Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KMB II

PERAWATAN LUKA BAKAR

Oleh :

Kelompok 3

1. Alfi Maulana 9. Rizky N.R Haqqi


NIM : P07120118050 NIM : P07120118077
2. Andi Zola Brilian 10. Uswatun Hasanah
NIM : P07120118051 NIM : P07120118090
3. Baiq Dwi Fitra Sulistya 11. Siti Rahayu Wida Sari
NIM : P07120118055 NIM : P07120118084
4. Bq. Arifa 12. Susi Maryati
NIM : P07120118057 NIM : P071201188
5. Dewa Ayu Linda 13. Teguh Wahyudi Ilhami
Mahayani NIM : P07120118089
NIM : P07120118058 14. Vega Juandana
6. Erliana NIM : P07120118091
NIM : P07120118059 15. Wiwin Aprianti
7. Nadya Puspa Wardani NIM : P07120118092
NIM : P07120118071
8. Nurul Bayani Putri
NIM : P07120118074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM
TINGKAT IIB
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai“Mengobservasi Pemasangan Bidai”.

Makalah ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami sekelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang


mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah
ini kedepannya.

Demikian, penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat


memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Mataram, 15 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Pengertian..................................................................................................................3
B. Tujuan Pemasangan Bidai.......................................................................................3
C. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemasangan Bidai..................................................4
D. Persyaratan Bidai yang Baik...................................................................................6
E. Macam-Macam Bidai...............................................................................................6
F. Komplikasi Pembidaian...........................................................................................8
G. Prinsip Pembidaian...................................................................................................8
H. Pelaksanaan Pemasangan Splinting........................................................................9
I. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan.........................................................................11
J. Cara Pemasangan Bidai.........................................................................................12
K. Teknik Membalut pada Klien Cedera..................................................................12
L. Membalut Luka/Cedera Sesuai dengan Jenis Pembalut yang Dipilih...................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................24
A. Kesimpulan..............................................................................................................24
B. Saran........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin
meningkat selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
manusia tidak akan lepas dari fungsi normal system musculoskeletal. Salah
satunya tulang yang merupakan alat gerak utama pada manusia, namun dari
kelainan ataupun ketidaksiplinan dari manusia itu sendiri (patah tulang)
fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun partial . fraktur biasanya
terjadi pada cruris, karena cruris sangat kurang di lindungi oleh jaringan
lunak, sehingga mudah sekali mengalami kerusakan.
Balut bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas atau
immobilisasi dari lokasi trauma dengan menggunakan penyangga misalnya
splinting (spalk). Balut idai adalah jalinan bilah (rotan, bambu) sebagai kerai
(untuk tikar, tirai penutup pintu, belat, dsb) atau jalinan bilah bambu (kulit
kayu randu,dsb untuk membalut tangan patah dsb.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang didapatkan yaitu
:
1. Apa pengertian pembidaian ?
2. Apa tujuan pembidaian ?
3. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi pembidaian ?
4. Apa persyaratan pembidaian yang baik ?
5. Apa macam-macam pembidaian ?
6. Bagaimana komplikasi pembidaian ?
7. Bagaimana prinsip pembidaian ?
8. Bagaimana pelaksanaan pemasangan splinting ?
9. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan pembidaian ?
10. Bagaimana cara pemasangan bidai ?

11. Bagaimana tekhnik membalut pada klien cedera ?


12. Bagaimana membalut luka/ cedera sesuai dengan jenis pembalut yang
dipilih ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian pembidaian
2. Mengetahui tujuan pembidaian
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pembidaian
4. Mengetahui persyaratan pembidaian yang baik
5. Mengetahui macam-macam pembidaian
6. Mengetahui komplikasi pembidaian
7. Mengetahui prinsip pembidaian
8. Mengetahui pelaksanaan pemasangan splinting
9. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan
pembidaian
10. Mengetahui cara pemasangan bidai
11. Mengetahui tekhnik membalut pada klien cedera
12. Mengetahui membalut luka/ cedera sesuai dengan jenis pembalut yang
dipilih
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pada setiap kecelakaan dengan benturan yang keras, kemungkinan
patah tulang harus dipikirkan. Bahkan bila ragu-ragu, korban tetap harus
diperlakukan sebagai penderita patah tulang. Salah satu cara yag dilakukan
untuk menangani patah tulang adalah dengan teknik bidai.
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/
trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi)
bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh
yangmengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku
maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.

