Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


Pada klien dengan : PERILAKU KEKERASAN
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu :

Lia Novianty., S.Kep.,Ners.M.Kep

Disusun Oleh :

Dimas Sahputro Diva Lyzzetiani

Ela Handayani Majeda Eva

M. Fauzi Putik Ananda

Ridwan Firdaus Saripah

Shintia Anugrah Terriana Putri

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI

2022/2023
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)PADA PASIEN
DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PENDAHULUAN
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(stuart dan laraia, 2001). Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi
pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menenmukan cara
menyelesaikan masalah.
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah
gangguan sensori persepsi: Halusinasi dan merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan
asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk
mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi
dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas
kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan
spiritual
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh
minum obat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang
lain atau lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal
(NANDA, 2016). Risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu
risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for
other-directed violence).
2. Penyebab
Perilaku kekerasan Menurut (Keliat, 2011) penyebab Risiko
Perilaku Kekerasan ada dua faktor antara lain :
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif, masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dan dianiaya.
Seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu
mengendalikan frustasi tersebut maka, dia meluapkannya
dengan cara kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering melihat kekerasan di rumah atau di luar
rumah, semua aspek ini memancing individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya

3
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasifagresif)
dan kontrol social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima
(permisive).
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik,
lobusfrontal, Lobustemporal dan ketidakseimbangan
neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan
atau interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan
fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang
lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya
manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin
akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung,
lekas marah, dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
3. Gejala marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang
menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu

4
bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada
pasien dalam keadaan marah diantaranya sebagai berikut :
a. Fisik
Mata melotot,/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
c. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
d. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
e. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
f. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran.
g. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksua

4. Perilaku marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

5
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan
marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu
perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri pasien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada
pasien marah untuk melindungi diri antara lain :
a. Sublimasi: menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda
yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.
c. Resepsi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk kealam sadar. Misalnya: seseorang anak yang sangat benci

6
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut
ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia
4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya
karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
C. JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan Risiko
perilaku kekerasan, yaitu
1. Hari/Tanggal : Rabu/14 September 2022
2. Waktu : Pkl. 09:00 – selesai
3. Alokasi waktu :
a. Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
b. Terapi kelompok (30 menit)
c. Penutup (5 menit)
4. Tempat : Gedung F Stikes Sukabumi
5. Jumlah Klien : 4 oranga
Tim Terapi :
a) Leader : Ridwan Firdaus
Uraian tugas :
1. Menyiapkan proposal kegiatan TAK

7
2. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3. Menjelaskan permainan.
4. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan
memperkenalkan dirinya.
5. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan
tertib
6. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
b) Co-leader : Putik Ananda Eka Putri
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika terhalang tugas
c) Observer : Majeda Eva Alkatiri
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat, dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok
d) Fasilitator : Diva, Saripah, Dimas Sahputro
Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi, perasaan setelah kegiatan
3. Mengatur posisi kelompok untuk melaksanakan kegiatan
4. Membimbing selama permainan diskusi
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
e) Setting tempat :

P P

8
P P

Keterangan :
: Leader P : Pasien
: Co Leader : Observer
: Fasilitator

D. Kriteria Klien
1. Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan yang sudah kooperatif
2. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Klien bisa tulis dan baca
4. Klien yang bersedia mengikuti TAK
E. Antisipasi Masalah
1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, perawat memberi kesempatan
kepada setiap peserta untuk BAB dan BAK
2. Fasilitator memotivasi peserta yang tidak berpartisipasi
3. Menjaga pintu keluar unuk mengantisipasi klien melarikan diri dari
tempat kegiatan

9
TATA TERTIB
1. Peserta dan therapist harus hadir 10 menit sebelum acara dimulai
2. Bagi peserta yang akan pergi ke toilet, beri kesempatan sebelum acara
dimulai
3. Selama kegiatan berlangsung,semua anggota kelompok tidak
diperbolehkan meninggalkan ruangan
4. Selama kegiatan berlangsung kemua kelompok tidak menganggu
anggota lainnya
5. Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak
diperkenankan makan, minum dan merokok
6. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengacungkan
tangan dan berbicara apabila dipersilahkan oleh leader
7. Setiap anggota tidak diperkenankan meninggalkan sebelum acara
dimulai.

10
F. Proses Pelaksanaan
 Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
a) Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab
kemarahannya.
2. Klien dapa ien dapat menyebutkan respons yang dirasakan
saat marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah
(prilaku kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
b) Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c) Alat :
1. Kertas HVS
2. Buku catatan dan pulpen
3. Sound music
4. Nametag
d) Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
e) Langkah Kegiatan :
1. Persiapan :
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif
b.Membuat kontrak dengan klien Membuat kontrak
dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam teraupetik :
a) Salam dari terapis kepada klien.

