Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ISOS Menarik Diri (Pasien dan Keluarga)


(tugas ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Keperawatan Jiwa)
Dosen pengampu : Agus Mulyadi S.Kep., Ns., MM

Disusun oleh :
Ade Fitra Mutiara Caesar (P1337421019076)
22/2B

PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Jl. Dewi Sartika N0 01 RT 001 RW 001 Debong Kulon, Tegal
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KASUS (Masalah Utama)
Isolasi sosial

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
- Isolasi sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu
dan dirasakan sebagai yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai
suatu keadaan negatif. (Towsend, 1998).

- Isolasi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi


dengan orang lain dengan cara menghindari hubungan dengan orang
lain (Rawlins, 1993).

- Isolasi sosial merupakan suatu sikap di mana individu menghindari


diri dari interaksi dengan orang lain.Individu merasa bahwa ia
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan,pikiran,prestasi,atau kegagalan.(Balitbang,2007)

- Isolasi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang


terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibelyang
menimbulkan perilaku maladatif dan mengganggufungsi seseorang
dalam hubungan sosial.(Depkes RI,2000)

2. Rentang Respon
Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif

- - -
- - -
- -
- -

3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Kurang / tidak adanya sentuihan kasih sayang, perhatian, kehangatan
atau keluarga akan mengakibatkan rasa tidak aman sehingga
kemampuan berhubungan tidak kuat yang berakhir dengan menarik
diri.
2) Faktor biologis
Faktor genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
3) Faktor sosial budaya
Faktor ini merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
b. Faktor presipitasi (pencetus)
1) Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
berhubungan, misalnya keluarga labil (broken home), keluarga yang
dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.

4. Tanda dan Gejala


- Apatis
- Ekspresi wajah sedih
- Afek tumpul
- Menghindar dari orang lain (menyendiri)
- Komunikasi kurang
- Menunduk
- Berdiam diri di tempat yang terpisah
- Menolak berhubungan dengan orang lain
- Tidak percaya pada orang lain
- Percaya diri kurang
- Kurang spontan
- Aktifitas menurun
- Mengisolasi diri
- Asupan makanan dan minuman terganggu

5. Akibat
- Perubahan persepsi sensori
- Gangguan komunikasi verbal
- Penurunan moptivasi perawatan diri
(Ilmu kedokteran jiwa, W. F. Maramis, 1990)
III. A. POHON MASALAH
Perubahan sensori perseptual (Halusinasi penglihatan) ---- Effect
orang lain dan lingkungan

Isolasi sosial : Menarik diri ------------------------------------ Core Problem

Gangguan konsep diri : harga diri rendah ------------------- Causa

B. Masalah Keperawatan
1. Perubahan sensori perseptual (halusinasi penglihatan)
DS: Klien mengatakan melihat bayangan genderuwo
DO: - Klien berbicara sendiri
- Klien suka menyendiri
- Klien bersikap seperti melihat sesuatu
- Konsentrasi rendah
2. Isolasi sosial : Menarik diri
DS: Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
DO: - Suka menyendiri
- Suka melamun
- Tidak mau berkomunikasi
- Apatis
- Tidak percaya pada orang lain
- Menghindar dari pergaulan orang lain
- Menunduk saat diajak bicara
3. Isolasi sosial : menarik diri
DS: “Suara – suara itu sering datang saat saya menyendiri”
DO: - Klien menyendiri di suatu tempat
- Menghindari dari pergaulan dengan orang lain
- Menunduk saat diajak berbicara
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi (halusinasi penglihatan) berhubungan dengan
isolasi sosial : Menarik diri
2. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