B. Tujuan Pemasangan Bidai


a. Mencegah pergerakan tulang yang patah (mempertahankan posisi
patah tulang)
b. Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang
c. Mengurangi rasa sakit/ nyeri
d. Mengistirahatkan daerah patah tulang (immobilisasi)
C. Indikasi Dan Kontra Indikasi Pemasangan Bidai
1. Indikasi
a. Pada klien patah tulang terbuka dan tertutup
b. Dislokasi persendian
2. Kontraindikasi
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas,
pernapasan dan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat
gangguan sirkulasi

dan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur,
jikaada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit,
sebaiknyapembidaian tidak perlu dilakukan.

D. Persyaratan Bidai yang Baik


1. Terbuat dari bahan yang kaku (papan, triplek, dll)
2. Cukup panjang untuk immobilisasi persendian diatas dan dibawah
fraktur
3. Cukup luas untuk kesesuaian anggota tubuh secara nyaman
4. Bagian yang menempel tubuh dilapisi dengan kapas dan dibalut
dengan perban

E. Macam-Macam Bidai
1. Bidai keras (Rigid splint)
Jenis ini terbuat dari bahan yang keras, umumnya terbuat dari
kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang
memenuhi syarat di lapangan. Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai
vakum.
2. Bidai traksi (Traction splint)
Traction splint bergunauntuk immobilisasi, dan mengurangi nyeri.
Bentuk ini dirancang untuk fraktur ekstremitas bawah. Splint ini
menyebabkanimmobilisasi paha dengan melakukan tarikan pada
ekstremitas dengan menggunakan counter traction terhadap ischium
dan sendi panggul. Traksi ini akan mengurangi terjadinya spasme pada
otot. Jika traksi ini tidak dilakukan akan meebabkan nyeri hebat
karenaujung tulang akan saling bersinggungan. Ad banyak tipe dan
design dari splint yang cocok untuk traksi ekstremitas bawah, tetapi
harus hati-hati dan teliti untuk mencegah tarikan yang terlalu besar
sehingga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi pada kaki. Contoh:
bidai traksi tulang paha

3. Soft splint
Jenis ini terbuat dari bahan yang lembut. Jenis soft splint meliputi
splint udara, bantal, dan mitella. Soft splint sebaiknya tidak
dipergunakan pada fraktur angulasi, karenakan meningkatkan tekanan
secara otomatis. Saat akan menggunakan splint udara, harus secara
rutin diperiksa tekananya untuk memastikan bahwa splint tidak terlalu
kencang/ kendor. Splint udara baik untuk fraktur pada lengan bawah
dan tungkai bawah. Splint udara berguna untuk memperlambat
perdarahan, tetapi dapat meingkatkan tekanan seperti peningkatan
suhu/tekanan. Kelemahan dari splint udara adalah nadi tidak daat di
monitor bilasplint terpasang, dapat menimbulkan sindrom kopartemen
dan menimbulkan sakit pada kulit dan nyeri bila dibuka.
Bantal adalah splint yang baik untuk trauma pada lutut atau kaki
dan digunakan untuk stabilisasi dislokasi bahu.
Mitela adalah sangat baik untuk fiksasi trauma klavikula, bahu,
lengan atas, siku, dan kadang-kadang telapak tangan. Beberapa trauma
pada ahu menyebabkan bahu tidak dapat di dekatkan pada dinding
dada tanpa menggunakan paksaan. Dalam kasus ini bantal digunakan
untuk menjembatani gap yang ada antara dinding dada dan lengan atas.

F. Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal
berikut bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
1. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh
ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau
manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat
memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.

G. Prinsip Pembidaian
1. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera
2. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak
perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan. (proksimal dan distal
daerahfraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di
bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai
bawahmengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut

H. Pelaksanaan Pemasangan Splinting


1. Petugas menggnakan masker da sarung tangan
2. Petugas 1 mengangkat daerah yang akan di pasang bidai
3. Petugas 2 meletakkan bidai melewati dua persendian anggota gerak
4. Jumlah dan ukuran bidai yang dipakai disesuaikan dengan lokasi
patah tulang
5. Petugas 1 mempertahankan posisi, sementara petugas 2 mengikat
bidai.
6. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau kendor
7. Mengatur posisi klien, sesuaikan dengan kondisi luka
8. Pada fraktur terbuka atau tertutup dengan luka, rawat luka terlebih
dahulu dan tutup luka dengan kasa steril
9. Mencatat respon dan tindakan yang telah dilakukan dalam catat
perawat.

I. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


1. Respon/keluhan pasien
2. Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan.
3. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang/ longgar
4. Observasi vaskularisasi daerah dital

J. Cara Pemasangan Bidai


1) Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Atas
Tulang lengan atas hanya ada sebuah dan berbentuk tulang
panjang. Tanda-tanda patah pada tulang panjang baik lengan maupun
tungkai antara lain: nyeri tekan pada tempat yang patah dan terdapat
nyeri sumbu. Nyeri sumbu adalah rasa nyeri yang timbul apabila
tulang itu ditekan dari ujung ke ujung.

Tindakan pertolongan
1. Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan balutan
untuk mengikatnya. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan
bawah merapat ke dada, lengan digantungkan ke leher.
2. Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku
tidak dapat dilipat. Dalam hal ini dipasang juga bidai yang
meliputi lengan bawah, dan biarkan lengan dalam keadaan lurus
tanpa perlu digantungkan ke leher
2) Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Bawah
Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu di sisi
yang searah dengan ibu jari dan yang satu lagi di sisi yang searah
dengan jari kelingking. Apabila salah satu ada yang patah maka yang
yang lain dapat bertindak sebagai bidai, sehingga tulang yang patah itu
tidak beranjak dari tempatnya. Meski demikian tanda-tanda patah
tulang panjang tetap ada

Tindakan pertolongan:
1. Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini
dapat dibuat dari dua bilah papan, dengan sebilah papan di sisi luar
dan sebilah lagi di sisi dalam lengan. Dapat pula dipergunakan bidai
dengan setumpuk kertas koran membungkus lengan.

2. Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi rasa
sakit.
3. Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut
4. Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit lengan
sehingga pasien merasa lengannya menjadi lebih sakit.
5. Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan memakai mitella.
3) Bidai pada Kasus Patah Tulang Paha
Seperti pada tulang lengan atas maka paha hanya memiliki
sebatang tulang panjang, sehingga tanda-tanda patah tulang paha tidak
jauh berbeda dengan pada lengan atas.

Tindakan pertolongan:
Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.
1. Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka bidai sisi
luar harus dipasang sampai pinggang.
2. Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka bidai
cukup sampai panggul.

K. Tekhnik Membalut Pada Klien Cedera


Luka dan patah tulang akibat kecelakaan atau trauma merupakan slah
satu kondisi yang sering terjadi. Dan pertolongan luka yang paling sering
dapat dilakukan pertama adalah dengan melakukan pembalutan
1. Prinsip membalut ialah untuk menahan sesuatu agar tidak bergeser dai
tempatnya. Sehingga tujuan pembalutan ialah
a. Mempertahankan bidai, kasa penutup dan lain-lain
b. Immobilisasi, dengan menunjang bagian tubuh yang cedera dan
menjaga agar bagian tubuh yang yang cedera tidak bergerak
c. Sebagai penekan untuk menhentikan perdarahan dan menahan
pembengkakan
d. Mempertahankan keadaan asepsis
2. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membalut
a. Balutan harus rapi dan menutup luka.
b. Balutan tidak terlalu longgar karena pembalut akan bergeser
terutama pada bagian yang bergerak. Tetapi juga tidak terlalu
kencang karenadapat mengganggu peredaran darah atau
menyebabkan nyeri. Periksa tiap 15 menit untuk mengetahui
apakah balutan terlalu kencang dengan memeriksa bagian distal
anggota tubuh yang dibalut (pucat/ sianosis, nyeri yang timbul
setelah dibalut, teraba dingin tersa baal dan kesemutan (parestesi)
c. Simpul balutan yang rata agar tidak menekan kulit dan simpul
balutan dilakukan pada sisi yang tidak mengalami injuri