11
b) Perkenalkan Perkenalkan nama panggilan
panggilan terapis terapis kepeda klien (pakai
papan nama).
c) Menanyakan nama panggilan semua klien (beri
papan nama).
b.Evaluasi /validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan masalah yang dirasakan
c) Kontrak :
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal
perilaku kekerasan yang biasa dilakuk
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Menjelaskan aturan main berikut :
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
o Lama kegiatan 45 menit.
o Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard whiteboard
b. Mendiskusikan tanda Mendiskusikan tanda dan gejala
dan gejala yang dirasakan yang dirasakan klien saat
klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum
perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh
penyebab (tanda dan gejala)
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/wh hart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan,

12
menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/wh hart/whiteboard
d. Mendiskusikan dampak/akibat peri at perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tuliskan di papan tulis /flipchart/wh hart/whiteboard
e. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
f. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien
terlibat
g. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku
kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan
h. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari car ari
cara baru yang sehat menghadapi kemarahan
4. Tahap Terminasi
1) Evaluasi :
a. Terapis menanyakan perasaan klien sete an perasaan
klien setelah mengik lah mengikuti TAK.
b. Memberikan reinforcement positif terhadap
terhadap perilaku perilaku klien yang positif.
2) Tindak Lanjut :
a. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika
terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala,
perilaku perilaku kekerasan kekerasan yang terjadi,
terjadi, serta akibat perilaku perilaku kekerasan.
b.Menganjurkan klien mengingat penyebab,
penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
akibatnya yang belum diceritakan.
3) Kontrak yang akan datang :
a. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
b.Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

13
f) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda
dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 TAK
Stimulasi Perilaku
No. Nama Klien Penyebab PK Perilaku Akibat
Kekerasan perilaku
marah
1.
2.
3.
4.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan kl ilan klien yan ien yang ikut TAK
pada ko pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klie uk tiap klien, beri peni n, beri penilaian
tenta an tentang kema ng kemampuan meng an mengetahui
penyebab penyebab perilaku perilaku kekerasan,
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, dirasakan,
perilaku perilaku kekerasan kekerasan yang dilakukan
dilakukan dan akibat perilaku perilaku kekerasan,
kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda (+) jika mampu
dan beri tanda (-) jika tidak mampu.
g) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada TAK pada catatan proses keperaw catatan proses keperawatan

14
tiap atan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab
perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang),
mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-
degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja),
akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik
nafas dalam.

 Sesi 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Secara Fisik


a) Tujuan :
1) Klien dapat menyebutkan kegiatan fisi an fisik yang
biasa dilak a dilakukan klien
2) Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
3) Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang
dapat mencegah perilaku kekerasan
b) Setting :
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.
2) Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat :
1) Kasur / kantong tinju/ gendang
2) Papan tulis/ flipchart/ witheboard
3) Buku catatan dan pulpen
4) Jadwal kegiatan klien
d) Pengorganisasian :
1) Leader
2) Co-leader
3) Observer
4) Fasilitator
e) Metode: 1. Dinamika kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab 3.
Bermain peran/ stimulasi

15
f) Langkah kegiatan:
1) Persiapan :
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang tela ien
yang telah ikut sesi 1..
b.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi :
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis pada pasien
 Klien dan terapis pakai papan nama
b.Evaluasi /validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menyanyakan apakah ada kejadian perilaku
kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu secara fisik
untuk mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit Lama kegiatan 45
menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
3) Tahap Kerja :
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakuk sa
dilakukan oleh klien
 Tanyakan rumah tangga, harian dan olahraga
yang biasa dilakukan klien
 Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b.Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan
untuk menyalurkan kemarahan secara sehat : tarik

16
napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal,
menyikat kamar mandi, main bola, senam,
memukul bantal pasir tin bola, senam, memukul
bantal pasir tinju dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat
dilakukan.
d.Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang
dipilih
 Terapis mempraktikan
 Klien melakukan redemonstrasi
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan
cara an cara penyaluran kemarahan
f. Upayakan semua klien berperan aktif
4) Tahap Terminasi :
a. Evaluasi :
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
b) Menanyakan ulang cara baru yang sehat
mencegah perilaku kekerasan
b.Tindak Lanjut :
a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang
telah dipelajari jika stimulus penyebab
perilaku kekerasan
b) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara
yang telah dipelajari
c) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang :
a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain,
yaitu interaksi sosial yang asertif
b) Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
5) Evaluasi

