Anda di halaman 1dari 8

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN PADA SYSTEMIC LUPUS

ERITEMAOUS (SLE)

DISUSUN OLEH :

ANGGITA NUR OKTAVIANI (19058)

FARISA HUMAIRA (19071)

FITRIYANI (19073)

MEGA SUCI FITRIA (19085)

SERLI RAMAYANDINI (19100)

KELAS :

AKPER 2B

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA


I. PENGERTIAN
A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan
harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat lebih
memberikan kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan bantuan. Secara
umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa
nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena
kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan
tidak nyaman pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada
pasien (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

B. Pengertian lupus
Penyakit lupus merupakan penyakit sistem daya tahan, atau penyakit autoimun,
dimana terjadi pembentukan antibodi pada tubuh seseorang terhadap jaringannya
sendiri karena terganggunnya fungsi sistem imun, maksudnya adalah sistem
imuntubuh yang seharus berfungsi melawan kuman dan benda asing, mengalami
kelainan hiperaktif sehingga justru menyerang sel, jaringan dan organ tubuh sendiri
yang sehat. Jadi semacam senjata makan tuan.
Organ tubuh yang sering dirusak adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, paru, otak,
dan sistem pembuluh darah. Semakin lama proses perusakan terjadi, semakin berat
kerusakan tubuh. Jika penyakit lupus melibatkan ginjal, dalam waktu lama fungsi
ginjal akan menurun dan pada keadaan tertentu memang diperlukan cuci darah.
Penyebab penyakit lupus belum diketahui secara pasti, agaknya disebabkan
kombinasi berbagai faktor seperti genetik, hormon, infeksi, dan lingkungan. Terjadi p
enyimpangan pada sistem kekebalan yang pada mulanya sistem kekebalan tidak bisa
membedakan teman dan musuh, kemudian “teman teman” sendiri (sel -sel
tubuh/organsendiri) dianggap sebagai musuh, sehingga dibuat zat anti terhadap sel-
sel tersebut, kemudian zat anti ini menyerang sel-sel tubuh.organ sendiri tersebut.
Akibatnya serangan ini menimbulkan kerusakan-kerusakan pada organ tersebut.

C. Gangguan Rasa Nyaman


a. Definsi gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional (SDKI PPNI,
2016).
b. Penyebab gangguan rasa nyaman:
1) Gejala penyakit
2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3) Ketidakadekuatan sumber daya
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi)
c. Faktor yang berhubungan
a. Gejala terkait penyakit
b. Sumber yang tidak adekuat
c. Kurang pengendalian lingkungan
d. Kurang privasi
d. Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
Mengeluh tidak nyaman
Objektif: Gelisah
e. Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1) Mengeluh sulit tidur dan mengeluh lelah
2) Tidak mampu rileks
3) Mengeluh kedinginan/kepanasan
4) Merasa gatal
5) Mengeluh mual
Objektif:
1) Menunjukkan gejala distres
2) Tampak merintih/menangis
3) Pola eleminasi berubah
4) Postur tubuh berubah
5) Iritabilitas
f. Kondisi klinis terkait:
1) Penyakit kronis dan Keganasan
2) Distres psikologis, Kehamilan (SDKI PPNI, 2016).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamananan.


1. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan
mempengaruhikeamanan dan kenyamanan
2. Status mobilitas
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaranmenurun
memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan persepsi sensory Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan
yangberbahaya sepertigangguan penciuman dan penglihatan
4. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehinggamudah
terserang penyakit
5. Tingkat kesadaran Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap
rangsangan
6. Lingkungan

II. ETIOLOGI SLE


Sampai saat ini penyebab SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) belum diketahui,
Diduga ada beberapa paktor yang terlibat seperti faktor genetik, infeksi dan lingkungan
ikut berperan pada patofisiologi SLE (Sistemik Lupus Eritematosus). Sistem imun tubuh
kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri.
Penyimpangan dari reaksi imunologi ini dapat menghasilkan antibodi secara terus
menerus. Antibodi ini juga berperan dalam kompleks imun sehingga mencetuskan
penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan dalam fatogenesis
melibatkan gangguan mendasar dalam pemeliharaan self tolerance bersama aktifitas sel
B, hal ini dapat terjadi sekunder terhadap beberapa faktor :
1. Efek herediter dalam pengaturan proliferasi sel B
2. Hiperaktivitas sel T helper
3. Kerusakan pada fungsi sel T supresor
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus :
1. Infeksi
2. Antibiotik
3. Sinar ultraviolet
4. Stress yang berlebihan
5. Obat-obatan yang tertentu
6. Hormon
Lupus seringkali disebut penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh pria.
Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita, meskipun kali
sering ditemukan pada wanita. Faktor hormonal yang menyebabkan wanita sering
terserang penyakit lupus daripada pria. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa
sebelum menstruasi atau selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormone
(terutama esterogen) mungkin berperan dalam timbulnya penyakit ini. Kadang-kadang
obat jantung tertentu dapat menyebabkan sindrom mirip lupus, yang akan menghilang
bila pemakaian obat dihentikan.
III. PATOFISIOLOGI SLE
Patofisiologi Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti
oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduksi) dan lingkungan
(cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obatan tertentu seperti hidralazin,
prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan disamping
makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa
kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan
terjadi akibat fungsi sel T supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan
kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang
selanjutnya terjadi serangan antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
Kerusakan organ pada SLE didasari pada reaksi imunologi. Reaksi ini menimbulkan
abnormalitas respons imun didalam tubuh yaitu :
1) Sel T dan sel B menjadi otoreaktif
2) Pembentukan sitokin yang berlebihan
3) Hilangnya regulasi kontrol pada sistem imun, antara lain :
- Hilangnya kemampuan membersihkan antigen di kompleks imun maupun
sitokin dalam tubuh
- Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis
- Hilangnya toleransi imun : sel T mengenali molekul tubuh sebagai antigen
karena adanya mimikri molekuler.
Akibat proses tersebut, maka terbentuk berbagai macam antibodi di dalam tubuh yang
disebut sebagai autoantibodi. Selanjutnya antibodi-antibodi yang tersebut membentuk
kompleks imun. Kompleks imun tersebut terdeposisi pada jaringan/organ yang akhirnya
menimbulkan gejala inflamasi atau kerusakan jaringan.
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
b. Riwayat keperawatanan.
a. Riwayat penyakit sekarang :
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososialyang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dankelangsungan hidup klien.
Keamanan yang ada dalam lingkunganini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yangakan mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
b. Riwayat penyakit dahulu:
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/ bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasisecara langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyamanklien
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguanrasa aman
dan nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakitmaka klien akan beresiko
terkena penyakit
c. Pemeriksaan fisik
Ukur suhu dan dokumentasikan adanya demam. Observasi kulit untuk
ruam malar (ruam yang berbentuk seperti kupu-kupu di pipi); lesi diskoid pada
wajah, kulit kepala atau leher; perubahan pada pigmentasi kulit; atau jaringan
parut Dokumentasikan alopesia. Inspeksi rongga mulut terhadap ulkus / ulserasi
yang tidak terasa nyeri dan sendi untuk edema. Ukur tekanan darah, karena
hipertensi dapat terjadi akibat terpengaruhnya ginjal. Auskultasi paru; suara nafas
tambahan dapat ditemukan jika sistem pulmonal terpengaruh. Palpasi sendi,
observasi area nyeri tekan (pada SLE, gangguan abdomen lebih umum ditemukan
pada anak daripada orang dewasa).

Anda mungkin juga menyukai