3. Macam-macam pembalut
a. Plester
Plester biasanya dipergunakan untuk menutup luka yang
telah diberi antiseptik, juga dapat dipakai merekatkan penutup luka
dan difiksasi pada sendi yang terkilir.
b. Pembalut segitiga (Mitella)
Pembalut segitiga disebut juga mitella yang terbuat dari
kain segitiga sama kaki, dengan ukuran panjang kakinya masing-
masing 90 cm. Fungsinya untuk menggantung bagian tubuh dan
menggantung lengan yang cedera.
c. Pembalut pita
Pembalut pita dapat terbuat dari kain katun, kain planel,
kain kasa (verban), bahan elastik (elastik verban). Ukuran
pembalut pita bermacam-macam meliputi 2,5 cm (untuk membalut
jari-jari), 5 cm (untuk membalut pergelangan tangan dan kaki), 7,5
cm (untuk membalut kepala, lengan, betis), 10 cm (untk membalut
paha dan pinggul) dan 15 cm (untuk membalut dada, punggung
dan perut).
4. Cara melakukan pembalutan
Secara umum untuk melakukan pembalutan diperlukan prosedur
sbagai berikut:
a. Menanyakan penyebab luka atau bagaimana luka tersebut terjadi
b. Memperhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan
berdasar pada masalah berikut:
1) Bagian tubuh yang mana ?
2) Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
3) Bagaimana luas luka ?
4) Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu ?

Jika ada luka terbuka, maka sebelum dibalut perlu diberi


desinfektan atau di balut dengan pembalut yang mengandung
desinfektan. Demikian pula jika terjadi dislokasi, maka perlu
dilakukan reposisi terlebih dahulu.

c. Memperhatikan bentuk bagian tubuh yang akan dibalut, yaitu:


1) Bentuk bulat seperti kepala
2) Bentuk silinder seperti leher
3) Bentuk krucut seperti lengan bawah dan tungkai atas
4) Bentuk pesendian yang tidak teratur
d. Memilih jenis pembalut yang akan dipergunakan
e. Menentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1) Membatasi pergeseran gerak bagian tubuh yang difiksasi
2) Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
3) Mngusahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk
kegiatan pokok pasien
4) Tdak mengganggu peredaran darah (misalnya pada alutan
berlapis, maka lapis yang paling bawah diletakkan sebelah
distal)
5) Balutan diusahakan tidak mudak mudah lepas atau kendor

L. Membalut Luka/ Cedera Sesuai dengan Jenis Pembalut yang Dipilih


1. Cara membalut dengan dengan pita (gulung)
a) Berdasar pada besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih
pembalut pita dengan ukuran Iebar yang sesuai.
b) Pembalutan biasanya dibuat bebrapa lapis, dimulai dari salah satu
ujung yang dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke distal
untuk menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut,
kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan
saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu
dengan bebatan berikutnya.
c) Kemudian ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung yang
lain secukupnya.

Beberapa teknik penggunaan pembalut pita antara lain :

a) Balutan sirkuler (spiral bandage)


Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk
silinder.
b) Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage)
c) Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk
kerucut.

d) Balutan angka delapan (figure of eight)


Teknik balutan yang dapat digunakan pada hampir semua
bagian tubuh, terutama pada daerah persendian. Pada kasus
terkilir, ligamentum yang sering robek ialah yang terletak di
lateral, karena itu kaki diletakkan dalam posisi eversi/rotasi
eksterna untuk mengistirahatkan dan mendekatkan kedua ujung
ligamentum tersebut baru kemudian dibalut.

e) Balutan rekurens (recurrent bandage)


Balutan ini dapat dilakukan pada kepala atau ujung jari,
misalnya pada luka di puncak kepala.
2. Cara membalut dengan mitella
Dalam kasus pertolongan pertama, pembalut segitiga sangat
banyak gunanya, sehingga dalam perlengkapan medis pertolongan
pertama pembalut jenis ini sebaiknya disediakan lebih dari satu
macam.
a) Membalut dada

b) Membalut sendi siku atau sendi lutut


c) Menggendong lengan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembidian bertujuan untuk pertolongan pertama pada cedera Faktur yang
dilakukan dengan mengunakan teknik-teknik yang benar dan harus sesuia
dengan faktur yang terjadi dengan penangan yang benar maka pasien yang
mengalami faktur akan terbantu,namun apabila faktur yang terjadi tergolong
parah maka harus melakukan pembidian dengan orang-orang yang
berkecimpung dibidang nya.

