Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI


AKIBAT ISPA

Oleh :

Anton Wahyudi
J.01.05.19.005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BUDI LUHUR

CIMAHI

2020
A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan
(Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari yang dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara pernafasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat (Depkes RI, 2012).
Infeksi saluran pernafasan adalah mulai dari infeksi respiratori atas dan adneksanya
hingga parenkim paru. Sedangkan pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung
hingga 14 hari (Nastiti, 2008).
Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing, yang melibatkan suatu atau semua
bagian saluran pernafasan (Wong,D.L,2003:458).

B. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia

C. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
Penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,
Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpessvirus (Depkes
RI, 2000). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim
panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis infeksi saluran pernafasan akut bergantung pada tempat infeksi serta
mikroorganisme penyebab infeksi. Semua manifestasi klinis terjadi akibat proses
peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat mikroorganisme. Manifestasi klinis
antara lain :
a. Batuk
b. Bersin dan kongesti nasal
c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung
d. Sakit kepala
e. Demam
f. Malaise (Corwin, 2008)

Menurut Suyudi,2002 gejala ISPA adalah sebagai berikut :


a. Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan
punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak
perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas
yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum
hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.
b. Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan
dengan disertai gejala sebagai berikut :
1) Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau
lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
2) Suhu lebih dari 390C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
7) Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita
ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang,
umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan
harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.
c. Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau
sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
3) Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
4) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
5) Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
6) Nadi lebih cepat dari 60x/menit
7) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
8) Tenggorokan berwarna merah
E. PATHWAY

Gbr.bygoogle.picture/Erwinamaterasu/2013

F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ISPA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Rasmaliah, 2004):
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya. 
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain. 
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang
tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak
nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari.

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian secara Umum
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea

d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
2. Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok
3. Pengkajian perkembangan untuk lansia
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
b. Komponen gaya berjalan dan gerakan
4. Pengkajian psikososial
Mengkaji hubungan dengan keluarga seperti anak cucu dll
5. Pengkajian fungsional klien
Menggunakan metode Katz index
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan
Sebagian Penuh

1. Mandi

2. Berpakaian

3. Ke Kamar
Kecil

4. Berpindah
Tempat

5. BAK/BAB

6. Makan/Minu
m

Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa


pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.

6. Status kognitif / afektif


a. Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) dengan
Pertanyaan :

Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban

√ 1 Tanggal berapa hari ini


?

√ 2 Hari apa sekarang ?

√ 3 Apa nama tempat ini ?

√ 4 Dimana alamat anda ?

√ 5 Berapa umur anda ?

√ 6 Kapan anda lahir ?

√ 7 Siapa presiden
Indonesia ?

√ 8 Siapa presiden
Indonesia
sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama kecil anda
?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan


tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru,
secara menurun

JUMLAH Benar :

Salah :

Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
b. MMSE (Mini Mental Status Exam)

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan
benar :
Tahun : 2012
(Benar)
Musim :kemarau
Tanggal :11
Hari :Rabu
(Benar)
Bulan :maret
2 Orientasi 5 3 Dimana sekarang kita
berada ?
Negara : Indonesia
(Benar)
Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota :
malang (Benar)
Panti :-
Wisma:-
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama
obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada
klien, menjawab :
1.        kursi
2.        meja
3.        kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien
dan berhitung mulai dari
kalkulasi 100 kemudia kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Jawaban :

1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk
mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2
(tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada
klien tentang benda
(sambil menunjukan
benda tersebut).
Minta klien untuk
mengulangi kata
berkut :
“ tidak ada, dan, jika,
atau tetapi )
Klien menjawab :tidak
ada, jika dan tetapi.
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3
langkah.
1. Ambil kertas
ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
“tutup mata anda”
Perintahkan kepada
klien untuk menulis
kalimat dan menyalin
gambar.
Total nilai 30 18

Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
6. Pengkajian status mental
Mengkaji status mental pada pasien misalnya saat ini sedang merasakan
sedih atau tidak
7. Pengkajian masalah emosional
Mengkaji Masalah Emosional klien pada saat ada masalah dalam
kesehariannya
8. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
Pola kebiasaan seperti Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
b. Pola istirahat tidur
c. Eliminasi
d. Pola aktivitas
e. Personal hygiene
9. Pengkajian lingkungan
a. Pemukiman
b. Sanitasi
c. Fasilitas
d. Keamanan Dan Transportasi
10. Diagnosa keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
b. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
c. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nyeri
menelan,penurunan nafsu makan sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
akut.
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
11. Rencana tindakan keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
Tujuan : Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal,
batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan
dengan atelektasis dan atau nyeri dada.
2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels,
wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan
pernafasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
4) Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
5) Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi
dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
6) Kolaborasi
a) Berikan oksigen tambahan
b) Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh pasien menurun
Kriteria hasil : suhu tubuh normal, batuk berkurang, klien tidak rewel
Intervensi :
1) Kompres air hangat
Rasional : Pori-pori kulit membesar, panas tubuh akan turun
2) Banyak minum air hangat
Rasional : Air hangat dapat mengencerkan secret
3) Theraphy obat pct, dan OBH
Rasional : Pct : obat penurun panas
OBH : obat batuk
c. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nyeri
menelan,penurunan nafsu makan sekunder terhadap infeksi saluran
pernapasan akut.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit
baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12
kali/menit, berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).
Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien
dalam asuhan keperawatan.
3) Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator
kurangnya nutrisi.
4) Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.

5) Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering


Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
6) Kolaborasi
7) Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
a) Berikan obat sesuai indikasi.
b) Vitamin B squrb 2×1.
Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.
c) Antiemetik rantis 2×1
Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :
1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakitnya
Rasional : mengetahui apa yang diketahui keluarga pasien tentang penyakitnya.
2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan
penyakit ISPA.
2) Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang
belum dimengerti.
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien
setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran


pernapasan akut untuk penanggulangan pneumonisa pada Balita: Jakarta.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. 2007. Pedoman Pemberantasan


Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 

Gordon,et.al,2006, Nursing Diagnoses : definition & Classification


20052006,Philadelpia,USA.

Meadow,Sir Roy dan Simen.2006.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara


Pratama.

Naning R,2006,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan


Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.

Soegijanto, S (2007). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.Jakarta:


Salemba medika

Suriadi,Yuliani R,2005,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Wong and Whaley. ( 2004 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia:

Anda mungkin juga menyukai