17
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 2,
kemampuan yang di harapkan adalah 2 kemampuan
mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir
evaluasi sebagai berikut :
Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
No. Nama Klien Menyebutkan cara fisik Mempraktekkan
Menyebutkan cara fisik cara menarik
mencegah perilaku kekerasan napas dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan
mempraktekkan 2 cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-) jika
klien tidak mampu.
6) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses proses keperawatan keperawatan tiap klien. Contoh:
klien mengikuti mengikuti sesi 2 TAK stimulasi stimulasi persepsi
persepsi perilaku perilaku kekerasan, kekerasan, klien mampu
mempraktekkan mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum

18
mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu
klien mempraktekkan di ruang bantu klien mempraktekkan di ruang
rawat (buat jad rawat (buat jadwal).

 Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Sosial


a) Tujuan :
1) Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan
tanpa memaksa
2) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit
hati tanpa kemarahan
b) Seting :
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat :
1) Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2) Buku catatan dan pulpen
3) Jadwal kegiatan klien
d) Metode :
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran / simulasi
e) Langkah kegiatan :
1) Persiapan
 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut
sesi 2
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a. Salam terapeutik :
1. Salam dari terap i terapis kepada klien
2. Klien dan terapis terapis pakai papan nama
b.Evaluasi /Validasi :

19
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah,
tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan
3. Tanyakan apakah kegia kah kegiatan fisik
untu tan fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak :
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara
sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada yang akan meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
 Lama kegiatan 45 menit. Lama kegiatan
45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
3) Tahap Kerja
1. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin
meminta sesuatu dari orang lain.
2. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
3. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu
tanpa paksaan yaitu,” Sayaperlu/ingin/minta....,
yang akan saya gunakan untuk....”.
4.Memilih dua orang klien secara bergilir
mendemonstrasikan ulang cara pada poin C
5. Ulangi D sampai semua klien mencoba.
6. Memberikan pujian pada peran serta klien.
7. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan
menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain,
yaitu,”Saya tidak dapat melakukan...” atau ”Saya

20
tidak menerima dikatakan .....” atau ” Saya kesal
dikatakan seperti...”.
8. Memilih dua orang klien secara bergilir
mendemonstrasikan ulang cara pada poin d.
9. Ulangi h sampai semua klien mencoba
10. Memberikan pujian pada peran serta klien.
Memberikan pujian pada peran serta klien.
4) Tahap Terminasi
a. Evaluasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
melakukan TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan
perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas
jawaban yang benar.
b. Tindak Lanjut :
1) Menganjurkan klien menggunakn kegiatan
fisik dan interaksi sosial yang asertif, jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik
dan interaksi sosial yang asertif secara
teratur.
3) Memasukkan in ukkan interaksi sosial yang
asertif pada jadwal kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang :
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang
lain yaitu kegiatan ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK be at
TAK berikutnya.
5) Evaluasi

21
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3,
kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah
perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 3: TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Social
NO. Nama Memperagakan Memperagakan Memperagakan cara
Klien cara meminta cara menolak menggunakan
tanpa memaksa yang baik kekerasan yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
Petunjuk :
1. Tulis nama pa nama panggilan kli lan klien yang ikut TAK p t
TAK pada kolom nama kli ama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan
mempraktikkan pencegahan pencegahan perilaku perilaku
kekerasan kekerasan secara social : meminta meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan
dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika
klien tidak mampu.
6) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan

22
mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang
rawat (buat jadwal)

 Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Kegiatan Spiritual


a. Tujuan : Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
b. Setting :
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat :
1) Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2) Buku catatan dan pulpen
3) Jadwal kegiatan klien
d. Metode :
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/ stimulasi
e. Langkah Kegiatan :
1) Persiapan
 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ik ng telah
ikut sesi.
 Menyiapkan alat dan tempat.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik :
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis pakai papan nama
b) Evaluasi/ validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini.
 Menanyakan apakah ada penyebab marah,
tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.

23
 Tanyakan apakah kegiatan fisik dan dan
interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c) Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan
ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang akan meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit. Lama kegiatan 45
menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
3) Tahap Kerja
a) Menanyakan agama dan kepercayaan masi an masing-
masing klien.
b) Mendiskusikan ibadah yang biasa dilakukan masing˗masing
klien.
c) Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d) Meminta klien untuk memilih satu kegiatan atan ibadah.
e) Meminta klien mendemonstrasikan rasikan kegiatan ibadah
yang dipilih.
f) Memberikan pujian pada penampilan klien.
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban
yang benar.
b) Tindak Lanjut :

24
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik,
interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi
2) Menganjurkan klien melatih melatih kegiatan fisik
interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah
secara teratur
c) Kontrak yang akan datang :
1) Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu
minum obat teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan beri muan
berikutnya.
f) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4,
kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan
ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai
berikut :
Sesi 4 : TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Kegiatan Spiritual
No. Nama Klien Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan
ibadah pertama kegiatan ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
Petunjuk:
1. Tulis nama pa nama panggilan kli lan klien yang ikut TAK p t TAK
pada kolom nama kli ama klien

25
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan pencegahan perilaku perilaku kekerasan kekerasan secara
social : meminta meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu
g) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien
mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).

 Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh


Mengonsumsi Obat
a. Tujuan
1) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2) Klien menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum
obat
3) Klien menyebutkan lima benar cara minum obat
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2) Buku catatan dan pulpen
3) Jadwal kegiatan klien
4) Beberapa contoh obat
d. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan

26
1.Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut
sesi.
2.Menyiapkan alat dan tempat menyiapkan alat dan
tempat
2) Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b.Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah,
tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apaka akan apakah kegiatan fis h
kegiatan fisik dan intera ik dan interaksi sosi
ksi sosial yang aserti al yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujua an tujuan kegiatan yaitu
petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang akan
meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
3) Tahap kerja

27
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien :
nama dan warna (upayakan tiap klien
menyampaikan).
b.Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa
dilakukan dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil A dan B.
d.Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar
obat, benar waktu minum obat, benar orang yang
minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum
obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g.Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum
obat(catat di whiteboard).
h.Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur
minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu
salah satu cara mencegah perilaku kekerasan/
kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian kerugian jika tidak
patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k.Minta klien menyebutkaan kembali keuntungan
patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum
obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
4) Tahap terminasi
1) Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK.

28
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan
perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas
jawaba yang benar.
2) Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan
kegiatan fisik, interaksi sosial sosial asertif
kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat pada jadwal
kegiatan harian klien.
3) Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku
kekerasan dan disepakati jika klien perlu TAK yang
lain.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan kemampuan klien
sesuai dengan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat,
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
No. Nama Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan
Klien lima benar keuntungan akibat tidak patuh
minum obat minum obat minum obat
1.
2.

29
3.
4.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan pencegahan perilaku perilaku kekerasan kekerasan secara
sosial: sosial: meminta meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.
g. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang puan yang dimiliki klien
pada klien pada catatan proses catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan keuntungan
minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat
dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima
benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum
obat, dan akibat tidak minum obat.

30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi
adalah Pasien dilatih mempersiapkan Stimulus yang disediakan
atau Stimulus yang pernah dialami. Tujuan dari Terapi Aktivitas
untuk memantau dan meningkatkan Hubungan Interpersonal antar
anggota. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan atau
Alternatif Penyelesaian masalah. (Maulana, hernawati &
Syalahuddin, 2021).
Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan
resiko perilaku kekerasan adalah dengan Terapi Aktifitas
Kelompok Stimulasi Persepsi, dimana TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok pasien dengan Resiko perilaku
kekerasan. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan,
dan menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif
(Keliat & Akemat, 2015).
Setelah mendapatkan terapi aktivitas kelompok resiko
perilaku kekerasan, pasien terapi aktivitas kelompok di yayasan
pemenang jiwa sumatera utara terjadi peningkatan pengetahuan,
pemahaman tentang cara mengontrol resiko perilaku kekerasan dan
tahu bagaimana cara melakukannya. Peningkatan pengetahuan
diketahui bahwa pasien mampu mengingat sp 1 - 5 dari permainan
terapi aktivitas kelompok.
B. Saran
Diharapkan bagi Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi
persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan

31
masalah gangguan jiwa khususnya pasien Resiko Perilaku
Kekerasan karena menurut hasil penelitian (Putri, 2017). TAK
Stimulasi persepsi yang diberikan pada Pasien Resiko perilaku
kekerasan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan mengenal dan mengontrol resiko perilaku kekerasan
baik secara fisik maupun secara social.

32
DAFTAR PUSTAKA

Husna, Hilyati, et al. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan. [Online] [Cited: Setember 13, 2022.] https://
TAK%20KELOMPOK%205.pdf.

YUNIK DEWANTI, NI PUTU. 2020. PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK. [Online] 2020. [Cited: September 13, 2022.] http://proposal-tak-
resiko-perilaku-kekerasan_compress.pdf.

33

Anda mungkin juga menyukai