Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum


memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB).Indikator kesehatan yang berhubungan
dengan kesejahteraan anak adalah Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat dan menilai keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan.

Untuk penurunan jumlah kematian perinatal dapat dicapai dengan


membuat persalinan seaman-amannya bagi bayi dan dengan
mengusahakan agar janin dalam kandungan dapat hidup dalam kondisi
yang sebaik-baiknya. Hal ini mendorong kuat untuk lebih mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan janin dalam uterus, termasuk
apa yang menyebabkan prematuritas (sebagian besar bayi meninggal
dalam minggu pertama ialah bayi prematur).

Dari gambaran diatas dan mengingat masih tingginya angka


kejadian kasus bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), kami
tertarik untuk mengangkat masalah tersebut menjadi laporan kasus dan
ingin menerapkan manajemen BBLR dengan menggunakan asuhan
kebidanan sesuai dengan perkembangan ilmu kebidanan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Sebagai tanda telah dilakukan asuhan pada neonatus By Ny.R umur 2 hari
diruang peristi, RSUD dr. Soedirman Kebumen
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari asuhan yang diberikan pada bayi Ny. R umur 2 hari
diruang peristi, RSUD dr. Soedirman Kebumen, adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data subjektif
b. Mengumpulkan data objektif
c. Menegakkan diagnosa
d. Melakukan perencanaan dan penatalaksanaan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis
1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang beratnya
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram
(prawirohardjo, 2009).

2. Epidemologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15%dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering
terjadi di negara-negara berkembang atau sosial-ekonomi rendah. Secara
statistik menunjukan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus,
bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara
9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target
BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju
indonesia sehat 2010 yaitu maksimal 7% (Pantiawati, 2010).
3. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin
juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (Pantiawati, 2010).
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum
b) Perdarahan antepartum
c) Trauma fisik dan pikologis
d) Nefritis akut
e) Diabetes melitus
2) Usia ibu
a) Usia < 16 tahun
b) Usia > 35 tahun
c) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
3) Keadaan Sosisal
a) Golongan sosial ekonomi rendah
b) Perkawinan yang tidak sah
4) Sebab lain
a) Ibu yang perokok
b) Ibu peminum alkohol
c) Ibu pecandu narkotik
b. Faktor janin
1) Hidramnion
2) Kehamilan ganda
3) Kelainan kromosom

c. Faktor lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat racun
4. Klasifikasi
a. Prematuritas murni.
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu atau 259 hari dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa
disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-
SMK).Masa gestasi bayi prematur ialah kurang dari 37 minggu atau
259 hari. (Hassan dan Husein, 2007).
Di negeri maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah
sekitar 6-7%.Di negeri sedang berkembang, angka kematian ini lebih
kurang 3 kali lipat.Di Indonesia kejadian bayi prematur belum dapat
dikemukakan di sini, tetapi angka di RSCM Jakarta berkisar antara
22-24% dari semua bayi yang dilahirkan pada 1 tahun.(Hassan dan
Husein, 2007).
1) Penyebabnya
Menurut Hassan dan Husein (2007), salah satu cara yang efektif
untuk menurunkan angka kematian perinatal ialah mencegah
terjadinya prematuritas. Sampai sekarang pengetahuan mengenai
etiologi prematuritas belum cukup memuaskan. Menurut besarnya
penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi :
a) Faktor ibu.
(1) Penyakit.
Penyakit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisis dan psikologis.Penyakit lainnya
ialah nefritis akut, diabetes melitus, infeksi akut atau
tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi
prematuritas.
(2) Usia.
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia
ibu di bawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak
antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah
pada usia ibu antara 26-35 tahun.
(3) Keadaan sosial-ekonomi.
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya
prematuritas.Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial-ekonomi yang rendah.Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang
lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi
bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah.
b) Faktor janin.
Hidramnion, kehamilan ganda umumnya akan
mengakibatkan lahir bayi BBLR.
2) Karakteristik klinis.
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm,
lingkaran kepala kurang dari 33 cm. Masa gestasi kurang dari 37
minggu. Tampak luar sangat bergantung pada maturitas atau
lamanya masa gestasi itu. Kepala relatif besar daripada badannya,
kulitnya tipis, transparan,lanugo banyak, lemak subkutan kurang.
Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia
imatur.Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia
minora belum tertutup oleh labia majora. Pembuluh darah kulit
banyak terlihat dan peristaltis usus pun dapat terlihat. Rambut
biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-
persatu.Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga
elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mama belum
sempurna, demikian pula puting susu belum terbentuk dengan baik.
Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus
lateral,pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak
tidur daripada bangun.Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur
dan sering terdapat serangan apnu.Otot masih hipotonik, sehingga
sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi
lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu
jurusan.‘Tonic neck reflex’ biasanya lemah, refleks Moro dapat
positif.Refleks menghisap dan menelan belum sempurna, semikian
pula refleks batuk.Kalau bayi lapar biasanya
menangis,gelisah,aktifitas bertambah.Bila dalam waktu 3 hari tanda
kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita
infeksi atau perdarahan intrakranial.Seringkali terdapat edema pada
anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48
jam.Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat ‘pitting
edema’.Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan
posisi.Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan
antepartum, diabetes melitus dan toksemia gravidarum.Frekuensi
pernafasan bervariasi sangat luas terutama pada hari-hari pertama.
Walaupun demikian bila frekuensi pernafasan terus meningkat atau
selalu di atas 60 x/menit, harus waspada akan kemungkinan
terjadinya penyakit membran hialin (sindrom gangguan pernafasan
idiopatik) atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Dalam hal
ini penting sekali melaukan pemeriksaan radiologis toraks.(Hassan
dan Husein, 2007).
3) Penyakit bayi prematur.
Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi
prematur, tetapi ada beberapa penyakit tertentu yang terutama
terdapat pada bayi prematur.Hal ini disebabkan oleh faktor
pertumbuhan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk pada
penyakit membran hialin.Demikian pula kejadian
hiperbilirubinemia pada bayi prematur lebih tinggi dibandingkan
dengan neonatus cukup bulan karena faktor kematangan hati.
(Hassan dan Husein, 2007).
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa penyakit
yag ada hubungannya dengan prematuritas.
a) Sindrom gangguan pernafasan idiopatik.
Disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium
akhir akan terbentuk membran-hialin yang melapisi alveolus
paru.
b) Penumonia aspirasi.
Sering ditemukan pada prematur, karena refleks menelan dan
batuk belum sempurna.Penyakit ini dapat dicegah dengan
perawatan yang baik.
c) Perdarahan intraventrikular.
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya
disebabkan oleh karena anoksia otak. Biasanya terjadi
bersamaan dengan pembentukan membran hialin pada
paru.Sayang sekali sering tidak mungkin membedakan dispnu
yang disebabkan perdarahan otakini dengan yang disebabkan
oleh sindrom gangguan pernafasan idiopatik.Kelainan ini
biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
d) Fibroplasia retrolental.
Penyakit ini terutama ditemukan pada bayi prematur dan
disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan
menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi, akan terjadi
vasokontriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi
bernafas dengan udara biasa lagi, pembuluh darah ini akan
mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan disusul dengan
proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur. Kelainan
ini biasanya terlihat pada bayi yang berat badannya kurang dari
2 kg dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi
(lebih dari 40 %).Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada
umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena
retina.Kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara
tidak teratur pada ujung vena.Kumpulan pembuluh darah baru
ini tampak sebagai perdarahan.Akhirnya sebagian kapiler baru
ini tumbuh ke arah korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya akan
terjadi edema pada retina dan retina dapat terlepas dari
dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan yang ireversibel.
Pada stadium akhir akan terdapat masa retrolental yang terdiri
dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan
mikroftalmus, kamar depan yang menyempit, pupil mengecil
dan tidak teratur serta visus menghilang. Selain itu dapat pula
disertai retardasi mental dan’cerebral palsy’.
Pengobatan pada stadium dini dapat dicoba dengan
memberikan ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) atau
kortikosteroid. Hal yang paling penting ialah pencegahannya,
yaitu :
(1) Pada bayi BBLR penggunaan osigen tidak melebihi 40 %
dan hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen
melalui corong dengan kecepatan 2 liter/menit.
(2) Tidak menggunakan oksigen untuk mencegah timbulnya
apnu atau sianosis.
(3) Pemberian oksigen pada bayi yang berat badannya kurang
dari 2 kg harus berhati-heti dan sebaiknya PaO2 selalu
dimonitor.
e) Hiperbilirubinemia
Pada bayi prematur lebih sering
mengalamihiperbilirubinemia dibandingkan degan bayi cukup
bulan.Hal inidisebabkan faktor kematangan hepar sehingga
konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
sempurna. (Hassan dan Husein, 2007)
b. Dismaturitas.
Dismaturitas ialah bayi baru lahir dengan berat badan lahirnya
kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa
gestasi bayi itu (KMK).Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin. (Hassan dan Husein, 2007)
Pengertian berat badan kurang dari berat badan lahir yang
seharusnya untuk masa gestasi tertentu ialah kalau berat badan
lahirnya di bawah persentil ke -10 menurut kurva pertumbuhan
intrauterin Lubchenco atau di bawah 2SD menurut kurva pertumbuhan
intrauterin Usher dan Mc.Lean. Dengan definisi seperti yang
dikemukakan di atas, dismaturitas dapat terjadi’preterm’,’term’ atau
‘postterm’. Nama lain yang sering digunakan ialah kecil untuk masa
kehamilan (KMK), insufisiensi plasenta. Untuk dismaturitas
‘postterm’ sering disebut ‘posmaturity’. Penyebab dismaturitas ialah
setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin.
(Hassan dan Husein, 2007)
1) Gejala klinis
Seperti telah diterangkan di atas, dismaturitas dapat terjadi
‘pre-term’,’term’,post-term’. Pada ‘pre-term’ akan terlihat gejala
fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas.
Dalam hal ini berat badan kurang dari 2.500 gram, karakteristik
fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan
retardasi-pertumbuhan dan’wasting’. Pada bayi cukup bulan
dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah ‘wasting’,
demikian pula pada ‘post-term’ dengan dismaturitas.(Hassan dan
Husein, 2007).
Tidak semua kekurangan makanan pada janin diakibatkan
oleh insufisiensi plasenta.Gejala insufisiensi plasenta timbulnya
tergantug pada berat dan lamanya bayi menderita defisit.Menurut
Gruenwald defisit yang menyebabkan retardasi pertumbuhan
biasanya berlangsung kronis. Menurut sarjana tersebut, sebagai
akibat defisit itu akan terjadi ‘fetal distress’. (Hassan dan Husein,
2007)
Dalam arti luas’fetal distress’ dibagi menjadi 3 golongan,
yaitu:
a) Acute fetal distress, yaitu defisit atau ‘fetal deprivation’ yang
hanya mengakibatkan’perinatal distress’ tetapi tidak
mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan ‘wasting’.
b) Subacute fetla distress, yaitu bila ‘fetal deprivation’ tersebut
menunjukkan tanda ‘wasting’ tetapi tidak retardasi
pertumbuhan.
c) Chronic fetal distress, yaitu bila bayi jelas menunjukkan
retardasi pertumbuhan.
Bayi dismatur dengan tanda ‘wasting’ atau insufisiensi
plasenta dapat dibagi dalam 3 stadium menurut berat ringannya
‘wasting’ tersebut (Clifford), yaitu :
a) Stadium pertama.
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar,
kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium.
b) Stadium kedua.
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna
kehijuan pada kulit, plasenta dan umbilikus.Hal ini disebabkan
oleh mekonium yang bercampur dalam amnion yang kemudian
mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai
akibat anoksia intrauterin.
c) Stadium ketiga.
Ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang
berwarna kuning, demikian pula kuku dan tali
pusat.Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang lama.
2) Komplikasi dismaturitas
a) Sindrom aspirasi mekonium.
Kesulitan pernafasan yang sering ditemukan pada bayi
dismatur ialah sindrom aspirasi mekonium. Keadaan hipoksia
intrauterin akan mengakibatkan janin mengadakan
‘gasping’dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan
ke dalam likuor amion seperti yang sering terjadi pada
‘subacute fetal distress’ Akibatnya cairan yang mengandung
mekonium yang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena
inhalasi. Pada saat lahir bayi akan menderita gangguan
pernafasan yang sangat menyerupai sindrom gangguan
pernafasan idiopatik. Pengobatannya sama dengan pengobatan
sindrom gangguan pernafasan idiopatik ditambah dengan
pemberian antibiotika. (Hassan dan Husein, 2007)
b) Hipoglikemia simtomatik.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-
laki.Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin sekali
disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada
bayi dismaturitas. Gejala klinisnya tidak khas, tetapi umumnya
mula-mula bayi tidak menunjukkan gejala, kemudian dapat
terjadi ‘jitteriness’ (tampak seperti kaget), ‘twiching’, serangan
apnu, sianosis, pucat, tidak mau minum, lemas, apatis dan
kejang (‘fit’). Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan
pemeriksaan gula darah. Bayi cukup bulan dinyatakan
menderita hipoglikemia bila kada gula darahnya kurang dari 30
mg%, sedangkan bayi BBLR bila kadar gula darahnya kurang
dari 20 mg%. Pengobatannya ialah dengan penyuntikan
glukosa 20% 4 ml/kgbb, kemudian disusul dengan pemberian
infus glukosa 10 %.(Hassan dan Husein, 2007).
c) Asfiksia neonatorum.
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia
neonatorum dibandingkan dengan bayi biasa.(Hassan dan
Husein, 2007).
d) Penyakit membran hialin.
Penyakit ini terutama mengenai bayi dismatur yang ‘pre-
term’.Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga
alveoli selalu kolaps.Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi pada pernafasan
berikutnya. Akibat hal ini akan tampak dispnu yang berat,
retraksi epigastrium,sianosis dan pada paru terjadi atelektasis
dan akhirnya terjadi eksudasi fibrin dan lain-lain serta
terbentuk membran hialin. Penyakit ini dapat mengenai bayi
dismatur yang ‘pre-term’, terutama bila masa gestasinya
kurang daripada 35 minggu.(Hassan dan Husein, 2007).
e) Hiperbilirubinemia.
Bayi dismatur lebih sering mendapat hiperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi yang sesuai dengan masa
kehamilannya.Hal ini mungkin disebabkan gangguan
pertumbuhan hati.Gruenwald hati pada bayi dismatur beratnya
kurang dibandingkan dengan bayi biasa.(Hassan dan Husein,
2007)
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis elakukan pengkajian dan memberikan asuhan pada bayi


Ny.S umur 1 hari dengan BBLR diruang Soka, RSUD Majenang, maka
diperoleh data sebagai berikut :
1. Pengkajian
Menurut buku Ilmu Kesehatan Anak yang ditulis oleh Hassan dan
Husein (2007) bayi dengan BBLR mempunyai karakter klinis
meliputi Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran
kepala kurang dari 33 cm. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.Kepala
relatif besar daripada badannya, kulitnya tipis, transparan,lanugo
banyak, lemak subkutan kurang.Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-
ubun dan sutura lebar, genitalia imatur.Desensus testikulorum
biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia
majora.Frekuensi pernafasan bervariasi sangat luas terutama pada
hari-hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi pernafasan terus
meningkat atau selalu di atas 60 x/menit, harus waspada akan
kemungkinan terjadinya penyakit membran hialin (sindrom gangguan
pernafasan idiopatik) atau gangguan pernafasan karena sebab lain.
Pada saat penulis melakukan pengkajian atau pengumpulan data
baik objektif maupun subjektif di dapat data bayi Ny. S lahir dengan
BB= 1600 gram, PB= 42 cm, LK=28 cm, LD=29 cm, masa gestasi 34
minggu. Pada pemeriksaan fisik diperoleh ciri-ciri yang sesuai dengan
teori yaitu labia mayora belum menutupi labia minora, lanugo banyak,
lemak subkutan sedikit, sutura lebar. Vital sign bayi Ny. S yaitu nadi=
143 x/mnt, RR= 64x/mnt, S=36,70C.
Berdasarkan teori yang dituliskan Hassan dan Husein dalam buku
Ilmu Kesehatan Anak tahun 2007, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

2. Analisa
Berdasarkan pengkajian pada By. Ny S telah diperoleh data yang
dapat menegakkan diagnosa, yaitu bayi BBLR dengan diagnose
potensial mengalami sindrom gangguan pernapasan sesuai dengan
teori yang dituliskan Hassan dan Husein dalam buku Ilmu Kesehatan
Anak tahun 2007.

3. Penatalaksanaan
Pada asuhan yang dilakukan pada By. Ny.S umur 1 hari
rencana asuhan dilaksanakan secara efisien dan aman.Asuhan yang
sebaiknya dilakukan yaitu memasangan alat CPAP (Continous
Positive Airway Presure) untuk menjaga tekanan positif , memberikan
terapi oksigen 2 liter/menit, mengobservasi KU dan vital sign setiap
jam, memberikan terapi infuse glukosa 10 %, menjaga kehangatan
bayi, dan memantau eliminasi bayi.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. S, maka penulis
tidak menemukan adanya kesenjangan teori dan praktek dan semua
asuhan/tindakan dilakukan dengan baik.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari asuhan yang telah penulis kaji dan sesuai dengan judul yang tertera
yaitu laporan asuhan pada bayi ny. R umur 2 hari dengan asfiksia sedang
menggunakan metode SOAP mulai dari pengkajian sampai evaluasi dapat
disimpulkan :
1. Pengkajian pada ny R umur 2 hari dengan asfiksia sedang diperoleh yaitu
bayi pada saat lahir tidak langsung menangis , tidak bergerak aktif.
2. Pada data obyektif didapat dari pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan
fisik yaitu Berat badan 2200 gram, nadi 125 x/menit, respirasi 45
x/menit, suhu 37˚C. Pemeriksaan fisik : aktifitas lemah, menangis
merintih
3. Analisis terdiri dari diagnosa yaitu bayi Ny R umur 2 hari neonatus
kurang bulan dengan asfiksia sedang. Masalah yang dapat muncul adalah
menangis merintih, gerakan lemah hipotermi, gangguan pernafasan.
diagnosa potensialnya yaitu asfiksia berat dan kebutuhan sgeranya adalah
jaga kehangatan, kolaborasi dengan dokter spesialis anak.
4. Penatalaksanaan
Pada asuhan yang dilakukan pada By. Ny.R, rencana asuhan dilaksanakan
secara efisien dan aman.Asuhan yang sebaiknya dilakukan yaitu tindakan
mengobservasi KU dan vital sign, memasang OGT, menjaga kehangatan
bayi, memantau keaktifan gerakan dan pernafasan bayi, mengobservasi
pemeran ASI/PASI tiap 3 jam 10 ccmelalui mulut, memantau eliminasi
bayi.

Terhadap seluruh asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup
sesuai dengan teori.

Asuhan berlangsung lancar tanpa hambatan karena kerjasama yang baik


antara petugas kesehatan, klien dan keluarga.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis kemukakan setelah melakukan pada By Ny.
R umur 2 hari di RSUD Dr.Soedirman Kebumen.
1. Bagi lahan praktek agar dapat melakukan evaluasi dan perbaikan serta
peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan demi peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat khususnya bayi baru lahir dengan patologi di
wilayah kerjanya.
2. Bagi keluarga bayi, khususnya ibubayi Ny. R diharapkan agar menerapkan
dan memperhatikan dengan baik apa yang sudah disampaikan petugas
kesehatan untuk kesehatan bayinya melaksanakan anjuran dokter.
3. Bagi mahasiswa bidan, agar meningkatkan skill dan pengetahuan untuk
persiapan diri sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hassan dan Husein. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI


Pantiawati, Ika. 2010. Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Jakarta:
Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai