Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetric
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis
sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2008).
Ketuban pecah dini merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan
penanganan yang sesuia dengan prosedur agar tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini yaitu dengan pemberian
antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika umur kehamilan sudah aterm,
jika belum aterm (premature) pertahankan.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui.
Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi
sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi
rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit
menular seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria
gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban,
fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta
trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab
terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan
pemeriksaan dalam (Sualman, 2009).
Winkjosastro (2006) dalam bukunya mengatakan penatalaksanaan ketuban
pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin. Pada
umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini ke
rumah sakit dan melahirkan bayi yang usia gestasinya > 37 minggu dalam 24 jam
dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Sebagai tanda telah dilakukan asuhan pada ibu bersalin Ny S umur 38 tahun
G4P2A1 UK 39 minggu diruang Mawar (VK) RSUD Majenang.

1
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari asuhan yang diberikan pada Ny S umur 38 tahun G4P2A1
UK 39 minggu diruang Mawar (VK) RSUD Majenang, adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data subjektif
b. Mengumpulkan data objektif
c. Menegakkan diagnosa
d. Melakukan perencanaan dan penatalaksanaan

C. Sistematika
Sistematika penulisan dari laporan ilmiah ini adalah:
1. Halaman Judul
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. BAB I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Sistematika
5. BAB II : Tinjauan Teori
6. BAB III : Tinjauan Kasus
7. BAB IV : Pembahasan
8. BAB V : Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
9. Daftar Pustaka

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian KPD
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan
(Manuaba, 1998).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat
terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan
aterm. (saifudin,2002)
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono
Prawirohardjo, 2005).

B. Etiologi KPD
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum
diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD,
Namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan
yang menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi, Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD.
Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun

3
amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
5. Keadaan sosial ekonomi
6. Faktor lain
a. Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
d. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).

C. Faktor Resiko
Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm
1. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
2. riwayat persalinan preterm sebelumnya
3. perdarahan pervaginam
4. pH vagina di atas 4.5
5. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
6. flora vagina abnormal
7. fibronectin > 50 ng/ml
8. kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada
stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
9. Inkompetensi serviks (leher rahim)
10. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
11. Riwayat KPD sebelumya
12. Trauma
13. servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek
(<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
14. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah

4
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
3. Banyak teori, yang menentukan hal – hal diatas seperti defek kromosom, kelainan
kolagen sampai infeksi.
4. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas.

Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi
kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan.

E. Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan
dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina
adalah 4 - 4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1 - 7,3. Tes tersebut dapat
memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah,
semen, lendir leher rahim, dan air seni.
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin
atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru
janin.
3. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
4. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis

5
6
BAB III
TINJAUAN KASUS

7
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan pada ibu hamil normal Ny S umur 38 tahun
G4P2A1 UK 39 minggu dengan ketuban pecah dini diruang Mawar (VK) RSUD
Majenang penulis dapat mengemukakan hal-hal berikut :
1. Pengkajian
Pada saat penulis melakukan pengkajian atau pengumpulan data baik objektif
maupun subjektif, penulis tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dan
praktek serta dapat mendukung dalam penegakkan diagnosa.
2. Analisa
Berdasarkan pengkajian pada Ny S umur 38 tahun G4P2A1 UK 39 minggu telah
diperoleh data yang dapat menegakkan diagnosa, yaitu pada pemeriksaan dalam
sudah tidak teraba kantong ketuban ketika ibu belum mengalami pembukaan 5
cm pada multipara (Sarwono, 2005).
3. Penatalaksanaan
Pada asuhan yang dilakukan pada Ny S rencana asuhan dilaksanakan secara
efisien dan aman. Asuhan yang sebaiknya dilakukan yaitu berkolaborasi dengan
dokter untuk melakukan : memasang infus, melakukan pemeriksaan USG untuk
mengetahui kantung ketuban masih utuh atau tidak, pemeriksaan dalam untuk
mengetahui ketuban masih utuh atau tidak, melakukan induksi oxytosin untuk
mempercepat kemajuan persalinan, memantau kesejahteraan janin dan
memberikan terapy vicilin sebagai antibiotik. Penatalaksanaan setelah
pembukaan lengkap yaitu: melakukan asuhan kala 2 untuk melahirkan bayi, kala
3 untuk melahirkan plasenta, kala 4 untuk pemantauan.
Dari kedua sudut pandang tersebut, penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktik pada asuhan kehamilan pada Ny S umur 38 tahun G4P2A1
UK 39 minggu di RSUD Majenang.

8
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan pada ibu bersalin Ny S umur 38 tahun
G4P2A1 UK 39 minggu di RSUD Majenang. Penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada pengkajian data subjektif tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktik
2. Pada pengkajian data objektif tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktik
3. Pada analisa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik
4. Pada penatalaksanaan penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktik.
Terhadap seluruh asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup sesuai
dengan teori.
Asuhan berlangsung lancar tanpa hambatan karena kerjasama yang baik antara
petugas kesehatan, klien dan keluarga.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis kemukakan setelah melakukan pada Ny S
umur 38 tahun G4P2A1 UK 39 minggu di RSUD Majenang.
1. Bagi lahan praktek agar dapat melakukan evaluasi dan perbaikan serta
peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan demi peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat khususnya ibu yang akan bersalin dengan patologi di
wilayah kerjanya.
2. Bagi ibu bersalin, khususnya Ny. S diharapkan agar menerapkan dan
memperhatikan dengan baik apa yang sudah disampaikan petugas kesehatan
untuk kesehatan diri dan kandunganya serta melaksanakan anjuran dokter.
3. Bagi mahasiswa bidan, agar meningkatkan skill dan pengetahuan untuk
persiapan diri sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011. Jakarta : EGC.
Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta :
EGC.
Prawirohajo, sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius.

10

Anda mungkin juga menyukai