V. Rencana Tindakan Keperawatan


DP 1 : Perubahan sensori perseptual (halusinasi penglihatan) berhubungan
dengan isolasi sosial : menarik diri.
Tujuan Umum : Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus : Klien dapat :
1. Membina hubungan saling percaya.
- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
- Perkenalkan diri dengan sopan.
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Jujur dan menepati janji.
2. Menyebutkan penyebab menarik diri
- Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain.
- Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
3. Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
- Diskusikan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4. Melakukan hubungan sosial secara bertahap.
- Lakukan interaksi yang sering dan singkat dengan klien.
- Motivasi atau temani klien untuk berinteraksi.
- Tingkatkan interaksi klien secara bertahap.
5. Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
- Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan setelah berhubungan
dengan orang lain.
- Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
- Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
6. Mendapat dukungan keluarga berhubungan dengan orang lain.
- Dorong klien untuk mengutarakan perasaan tentang keluarga.
- Jelaskan pada keluarga tentang kebutuhan klien.
- Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan baik dengan klien
melalui kunjungan.
7. Menggunakan obat dengan benar.
- Diskusikan dengan klien dosis, frekuensi dan manfaat obat yang diminum.
- Anjurkan klien untuk minum obatnya.
- Anjurkan klien bicara dnegan dokter tentang manfaat dan efek samping
obat.
- Diskusikan akibat berhenti minum obat.
- Diskusikan prinsip 5 benar dalam mengkonsumsi obat.
DP II : Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain.
Tujuan Khusus :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
- Sapa klien dengan ramah.
- Kenalkan diri dan berjabat tangan.
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Tunjukkan sikap empati.
- Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
- Utamakan memberi pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat menetapkan, merencanakan kegiatan sesuai dengan kemamuan
yang dimiliki.
- Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
- Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
- Beri pujian atas keberhasilan klien.
- Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada (Health Education
Keluarga)
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN
Masalah : Isolasi Sosial: Menarik Diri
Pertemuan ke I (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data Obyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Tujuan
a. Pasien mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
b. Pasien mampu mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
c. Pasien mampu mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
d. Pasien mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara berkenalan,
kemudian memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
SP I P
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
b. Identifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
c. Identifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Ajarkan pasien cara berkenalan
e. Bimbing untuk memasukkannya dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum wr.wb. Bu, perkenalkan nama saya Lailul Muna, Ibu
bisa memanggil saya Mbak Muna. Saya mahasiswa STIKES
Muhammadiyah Kendal yang bertugas pada pagi hari ini. Saya disini akan
membantu menyelesaikan masalah yang Ibu hadapi. Kalau boleh tau nama
Ibu siapa ya?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini ?”
“Apakah ibu masih sering menyendiri ?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
perasaan ibu dan kemampuan yang ibu miliki? Apakah ibu
bersedia?”
“Tujuananya agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus
ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain”
2) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 10


menit saja?”
3) Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ?


Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?”
2. Kerja
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? Siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang
bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? Oh, ibu merasa sendirian?
Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini?”
 “Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?”
 “Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang  lain?”
 ”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa
ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi
banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ibu belajar
bergaul dengan orang lain?”
”Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita belajar berkenalan dengan orang
lain?”
“Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita
dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
Lailul Muna, senang dipanggil Muna. Asal saya dari Kendal, hobi memasak”
“Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/Hobinya
apa?”
“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan
dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi ?”
2) Evaluasi Obyektif
“Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan
dengan orang lain!”
b. Rencana Tindak Lanjut
”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang
lain.”
”Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya ibu?
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya, mau jam berapa saja
latihannya ?”
“Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan
bantuan, tulis B dan bila tidak melakukan tulis T”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu bersedia?”
2) Waktu
“Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam
08.00 WIB selama 15 menit?”
1) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang
tamu saja?”
“Baiklah sampai jumpa besok bu, Wassalamualaikum wr.wb.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN


Masalah : Isolasi Sosial: Menarik Diri
Pertemuan ke II (dua)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data Obyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Tujuan
Pasien mampu berkenalan dengan dua orang atau lebih, kemudian
memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
SP II P
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
c. Membimbing pasien untuk memasukkannya kedalam jadwal

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum bu. Apakah Ibu masih ingat dengan saya?”
“Hebat. Ibu masih ingat nama saya.”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini?”
“Apakah masih ada perasaan kesepian? Bagaimana semangatnya untuk
bercakap-cakap dengan teman?”
“Apakah ibu sudah mulai berkenalan dengan orang lain?”
“Bagaimana perasaan ibu setelah mulai berkenalan?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan
bagai mana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar
ibu semakin banyak teman. Apakah ibu bersedia?”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 10
menit saja?”
4) Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ?


Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?”
2. Kerja
“Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas
di ruangan Dewa Ruci, ibu bisa memulai berkenalan”.
“Apakah ibu masih ingat bagaimana cara berkenalan?” (beri pujian jika pasien
masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara
berkenalan)
“Nah silahkan ibu mulai” (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat
lain) “Wah bagus sekali ibu, selain nama, alamat, hobi apakah ada yang ingin
ibu ketahui tetang perawat C dan D?” (bantu pasien mengembangkkan topik
pembicaraan)
“Wah bagus sekali!”
“Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini? “
“Bagaimana kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan
siang di ruang makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap
dengan teman yang lain.”
“Mari bu (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan
dengan teman ibu. Oh, tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu
(jika pasien diam dapat dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan bagaimana
cara menyusun piring di atas meja kepada teman ibu? “
“Apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu, apalagi yang ingin bu
bincangkan. Silahkan.”
“Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagaimana kalau ibu dengan teman ibu
melakukan menyusun gelas diatas meja bersama, silahkan bercakap-cakap
ibu.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi?”
2) Evaluasi Obyektif
“Nah sekarang coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya
berkenalan?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan
bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang.
Mau jam berapa ibu latihan? Oh, ketika makan pagi dan makan siang.”
“Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan
bantuan, tulis B dan bila tidak melakukan tulis T”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu
berkenalan dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian lain, apakah ibu bersedia?“
2) Waktu
Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam
08.00 WIB selama 15 menit?”
2) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang
tamu saja?”
“Baiklah sampai jumpa besok bu, Wassalamualaikum wr.wb.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN
Masalah : Isolasi Sosial: Menarik Diri
Pertemuan ke III (tiga)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data Obyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Tujuan
Pasien mampu berinteraksi dalam kelompok, kemudian memasukkannya
kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
SP III P
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
c. Membimbing pasien untuk memasukkannya kedalam jadwal

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum bu. Apakah Ibu masih ingat dengan saya?”
“Hebat. Ibu masih ingat nama saya.”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini ?”
“Apakah masih ada perasaan kesepian?”
“Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan orang lain?“
“Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana dengan
jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus
ibu.”
“Coba lihat jadwal hariannya bu, sudah di isi kan ? Ya, bagus sekali bu”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan
mendampingi bu berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang
masak, serta bercakap-cakap dengan teman sekamar saat melakukan
kegiatan harian. Apakah ibu bersedia?”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 10
menit saja?”
3) Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ?


Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?”
2. Kerja
“Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak
sedang memasak dan juru masak disana berjumlah lima orang disana.
Bagaimana jika kita berangkat sekarang?”
“Apakah ibu sudah siap bergabung dengan banyak orang?”
“Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan memperkenalakan
diri seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa
orang-orang disana senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu kita berangkat
sekarang ya bu.” (selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan
kelompok, sampai dengan kembali kerumah).
“Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat melakukan
kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin bu lakukan? Oh merapikan kamar
baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn. E ? baiklah bu.
kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar tidur ya bu”
(perawat mengaja pasien E untuk menemani pasien merapikan tempat tidur
dan menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar
bercakap-cakap).
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi ?”
2) Evaluasi Obyektif
“Coba ulangi sekali lagi cara berkenalan dengan juru masak dan cara
merapikan tempat tidur sambil berkomunikasi. Ya, bagus bu !”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau
ibu bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh
teman-teman ibu. jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan
tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu
akan berlatih? Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.”
“Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan
bantuan, tulis B dan bila tidak melakukan tulis T”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam
melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry.
apakah ibu bersedia?“
2) Waktu
Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam
08.00 WIB selama 15 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang
tamu saja?”
“Baiklah sampai jumpa besok bu, Wassalamualaikum wr.wb.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
KELUARGA
Masalah : Isolasi Sosial: Menarik Diri
Pertemuan ke I (satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data Obyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Tujuan
a. Keluarga mampu mengungkapkan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
b. Keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial
beserta proses terjadinya
c. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien isolasi sosial
4. Tindakan Keperawatan
SP I K
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial beserta proses
terjadinya
c. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan halusinasi

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Mbak, perkenalkan nama saya Muna, saya mahasiswa
dari STIKES Muhammadiyah Kendal, saya yang akan merawat Ibu
(pasien). Kalau boleh tau nama Mbak siapa ya?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana keadaan Ibu, Mbak? Apakah masih sering menyendiri?”
c. Kontrak
1) Topik
“Tujuan saya kesini yaitu untuk berbincang-bincang dengan mbak
mengenai masalah yang dihadapi mbak dalam merawat Ibu. Apakah
mbak bersedia?”
1) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30


menit?”
2) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang, Mbak? Kalau kita berbincang-


bincang di ruang perawat, bagaimana mbak?”
2. Kerja
”kira-kira Mbak tahu apa yang terjadi dengan Ibu Mbak? Apa yang sudah
dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh Ibu Mbak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah
satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang
lain”.
”Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung
diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang
mengecewakan   saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak,
tidak dihargai atau berpisah dengan orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang  bisa
mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang
sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Mbak dan anggota keluarga
lainnya harus sabar menghadapi Ibu Mbak. Dan untuk merawat Ibu Mbak,
keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina
hubungan saling percaya dengan Ibu Mbak yang caranya adalah bersikap
peduli dengan Ibu Mbak  dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu
memberikan semangat dan dorongan kepada Ibu Mbak untuk bisa melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan
jangan mencela kondisi pasien.”
“Selanjutnya jangan biarkan Ibu Mbak sendiri. Buat rencana atau jadwal
bercakap-cakap dengan Ibu Mbak. Misalnya sholat bersama, makan bersama,
rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.” 
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara
itu?”
”Begini contoh komunikasinya, Mbak:  Ibu, Mbak lihat sekarang Ibu sudah
bisa  bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama.
Mbak senang sekali melihat perkembangan Ibu. Coba kamu bincang-bincang
dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat
berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat dimana? Kalau nanti di
rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung.
Bagiamana, Ibu mau coba kan?”
”Nah coba sekarang Mbak peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan”
”Bagus, Mbak. Mbak telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan, Mbak?”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang cara


merawat Ibu?”
2) Evaluasi Obyektif

“Coba Mbak  ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial
dan tanda tanda orang yang mengalami isolasi sosial ? ”
“Selanjutnya bisa Mbak sebutkan kembali cara-cara merawat Ibu
Mbak yang mengalami masalah isolasi sosial ? ”
b. Rencana Tindak Lanjut

“Nanti kalau ketemu Ibu coba Mbak lakukan. Dan tolong ceritakan kepada
semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. Nah setiap
kali Mbak kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.
Setelah ini coba Mbak ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk Ibu ya
Mbak”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk
latihan langsung kepada Ibu?”
2) Waktu

“Jam berapa Mbak datang? Kita latihan selama berapa menit?


Bagaimana kalau 15 menit?”
3) Tempat

“Dimana kita akan latihan? Bagaimana kalau di taman saja?”