B. Saran
Seorang yang melakukan pembidaian haruslah memahami bagian anatomi
tubuh yang mana saja yang bisa dilakukan sebuah pertolongan pembidaian
jangan sampai salah melakukan proses pembidian dibagian faktur yang terjadi
dan juga harus bisa menguasai pelaksanaan sebuah pembidaian yang benar
jangan sampai melakukan pembidaian pasien semakin kesakitan.

DAFTAR PUSTAKA

Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM

Departemen Kesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2003

Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar

Schwartz. Principle of Surgery.Mc Graw Hill. Eight edition. 20054.

Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed.

Lange.20083.
LAMPIRAN

CHECKLIST PEMASANGAN BIDAI/SPALK

Nama :..................................................

No.Mhs :..................................................

Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
Definisi : Pemasangan bidai adalah suatu tindakan untuk
mengatasi atau membantu pasien yang mengalami patah tulang
sehingga tidak terjadi pergerakan / pergeseran sehingga pasien
tidak merasa sakit.
Tujuan :
1. Mencegah pergerakan bagian tubuh yang cidera.
2. Menyangga luka.
3. Mengurangi atau mencegah edema.
4. Mengamankan bidai dan balutan.

Persiapan Alat :
1. Perban dengan ukuran sesuai yang akan digunakan. Lebar dan
nomor perban disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Kain mitela (sesuai kebutuhan).
3. Spalk (sesuai kebutuhan).
4. Peniti pengaman (sesuai kebutuhan).
5. Plester
6. Gunting Plester.
Tahap Persiapan:
1. Cuci tangan
2. Inspeksi adanya gangguan integritas kulit yang ditandai dengan
abrasi, perubahan warna, luka, atau edema. (Lihat dengan teliti
daerah penonjolan tulang).
3. Observasi sirkulasi dengan mengukur suhu permukaan, warna
kulit, dan sensasi bagian tubuh yang akan dibalut.
4. Khusus untuk di Unit Gawat Darurat, perhatikan jika ada luka
maka bersihkan luka, dan berikan balutan atau jahitan jika luka
terbuka.
5. Khusus untuk di Unit Perawatan, Kaji ulang adanya program
khusus dalam catatan medis yang berhubungan dengan
pemasangan perban elastic. Perhatikan area yang akan
dipasang perban, jenis perban yang dibutuhkan, frekuensi
penggantiannya dan respon sebelumnya terhadap terapi.
6. Kaji kebutuhan atau kelengkapan alat.
7. Identifikasi rencana perawatan dan pengobatan.
8. Menjelaskan prosedur kepada klien. Jelaskan bahwa tekanan
lembut dan ringan yang diberikan bertujuan untuk
meningkatkan sirkulasi vena, mencegah terbentuknya bekuan
darah, mencegah gerakan lengan, menurunkan/mencegah
timbulnya bengkak, memfiksasi balutan operasi dan
memberikan tekanan.
9. Mencuci tangan.
10. Siapkan alat-alat
Tahap Orientasi:
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan
4. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
Tahap Kerja :
1. Dekatkan alat dengan pasien
2. Cuci tangan
Prosedur
1. Tutup pintu kamar atau gorden.
2. Mengatur posisi pasien. Bantu agar pasien mendapat posisi
yang nyaman dan benar sesuai anatomik.
3. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler pada bagian
distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah
pembidaian.
4. Pasang spalk pada area yang mengalami cidera (disesuaikan).
5. Pegang gulungan perban dengan tangan yang dominan dan
gunakan tangan yang lainnya untuk memegang permulaan
perban pada bagian distal tubuh. Teruslah memindahkan
gulungan ke tangan yang dominan sampai perban terpasang.
6. Pasang perban dari arah bagian distal ke proksimal dengan
menggunakan berbagai variasi pemasangan untuk menutup
sesuai dengan bentuk tubuh.
7. Buka gulungan perban dan regangkan sedikit. Lilitkan perban
di atas lilitan sebelumnya.
8. Fiksasi perban pertama sebelum memasang gulungan perban
tambahan.
9. Mengatur posisi pasien ke posisi semula.
10. Evaluasi sirkulasi bagian distal bila pemasangan perban telah
selesai dan lakukan minimal 2 kali selama periode 8 jam.
11. Merapikan alat.
12. Mencuci tangan.
Tahap terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan.
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tidak lengkap/ tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan benar/ sempurna

Penguji

 
 
 
 
 
 

(………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai