DisusunOleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Tuhan YME,
yang telah memberikan nikmat kesehatan dan sempat sehingga
kami mampu menyelesaikan tugas dengan baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................1
A. Latar Belakang ............................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................2
C. Tujuan .........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................4
A. Definisi Dari Psikofarmaka ..........................................4
B. Jenis – Jenis Obat Yang Digunakan Untuk Pengobatan
Gangguan
Jiwa ..............................................................................4
C. Prinsip Benar Obat ......................................................8
D. Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Pasien Dengan
Gangguan
Jiwa ............................................................................11
E. Peran Serta Keluarga Dalam Kontrol Dan Pemberian Obat
Pasien
Gangguan Jiwa ..........................................................13
BAB III PENUTUP .................................................................16
A. Kesimpulan ................................................................16
B. Saran .........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat,
dan lingkungan, sebagai perwujudan keharmonisan fungsi
mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa
terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan mampu.
Kesehatan jiwa seseorang selalu dinamis dan berubah
setiap saat serta dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
kondisi fisik (somatogenik), kondisi perkembangan mental-
emosional (psikogenik) dan kondisi dilingkungan sosial
(sosiogenik). Ketidakseimbangan pada salah satu dari ketiga
faktor tersebut dapat mengakibatkan gangguan jiwa.
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu
perubahan pada fungsi jiwa yang enyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan
pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran
sosial. WHO memperkirakan saat ini di seluruh dunia terdapat
450 juta orang mengalami gangguan jiwa, di Indonesia sendiri
pada tahun 2006 diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa dengan ratio populasi 1:4
penduduk. Departemen Kesehatan RI mengakui sekitar 2,5
juta orang di negeri ini telah menjadi pasien rumah sakit jiwa.
Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara maksimal
sebagaimana keadaan sebelum sakit, beberapa pasien
meninggalkan gejala sisa seperti adanya ketidakmampuan
berkomunikasi dan mengenai realitas, serta prilaku kekanak-
kanakan yang berdampak pada penuruna produktifitas hidup.
Hal ini ditunjang dengan data Bank Dunia pada tahun 2001 di
beberapa Negara yang menunjukkan bahwa hari-hari
produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life Years
(DALY’s) sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease,
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa.
Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penurunan
produktifitas maka pasien yang dirawat inap dilakukan upaya
rehabilitasi sebelum klien
dipulangkan dari rumah sakit. Tujuannya untuk mencapai
perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya, penyaluran
dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan
penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial
sehingga bisa berfungsi sebagai anggota masyarakat yang
mandiri dan berguna.
Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multi profesi yang
terdiri dari dokter, perawat, psikolog, sosial worker serta
okupasi terapis yang memiliki peran dan fungsi masing-
masing.
B. Rumusan masalah
Masalah yang ingin kami pecahkan dari penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari obat psikofarmaka?
2. Apa saja jenis – jenis obat yang digunakan untuk
pengobatan gangguan jiwa?
3. Apa saja prinsip benar obat ?
4. Apa saja peran perawat dalam pemberian obat pasien
dengan gangguan jiwa?
5. Apa saja peran serta keluarga dalam kontrol dan
pemberian obat pasien gangguan jiwa?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin kami capai dari penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari obat psikofarmaka
2. Untuk mengetahui jenis-jenis obat yang digunakan untuk
pengobatan gangguan jiwa
3. Untuk mengetahui apa – apa saja prinsip benar obat
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian obat
pasien gangguan jiwa
5. Untuk mengetahui peran serta keluarga dalam kontrol dan
pemberian obat pasien gangguan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk
klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-
obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik (bekerja pada
sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat
komprehensif, yang meliputi :
1. Teori biologis (somatik). Mencakup pemberian obat
psikotik dan Elektro Convulsi Therapi (ECT).
2. Psikoterapeutik
3. Terapi Modalitas
Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari
management psikoterapi. Perawat perlu memahami konsep
umum psikofarmaka. Beberapa hal yang termasuk
Neurotransmitter adalah Dopamin, Neuroepineprin, Serotonin,
dan GABA (Gama Amino Buteric Acid), dll. Meningkatnya dan
menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan
menimbulkan kekacauan atau gangguan mental. Obat-obatan
psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan
Neurotransmitter.
a. Mekanisme kerja
Benzodiazepine diduga memberikan efek
antiansietasnya melalui potensiasi yang kuat pada
neurotransmiter inhibisi asam y-aminobutirat (GABA)
b. Indikasi utama dalam penggunaan benzodiazepine
adalah: gangguan ansietas umum, ansietas yang
berhubungan dengan depresi, gangguan tidur, ansietas
yang berhubungan dengan gangguan fobia, gangguan
stress pascatrauma, putus obat dan alcohol, ansietas
yang berhubungan dengan penyakit medis, relaksasi
musculoskeletal, gangguan kejang, ansiatas praoperasi.
c. Efek samping
Umum : mengantuk (sedasi), Ataksia (pusing),
perasaan terpisah dari orang lain, pengingkatan
iritabilitas atau bermusuhan, amnesi anterograd, efek
kognitif pada penggunaan jangka panjang
Jarang : mual, sakit kepala, kebingungan, kerusakan
psikomotor kasar, depresi, reaksi amuk paradoksial.
5. Anti Insomnia : Phenobarbita
a. Benzodiazepin Receptor Agonist (BzRA)
Merupakan pengobatan untuk insomnia yang paling
umum digunakan, yang bekerja pada reseptor GABA
1) Keunggulan potensial : Terbukti efektif dalam
perawatan insomnia
2) Kekurangan potensial : Dapat menimbulkan efek-
efek psikomotor yang terjadi di tengah malam atau
di hari berikutnya, seperti :
a) Ataxia
b) Sedasi sepanjang hari
c) Efek-efek kognitif
d) Sesak pada pernafasan
B. Saran
Perawat jiwa yang ada di rumah sakit (rumah sakit jiwa,
rumah sakit umum, panti kesehatan jiwa, yayasan yang
merawat pasien gangguan jiwa), pengajar
keperawatan jiwa di sekolah keperawatan, perawat jiwa
yang ada di struktur departemen kesehatan dan dinas
kesehatan diharapkan bersatu padu untuk menyuarakan
kesehatan jiwa pada setiap kesempatan mulai dari sekarang
pada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang dilakukan bisa
berupa advokasi dan action.
DAFTAR PUSTAKA
Gail W. Stuart,2002, Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC : Jakarta