Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan

keperawatan Perilaku Kekerasan”, tugas ini dibuat sebagai salah satu tugas mata

kuliah Keperawatan Jiwa I pada semester empat.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing Keperawatan Jiwa I “Agus Jabir S.Kep, Ns. ,M.Kes” dan kepada seluruh

pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa apa yang dituangkan dalam tugas ini masih jauh dari kata

sempurna sebab itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan demi

menyempurnakan tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dan institusi di

Stikes Nusantara Jaya Makassar.

Makassar, 07 Mei 2019

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang

stress berat membuat orang marah bahkan kehilanagan control kesadaran diri,

misalnya memaki-maki orang di sekitarnya, membanting barang, menciderai

diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda motor.

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah

sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai

bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga atau orang lain,

merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang

paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh

keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga

selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan

kesehatan tentang cara merawat klien (manajeman perilaku kekerasan)

Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku

kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit

umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan

keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya

2
dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan

keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses keperawatan.

B. Tujuan

Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan

perilaku kekerasan.

C. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian dari perilaku kekerasan ?

b. Apa Penyebab dari perilaku kekerasan ?

c. Jelaskan mekasnisme terjadinya perilaku kekerasan ?

d. Jelaskan rentang respon dari perilaku kekerasan ?

e. Sebutkan faktor penyebab pada perilaku kekerasan ?

f. Sebutkan tanda dan gejala dari perilaku kekerasan ?

g. Sebutkan pohon masalah pada perilaku kekerasan ?

h. Bagaimana penatalaksanaan pada perilaku kekerasan ?

i. Buatlah Asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi perilaku kekerasan

Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan

seseorang sebagai kebiasaannya. Kekerasanya itu sering juga disebut gaduh-

gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain

secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan,

dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Perilaku

kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau

mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku

tersebut (Purba dkk, 2008).

Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan

secara fisik, psikologis, spiritual. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda

dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen

(Purba dkk, 2008).

Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan, yang

tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat

membayangkan merusak lingkungan.

B. Etiologi Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu

tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai

4
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai

perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal

mencapai keinginan.

Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai

tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia

merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu

dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya

misalnya kekerasan. Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu

mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak

terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak

berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah dan sebagainya.

Akibatnya klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi

mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan

suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang

lain dan lingkungan.

C. Mekanisme terjadinya Perilaku Kekerasan

Menurut Iyus Yosep (2009) kemarahan diawali oleh adanya stressor yang

berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit,

hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari

lingkungan seperti ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu,

penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan

kehilangan atau gangguan pada sistem individu (disruption and loss). Hal

5
yang terpenting adalah bagaimana individu memaknai setiap kejadian yang

menyedihkan atau menjengkelkan tersebut (personal meaning).

Bila seseorang memberi makna positif, misalnya kemacetan adalah waktu

untuk beristirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising

adalah melatih persyarafan telinga maka ia akan dapat melakukan kegiatan

secara positif (compensatory act) dan tercapai perasaan lega (resolution). Bila

ia gagal dalam memberikan makna menganggap segala sesuatunya sebagai

ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif misalnya olahraga,

menyapu atau baca puisi saat ia marah dan sebagainya. Maka akan muncul

perasaan tidak berdaya dan sengsara (helplessness). Perasaan itu akan memicu

timbulnya kemarahan (anger). Kemarahan yang diekspresikan keluar

(epressed outward) dengan kegiatan yang konstruktif dapat menyelesaikan

masalah. Kemarahan yang diekspresikan dengan kegiatan destruktif dapat

menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (guilt). Kemarahan yang

dipendam akan menimbulkan gejala psikomatis (painfull symptom).

Perasaan marah norma terjadi pada setiap individu, namun perilaku yang

dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfungsi sepanjang rentang

adaptif dan mal adaptif.

6
Kegagalan dapat menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon adaptif dan

melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan

menetang merupakan respon yang mal adaptif, yaitu agresif = kekerasan

perilaku I menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu :

a) Asertif, mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan

merasa lega.

b) Frustasi, merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang

tidak realistis.

c) Pasif, diam saja karena tidak mampu mengungkapkan perasaan yang

sedang dialami.

d) Agresif, memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati

orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat

melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak

melukai orang lain.

e) Kekerasan, sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku

kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,

memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan, dan yang paling

7
berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu

mengendalikan diri.

D. Faktor penyebab pada perilaku kekerasan

a) Faktor predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor

predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku

kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :

a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang

kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang

tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolah, dihinam dianiaya atau

sanksi penganiayaan.

b. Perilaku, reinforce yang diterima pada saat melakukan kekerasan,

sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua

aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif

agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan

akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima

(permissive).

d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,

lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan

dalam terjadinya perilaku kekerasan.

b) Faktor prespitasi

8
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi

dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),

keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi

penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan

yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan

orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab

lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat memicu perilaku

kekerasan.

E. Manifestasi klinis perilaku kekerasan

adapun tanda dan gejala dari perilaku kekerasan sebagai berikut :

a. Muka merah dan tegang

b. Pandangan tajam

c. Mengatupkan rahang dengan kuat

d. Mengepalkan tangan

e. Jalan mondar-mandir

f. Bicara kasar

g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

h. Mengancam secara verbal atau fisik

i. Melempar atau memukul benda/orang

j. Merusak barang atau benda

k. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan

9
F. Penatalaksanaan dari perilaku kekerasan

a) Farmakoterapi

a. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)

b. Obat anti depresi, amitriptyline

c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam

d. Obat anti insomnia, phneobarbital

b) Terapi modalitas

a. Terapi keluarga. Berfokus pada keluarg dimana keluarga membantu

mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian.

b. Terapi kelompok. Berfokus pada dukungan dan perkembangan,

keterampilan sosial atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain

untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah sebagian orang

merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.

c. Terapi musik. Dengan musik klien terhibur dan bisa membantu klien

untuk lebih rileks dan mengendalikan emosi.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

2. Keluhan utama

cepat tersinggung dan ingin mengamuk, emosi labil

3. Faktor Predisposisi

 Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang

berhasil dalam pengobatan

 Pernah mengalami aniaya fisik penaolakan dan kekerasan dalam

keluarga

 Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter

 Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menggangu

4. Pemeriksaan fisik

Pada saat marah tensi biasanya meningkat

5. Psikososial

 Genogram

Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa pada komunikasi klien terganggu

begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh

11
 Konsep diri

a) Gambaran diri : klien mengeluh dengan keadaan

tubuhnya,ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai

b) Identitas klien : klien biasanya tidak puas dengan status dan

posisinya baik sebelum maupun ketika dirawat tapi klien

biasanya puas dengan statusnya sebagai laki-

laki/perempuan

c) Peran diri : klien menyadari peran sebelum sakit,saat

dirawat peran klien terganggu

d) Harga diri : klien biasanya memiliki harga diri rendah

sehubungan dengan sakitnya

e) Ideal diri : klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang

tidak terpenuhi

 Hubungan sosial

Klien kurang dihargai dengan keluarga dan lingkungan

 Spritual

a) Nilai dan keyakinan

Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai

dengan norma dan budaya

b) Kegiatan ibadah

12
 Status mental

1) Penampilan

Biasanya penampilan diri yang tidak rapi,tidak cocok/serasi

dan berubah dari biasanya

2) Pembicaraan

Pembicaraan cepat/keras

3) Aktivitas motorik

Meningkat,klien biasanya terganggu dan gelisah

4) Alam perasaan

Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor

presipitasi misalnya : sedih dan putus asa

5) Efek

Efek klien biasanya sesuai

6) Interaksi selama berwawancara

Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang

tampak bermusuhan dan muda tersinggung.

7) Persepsi

Klien dengan perilaku kekerasan biasannya tidak memiliki

kerusakan persepsi

13
8) Proses fikir

Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun

pembicaraan logis.

9) Isi pikir

Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan

latar belakang budaya klien

10) Tingkat kesadaran

Biasanya klien tidak mengalami disorentasi terhadap orang

tempat dan watktu

 Aspek medis

Obat yang diberikan pada klien dengan perilaku kekerasan

biasanya diberikan antipsikotik seperti : CPZ,TFZ,THP

14
6. Analisa data

15
B. Pohon masalah

C. Diagnosa keperawatan pada perilaku kekerasan

a. Resiko mencederai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan

b. Perilaku kekerasan kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

D. Intervensi keperawatan pada Perilaku Kekerasan

a) Resiko mencederai diri b.d perilaku kekerasan

Tujuan : klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya

b. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Tindakan :

a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan

b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal

16
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien

dengan sikap tenang

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

Tindakan :

a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat

jengkel/kesal

b. Observasi tanda perilaku kekerasan

c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami

klien

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Tindakan :

a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan

b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Tindakan :

a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan

b. Bersam klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap

kemarahan

Tindakan :

17
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat

b. Diskusikan cara lain yang sehat

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan

Tindakan :

a. Bantu memilih cara yang pailng tepat

b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih

c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih

d. Beri reward positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi

e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui

pertemuan keluarga

b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuia program)

Tindakan :

a. Diskusikan dengan klien tentang obat

b. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

c. Anjurkan untuk membicrakan efek dan efek samping obat yang

dirasakan

18
b) Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan : klien tidak melakukan kekerasan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki

Tindakan :

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b. Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien

c. Utamakan pemberian pujian yang realitis

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri

sendiri dan keluarga

Tindakan :

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah

pulang ke rumah

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai

kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan

b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan

19
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

b. Beri pujian atas keberhasilan klien

c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

klien

b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah

d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan seara fisik baik terhadap diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu

akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan

perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana

agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi lain :

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

a. Menyerang atau menghindar

b. Menyatakan secara asertif

c. Memberontak

B. Saran

Perawat hendaknya menguasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam

mengatasi masalahnya.

Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku

kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnosa, perencanaan,

intervensi dan evaluasi.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34368570/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DE

NGAN_RISIKO_PERILAKU_KEKERASAN

https://www.academia.edu/11519924/LAPORAN_PENDAHULUAN_PK

https://www.academia.edu/11519924/LAPORAN_PENDAHULUAN_PK

https://www.academia.edu/35885123/Perilaku_Kekerasan

https://www.academia.edu/23067133/LAPORAN_KASUS_ASKEP_JIWA_RPK

23

Anda mungkin juga menyukai