Metode dan Media


3. Alat:
6) Whiteboard
7) Spidol
8) Speaker
9) Buku catatan dan pulpen
10) Jadwal kegiatan klien
4. Metode:
4) Individu
5) Diskusi dan tanya jawab
6) Permainan

12
 Sesi 3 : Tebak Gambar
 Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Waktu : 08.30 WIB s/d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit) Terapi kelompok

(25 menit) Penutup (10 menit)

Tempat :
Jumlah klien :
 Tim Terapis
1. Leader:
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
2. Co-leader:
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
3. Observer:
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
4. Fasilitator:
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.

13
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
5. Pasien :

 Metode dan Media


5. Alat:
1) Whiteboard
2) Spidol
3) Kartu Bergambar
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan klien
6. Metode:
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Permainan

 Sesi 4 : Undian doa atau ayat


 Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Waktu : 08.30 WIB s/d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit) Terapi kelompok

(25 menit) Penutup (10 menit)

Tempat :
Jumlah klien :

14
 Tim Terapis
1. Leader:
Uraian tugas:
4) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
5) Memimpin jalannya terapi kelompok.
6) Memimpin diskusi.
2. Co-leader: Renaldi
Uraian tugas :
5) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
6) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
7) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
8) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
3. Observer:
Uraian tugas :
3) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
4) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
4. Fasilitator:
Uraian tugas :
7) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
8) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
9) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
10) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
11) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
12) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
5. Pasien :
 Metode dan Media
7. Alat:
6) Whiteboard
7) Spidol

15
8) Undian doa atau ayat
9) Buku catatan dan pulpen
10) Jadwal kegiatan klien
8. Metode:
7) Individu
8) Diskusi dan tanya jawab
9) Bermain peran/simulasi

 Sesi 5 : Tebak Kalimat/Kata


 Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Waktu : 08.30 WIB s/d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit) Terapi kelompok

(25 menit) Penutup (10 menit)

Tempat :
Jumlah klien :

 Tim Terapis
1. Leader:
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
2. Co-leader: Untung Wahyuni
Uraian tugas :
9) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
10) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
11) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
12) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
3. Observer:

16
Uraian tugas :
5) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
6) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
4. Fasilitator:
Uraian tugas :
13) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
14) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
15) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
16) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
17) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
18) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
5. Pasien :

 Metode dan Media


9. Alat:
11) Whiteboard
12) Spidol
13) Headset dan Hp
14) Kertas
15) Papan ujian
16) Beberapa kalimat yang menyangkut patuh minum obat
17) Jadwal kegiatan klien
10. Metode:
10) Dinamika Kelompok
11) Diskusi dan tanya jawab
12) Permainan

17
BAB 3
PROSES PELAKSANAAN

I. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan


Tujuan:
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
Keterangan:

: Leader

: Co Leader

: Observer

: Fasilitator

: Pasien
Langkah Kegiatan:
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1. Salam teraupetik

18
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan
nama)
3) Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)
2. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
3. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan tempat, harus minta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja
Klien duduk melingkar dan nyaman, kemudian musik akan diputarkan dan
bola harus di putarkan, ketika musik berhenti maka kalien yang memegang
bola akan diberikan pertanyaan tentang :
a. Penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
c. Perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard

19
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan..
e. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tuliskan di papan tulis / whiteboard
f. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
g. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan
akibat perilaku kekerasan
h. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan
4. Jika klien dapat menjawab pertanyaan maka klien akan diberikan reward.
4. Tahap Terminasi
Evaluasi :
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
Tindak lanjut :
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta
akibat perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

5. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan
yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan

20
gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
Memberi Tanggapan Tentang
Mempraktekkan
Nama Penyebab Tanda &
No. Perilaku Akibat cara mengontrol
klien PK gejala
kekerasan PK PK dengan nafas
PK
dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika
tidak mampu.
Dokumentasi:
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
21
jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di
rumah sakit.

II. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan
3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Sound musik
2. Papan tulis
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Individu
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi validasi

22
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab;
tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
b) Menjelaskan aturan main berikut:
1. Klien Bersedia mengikuti TAK
2. Berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum atau merokok
selama pelaksanaan TAK
4. Jika ada klien yang ingin meninggalkan tempat, harus minta izin
kepada terapi
5. Lama kegiatan 45 menit
6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
Melakukan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja
dengan permainan sederhana yaitu diputarkan musik, saat musik di
berhentikan klien harus dapat menyambung musik tersebut, jika klien dapat
menjawab maka klien mendapatkan reward, jika klien tidak dapat
menjawab maka klien akan di berikan pertanyaan:
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.
1. Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa
silakukan oleh klien.
2. Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul
kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola,senam, memukul
gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.
e. Terapis mempraktekkan.

23
f. Klien melakukan redemontrasi.
g. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran
kemarahan.
h. Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan.
3. Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai
hasil tiap sesi.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

5.Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan
yang di harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara
fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik

24
Mempraktekkan cara fisik yang Mempraktekkan cara
No Nama klien
pertama fisik yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.

Petunjuk :
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik
untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-)
jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum
mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktekkan di ruang rawat (buat jadwal).

III. Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan Sosial


Tujuan:
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
Seting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

25
Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Kartu bergambar
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi /Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang akan meninggalkan tempat, harus meminta
izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

26
3. Tahap kerja
a. Menunjukkan kartu bergambar kepada klien (kartu dalam keadaan
tertutup)
b. Klien dipersilahkan untuk memilih kartu dan boleh membuka kartu yang
dipilih.
c. Klien akan menebak gambar yang tertera pada kartu, jika benar klien
akan diberikan reward.
d. Setelah menebak gambar, terapis mendiskusikan cara bicara jika ingin
meminta sesuatu pada orang lain.
e. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
f. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu,”
Sayaperlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk....”.
g. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin c.
h. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
i. Memberikan pujian pada peran serta klien.
j. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya
tidak menerima dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.
k. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin d.
l. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
m. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.

27
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif secara teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan
harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan
ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan social
Memperagakan Memperagakan Mamperagakan cara
No Nama Klien cara meminta cara menolak mengungkapkan
tanpa paksa yang baik kekerasan yang baik
1.
2.
3.
4.
5.

Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara social: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
28
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan
tanda (х) jika klien tidak mampu.
Dokumentas:
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

IV. Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual


Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Undian doa atau ayat
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Individu
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama

29
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang akan meninggalkan tempat, harus meminta
izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Klien dapat menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
c. Jika beragama islam maka klien harus menggambil undian yang
disediakan, jika non muslim klien juga harus mengambil undian yang
disediakan.
d. Setelah undian di berikan, klien dapat membacakan doa yang tertera
pada kertas, begitupun jika klien adalah non muslim klien dapat
membacakan ayat yang tertera pada kertas.
e. Jika klien dapat menjawab maka klien akan diberikan reward.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut

30
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku
kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
teratur.
2. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang
diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir
evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan
No Nama klien
ibadah pertama ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.

Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
31
Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan
tanda (х) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).

V. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi


Obat
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Headset dan hp
3. Kertas
4. Papan ujian
5. Jadwal kegiatan klien
6. Beberapa kalimat atau kata yang menyangkut patuh minum obat

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

32
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Klien terdiri dibagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri
dari 2 orang.
b. Salah satu klien akan memakai headset, dan satu klien akan memberikan
kalimat atau kata yang harus di jawab oleh klien yang memakai headset
c. Jika klien berhasil menebak minimal 2 kata atau kalimat klien akan
diberikan reward.
d. Satu sesi terdiri dari 5 kalimat atau kata.
e. Setelah satu sesi selesai maka klien selanjutnya yang akan menebak
kalimat atau kata yang diberikan.

33
f. Setelah itu, terapis dan klien dapat mendiskusikan tentang waktu minum
obat yang biasa dilakukan klien.
g. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
h. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
i. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
j. Berikan pujian pada klien yang benar.
k. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat
di whiteboard).
l. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat
di whiteboard).
m. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/ kambuh.
n. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh.
o. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
p. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang

34
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi:
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
dengan patuh minum obat.
Menyebutkan Menyabutkan Menyebutkan
No Nama klien lima benar keuntungan akibat tidak patuh
minum obat minum obat minum obat
1.
2.
3.
4.
5.

Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan
tanda (х) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan.
35
Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan
keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien
mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan
minum obat, dan akibat tidak minum obat

36

Anda mungkin juga menyukai