“Baiklah, sampai bertemu dua hari lagi Mbak. Wassalamualaikum
wr.wb.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
KELUARGA
Masalah : Isolasi Sosial: Menarik Diri
Pertemuan ke II (dua)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data Obyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Tujuan
a. Keluarga mampu mempraktikan cara merawat klien isolasi sosial.
b. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung klien isolasi sosial
4. Tindakan Keperawatan
SP II K
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan isolasi sosial
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien isolasi
sosial

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum wr.wb. mbak, masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Mbak pagi ini?”
”Apakah Mbak masih ingat bagaimana latihan merawat Ibu Mbak seperti
yang kita pelajari dua hari yang lalu? Bagus!”
c. Kontrak
1) Topik
“Sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi
untuk latihan langsung kepada Ibu.”
1) Waktu

“Berapa lama kita akan latihan, Mbak? Bagaimana kalau 15 menit?”


2) Tempat

“Dimana kita akan latihan? Bagaimana kalau di taman?”


“Baiklah sekarang kita temui Ibu.”
2. Kerja
”Selamat pagi Ibu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
”Anak Ibu datang membesuk. Beri salam! Bagus. Tolong ibu tunjukkan
jadwal kegiatannya!”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Mbak, sekarang Mbak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana  perasaan Ibu setelah berbincang-bincang dengan anak Ibu?”
”Baiklah,  sekarang saya dan Anak Ibu permisi dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
dengan keluarga)
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Baiklah mbak, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan mbak
setelah kita latihan langsung kepada Ibu?”
1) Evaluasi Obyektif

“Coba mbak jelaskan cara latihan langsung kepada Ibu!”


b. Rencana Tindak Lanjut

“Setelah ini Mbak dapat melakukan cara yang sudah kita latihan ini
kepada Ibu, baik disini maupun jika sudah di rumah ya, Mbak. Setelah
ini coba Mbak ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk Ibu ya Mbak”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Karena Ibu sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari
lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Ibu
selama di rumah nanti.”
2) Waktu

“Jam berapa Mbak datang? Berapa lama mbak ingin berbincang-


bincang? Oh, 15 menit. Baiklah.”
3) Tempat

“Lalu dimana kita akan berbincang-bincang? Di ruang perawat?


Baiklah, Mbak.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


KELUARGA
Masalah : Isolasi Sosial: Menarik Diri
Pertemuan ke III (tiga)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data Obyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Tujuan
a. Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat secara mandiri.
b. Keluarga mematuhi jadwal yang telah dIbuat untuk kesembuhan klien.
c. Keluarga mengerti/memahami follow up yang telah diarahkan pada klien.
4. Tindakan Keperawatan
SP III K
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, Mbak. Masih ingatkah dengan saya kan, Mbak?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana mbak, selama mbak membesuk apakah sudah terus berlatih
cara merawat Ibu?”
c. Kontrak
1) Topik
“Karena besok Ibu sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang
ketemu, nah sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di
rumah?”
2) Waktu

“Berapa lama mbak mau kita berbicara? Bagaimana kalau 15 menit?”


3) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau birbincang-


bincangnya disini saja?”
2. Kerja
”Mbak, ini jadwal Ibu Mbak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan? Di rumah nanti Mbak yang akan menggantikan perawat.
Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan  maupun jadwal minum
obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh Ibu Mbak selama di rumah. Misalnya kalau Ibu Mbak terus
menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
lapor ke rumah sakit atau bawa Ibu Mbak ke rumah sakit”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana Mbak apakah sudah paham? Ada yang ingin
ditanyakan?
1) Evaluasi Obyektif

“Coba Mbak sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan” (jadwal


kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke rumah sakit).
b. Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa ya, Mbak materi yang telah saya ajarkan 3 hari ini, baik cara
merawat Ibu maupun mengatur jadwal Ibu dirumah nanti diterapkan, ya.”
“Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi ya, Mbak”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik

“Karena Ibu sudah boleh pulang, nanti silahkan mbak datang lagi
untuk memeriksakan atau mengontrolkan keadaan Ibu ya, Mbak.
Bagaimana perkembangan kondisi Ibu”
2) Waktu

“Satu bulan kemudian ya, Mbak.”


3) Tempat

“Tempatnya nanti silahkan datang ke rumah sakit lagi ya, Mbak.”

Anda mungkin juga menyukai